4.2 Bidang Unggulan
4.2.2 Sistem Penyelenggaraan Negara Anti Kejahatan Kemanusiaan
Permasalahan besar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah kejahatan
kemanusiaan yang tergolong extra ordinary crime yang meliputi kejahatan korupsi, terorisme,
narkoba dan human trafficking (perdagangan manusia). Displai kasus-kasus korupsi dan
perilaku tercela dari para penyelenggara negara selalu menjadi konsumsi sehari-hari media
cetak dan elektronik seperti kasus korupsi petinggi partai potitik, anggota DPR pusat dan
daerah, menteri, gubernur, bupati, hakim, jaksa, polisi, suap-menyuap dalam proses
penegakan hukum, dan sebagainya. Ini merupakan cerminan dari krisis kepemimpinan yang
sedang melanda aktor penyelenggara negara Indonesia. Berbagai permasalahan korupsi yang
terjadi disinyalir disebabkan karena (1) masih kuatnya budaya organisasi yang toleran
terhadap korupsi di Indonesia; (2) masih cukup tingginya peluang melakukan korupsi di
Indonesia; (3) masih kurang beratnya sanksi terhadap pelaku korupsi di Indonesia; (4) masih
tingginya "perceived net-benefit" dari korupsi di Indonesia; (5) gaya hidup berlebih-lebihan
dari para pejabat di Indonesia.
Serangkaian peristiwa kekerasan dan teror juga marak terjadi akhir-akhir ini, mulai
dari peledakkan bom di Bali dua kali berturut-turut, yang merenggut ratusan jiwa, peristiwa
teror di Poso, yang merenggut nyawa ribuan orang, dan aksi teror di Ambon yang juga
merenggung nyawa ribuan, aksi peledakkan bom di kedutaan Australia, Hotel Rizt Carlton,
JW Marriot. Aksi teror disertai pembunuhan dan perampokan, bahkan pembunuhan aparat
keamanan, terjadi di Sumatra Utara dan Solo, Jawa Tengah. Nampaknya Indonesia belum
merupakan negara yang aman dari kegiatan terorisme, dan terorisme masih merupakan
momok yang menakutkan. Kejahatan terorisme merupakan salah satu jenis kejatan
kemanusiaan yang tergolong extra ordinary crime, sehingga membutuhkan penanganan yang
serius dan ekstra akan tetapi tetap mengacu pada koridor penghargaan nilai kemanusiaan dan
keadilan.
Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia, sekarang ini sudah sangat
memprihatinkan. Hal ini disebabkan beberapa hal antara lain karena Indonesia yang terletak
pada posisi di antara tiga benua dan mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka pengaruh globalisasi, arus transportasi yang sangat maju dan penggeseran
nilai matrialistis dengan dinamika sasaran opini peredaran gelap. Masyarakat Indonesia
bahkan masyarakat dunia pada umumnya saat ini sedang dihadapkan pada keadaan yang
sangat mengkhawatirkan akibat maraknya pemakaian secara illegal bermacam – macam jenis
narkotika. Kekhawatiran ini semakin di pertajam akibat maraknya peredaran gelap narkotika
yang telah merebak di segala lapisan masyarakat, termasuk di kalangan generasi muda. Hal
ini akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan bangsa dan negara pada masa mendatang.
