• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT SISTEM MANAJEMEN DIALOG

AISA-Berdaya

SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT SISTEM MANAJEMEN DIALOG

BASIS DATA

SISTEM MANAJEMEN BASIS MODEL

Gambar 37 Konfigurasi program AISA-OPT. Data harga inti sawit historis

Data harga TBS tingkat petani dan tingkat pabrik

Data biaya investasi dan produksi kebun dan

agroindustri

Prakiraan harga inti sawit Optimalisasi harga TBS

kesepakatan Prakiraan harga TBS Data harga TBS historis

Prakiraan harga CPO Data harga CPO historis

SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT SISTEM MANAJEMEN DIALOG

Kelayakan finansial kebun dan agroindustri

170

Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan

Komponen sistem manajemen basis model pada AISA-OPT terdiri dari lima sub model. Lima sub model tersebut adalah sub model prakiraan harga TBS, prakiraan harga CPO, prakiraan harga inti sawit, optimalisasi harga TBS kesepakatan, dan kelayakan finansial.

Sub Model Prakiraan Harga TBS

Sub model prakiraan harga TBS dirancang untuk menghasilkan prakiraan harga TBS yang keluarannya dapat digunakan sebagai masukan untuk sub model optimalisasi harga TBS kesepakatan. Metode prakiraan yang dipergunakan adalah metode prakiraan deret waktu (time series) dengan berbagai variannya.

Sub Model Prakiraan Harga CPO

Sub model prakiraan harga dirancang untuk menghasilkan prakiraan harga CPO yang keluarannya digunakan sebagai masukan untuk sub model kelayakan finansial. Metode prakiraan yang dipergunakan adalah metode prakiraan deret waktu (time series) dengan berbagai variannya.

Sub Model Prakiraan Harga Inti Sawit

Sub model prakiraan harga dirancang untuk menghasilkan prakiraan harga inti sawit yang keluarannya digunakan sebagai masukan untuk sub model kelayakan finansial. Metode prakiraan yang dipergunakan adalah metode prakiraan deret waktu (time series) dengan berbagai variannya.

Sub Model Optimalisasi Harga TBS Kesepakatan

Sistem pengembangan agroindustri kelapa sawit yang dikembangkan pada dasarnya mengkompromikan kepentingan dua pelaku usaha yaitu pihak kebun dan pihak pabrik melalui penetapan harga TBS kesepakatan. TBS ini dihasilkan pihak kebun dan digunakan sebagai bahan baku pihak pabrik. Pada tingkat harga ini diharapkan kedua belah pihak dapat secara layak menikmati keuntungan usaha yang memadai. Dengan mempertimbangkan bahwa sistem ini juga dipengaruhi oleh faktor eksternal dalam arti tidak terisolasi dari lingkungannya maka sebagai

masukan awal dari model optimalisasi harga kesepakatan adalah harga TBS yang ditetapkan secara regional oleh tim penetapan harga TBS atau keluaran dari sub model prakiraan harga TBS, kemudian berdasarkan masukan ini masing-masing pelaku usaha menghitung kelayakan harga tersebut sampai terjadi kesepakatan untuk menetapkan harga kesepakatan. Teknik yang digunakan untuk mempertemukan kedua kepentingan ini agar tercapai harga kesepakatan adalah teknik optimasi golden section. Diagram alir model optimalisasi harga disajikan pada Gambar 38.

Sub Model Kelayakan Finansial

Sub model kelayakan finansial terdiri dari dua sub model yaitu submodel kelayakan kebun dan submodel kelayakan pabrik kelapa sawit. Diagram alir kedua submodel tersebut berturut-turut disajikan pada Gambar 39 dan 40.

Submodel kelayakan finansial kebun kelapa sawit digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha kebun kelapa sawit per hektar dengan adanya keragaman tingkat suku bunga, fluktuasi produksi TBS, fluktuasi harga TBS dan rasio pinjaman modal (DER). Kriteria kelayakan usaha adalah IRR, NPV, Net B/C, dan PBP. Submodel kelayakan finansial pabrik kelapa sawit dirancang untuk dapat mengkaji berbagai skenario komposisi kepemilikan saham petani pekebun dalam wadah koperasi dengan investor, tingkat suku bunga, kapasitas produksi riil, perubahan harga beli TBS, perubahan nilai jual produk CPO dan inti. Kriteria kelayakan usaha PKS adalah IRR, NPV, net B/C, dan PBP.

