• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur hierarki antar sub elemen kebutuhan pengembangan

Budimanta (2003) dapat berwujud: 1) community empowering, 2) community service, dan 3) community relation. Di antara ketiga aspek tersebut mana yang lebih ditekankan dapat dimusyawarahkan di antara pemegang saham agroindustri AISA-Berdaya dan untuk masyarakat perkebunan pilihannya lebih baik diarahkan untuk community empowering atau community service.

kredit Agroindustri PKS

AISA-Berdaya

Lembaga pembiayaan berpatungan dana pemberdayaan dana pemberdayaan Perguruan Tinggi Lembaga penelitian & pengembangan Investor Pemerintah daerah Kelompok petani pekebun Gabungan kelompok petani pekebun Koperasi Dinas perkebunan Dinas per- industrian & perdagangan Dinas koperasi & UKM pemberdayaan pemberdayaan pemberdayaan pemberdayaan

Gambar 32 Struktur kelembagaan pemberdayaan sampai dengan terbentuknya agroindustri PKS AISA-Berdaya.

Sejak dasawarsa 90-an aktivitas community development yang dijalankan oleh perusahaan tertentu dipandang merupakan bentuk tanggungjawab perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya yang biasa disebut sebagai corporate social responsibility (CSR). Dalam penelitian ini dana pemberdayaan yang dikeluarkan oleh PKS dapat juga dipandang sebagai dana dalam rangka CSR PKS bagi masyarakat perkebunan yang mayoritas terdiri dari petani pekebun. CSR saat ini telah menjadi lingkungan bisnis yang semakin mendapat perhatian pada dua dekade terakhir dalam kaitannya dengan aspek keberlanjutan usaha (Raynard dan Forstater 2002). Perguruan Tinggi Lembaga penelitian & pengembangan Investor Agroindustri PKS

AISA-Berdaya

Kelompok petani pekebun Gabungan kelompok petani pekebun Koperasi berpatungan pemberdayaan pemberdayaan dana pemberdayaan

Gambar 33 Struktur kelembagaan pemberdayaan pada saat agroindustri PKS AISA-Berdaya beroperasi.

152

Pemberdayaan Petani Pekebun

Sebagaimana telah muncul pada bahasan hasil analisis dengan ISM sebelumnya, dikemukakan bahwa tujuan pengembangan AISA-Berdaya lapis pertama yang terlebih dahulu harus dicapai adalah meningkatkan produktivitas kebun sawit, mengoptimalkan harga TBS, dan meningkatkan mutu TBS. Dua diantara ketiga tujuan tersebut yaitu meningkatkan produktivitas kebun sawit dan meningkatkan mutu TBS merupakan tujuan yang berkaitan langsung dengan kompetensi inti petani pekebun dalam pengelolaan kebunnya. Keandalan, kedisiplinan, keprofesionalan dan kelemahan petani pekebun dalam mengelola kebun akan segera dapat diketahui dengan melihat tingkat produktivitas kebun dan mutu TBS yang dikirim oleh petani pekebun ke pabrik kelapa sawit (PKS). Tujuan ini harus dicapai lebih dahulu, sebelum tujuan berikutnya yang berkaitan dengan agroindustri. Tujuan yang terkait dengan agroindustri, menurut hasil analisis dengan ISM, terletak pada lapis ketiga yaitu mewujudkan agroindustri berlandaskan kebersamaan dan meningkatkan peran petani pekebun dalam kepemilikan agroindustri.

Agar petani pekebun benar-benar andal dalam penguasaan kompetensi intinya maka perlu dirancang pola pemberdayaan petani pekebun. Hasil pemilihan mekanisme peningkatan kapasitas menyatakan bahwa mekanisme yang menurut para pakar paling baik adalah mekanisme pelatihan dan pendampingan.