Narkotika berpengaruh terhadap fisik dan mental, apabila digunakan dengan dosis yang tepat
dan dibawah pengawasan dokter anastesia atau dokter phsikiater dapat digunakan untuk
kepentingan pengobatan atau penelitian sehingga berguna bagi kesehatan phisik dan kejiwaan
manusia. Adapun yang termasuk golongan narkotika adalah candu dan komponen-
komponennya yang aktif yaitu morphin, heroin, codein, ganja dan cocoain, juga hasish,
shabu-shabu, koplo dan sejenisnya. Bahaya penyalahgunaannya tidak hanya terbatas pada diri
pecandu, melainkan dapat membawa akibat lebih jauh lagi, yaitu gangguan terhadap tata
kehidupan masyarakat yang bisa berdampak pada malapetaka runtuhnya suatu bangsa negara
dan dunia. Negara yang tidak dapat menanggulangi penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika akan diklaim sebagai sarang kejahatan ini. Hal tersebut tentu saja menimbulkan
dampak negatif bagi citra suatu negara. Untuk mengantisipasi masalah tersebut telah diadakan
berbagai kegiatan yang bersifat internasional, termasuk konferensi yang telah diadakan baik
di bawah naungan Liga Bangsa-Bangsa maupun di bawah naungan Peserikatan Bangsa –
Bangsa. Saat ini di Indonesia, rasionalisasi tentang manajemen narkoba tidak jelas baik di
bidang kesehatan dan hukum sehingga sering membingungkan serta menjadi perdebatan di
kalangan masyarakat luas.
Perdagangan orang atau Human Trafficking merupakan sebuah kejahatan yang sangat
sulit diberantas dan disebut-sebut oleh masyarakat internasional sebagai bentuk perbudakan
modern dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Kejahatan ini terus menerus
berkembang secara nasional maupun internasional. Perdagangan orang didefinisikan sebagai
perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang, dengan
ancaman, atau penggunaan kekerasan, atau bentuk-bentuk seseorang, dengan ancaman, atau
penggunaan kekerasan, atau bentuk-bentuk pemaksaan lain, penculikan, penipuan,
kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, atau memberi atau menerima
bayaran atau manfaat untuk memperoleh ijin dari orang yang mempunyai wewenang atas
orang lain, untuk tujuan eksploitasi. Eksploitasi mencakup, paling tidak, eksploitasi pelacuran
dari orang lain, atau bentuk lain dari eksploitasi seksual, kerja atau pelayanan paksa,
perbudakan, atau praktek-praktek yang mirip dengan perbudakan, atau pengambilan organ
tubuh. Perdagangan manusia merupakan kejahatan kemanusiaan (human trafficking) dan
kejahatan Lintas Negara (Transnational Organized Crime). Indonesia tergolong negara paling
banyak dalam hal perdagangan manusia yaitu sebesar 4,332 (juta) diantara negara Cambodia,
Myanmar, Colombia, Uzbekistan, Ukraina, dan Maldova. Korban pada umumnya perempuan
3,768 (juta) dan laki-laki 564 (ribu). Jenis Perdagangan Manusia, “TKI sebagai Perbudakan
Moderen, TKI/W (Domestic Workers) 2,305 (53,21%), Pelayan Toko/Hotel (waitress), 561
(ratus ribu) dijadikan Pelacur (Forced Prostitution), 694 (ratus ribu), 16,02%, dan Pekerja Sek
(sex workers) 50,000 (puluh ribu), dan perdagangan bayi, sekitar (baby sellers) 5000 (0,12%).
Permasalahan yang dihadapi di Indonesia adalah lemahnya instrumen hukum internasional
dan hukum serta kebijakan nasional dalam menanggulangi kejahatan perdagangan manusia
dan belum efektifnya peran aparat pemerintah dan penegak hukum RI dalam mencegah dan
menanggulangi kejahatan perdagangan manusia.