Basis data struktur biaya investasi dan operasi dibuat untuk penanganan data yang dibutuhkan model kelayakan finansial. Struktur biaya investasi dan operasi terdiri atas data finansial kebun kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit. Data perkebunan kelapa sawit adalah data investasi penanaman 1 ha kebun kelapa sawit dari mulai tanaman belum menghasilkan sampai tanaman menghasilkan, biaya pemeliharaan kebun selama masa tanaman menghasilkan, potensi produktivitas tanaman menghasilkan dan kemungkinan produktivitas riil yang dapat dicapai. Data pabrik kelapa sawit adalah data investasi pembangunan PKS berkapasitas 5 ton TBS/jam dengan teknologi continuous horizontal sterilizer, data investasi pembangunan PKS berkapasitas 30 ton TBS/jam dengan teknologi batch horizontal

172 Mulai

Harga FOB: CPO ekspor, CPO lokal, inti sawit ekspor, dan inti

sawit lokal

Ya Tidak

Cukup?

Perhitungan harga tawar beli TBS Harga tawar beli TBS Pajak sehubungan penjualan:

CPO ekspor, CPO lokal, inti sawit ekspor, dan inti sawit lokal

Biaya pemasaran: CPO ekspor, CPO lokal, inti sawit ekspor, dan

inti sawit lokal

Biaya pengangkutan ke pelabuhan: CPO ekspor, CPO lokal, inti sawit

ekspor, dan inti sawit lokal Rendemen CPO dan inti sawit Persentase volume penjualan: CPO

ekspor, CPO lokal, inti sawit ekspor, dan inti sawit lokal

Biaya pengolahan Biaya penyusutan Biaya administrasi

Perhitungan marjin keuntungan per ha kebun kelapa sawit

Biaya produksi TBS Biaya panen TBS Biaya transportasi TBS

Harga tawar jual TBS

Perhitungan optimasi harga dengan teknik optimasi golden section

Harga TBS kesepakatan Selesai

sterilizer, biaya produksi per ton CPO, rendemen CPO dan inti sawit, dan teknologi pengolahan limbah yang digunakan. Baik untuk data kebun maupun PKS dilengkapi dengan data yang berkaitan dengan perbankan misalnya debt equity ratio, tingkat bunga masa operasi, ada tidaknya pembebanan interest during construction, ada tidaknya grace period, jangka waktu pengembalian pinjaman dan lain-lain.

Mulai

FOR I=1 TO Umur Ekonomis

Selesai File Data Finansial Usaha Perkebunan

Skenario

Perhitungan Biaya Investasi

Perhitungan Proyeksi Pendapatan Perhitungan Biaya Total Perhitungan Proyeksi Laba-Rugi Perhitungan Proyeksi Aliran Kas

Perhitungan Kriteria Investasi

Analisis Sensitivitas NPV, IRR, Net B/C, PBP Ya Tidak Layak? NEXT I

174

Mulai

File Data Finansial Usaha Agroindustri

Skenario

FOR I=1 TO Umur Ekonomis

Perhitungan Proyeksi Pendapatan ƒ Produk utama

ƒ Produk samping

Perhitungan Biaya Operasional ƒ Biaya Tetap

ƒ Biaya Variabel

Selesai

Perhitungan Proyeksi Laba-Rugi Perhitungan Proyeksi Aliran Kas

Perhitungan Kriteria Investasi

Analisis Sensitivitas NPV, IRR, Net B/C, PBP Ya Tidak Layak? NEXT I

Perhitungan Biaya Investasi: Modal Tetap dan Modal Kerja

Gambar 40 Diagram alir sub model kelayakan finansial agroindustri kelapa sawit.

Validasi Model AISA-OPT Sub Model Prakiraan Harga TBS, CPO dan Inti Sawit

Ketiga sub model divalidasi dengan mempergunakan basis data 12 tahun (1994-2005) dan keluaran harga prakiraan digunakan sebagai masukan untuk sub model lainnya. Berdasarkan hasil penggunaan berbagai teknik prakiraan maka teknik Fourier dipilih karena menghasilkan nilai kesalahan yang terkecil (Tabel 42, 43, 44). Keluaran prakiraan yang dihasilkan adalah harga TBS sebesar Rp. 778,- per kg, harga CPO Rp. 4.309,- per kg, dan harga inti sawit Rp. 2.210,- per kg (Gambar 41, 42, 43).

