• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENUJU KEDAULATAN PANGAN MASYARAKAT KAMPUNG SINAR RESM

6.2 Sistem Pertanian Lokal

Kegiatan pertanian merupakan salah satu sektor utama penghidupan rumahtangga masyarakat Kampung di Sinar Resmi. Ada kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat kasepuhan bahwa siapa yang menggarap lahan pertanian dan bermatapencaharian sebagai petani, tentu hidupnya tidak akan kekurangan. Kegiatan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat adalah pertanian sawah tadah hujan, huma (ladang), dan kebun. Pertanian di huma maupun sawah merupakan kegiatan pertanian yang mendominasi masyarakat kasepuhan karena dari huma dan sawah ini masyarakat menanam padi yang merupakan komoditi pertanian utama. Padi yang dihasilkan merupakan padi lokal yang disebut pare ageung.

Huma merupakan hal yang diutamakan dalam budaya masyarakat. Posisi huma ini menganjurkan agar mengelola huma harus lebih dulu kemudian mengelola sawah. Kegiatan ber-huma memanfaatkan musim penghujan, dimulai sekitar bulan September sampai Oktober, kemudian diikuti menanam padi sawah. Hasil dari menanam padi di huma dan sawah, nantinya ada yang masuk ke leuit

masing-masing rumahtangga dan adapula yang masuk ke leuit sijimat (lumbung kasepuhan). Saat upacara seren Taun (pesta panen), setiap rumahtangga akan memberi hasil padinya sekitar dua pocong untuk dimasukkan ke dalam leuit sijimat yang digunakan sebagai cadangan pangan bagi masyarakat saat musim

paceklik. Selain itu, leuit sijimat dapat digunakan oleh masyarakat untuk keperluan meminjam padi.

Dalam melaksanakan kegiatan menanam padi di huma maupun sawah, masyarakat memiliki prosesi kegiatan sesuai dengan aturan adat yang berlaku. Tahapan kegiatan menanam padi di huma dapat dilihat pada Tabel 13:

Tabel 13. Tahapan Kegiatan Menanam Padi di Huma menurut Bulan dan Pelaksana di Kampung Sinar Resmi Tahun 2011

No Kegiatan Bulan (Sistem

Kalender Islam)

Pelaksana*

1 Narawas

(menandai lokasi yang akan dijadikan huma)

Jumadil Awal Lk

2 Nyacar

(membersihkan lahan, biasanya selama 1 minggu kemudian dikeringkan selama 15 hari sampai 1 bulan)

Jumadil Awal Lk, Pr, P

3 Ngaruhu

(membakar semak yang kering untuk dijadikan pupuk)

Jumadil Akhir Lk

4 Ngerukan

(membakar sisa-sisa yang belum terbakar) Jumadil Akhir Lk, Pr, P 5 Ngaduruk (membakar sisa-sisanya) Jumadil Akhir Lk, Pr 6 Nyara (meremahkan tanah) Jumadil Akhir Lk, Pr, P 7 Ngaseuk

(penanaman bibit padi dengan menggunakan tongkat atau aseuk)

Rajab Lk, Pr, P

8 Ngored

(menyiangi rumput)

Ruwah Lk, Pr, P

9 Mipit/ Dibuat

(memotong padi/ panen)

Haji Lk, Pr

10 Ngadamet lantayan

(membuat tempat menjemur padi)

Haji Lk 11 Mocong

(mengikat padi yang kering)

Muharram Lk, Pr, P

12 Ngalantaykeun

(proses menjemur padi pada lantayakan)

Muharram Lk, Pr

13 Ngunjal

(diangkut ke lumbung padi)

Muharram Lk 14 Ngaleuitkeun (memasukkan ke lumbung) Muharram Lk, Pr 15 Ngeuleupkeun (dirapikan) Muharram Lk 16 Ngadieukeun indung pare

(menyimpan padi di dalam leuit)

17 Selametan (ampih pare)

Muharram Lk, Pr, P

Sumber: Data Primer (diolah), 2011

Keterangan: *Lk: laki-laki, Pr: perempuan, P: pemuda/pemudi

Tabel 13 menggambarkan mengenai prosesi kegiatan menanam padi di

huma, yang dilakukan pada bulan tertentu dan ada pembagian tugas antara laki- laki, perempuan, dan pemuda atau pemudi. Pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan sudah cukup merata. Peran wanita dalam produksi yang besar membuat posisi wanita penting dalam membangun kedaulatan pangan. Masyarakat kasepuhan diwajibkan untuk menanam padi di huma karena merupakan salah satu sistem pertanian warisan leluhur.

