• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pendidikan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.4. Sistem Pengelolaan dan Penanganan Sampah

Besarnya manfaat yang dihasilkan akibat keberadaan TPA Bantar Gebang bagi masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar TPA seharusnya dapat mendorong pengelola, pemerintah, dan masyarakat untuk memperbesar manfaat yang dihasilkan. Manfaat dapat dioptimalkan dengan memberdayakan masyarakat sekitar yang tidak bekerja sehingga manfaat yang dihasilkan dapat lebih besar dan merata.

Pengelolaan sampah yang masih mengandalkan pengelolaan secara sanitary landfill menjadi salah satu penghambat tidak maksimalnya manfaat yang diterima masyarakat. Sistem pengelolaan secara sanitary landfill hanya fokus bagaimana mengatasi sampah yang ada tanpa adanya pengolahan yang lebih lanjut. Potensi yang besar dimiliki oleh sampah tersebut apabila dikelola dengan baik.

Sistem pengelolaan sampah dengan cara pengelolaan sampah dan menjadikannya barang daur ulang menjadi salah satu solusi pengelolaan sampah yang memberikan manfaat yang cukup besar. Sistem pengelolaan tersebut telah digunakan oleh Pemerintah Kota Depok melalui program Unit Pengelolaan Sampah (UPS) yang berada di sekitar wilayah TPA Cipayung. Pemkot Depok telah mencoba program UPS dengan pilot project pada daerah Cipayung, sistem pengelolaan dengan sistem UPS tentunya menimbulkan manfaat bagi masyarakat sekitar. Terlihat dari keuntungan yang didapat dari pelaksanaan sistem UPS tersebut sebesar Rp 51.634.264 pertahun dalam skala UPS. Manfaat tersebut tentunya manambah manfaat bersih akibat keberadaan TPA Bantar Gebang,

karena bahan baku dalam pelaksanaan UPS yang berupa sampah dan dapat berasal dari TPA Bantar Gebang.

Pelaksanaan pengelolaan sampah dengan skala UPS juga dapat dilaksanakan pada tingkat hulu, yaitu dilaksanakan pada tingkat masyarakat Jakarta selaku penghasil sampah di TPA Bantar Gebang. Masyarakat dapat mendirikan unit-unit pengelolaan sampah di sekitar tempat tinggal mereka untuk mengurang jumlah sampah organik yang mereka hasilkan. Hal ini tentunya akan mengurangi berbagai macam biaya, seperti biaya pengangkutan dan dapat membantu mengurangi dampak negatif yang diterima oleh masyarakat di sekitar TPA Bantar Gebang, serta mengasilkan manfaat bagi masyarakat Jakarta itu sendiri.

Pengelola maupun Pemprov DKI Jakarta beserta Pemkot Bekasi dapat membentuk suatu yayasan seperti yang telah dilakukan di daerah Lhoksumawe (Palapa Plastic Recycle Foundation) yang kini telah dilirik oleh perusahaan pendaur ulang plastik terbesar di dunia (Fukotomi). Berbeda dengan agen barang bekas, yayasan ini memberikan pengetahuan kepada pemulung untuk membedakan sampah plastik secara ekonomis. Yayasan ini mendorong para pemulung untuk memisahkan jenis plastik berdasarkan unsur kimianya. Sampah yang dijual para pemulung dapat meningkat berkali-kali lipat apabila sampah plastik telah dipisahkan dibanding dengan sampah plastik yang masih bercampur baur8.

Palapa Plastic Recycle Foundation (PPRF) memiliki tempat penampungan dan pengolahan plastik. Pabrik ini berfungsi untuk mengubah bentuk plastik

menjadi cacahan plastik atau plastic chips, plastik dalam bentuk ini harganya jauh lebih mahal lagi. Perwakilan fukotomi asal Korea mendatangi pihak PPRF dan meminta untuk dikirimkan plastic chips sebanyak dua kontainer, hal ini dapat dilakukan karena kapasitas dari pabrik pengolahan plastik PPRF yang dapat mencapai 150 ton dalam satu bulan. PPRF tentunya dapat menjadi inspirasi bagi pemerintah untuk meningkatkan manfaat bagi masyarakat di sekitar TPA, ditambah dengan pembukaan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar untuk tenaga kerja pabrik pengelolaan sampah plastik.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dapat melakukan pengelolaan sampah lebih awal ditingkat rumah tangga. Pemprov DKI Jakarta dapat menerapkan sistem 3R (reduce, reuse, recycle) sehingga jumlah sampah dapat ditekan dari sumbernya. Salah satu program yang dapat dilakukan adalah pengomposan yang telah banyak dilakukan di tinggkat rumah tangga. Teknik pembuatan yang mudah dan manfaat pupuk yang dihasilkan seharusnya menjadi motivasi masyarakat untuk memanfaatkan sampah pada tingkat rumah tangga.