Tabel 42. Evaluasi teknik prakiraan untuk prakiraan harga TBS.

Teknik Prakiraan ME MAE MAPE MSE SDE

Rata-rata Bergerak Tunggal 57.33 76.00 11.32 8,750.44 99.22

Rata-rata Bergerak Ganda -212.11 313.73 47.62 182,735.57 461.73

Pemulusan Eksponensial 46.75 70.58 11.10 7,226.53 89.61

Regresi Linier 0.00 45.91 7.73 2,794.92 55.22

Analisa Fourier 0.00 12.61 2.08 162.75 13.32

Tabel 43. Evaluasi teknik prakiraan untuk prakiraan harga CPO.

Teknik Prakiraan ME MAE MAPE MSE SDE

Rata-rata Bergerak Tunggal -28.11 1,004.85 26.79 1,366,747.02 1,240.00 Rata-rata Bergerak Ganda -2,019.62 3,557.40 83.44 17,429,831.46 4,509.41

Pemulusan Eksponensial -71.19 994.26 26.37 1,430,448.12 1,260.71

Regresi Linier 0.00 789.04 20.94 876,864.81 978.05

Analisa Fourier 0.00 20.19 0.49 462.36 22.46

Tabel 44. Evaluasi teknik prakiraan untuk prakiraan harga inti sawit.

Teknik Prakiraan ME MAE MAPE MSE SDE

Rata-rata Bergerak Tunggal 74.44 411.85 23.24 259,277.63 540.08

Rata-rata Bergerak Ganda -711.33 1,685.43 89.88 3,680,355.62 2,072.14

Pemulusan Eksponensial 70.49 397.23 22.38 268,729.88 546.43

Regresi Linier 0.00 372.71 21.40 155,877.79 412.37

Analisa Fourier 0.00 35.44 1.94 1,521.06 40.74

176

Gambar 41 Prakiraan harga TBS dengan analisis Fourier.

Gambar 42 Prakiraan harga CPO dengan analisis Fourier.

Optimalisasi Harga TBS Kesepakatan

Pada sistem yang memisahkan secara jelas antara pihak petani pekebun sebagai produsen TBS dengan PKS sebagai pengolah TBS menjadi CPO dan inti sawit terjadi perbedaan kepentingan yang sulit untuk diselaraskan yang seringkali

Gambar 43 Prakiraan harga inti sawit dengan analisis Fourier.

menjadi permasalahan. Permasalahan tersebut berawal dari berbedanya harga TBS yang diinginkan oleh petani pekebun dan harga TBS yang diinginkan oleh agroindustri PKS. Petani pekebun menginginkan harga jual TBS yang tinggi sesuai dengan biaya produksi yang dikeluarkannya dan marjin yang diinginkan, sedangkan agroindustri PKS menginginkan harga beli TBS yang rendah untuk memperoleh keuntungan maksimal.

Harga kesepakatan merupakan perwujudan secara ekonomi dari keeratan kemitraan yang terjalin antara pihak investor dan petani pekebun dalam agroindustri. Tercapainya harga kesepakatan merupakan cerminan kesadaran bahwa agroindustri merupakan unit usaha milik bersama sehingga harus dijaga kesinambungan dan keberlanjutannya oleh baik pihak investor maupun petani pekebun.

Proses penetapan harga kesepakatan dimulai dari harga beli TBS yang ditawarkan pihak PKS (pabrik kelapa sawit) agroindustri. Mengingat PKS patungan antara investor dan koperasi berada di tengah-tengah lingkungan PKS-PKS lain yang berada di daerah sekitarnya maka harga beli TBS yang pertama kali ditawarkan oleh PKS patungan adalah sama dengan harga patokan pembelian TBS yang biasanya ditetapkan oleh Tim Penetapan Harga TBS yang dibentuk di tingkat