Rancangan pelatihan untuk petani pekebun dalam rangka pengembangan AISA-Berdaya dipilah menjadi tiga tahap, sesuai dengan hasil akuisisi pendapat para pakar. Tahap pertama adalah pelatihan petani pekebun untuk penumbuhan kebersamaan. Tahap kedua pelatihan petani pekebun untuk penguatan kelembagaan. Tahap ketiga pelatihan petani pekebun untuk pengembangan kelembagaan dan usaha. Pelatihan-pelatihan tersebut ada yang diperuntukkan bagi seluruh petani pekebun, ada juga yang diperuntukkan bagi sebagian petani pekebun misalnya pengurus kelompok, ketua kelompok dan lain sebagainya.

Pelatihan yang pertama kali diberikan untuk memberdayakan petani pekebun dinamakan pelatihan dinamika kelompok, yang menurut Cremer dan Siregar (1993) sering juga dinamakan social skills training atau sensitivity training.

Pelatihan dinamika kelompok biasanya digunakan untuk pelatihan untuk proses pengembangan diri. Meski disebut pelatihan dinamika kelompok, tetapi materi, metode dan media yang digunakan untuk pelatihan petani ini berbeda dengan metode pelatihan dinamika kelompok pada umumnya. pelatihan dinamika kelompok di sini dirancang untuk menumbuhkan kebersamaan, sehingga tercipta kesadaran di antara sesama anggota untuk melaksanakan kegiatan usaha secara bersama-sama dalam wadah kelompok produktif. Bukan sekedar untuk menumbuhkan kebersamaan dalam pelatihan.

Sebagai gambaran, berikut diuraikan materi dalam pelatihan yang disarikan dari Mulyodihardjo dan Ahmad (2003). Materi yang diberikan pada pelatihan dinamika kelompok meliputi: 1) dinamika kehidupan, 2) pentingnya keterbukaan, 3) motivasi diri, 4) membangun harapan dan menemukenali masalah, 5) pentingnya kebersamaan, 6) filosofi kemitraan, 7) menyikapi bantuan, 8) motivasi memperbanyak sumber pendapatan, 9) prinsip dasar kelompok produktif, 10) strategi dasar pengelolaan kebun, 11) pemantapan kebersamaan, 12) penerapan aturan dan sanksi kelompok, 13) sekilas organisasi kelompok, 14) kewajiban dan hak anggota, 15) kewajiban, hak, tugas, dan wewenang pengurus serta syarat menjadi pengurus kelompok.

Ada lima pelatihan untuk penguatan kelembagaan petani, yakni 1) strategi pengembangan kelembagaan petani, 2) kepemimpinan dan komunikasi, 3) manajemen kemitraan budidaya, 4) administrasi pembukuan dan program tabungan, dan 5) pengembangan ekonomi rumah tangga.

Pelatihan strategi pengembangan kelembagaan petani pekebun diikuti oleh ketua kelompok bertujuan untuk memotivasi petani pekebun dalam membangun kebersamaan dan kerjasama antar kelompok dengan membentuk gabungan kelompok untuk menyusun suatu kekuatan dan koordinasi dalam mengelola usaha (kebun) dan anggotanya. Sebagai gambaran, materi yang diberikan meliputi: 1) pentingnya peran dan fungsi pemimpin, 2) membangun rumah idaman masa depan, 3) monitoring kelompok, 4) pemantapan kerjasama, 5) membangun kelembagaan petani, 6) fungsi, peran dan tujuan kelompok manajemen, 7) pemilihan pengurus, 8) membangun kepercayaan.

154

Pelatihan kepemimpinan dan komunikasi diikuti oleh para pengurus kelompok bertujuan agar peserta mampu mengembangkan cara berkomunikasi dan cara memimpin kelompok yang baik dan efektif sehingga peserta dapat berpartisipasi dan bertindak sebagai lokomotif di dalam kelompok dan organisasi lainnya. Sebagai gambaran, materi yang diberikan meliputi: 1) harapan pemimpin ideal, 2) gaya kepemimpinan, 3) pengambilan keputusan, 4) pendelegasian, 5) motivasi, 6) komunikasi, 7) introspeksi diri.