Tabel 14. Tahapan Kegiatan Menanam Padi di Sawah menurut Bulan dan Pelaksana di Kampung Sinar Resmi Tahun 2011

No. Kegiatan Bulan

(Sistem Kalender Islam) Pelaksana* 1 Numpang Galeng (membuat pematang) Muharram Lk, P 2 Ngabaladah (menyiangi lahan) Silih Mulud Lk, P 3 Ngambangkeun

(mengisi lahan dengan air/ merendam)

Jumadil Awal Lk, P

4 Ngangler

(membersihkan permukaan lahan dari gulma yang tumbuh sebagian persiapan untuk tebar)

Ruwah Lk, Pr, P

5 Tebar/ Ngipuk

(membuat persemaian padi dengan cara menebar untaian padi)

Jumadil Akhir Lk, Pr

6 Tandur

(menanam padi)

Ruwah Lk, Pr, P

7 Ngarambet

(membersihkan gulma yang ada di sawah) Puasa Pr 8 Babat galeng (membersihkan rumput di pematang sawah) Syawal Lk, Pr, P

9 Dibuat ku etem/ neugel

(panen padi dengan alat etem/ ani- ani)

Haji Lk, Pr, P

10 Ngadamel lantayan

(membuat tempat jemuran padi)

Haji Lk

11 Ngalantay

(menjemur padi di lantayan)

Haji Lk

12 Mocong pare

(mengikat padi menjadi pocong)

13 Diangkut ka leuit/ Ngunjal (mengangkut padi ke leuit/ lumbung)

Sapar Lk

14 Ngaleuitkeun

(memasukkan ke leuit/ lumbung)

Sapar Lk 15 Dieulep di leuit

(merapikan padi di dalam leuit/ lumbung)

Sapar Lk, Pr

16 Ngadiukkeun indung

(memasukkan padi induk ke dalam leuit)

Sapar Lk, Pr

17 Disalametan nganyaran

(selamatan sebagai tanda syukur dengan memasak padi pertama kali)

Silih mulud Pr

Sumber: Data Primer (diolah), 2011

Keterangan: *Lk: laki-laki, Pr: perempuan, P:pemuda/pemudi

Tabel diatas menggambarkan prosesi kegiatan menanam padi di sawah, yang dilakukan pada bulan tertentu dan pembagian peran antara laki-laki, perempuan, dan pemuda atau pemudi. Peran tersebut relatif seimbang dan sama- sama dalam mengerjakan budidaya pertanian mulai dari persiapan lahan sampai proses pengolahan hasil panen. Meskipun demikian terdapat juga beberapa perbedaan jenis kegiatan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Terdapat aturan adat tertentu yang hanya memperbolehkan laki-laki atau perempuan saja mengerjakan suatu kegiatan budidaya pertanian. Dalam persiapan lahan sawah yang menggunakan bajak dan cangkul khusus dilakukan oleh laki-laki. Begitu pula yang memberi do’a dan pemilihan benih padi harus Abah sebagai ketua adat. Untuk menanam, memeliihara tanaman (ngoret), memupuk dan memanen dapat dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan. Namun untuk menumbuk padi hanya diperbolehkan dilakukan oleh perempuan. Dari pembagian kerja tersebut, peran laki-laki dan perempuan sudah cukup seimbang dalam pertanian.

Selain rangkaian tahapan menanam masyarakat Kampung Sinar Resmi juga memiliki berbagai kegiatan pertanian. Rangkaian seluruh kegiatan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Sinar Resmi antara lain:

1. Ngaseuk, merupakan dimulainya kegiatan menanam padi di huma dengan memasukan benih ke dalam lubang.

2. Beberes mager, merupakan ritual untuk menjaga padi dari serangan hama. Kegiatan ini dilakukan oleh pemburu di ladang milik kasepuhan dengan

diawali dengan pembacaan doa. Kegiatan ini dilaksanakan sekitar bulan Muharam.