Evaluasi Model Perancangan Model R&D Tahun 2016 2017 2018 2019 2020
Gambar 4.2 Road Map Sistem Penyelenggaraan Negara Anti Kejahatan Kemanusiaan Berbasis Keadilan
Produk Model Penyelenggaraan Negara Anti Kejahatan Kemanusiaan Berbasis Keadilan
Evaluasi Model Pencegahan dan Penanggulangan Korupsi, Terorisme, Narkoba yang Jelas di Bidang Kesehatan dan Hukum, Perbudakan Moderen dan Perdagangan Manusia berbasis Hukum Berkeadilan di Indonesia
Perancangan Model Pencegahan dan Penanggulangan Korupsi, Terorisme, Narkoba yang Jelas di Bidang Kesehatan dan Hukum, Perbudakan Moderen dan Perdagangan Manusia berbasis Hukum Berkeadilan di Indonesia
Pencegahan dan Penanggulangan Korupsi, Kejahatan Terorisme, Narkoba dan Perbudakan Modern serta Perdagangan Manusia berbasis Hukum Berkeadilan di Indonesia
Tabel 4.2 Tahapan Pelaksanaan Road Map Sistem Penyelenggaraan Negara Anti Kejahatan Kemanusiaan Berbasis Keadilan
Sub Tema Permasalahan Umum Permasalahan Khusus2016-2020 Topik-Topik Riset2016-2020 Output/Produk
Korupsi Masih kuatnya budaya organisasi yang toleran terhadap korupsi di Indonesia Masih cukup tingginya
peluang melakukan korupsi di Indonesia
Masih kurang beratnya sanksi terhadap pelaku korupsi di Indonesia
Masih tingginya "perceived net-benefit" dari korupsi di Indonesia
Gaya hidup berlebih-lebihan dari para pejabat di Indonesia
Tahun 2014:
Salah satu faktor utama dari munculnya korupsi di Indonesia adalah karena adanya "rasionalisasi" yang bersumber dari budaya atau kebiasaan ditempat pelaku korupsi berkerja.
Tahun 2016:
1. Budaya organisasi sebagai sumber rasionalisasi korupsi
2. Pembentukan budaya organisasi yang bersih dan transparan dalam
pemberantasan korupsi 3. Redefinisi Korupsi dalam
upaya pencarian solusi
MODEL KEBIJAKAN TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KORUPSI BERBASIS KEADILAN Tahun 2015:
Salah satu faktor utama dari munculnya korupsi di Indonesia adalah faktor kesempatan yang berasal dari berbagai sumber seperti kurang kuatnya pengendalian internal organisasi
Tahun 2017:
1.Identifikasi faktor – faktor penyebab munculnya kesempatan tindak korupsi di Indonesia
2.Model situational crime prevention untuk pencegahan korupsi di Indonesia
Tahun 2016:
Sanksi yang ringan kepada para koruptor dibandingkan dengan kerugian negara yang diakibatkan dari tindak korupsi kurang memberikan efek jera bagi koruptor dan calon koruptor
Tahun 2018:
1.Model sanksi bagi koruptor di Indonesia dan
perbandingan dengan negara lain.
Tahun 2017:
Masih tingginya anggapan diantara para koruptor bahwa keuntungan melakukan
Tahun 2019:
1. “cost” dan “benefit” pelaku korupsi dan upaya meminimalisir “perceived
Sub Tema Permasalahan Umum Permasalahan Khusus 2016-2020
Topik-Topik Riset
2016-2020 Output/Produk
korupsi di Indonesia bagi pelaku masih lebih besar daripada resiko dan kerugiannnya.
Politisi dan pejabat di Indonesia sering terlihat hidup dengan bermewh - mewahan melebihi kemampuan finansialnya.