Pelatihan manajemen kemitraan budidaya diikuti oleh para pengurus kelompok. Tujuannya untuk memberikan pemahaman tentang aspek manajemen yang berdasarkan kemitraan/persahabatan dalam menjalankan aktifitas budidaya dan memahami semua unsur budidaya tanaman. Sebagai gambaran, materi yang diberikan meliputi: 1) aspek-aspek manajemen budidaya, 2) analisa usaha tani, 3) optimalisasi budidaya, 4) strategi dasar pengelolaan kebun, 5) penyusunan program kerja, 6) pembagian peran dan tugas.

Selanjutnya, pelatihan administrasi pembukuan dan program tabungan diikuti oleh pengurus kelompok produktif. Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan peserta dalam melaksanakan administrasi kelompok dan pencatatan pembukuan secara sederhana dan transparan. Juga untuk meningkatkan pemahaman peserta tentang pentingnya tabungan bagi kelompok. Sebagai gambaran, materi yang diberikan meliputi: 1) struktur organisasi kelompok dan pembagian tugas pengurus, 2) aktivitas kelompok, sistem dan prosedur administrasi, 3) administrasi umum kelompok dan penyusunan administrasi kelompok, 4) sistem akuntansi kelompok, 5) program tabungan kelompok.

Pelatihan pengembangan ekonomi rumah tangga diikuti oleh pasangan suami istri pengurus dan anggota kelompok. Tujuannya untuk mengharmonisasikan keluarga, pengaturan anggaran rumah tangga dan menumbuhkan kesadaran berwirausaha dalam keluarga serta aktivitas ekonomi lainnya. Sebagai gambaran, materi yang diberikan meliputi: 1) penyusunan harapan, 2) tujuan berkeluarga, 3) pengertian kebutuhan dan keinginan, 4) pengertian dan peranan ekonomi rumah tangga, 5) kemandirian dan tanggung jawab keluarga, 6) masa depan keluarga, 7) sumberdaya keluarga, 8) pengendalian waktu dan kegiatan, 9) pengeluaran dan

sistem penganggaran, 10) praktek penyusunan anggaran, 11) komunikasi dalam keluarga, 12) pengembangan usaha produktif dalam keluarga.

Untuk pengembangan kelembagaan dan usaha dirancang ada enam jenis pelatihan yang diberikan. Pelatihan ini ditujukan kepada pengurus dan kader koperasi baik yang juga petani pekebun maupun anggota masyarakat perkebunan lainnya. Oleh karena itu bahasan mengenai hal ini disajikan pada bagian berikutnya.

Pada masing-masing tahapan pelatihan di atas dapat disisipkan materi teknis atau jika dipandang perlu dapat dirancang khusus pelatihan teknis, misalnya 1). pelatihan teknis peningkatan produktivitas dan mutu produksi kelapa sawit, 2). pelatihan teknis budidaya tanaman tumpang sari di antara TBM kelapa sawit, 3). pelatihan teknis pengenalan agroindustri kelapa sawit, 4). pelatihan teknis pemanfaatan limbah sawit untuk penyediaan energi di lingkup kebun, 5). pelatihan teknis pengembangan lebah di areal kebun kelapa sawit, dan lain sebagainya.

Setelah memperoleh pelatihan, petani pekebun didampingi untuk mempraktekan hal-hal yang diperoleh selama latihan di bidang yang sebenarnya. Pendampingan dilakukan oleh tim pendamping atau sering dinamakan fasilitator. Anggota tim pendamping dapat direkrut dari tenaga yang memang direkrut khusus untuk keperluan itu atau dapat juga dari penyuluh lapangan, staf dinas perkebunan atau dinas terkait lainnya, guru, unsur masyarakat lainnya atau tokoh masyarakat setempat yang telah lulus seleksi untuk ikut pelatihan pendamping. Tim pendamping bertugas mendampingi, memfasilitasi dan membimbing secara kontinu kepada seluruh petani pekebun yang telah mengikuti pelatihan pemberdayaan. Pendampingan bisa dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat petani berada, seperti di rumah, di kebun, di kantor/sekretariat kelompok atau tempat lainnya.