Pemerintah provinsi DKI Jakarta juga dapat menerapkan sistem pembayaran yang didasari dengan jumlah sampah anorganik yang dibuang oleh masyarakat (penghasil sampah). Biaya pembuangan sampah akan semakin besar apabila sampah anorganik yang mereka hasilkan semakin besar. Hal ini tentunya akan memnerikan insentif bagi masyarakat untuk mengurangi jumlah sampah yang mereka hasilkan sehingga dapat mengurangi jumlah sampah yang masuk di TPA Bantargebang.

Pemkot Bekasi sebaiknya memberlakukan pembentukan zona penyangga dan zona budidaya terbatas. Zona penyangga adalah zona yang berjarak sampai

dengan 500m dari TPA, pada zona tersebut seharusnya ditempati dengan tanaman keras maupun tanaman perdu yang berfungsi menyerap racun untuk meminimalkan terjadinya pencemaran lingkungan. Zona budidaya terbatas adalah zona yang berjarak antara 500-1000m yang difungsikan sebagai pertanian non-pangan maupun hunian bersyarat.

Pengenaan sanksi bagi pengelola TPA Bantar Gebang dapat diterapkan oleh Pemkot Bekasi sebagai salah satu insentif untuk tetap menjaga kualitas lingkungan di Sekitar TPA Bantar Gebang. Kriteria pengenaan sanksi dapat merujuk kepada kondisi air tanah yang tidak sesuai dengan standar baku mutu, tingginya perkembangan vektor penyakit yang diduga kuat berasal dari TPA Bantar Gebang, buruknya kualitas udara, dan dampak-dampak negatif lain yang ditimbulkan oleh TPA Bantar Gebang (Dinas Pekerjaan Umum, 2000).

Pemberlakuan sistem penangan sampah di TPA Bantar Gebang dengan mengadopsi sistem penanganan sampah pada TPA lain harus menyesuaikan dengan kondisi di TPA Bantar Gebang itu sendiri, baik kondisi lingkungan maupun sosial masyarakat. Pelaksanaan pilot project diperlukan untuk menentukan apakah sistem pengelolaan yang akan diterapkan dapat sesuai dan berjalan lancar di TPA Bantar Gebang sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan

Penetapan TPA Bantar Gebang sebagai TPA Wilayah DKI Jakartauntuk mengatasi masalah sampah Kota Jakarta yang jumlahnya semakin banyak. Penetapan TPA Bantar Gebang menimbulkan berbagai macam dampak bagi masyarakat di sekitar TPA Bantar Gebang. Berdasarkan penelitian tentang estimasi manfaat dan kerugian akibat keberadaan TPA Bantar Gebang diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Kerugian yang dirasakan oleh masyarakat akibat keberadaan TPA Bantar Gebang dalah berupa pencemaran air, pencemaran udara, sebagai sarang penyakit, dan pengurangan estetika. Pencemaran tanah tidak dinilai sebagai kerugian bagi masyarakat dikarenakan masyrakat masih menilai taah diwilayah mereka belum tercemar. Kerugian yang paling besar dirasakan masyarakat adalah kerugian berupa pencemaran udara, hal tersebut dikarenakan kerugian berupa pencemaran udara sangat sulit untuk dihindari oleh masyarakat.

2. Nilai manfaat yang didapat akibat keberadaan TPA Bantar Gebang adalah sebesar Rp 183.547.000. Nilai tersebut didapatkan dengan menjumlahkan pendapatan masyarakat yang bekerja bersumber dari TPA Bantar Gebang. 3. Nilai manfaat bersih yang diterima masyarakat adalah sebesar Rp170.161.700

yang didapatkan dengan mengurangkan manfaat yang diterima masyarakat dengan kerugian masyarakat (Rp 13.385.300).

4. Pemprov DKI Jakarta bersama Pemkot Bekasi dan pengelola TPA Bantar Gebang dapat bekerjasama untuk meningkatkan manfaat yang diterima

masyarakat dengan mendirikan Unit Pengelolaan Sampah seperti yang dilakukan Pemkot Depok, mendirikan yayasan seperti yang dilakukan di daerah Lhoksumawe, maupun pencegahan dengan sistem 3R pada tingkat rumah tangga maupun pemberlakuan insentif untuk mengurangi jumlah sampah.

7.2. Saran

1. Pengelola dan pemerintah bekerja sama untuk menyediakan sumber air bersih bagi masyarakat yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, sehingga masyarakat tidak perlu mengeluarkan biaya untuk kebutuhan air mereka. 2. Pengelola TPA Bantar Gebang sebaiknya memberdayakan masyarakat yang

bertempat tinggal di sekitar TPA Bantar Gebang dengan membuka usaha-usaha pendaurulangan sampah untuk memperbesar manfaat yang diterima masyarakat.

3. Pemerintah Kota Bekasi sebaiknya menerapkan dengan tegas larangan untuk membuat pemukiman di wilayah sekitar TPA Bantar Gebang (< 1 km). Hal tersebut dapat mengurangi kerugian yang diterima masyarakat akibat keberadaan TPA Bantar Gebang berupa pencemaran air dan udara.

4. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengukur manfaat dan kerugian akibat keberadaan TPA Bantar Gebang yang mencakup seluruh aspek yang dimulai semenjak TPA Bantar Gebang ditetapkan sampai pada masa sekarang.

Dokumen terkait