net-benefit” tindak korupsi di Indonesia
2. Konsumerisme sebagai faktor motivasi tindak korupsi di Indonesia 3. Membangun pola pikir
hidup sederhana sebagai bagian upaya pencegahan tindak korupsi di Indonesia Terorisme Kejahatan terorisme merupakan
salah satu jenis kejatan kemanusiaan yang tergolong extra ordinary crime, sehingga membutuhkan penanganan yang serius dan ekstra akan tetapi tetap mengacu pada koridor penghargaan nilai Kemanusiaan dan Keadilan
Tahun 2014:
Mengidentifikasi Akar Persoalan Terorisme
Tahun 2016:
1. Latar Sosial Ekonomi, Psikologis, Teks Agama, dan Politik di Balik Terorisme MODEL KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENANGGUALANGAN KEJAHATAN TERORISME BERBASIS KEADILAN DI INDONESIA Tahun 2015: Mengidentifikasi Pola Penanganan Terorisme oleh Negara
Tahun 2017:
1. Kebijakan Penanganan Terorisme oleh Negara 2. Kelebihan dan
kekurangan Pola Penanganan Terorisme oleh Negara
Tahun 2016:
Mengidentifikasi Isu Cross Border, Baik dalam Hal Tindak Pidana Terorisme dan Pola Penanganan oleh Negara
Tahun 2018:
1. Pola Terorisme Lintas Negara terkait ideologi dan kerjasama
Internasional
2. Skema Kontra Terorisme Internasional
Tahun 2017:
Merumuskan Model
Penanganan Terorisme yang Adil dan Manusiawi
Tahun 2019:
1. Model Pendekatan yang Dapat Digunakan Untuk Mereduksi Nalar Terorisme
Sub Tema Permasalahan Umum Permasalahan Khusus 2016-2020
Topik-Topik Riset
2016-2020 Output/Produk
2. Model Penanganan Terorisme yang Dapat Digunakan Oleh Negara Narkoba Rasionalisasi tentang
manajemen Narkoba yang tidak jelas baik di bidang kesehatan dan hukum sehingga sering membingungkan serta menjadi perdebatan di kalangan masyarakat luas. Tahun 2014: Penyalahgunaan Narkoba makin meningkat Tahun 2016: 1. Faktor-faktor penyebab pemakaian narkoba di masyarakat dan jenis-jenis narkoba yang digunakan 2. Masa depan drug users
MODEL KEBIJAKAN TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN NARKOBA YANG JELAS DI BIDANG KESEHATAN DAN HUKUM BERBASIS PADA KEADILAN Tahun 2015: Merebaknya pemakaian narkoba di kalangan artis, birokrat, pejabat, penegak hukum, tenaga kesehatan, dan di kalangan remaja maupun masyarakat luas
Tahun 2017:
1. Faktor-faktor penyebab meningkatnya pemakaian dan beredarnya narkoba di kalangan masyarakat luas Tahun 2016:
Tindak pencegahan yang telah dilakukan belum membuahkan hasil yang memuaskan
Tahun 2018:
1. Efektifitas UU narkoba (UU wajib lapor, BNN, rehabilitasi, PTRM, UU psikotropika, UU kesehatan, Farmasi dan penegak hukum) 2. Dampak medis
penyalahgunaan narkoba Tahun 2017:
Upaya preventive lebih baik dari pada tindakan
curative/rehabilitative
Tahun 2019:
1. Peran para ahli, media masa dan keluarga dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba Human Trafficking 1. Semakin meningkat perdagangan manusia Tahun 2014: Bagaimana keberadaan Tahun 2016: 1. Meninjau dan
Sub Tema Permasalahan Umum Permasalahan Khusus 2016-2020 Topik-Topik Riset 2016-2020 Output/Produk merupakan kejahatan kemanusiaan (human trafficking) dan kejahatan Lintas Negara
(Transnational Organized Crime).
2. Indonesia tergolong negara paling banyak dalam hal perdagangan manusia yaitu sebesar 4,332 (juta) diantara negara Cambodia,
Myanmar, Colombia, Uzbakistan, Ukrania, dan Maldova. (International Organization for Migration (IOM) 2005-2012)
3. Korban pada umumnya perempuan 3,768 (juta) dan laki2 564 (ribu) Jenis Perdagangan Manusia, “TKI sebagai Perbudakan
Moderen (Gabe Nurcahyo 2012)”, TKI/W (Domestic Workers) 2,305 (53,21%), Pelayan Toko/Hotel (waitress), 561 (ratus ribu), dijadikan Pelacur (Forced Prostitution), 694 (ratus ribu), 16,02%, dan Pekerja Sek (sex workers) 50,000 (puluh ribu), dan
perdagangan bayi, sekitar (baby sellers) 5000, 0,12).
Instrumen Hukum dan HAM (Internasional dan Nasional) terkait dengan pengaturannya (Legal Subtantive).
Penyediaan tenaga kerja ke luar negeri TKI/W dan timbulnya praktek perbudakan moderen dan perdagangan manusia? (Kajian normatif, dokumen, dan bahan-bahan non hukum lainnya di perpustakaan)
mengevaluasi Instrumen Hukum dan HAM (Internasional yang diratifikasi di Indonesia dan negara sahabat. 2. Produk hukum nasional
pengaturannya (Legal Subtantive)terkait dengan pencegahan dan
penindakan penyediaan tenaga kerja ke luar negeri TKI/W dan timbulnya praktek perdagangan manusia.