Peran utama dari para pendamping yakni memberikan bimbingan dan fasilitasi petani dan pengurus di bidang pengembangan usaha dan organisasinya. Selain itu, pendamping bertugas mengidentifikasi potensi dan mengakumulasikannya sehingga menjadi kekuatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan petani serta ikut membantu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi petani pekebun. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, pada tahap

156

awal pendamping masih didampingi oleh fasilitator profesional yang telah melatihnya. Secara bertahap fasilitator profesional akan mengurangi perannya agar pendamping dapat secara mandiri mendampingi petani pekebun dalam menerapkan materi pelatihan misalnya dalam pengelolaan kebun.

Manajemen pengelolaan usaha kebun dalam pola AISA-Berdaya pada dasarnya tidak berbeda dengan unit-unit usaha perkebunan pada umumnya. Namun dalam pola ini, meskipun pemilik usaha kebun adalah petani pekebun (selama ini disebut sebagai perkebunan rakyat), namun pengelolaannya tidak seperti kebun rakyat pada umumnya. Penelusuran informasi selama penelitian, sampai saat ini, kebun rakyat dikelola secara individual. Kadangkala ada yang sudah dikelola bersama, namun masih bersifat parsial dan kerjasamanya lebih didasarkan atas kepentingan bisnis sesaat.

Pada pola AISA-Berdaya sangat ditekankan adanya kebersamaan yang benar-benar dibangkitkan dalam proses pemberdayaan melalui dinamika kelompok dan serangkaian pendampingan. Aspek kesinambungan kebersamaan yang menjadi perekat kekuatan petani pekebun ditanamkan dan dipelihara terus dan diusahakan dapat menjiwai perilaku usaha yang dijalankan petani pekebun. Kekuatan ini dalam pengelolaan kebun AISA-Berdaya sengaja ditonjolkan sehingga rancangan strategi pengelolaan kebun didasari konsep kebersamaan. Jabaran lebih rincinya adalah tanah milik anggota, tanaman milik kelompok. Hal- hal berikut dilakukan secara bersama-sama yaitu perawatan dan pemupukan kebun, pemanenan, tanggungan biaya produksi, pengendalian hama dan penyakit, transportasi, pemasaran, keamanan kebun, dan penetapan aturan dan penerapan sanksinya.

Dengan kebersamaan ini maka setiap petani pekebun bertanggung jawab, saling membantu dan mengawasi dalam pengelolaan kebun. Namun, pengelola manajemen kebun yang utama adalah koperasi. Untuk keperluan ini, koperasi membentuk divisi/ unit kebun. Petani pekebun boleh bahkan agak diharuskan untuk mengelola kebun namun dalam kerangka pengelolaan secara bersama yang diarahkan oleh divisi kebun koperasi. Personil pada divisi kebun dapat berasal dari kalangan petani pekebun atau yang lain atau direkrut khusus untuk keperluan

pengelolaan kebun secara profesional berlandaskan kebersamaan oleh divisi kebun, bagian dari struktur koperasi petani pekebun.

Oleh karena aspek kebersamaannya besar dan sewaktu-waktu diperlukan juga informasi yang sifatnya bersama-sama tersebut dipecah menjadi informasi yang sifatnya individu maka sistem kebersamaan ini harus ditunjang oleh sistem informasi basis data. Sistem ini, dengan kondisi saat ini, dapat dikembangkan dengan efektif dan efisien dengan memanfaatkan perangkat komputer yang sekarang mudah ketersediaannya dan acapkali juga murah. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa divisi kebun ini seperti administratur kebun pada perkebunan besar.