178

Propinsi. Harga tawar beli TBS ini disampaikan kepada pihak petani pekebun melalui koperasi dan pihak koperasi melakukan perhitungan keuntungan usaha kebun sawit dengan membandingkan dengan biaya produksi TBS, bila harga tidak kurang dari 2,7 x biaya produksi rata-rata maka dianggap cukup dan harga tawar beli TBS diterima sebagai harga kesepakatan. Namun apabila lebih kecil maka petani pekebun melalui koperasi mengusulkan harga tawar jual TBS yang lebih tinggi dari harga tawar beli TBS yang diusulkan. Faktor pengali 2,7 ini ditetapkan berdasarkan penelitian bahwa dengan faktor pengali tersebut menghasilkan pendapatan rata-rata petani pekebun per ha lahan lebih besar dari upah minimum regional di Jambi. Upah minimum regional di Jambi saat ini sebesar Rp 658.000,- per bulan. Disinilah letak perbedaan antara harga pada sistem yang sekarang berlaku dengan pada sistem agroindustri yang dikembangkan dalam penelitian ini. Petani pekebun tidak harus menerima harga patokan namun mempunyai kesempatan untuk mengusulkan harga menurut versi petani pekebun.

Bila petani pekebun mengusulkan harga tawar jual TBS yang lebih tinggi dibandingkan harga tawar beli yang didasarkan pada harga patokan maka dilakukanlah proses optimasi untuk menetapkan harga kesepakatan. Optimasi dilakukan dengan metode Golden Section yakni dilakukan eliminasi terhadap selisih antara harga tawar jual TBS yang ditawarkan oleh petani pekebun dengan harga tawar beli yang ditawarkan oleh agroindustri.

Harga tawar beli TBS yang pertama kali ditawarkan oleh PKS patungan adalah harga patokan yang ditetapkan oleh Tim Penetapan Harga TBS, yang besarnya dipengaruhi oleh berbagai kondisi dan biaya sebagai berikut:

1. Harga FOB: CPO ekspor, CPO lokal, inti sawit ekspor, dan inti sawit lokal

2. Pajak sehubungan penjualan: CPO ekspor, CPO lokal, inti sawit ekspor, dan inti sawit lokal

3. Biaya pemasaran: CPO ekspor, CPO lokal, inti sawit ekspor, dan inti sawit lokal

4. Biaya pengangkutan ke pelabuhan: CPO ekspor, CPO lokal, inti sawit ekspor, dan inti sawit lokal

6. Persentase volume penjualan: CPO ekspor, CPO lokal, inti sawit ekspor, dan inti sawit lokal

7. Biaya pengolahan 8. Biaya penyusutan 9. Biaya administrasi

Harga tawar jual TBS yang ditawarkan oleh petani pekebun bila tidak setuju dengan harga tawar beli TBS yang ditawarkan oleh PKS agroindustri berbasis pemberdayaan petani pekebun adalah harga menurut hitungan petani pekebun yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh koperasi yang besarnya diperkirakan akan mengakibatkan pendapatan rata-rata petani per bulan per ha lebih besar dari upah minimum regional. Nilai dari harga tawar jual TBS ini dipengaruhi oleh biaya produksi TBS, biaya panen TBS, dan biaya transportasi TBS.

Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finansial dilakukan berdasarkan beberapa asumsi dasar yang disesuaikan dengan kondisi pada saat kajian dilakukan di daerah penelitian yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi untuk usaha tani kebun kelapa sawit dan Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatra Selatan untuk usaha Pabrik Kelapa Sawit. Asumsi tersebut juga tetap mengacu pada hasil-hasil perhitungan yang telah dilakukan, standar atau norma yang berlaku, dan peraturan-peraturan yang berlaku.

Kelayakan Finansial Usaha Kebun Kelapa Sawit. Model analisis kelayakan usaha kebun diperlukan untuk mengetahui gambaran manfaat yang dihasilkan dan biaya yang dikeluarkan dari suatu aktivitas usaha kebun. Suatu usaha tani dikatakan layak apabila manfaat yang dihasilkan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan selama pelaksanaan kegiatan. Hasil analisis usaha kebun dapat berbeda untuk lokasi atau waktu yang berbeda, sehingga keputusan sebaiknya diambil berdasarkan pada kondisi saat itu atau bergantung kondisi yang relatif stabil. Hasil studi kelayakan dapat dimanfaatkan oleh petani pekebun, investor atau lembaga pembiayaan.

Dokumen terkait