3. Ngarawunan, merupakan ritual untuk meminta isi padi agar tumbuh subur dan tidak ada gangguan. Kegiatan ini dilakukan oleh semua incu putu

setelah padi berumur tiga sampai empat bulan.

4. Mipit, merupakan kegiatan memanen padi yang dilakukan lebih dahulu oleh Abah sebagai pertanda masuknya musim panen.

5. Nutu, merupakan kegiatan menumbuk padi pertama setelah panen.

6. Nganyaran, merupakan kegiatan memasak nasi menggunakan padi hasil penen pertama, dua bulan setelah masa panen.

7. Tutup nyambut, merupakan kegiatan yang menandakan selesainya semua aktivitas pertanian di sawah yang ditandai dengan acara selamatan. Tutup nyambut juga dijadikan sebagai pertanda dimulainya masa untuk membajak sawah dan mempersiapkan lahan untuk ditanam kembali.

8. Seren taun, merupakan acara yang ditujukan untuk mensyukuri hasil panen pada tahun tersebut. Acara tersebut berisi hiburan untuk masyarakat yang telah bekerja dalam pertanian selama satu tahun. Sebulan sebelum acara saren taun dimulai, sebelumnya ada musyawarah yang melibatkan seluruh incu putu untuk menentukan besarnya anggaran yang dibutuhkan. Kegiatan pertanian sudah menjadi ciri khas, tradisi, dan cara hidup pada rumahtangga masyarakat Kampung Sinar Resmi. Gambaran rumahtangga masyarakat menunjukkan pencapaian dalam memenuhi kebutuhannya. Rumahtangga masyarakat di Kampung Sinar Resmi pada umumnya memiliki jumlah tanggungan tiga orang. Lahan garapan yang dikelola oleh rumahtangga di Kampung Sinar Resmi adalah 9.68 patok (3872 m2). Ukuran patok merupakan ukuran yang pada umumnya digunakan oleh masyarakat kasepuhan untuk mengetahui luas lahan yang digarap. Satu patok bila dikonversi dalam satuan luas sama artinya dengan 400 m2. Sistem pertanian yang diterapkan yaitu huma, sawah, dan kebun dengan komoditi utama adalah padi lokal. Tanaman padi meskipun merupakan komoditi utama tetapi bukan untuk diperjualbelikan. Aturan adat kasepuhan melarang bagi para incu putu (pengikut) Kasepuhan Sinar Resmi untuk menjual padi apalagi dalam bentuk beras. Masyarakat percaya beras

merupakan sosok ibu yang filosofinya tidak boleh menjual “ibu” karena akan dianggap berdosa. Padi yang dihasilkan, hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari saja. Kalaupun ada rumahtangga yang kekurangan pangan dan membutuhkan padi, mereka bisa meminjam padi dari lumbung kasepuhan atas seizin Abah.

Mengenai produktivitas padi, dalam sekali panen yakni satu tahun sekali, sesuai dengan aturan adat kasepuhan. Hasil yang diperoleh juga beragam sesuai dengan pengusahaan masing-masing rumahtangga. Jumlah padi yang dihasilkan dihitung berdasarkan satuan lokal yakni “pocong”. Jika dikonversikan menjadi kilogram maka 1 pocong sama dengan 4 kilogram. Berikut Tabel 15 menyajikan data hasil pertanian menurut luas pengusahaan di Kampung Sinar Resmi:

Tabel 15. Jumlah Padi yang Dihasilkan Rumahtangga menurut Luas pengusahaan Tanah di Kampung Sinar Resmi Tahun 2011

Luas Pengusahaan Tanah Jumlah padi yang dihasilkan (pocong) Luas 3767 Sedang 2112 Sempit 1991

Total 7870

Sumber: Data Primer (diolah), 2011

Rumahtangga responden masyarakat Kampung Sinar Resmi menghasilkan padi 7870 pocong atau sekitar 31,480 kilogram. Jika dihitung berdasarkan jumlah tanggungan rumahtangga, maka tiap rumahtangga memiliki produktivitas hasil pertanian rata-rata 253.8 pocong atau 1015.4 kg/rumahtangga. Jumlah tersebut dirasakan cukup oleh responden untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama satu musim tanam.