Pemberdayaan Koperasi Masyarakat Perkebunan

Setelah tujuan pengembangan AISA-Berdaya lapis pertama telah dicapai yaitu meningkatkan produktivitas kebun sawit, mengoptimalkan harga TBS, dan meningkatkan mutu TBS. Tujuan selanjutnya sebenarnya memerlukan adanya kelembagaan yang kuat, misalnya tujuan mengoptimalkan harga TBS atau meningkatkan kemampuan petani pekebun untuk mengakses dana. Kelembagaan yang menurut pakar merupakan yang paling sesuai dengan tata nilai dan norma yang hidup di lingkungan petani pekebun adalah koperasi. Dalam pengembangan AISA-Berdaya, koperasi petani pekebun mewakili kepentingan petani pekebun dalam rangka peningkatan perannya dalam kepemilikan dan operasionalisasi agroindustri kelapa sawit. Lembaga yang berhubungan dengan petani pekebun adalah koperasi dan lembaga yang berhubungan dengan investor adalah koperasi. Dalam kaitan dengan hal ini, maka dalam sistem AISA-Berdaya tidak dikembangkan pengembangan atau peningkatan posisi tawar petani pekebun terhadap pengusaha agroindustri. Yang dikembangkan adalah posisi tawar koperasi terhadap investor (pengusaha agroindustri) dalam rangka membentuk usaha patungan agroindustri kelapa sawit.

Kiat pengembangan koperasi adalah dengan meningkatkan peran serta petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani sehingga tidak ada dikotomi antara kelompok tani dan koperasi (Nasution 2002). Dengan paradigma seperti ini

158

maka koperasi tidak memandang petani pekebun sebagai mitra usaha tetapi petani pekebun adalah anggota yang berhak mendapat pelayanan. Salah satu contoh implementasinya misalnya dalam hal pengadaan pupuk, koperasi tidak berdagang pupuk dengan petani pekebun tetapi koperasi mewakili petani pekebun untuk membelikan pupuk.

Menurut UU No. 25 tahun 1992, peranan dan tugas koperasi yaitu 1) mempersatukan, mengarahkan, membina, mengembangkan potensi, daya kreasi, daya usaha ekonomi rakyat untuk meningkatkan produksi dan mewujudkan tercapainya pendapatan yang adil dan kemakmuran yang merata, 2) mempertinggi taraf hidup dan tingkat kecerdasan masyarakat, dan 3) membina kelangsungan dan perkembangan demokrasi ekonomi. Secara praktis ekonomis, peranan dan tugas koperasi dalam pengembangan AISA-Berdaya adalah mewujudkan tercapainya pendapatan yang lebih baik bagi petani pekebun sehingga mempertinggi taraf hidup petani pekebun yang berdampak pada peningkatan kemakmuran masyarakat perkebunan.

Agar koperasi benar-benar andal dalam penguasaan kompetensi intinya maka perlu dirancang pola pemberdayaan koperasi. Hasil pemilihan metode pemberdayaan menyatakan bahwa metode yang menurut para pakar paling baik adalah metode pelatihan dan pendampingan. Dengan metode pemberdayaan ini diharapkan koperasi makin berdaya dan mampu menghilangkan kelemahan- kelemahan yang selama ini terdapat pada koperasi, misalnya belum memiliki sistem pengelolaan keuangan yang transparan sehingga memunculkan rasa ketidakpercayaan anggota terhadap pengurus, kurang atau tidak adanya keahlian manajerial dalam menangani berbagai kegiatan dan usaha, tidak adanya kesadaran anggota dan karyawan koperasi dalam menerapkan prinsip dan praktek koperasi berbasis komunitas, kurangnya rasa memiliki anggota koperasi terhadap koperasi, dan lain sebagainya.

Rancangan pelatihan untuk koperasi dalam rangka pengembangan AISA- Berdaya sebenarnya merupakan salah satu tahap dari pelatihan untuk petani pekebun karena pengurus koperasi diharapkan sebagian berasal dari petani pekebun juga. Rancangan pelatihan dalam rangka pemberdayaan koperasi pada dasarnya diarahkan untuk pengembangan kelembagaan dan usaha. Pelatihan tersebut terdiri

dari 1) pembentukan koperasi dan penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), 2) perkoperasian untuk anggota, 3) manajemen organisasi dan sistem prosedur koperasi, 4) perencanaan usaha, pemasaran dan belanja koperasi, 5) akuntasi dasar dan manajemen keuangan, dan 6) pemeriksaan dan pengawasan koperasi. Pelatihan teknis perkoperasian ini adalah pelatihan wajib untuk para pengurus dan kader koperasi. Tujuannya, agar petani pekebun memiliki kelembagan ekonomi yang kuat, mandiri dan profesional.