3. Kepastian hukum, tugas, fungsi, kewenangan dan tanggung jawab aparat pemerintah dan penegak hukum. MODEL DAN PEDOMAN KEBIJAKAN (KONSEP STRATEGIS DAN METODE) PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN “PERBUDAKAN MODEREN” DAN PERDAGANGAN MANUSIA BERBASIS HUKUM BERKEADILAN DI INDONESIA Tahun 2015:
Bagaimana pemerintah pusat dan daerah konsisten dalam mengimplementasikan (meratifikasi konvensi atau perjanjian internasional dan HAM), sebagai bagian hukum nasional dan peraturan kebijakan lainnya untuk merealisasikannya penuh kepastian hukum dan kemanfaatan? (Kajian Pustaka dan Lapangan (Field Work) Tahun 2017: 1. Konsistensi pemerintah pusat (Kementerian Perburuhan dan Transmigrasi, Kementerian Luar Negeri) LPJ TKI, BNPTKI dan Pemerintah Daerah, serta penegak hukum (Legal Structure) dalam merealisasikan peraturan hukum
Internasional dan nasional serta
Sub Tema Permasalahan Umum Permasalahan Khusus 2016-2020
Topik-Topik Riset
2016-2020 Output/Produk
4. Kelemahan Instrumen hukum internasional dan hukum serta kebijakan nasional dalam
menanggulangi kejahatan perdagangan manusia dan belum efektifnya peran aparat pemerintah dan penegak hukum RI dalam mencegah dan
menanggulangi kejahatan perdagangan manusia
faktor penghambat dan pendukung, dihadapi oleh pemerintah dan mitra- mitranya, baik internal maupun eksternal dalam perekrutan dan pengiriman serta
3. Menentukan model pencegahan dan standar pengawasan terkait perekrutan, pengiriman, dan perlindungan TKI serta penyimpangannya Tahun 2016:
Mengapa dan bagaimana praktek perdagangan manusia tumbuh dan berkemband id daerah-daerah tertentu (Jawa Barat, Pekan Baru, dan wilayah perbatasan (Penelitian Lapangan)
Tahun 2018:
1. Mengidentifikasi jenis- jenis perdagangan manusia serta praktik perbudakan moderen dan perdagangan manusia.
2. Merumuskan hubungan sebab akibat sebagai faktor pengaruh internal dan eksternal sehingga timbul perdagangan manusia di Jawa Barat, Pekan Baru, dan wilayah perbatasan. 3. Merumuskan model
pencegahan dan penindakan termasuk sanksi atas pelaku perdagangan manusia Tahun 2017:
Apa urgensi adanya pedoman
Tahun 2019: 1. Pedoman standar
Sub Tema Permasalahan Umum Permasalahan Khusus 2016-2020
Topik-Topik Riset
2016-2020 Output/Produk
standar pencegahan dan penanggulangan praktik pengiriman TKI/W ke luar negeri yang hak-hak dasarnya terlindungi secara baik dan benar berbasis berkeadilan?
(Semiloka, Workshop, dan Penyusunan Executive Summary)
pencegahan dan
penanggulangan praktik pengiriman TKI/W ke luar negeri yang hak-hak dasarnya terlindungi secara baik dan benar. 2. Menegaskan pentingnya
kerjasama terpadu antar aparat pemerintah terkait serta penegak hukum dalam pencegahan dan penanggulangan TKI menjadi korban
perbudakan modern dan perdagangan manusia, termasuk peningkatan pembuatan MoU dengan negara-negara pihak. 3. Merekomendasikan model
dan kebijakan melalui amandemen UU Perburuhan dan yang terkait serta model pencegahan penindakan dan penghukuman oleh penegak hukum, khususnya di wilayah perbatasan terhadap pelaku kejahatan perdagangan manusia.