Tanaman pertanian lain yang biasanya dibudidayakan adalah tanaman palawija dan tanaman obat-obatan jenis kapulaga. Biji kapulaga biasanya dikeringkan dan dijual ke pedagang yang datang ke kampung ini. Selain dari tanaman, beberapa masyarakat memelihara ternak sebagai usaha sampingan dan tabungan untuk memenuhi kebutuhan yang mendadak.

Untuk menopang kebutuhan masyarakat juga ada yang mengolah aren. Masyarakat memposisikan pohon aren sebagai pohon yang cukup istimewa karena seluruh bagian dari pohon aren bermanfaat. Karena manfaat yang banyak inilah, orangtua atau kolot di masyarakat kasepuhan menanamkan nilai-nilai yang baik pada anak-anaknya yaitu ‘hirup kudu siga tangkal kawung’ yang artinya

‘sebagai manusia hidup harus seperti pohon aren yang memiliki banyak manfaat dan dapat berguna bagi orang lain’. Semua bagian pohon aren dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari, antara lain air nira untuk gula aren dan cuka, buah aren (kolang kaling) untuk dikonsumsi sebagai makanan, akarnya untuk obat tradisional, daun muda/janur untuk pembungkus kertas rokok, dan batangnya untuk membuat sagu aren serta berbagai macam peralatan dan bangunan. Masyarakat memanfaatkan air niranya untuk dijadikan gula aren dalam bentuk gula batok/kojor. Namun seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat mulai mengolah gula aren dalam bentuk gula semut.

Awalnya aren merupakan salah satu hasil hutan atau kebun yang dimanfaatkan masyarakat kasepuhan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Namun, seiring berjalannya waktu hasil aren pun ternyata memiliki nilai ekonomis sehingga masyaarakat kasepuhan pun mulai memanfatkan aren sebagai sumber pendapatan bagi rumah tangga. Mata pencaharian utama masyarakat kasepuhan yang umumnya adalah petani padi, baik sawah maupun huma. Oleh karena itu, menyadap aren merupakan pekerjaan sampingan yang dilakukan oleh masyarakat kasepuhan untuk menambah pendapatan mereka berupa uang. Selain itu, mereka juga memperoleh pendapatan dari menjual hasil kebun lain seperti sayur, buah- buahan, dan kayu serta pekerjaan lainnya sebagai tukang ojek dan kuli

Terkait dengan pengolahan lahan pertanian., tidak semua pekerjaan bisa dilakukan sendiri oleh anggota rumahtangga. Selama satu musim tanam yang dilakukan terdapat kegiatan yang dilakukan dengan bantuan orang lain. Seperti pada saat kegiatan panen, masyarakat lain yang ingin membantu dapat ikut memanen.

Karakteristik sistem penghidupan dan nafkah yang dikembangkan rumahtangga di pedesaan sangat ditentukan oleh sistem sosial-budaya masyarakat setempat dengan tiga elemen penting, yaitu: infrastruktur sosial, struktur sosial, dan supra struktur sosial. Terkait dengan struktur sosial (setting lapisan sosial, struktur sosial, struktur demografi, pola hubungan pemanfaatan ekosistem lokal, pengetahuan lokal).

Infrastruktur sosial dalam hal ini adalah setting kelembagaan dan tatanan norma sosial yang berlaku. Infrastruktur sosial ini dilandasi oleh elemen supra

struktur sosial yang terdiri dari setting ideologi, etika moral ekonomi, dan sistem nilai yang berlaku. Kedua elemen ini satu sama lain saling berkaitan dan menjadi dasar pengembangan sistem kelembagaan ekonomi di masyarakat pedesaan. Dari elemen supra struktur sosial masyarakat kasepuhan yang mewakili masyarakat pedesaan tradisional setting ideologi, etika moral ekonomi dan sistem adat yang berlaku dilandaskan pada peraturan adat dimana manusia selaras dengan alam. Dengan sendirinya kelembagaan sosial dan tatanan sosial yang dibuat selalu menjaga agar terjadi harmonisasi dengan alam sekitarnya. Oleh karenanya kelembagaan ekonomi yang dibangun masih berupa sistem produksi subsisten yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri.

Masyarakat Desa Sinar Resmi dalam kehidupan sehari-hari patuh terhadap peraturan adat yang berlaku. Peraturan adat sebagai infrastruktur sosial dalam komunitas ini dilandasi oleh supra struktur sosial yang menyelaraskan kehidupan antara manusia dengan alam.