Pelatihan pembentukan koperasi dan penyusunan AD/ART dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta tentang konsep dan prinsip dasar pembentukan koperasi; dan memberikan pemahaman tentang ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dalam pembentukan koperasi. Sebagai gambaran, materi yang diberikan meliputi: 1) proses dan tata cara pembentukan koperasi, 2) pengertian, prinsip dan konsep badan usaha atas dasar UU No. 25/92, 3) ketentuan perundang-undangan tentang syarat pembentukan koperasi, 4) tahapan pembentukan koperasi, 5) tatacara pengajuan dan susunan administrasi untuk permohonan pengesahan akte pendirian, 6) pengertian dan landasan penyusunan AD/ART, 7) ruang lingkup AD/ART, 8) penyusunan dan pembahasan AD, 9) penyusunan dan pembahasan ART.

Yang perlu ditekankan pada pelatihan ini adalah kesadaran petani pekebun kader koperasi bahwa proses pendirian koperasi perkebunan telah dimulai semenjak pembentukan gabungan kelompok tani atau forum koordinasi manajemen kebun. Pada masa ini dilakukan proses penyesuaian antara proses pengelolaan kebun secara individual, menjadi proses manajemen yang menggunakan azas kebersamaan dan kekeluargaan. Pada forum ini, proses manajemen yang dijalankan adalah manajemen kolektif yang menggunakan kebersamaan untuk memperoleh keuntungan dari efisiensi pembiayaan. Pembiayaan yang dimaksud antara lain: biaya trasnportasi dan pembeliaan agro-input yang lebih murah. Sementara itu, proses pengembangan SDM anggota, efektivitas organisasi dan personil, peningkatan kualitas dan kontinuitas produksi serta penciptaan nilai tambah, efisiensi keuangan dan penghimpunan investasi, serta pengembangan jaringan usaha dan pemasaran belum dilakukan sama sekali. Tetapi sebagai cikal bakal koperasi, forum ini telah mengakumulasikan potensi dan mengelola para

160

anggota yang semula memiliki sikap dan sifat yang berbeda-beda. Melalui pelatihan ini maka anggota forum dibawa dalam sosialisasi dan diskusi untuk melakukan pertemuan pendahuluan perumusan pembentukan koperasi. Aspek- aspek yang dijelaskan dalam persiapan ini adalah tentang jenis koperasi, jenis usaha atau pelayanan koperasi, penetapan pendiri koperasi, wilayah kerja koperasi, visi dan misi koperasi, draft AD dan ART.

Juga diberikan materi yang memberikan pemahaman kepada peserta tentang pengertian, prinsip dan konsep badan usaha menurut UU No.25/92. Koperasi sebagai salah satu bentuk badan usaha yang dikembangkan di Indonesia. Segala ketentuan mengenai perkoperasian diatur dalam UU Nomor 25/1992 tentang Perkoperasian yang telah diundangkan pada tanggal 21 Oktober 1992. Dalam UU tersebut dinyatakan bahwa Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Ada tujuh prinsip koperasi yakni: 1) keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka, 2) pengelolaan dilakukan secara demokratis, 3) pembagian sisa hasil usaha (SHU) dilakukan secara adil, sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota, 4) pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, 5) kemandirian, 6) pendidikan perkoperasian dan 7) kerjasama antar koperasi.

Selain memahami UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian untuk pendirian koperasi juga berlaku peraturan lainnya, antara lain 1) PP No. 4 tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tatacara Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi, 2) Surat Edaran Menteri Koperasi dan PPK No. 235 tahun 1994 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi dan 3) Surat Keputusan Menteri Koperasi PKM No. 139 tahun 1998 tentang penunjukan pejabat yang berwenang untuk memberikan pengesahan akta pendirian dan perubahan anggaran dasar koperasi serta pembubaran koperasi. Sebagai syarat dalam permohonan badan hukum koperasi perlu disusun berita acara pendirian koperasi yang mencantumkan kesepakatan para pendiri mengenai: 1) nama pengurus koperasi sekaligus penandatanganan akta pendirian koperasi, 2) pengesahan Anggaran Dasar, 3)

pemberian kuasa kepada pengurus untuk mengajukan permohonan badan hukum kepada dinas koperasi setempat, 4) nama koperasi, jenis usaha, kedudukan dan wilayah operasional, 5) simpanan pokok dan simpanan wajib, dan 6) program kerja tahun berikutnya.

Pendirian koperasi perlu dilakukan dengan tahapan-tahapan yang cermat dan tidak bisa tergesa-gesa. Di sini pendirian koperasi sudah dimulai dengan adanya forum. Lalu sekarang difasilitasi untuk menjadi koperasi. Untuk perlu sosialiasi dan langkah-langkah pentahapannya, yakni: dimulai dari pengenalan aspek-aspek yang perlu disiapkan antara lain tentang: jenis koperasi, jenis usaha atau pelayanan koperasi, penetapan pendiri koperasi, wilayah kerja koperasi, visi dan misi koperasi, draft AD dan ART. Lalu diikuti dengan penjelasan tentang tatacara rapat pendirian koperasi dan permohonan atau pengajuan badan hukumnya ke Dinas Perkoperasian setempat.

Pelatihan perkoperasian untuk anggota dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta tentang konsep dasar perkoperasian untuk anggota. Sebagai gambaran, materi yang diberikan meliputi: 1) pengertian dan tujuan koperasi, 2) manajemen akumulasi aset dan usaha bersama, 3) fungsi koperasi, 4) struktur koperasi, 5) hak dan kewajiban anggota dalam koperasi, 6) prosedur administrasi dan keuangan koperasi, 7) rapat anggota/umum tahunan.

Sebagai gambaran, materi yang diberikan pelatihan perencanaan usaha, pemasaran dan belanja koperasi meliputi: 1) pengertian dan fungsi program kerja dan anggaran, 2) penetapan sasaran, rencana dan program usaha, 3) strategi pemasaran, 4) inventarisasi kebutuhan manajemen, 5) penyusunan RAPB satu tahun, dan 6) penyusunan cash flow dan perhitungan hasil usaha.

Sebagai gambaran, materi yang diberikan pelatihan manajemen organisasi dan Sistem Prosedur Koperasi meliputi: 1) pelatihan manajemen organisasi dan sistem prosedur koperasi, 2) pengertian manajemen organisasi, 3) struktur organisasi, 4) pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab, 5) pengertian dan tujuan sistem, 6) inventarisasi kegiatan badan usaha, 7) penyusunan sisdur penerimaan dan pengeluaran kas dari kegiatan usaha, 8) penyusunan sisdur penerimaan dan pengeluaran kas dari kegiatan pembelian aktiva tetap.

162

Sebagai gambaran, materi yang diberikan pelatihan akuntansi meliputi: 1) pengertian dan fungsi akuntansi, 2) prinsip dan standar akuntansi keuangan, 3) proses akuntansi, 4) pengertian, bukti dan pencatatan transaksi, 5) persamaan akuntansi dan aturan debet kredit, 6) rekening buku besar dan sistem nomor rekening, 7) penyusunan jurnal, 8) pemindahbukuan dalam buku besar dan neraca saldo, 9) penyusunan laporan keuangan (neraca, perhitungan hasil usaha dan catatan atas laporan), 10) sistem pengawasan internal, 11) analisa laporan keuangan.

Sebagai gambaran, materi yang diberikan pelatihan pemeriksaan meliputi: 1) pengertian, tujuan serta karakteristik pengawasan dan pemeriksaan koperasi, 2) fungsi, tujuan, wewenang dan tanggung jawab pengawas, 3) prinsip dan tata cara persiapan pemeriksaan, 4) pokok-pokok pemeriksaan aktiva, kewajiban dan modal, 5) pokok-pokok pemerikasaan pos-pos perhitungan hasil usaha, 6) tata cara penyusunan laporan.

Dokumen terkait