• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status kepemilikan lahan adalah hubungan responden dengan areal yang sedang dikelola berdasarkan status hukum (hak) Pengukurannya

PENDEKATAN TEORITIS

2. Status kepemilikan lahan adalah hubungan responden dengan areal yang sedang dikelola berdasarkan status hukum (hak) Pengukurannya

dilakukan dengan menggunakan skala ordinal dengan dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu: (1). pemilik, (2). Penggarap, dan (3). Pemilik penggarap

3. Lapisan sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat menurut penguasaan tanah, yakni: (1). Sempit (0-0,25 hektar), (2). Sedang (0,26-0,5 hektar), dan (3). Luas (>0.5 hektar)

4. Jenis kelamin digolongkan menjadi :1. Pria; 2. Wanita

5. Status dalam RT adalah posisi seseorang sebagai anggota rumah tangga dalam hubungan kekerabatan, misal suami, istri, anak, mertua, dan lainnya.

6. Tingkat pendidikan merupakan lama pendidikan yang ditempuh oleh anggota rumahtangga, rendah (<6 tahun), sedang (6-9 tahun), tinggi (>9 tahun).

BAB III

PENDEKATAN LAPANG

3.1Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Sinar Resmi, Desa Sinar Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Alasan yang mendasari pemilihan Kampung Sinar Resmi sebagai lokasi adalah adanya masyarakat adat yang dapat memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri dan juga adanya lembaga pangan berupa lumbung padi atau leuit. Selain itu. Kampung Sinar Resmi merupakan pusat Adat Kasepuhan Sinar Resmi yang memudahkan dalam menggali informasi tentang kelembagaan pangan lokal.

Pengumpulan data dilakukan pada bulan April 2011. Pengolahan data dan hasil penulisan laporan dilakukan pada bulan Mei-Juni 2011. Selanjutnya, perbaikan laporan, konsultasi dilakukan pada bulan Juli-Agustus2011.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan tipe explanatory. Penelitian explanatory merupakan penelitian penjelasan yang menyoroti hubungan antar variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya (Singarimbun dan Effendi, 1989). Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survai menggunakan kuesioner serta didukung oleh data kualitatif seperti hasil konsultasi atau wawancara antara peneliti dan informan. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual secara detail tentang hal-hal yang sedang menggejala dan mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan.

3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, terdapat dua subjek penelitian, yang terdiri dari informan dan responden. Informan adalah pihak-pihak yang berpotensi untuk memberikan informasi mengenai diri sendiri, keluarga, pihak lain, dan lingkungannya. Pemilihan informan dilakukan dengan teknik snowball sampling

(teknik bola salju). Teknik ini juga digunakan untuk menentukan daftar populasi yang karakteristiknya sesuai dengan masalah yang diteliti (kerangka sampling). Adapun informan kunci yang dipilih adalah tokoh-tokoh masyarakat adat setempat yakni ketua adat Kasepuhan Sinar Resmi. Dalam melengkapi data yang didapatkan dari informan kunci, diperlukan data dari informan-informan lainnya yang telah didiskusikan dengan informan kunci. Pemilihan tokoh masyarakat setempat menjadi informan kunci didasarkan pada asumsi bahwa mereka adalah orang-orang yang mengetahui secara mendalam terkait dengan pengaturan pangan.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumahtangga. Penentuan responden dipilih dengan teknik stratified random sampling. Artinya, populasi yang tidak homogen dibagi dalam lapisan-lapisan, dan setiap lapisan diambil sampel secara acak. Dengan menggunakan metode ini, semua lapisan dapat terwakili (Singarimbun dan Effendi, 1989). Populasi meliputi seluruh rumahtangga Kampung Sinar Resmi yang berjumlah 111 rumahtangga (Lampiran 4). Kemudian dari semua daftar rumahtangga dibagi ke dalam beberapa kategori berdasarkan penguasaan tanah. Stratifikasi responden dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu responden I yakni responden rumahtangga yang menguasai tanah 0-0.25 hektar, responden II yakni responden rumahtangga yang menguasai tanah 0.26-0.5 hektar, dan responden III yakni responden rumahtangga yang menguasai tanah lebih dari 0.5 hektar. Kemudian dipilih responden sebanyak 31 rumahtangga yang menurut kategori masing-masing berjumlah 16, 8, dan 7 rumahtangga. Jumlah responden yang diambil dalam penelitian dihitung menggunakan Rumus Slovin. Rumus Slovin digunakan karena ukuran populasi diketahui. Rumus Slovin adalah sebagai berikut:

n NNe

n . 5

= 31 (pembulatan)

Keterangan: N: ukuran populasi e: nilai kritis (15%)

Gambar 2. Gambaran Populasi dan Sampel

Keterangan:

: Populasi

: Kerangka Sampling

3.4 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data dikumpulkan dengan cara:

a) Kuesioner: Teknik kuesioner dilakukan untuk mendapatkan data primer secara kuantitatif terhadap informan.

b) Wawancara mendalam: teknik wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan data primer secara kualitatif yang dapat mendukung penelitian. Wawancara mendalam dilakukan dengan tokoh masyarakat (formal dan non formal) serta warga yang menguraikan secara mendalam mengenai struktur penguasaan tanah, hubungan interaksi dan kerjasama dalam kelembagaan pangan masyarakat.

c) Pengamatan berperan serta: merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti hadir sebagai pengamat dinamika subjek penelitian.

Rumahtangga Kampung Sinar Resmi Rumahtangga kategori >0.5 hektar Rumahtangga kategori 0.26-0.5 hektar Rumahtangga kategori 0-0.25 hektar

d) Melaksanakan “Focus Group Discussion” untuk mendapatkan data kualitatif mengenai hubungan-hubungan antara variabel penelitian menurut masyarakat.

e) Penelusuran dokumen: data sekunder diperoleh dengan melakukan kajian pustaka dan menganalisis berbagai literatur yang ada. Selain itu analisis data sekunder juga diperlukan terhadap dokumen yang diperoleh di lokasi penelitian, seperti data monografi desa, data kepemilikan tanah, dan lain- lain. Berikut rincian mengenai teknik pengumpulan data penelitian:

Tabel 1. Rincian Metode Pengumpulan Data

Uraian Data yang

diperlukan

Metode Sumber data

Mengetahui Struktur penguasaan tanah di Desa Sinar Resmi Sistem penguasaan tanah Sistem pemilikan tanah Struktur pemilikan dan penguasaan tanah Kuesioner Wawancara mendalam Literatur Pemetaan oleh masyarakat Responden Informan Kelembagaan pangan masyarakat di Desa Sinar Resmi

Distribusi hasil panen Partisipasi masyarakat dalam membangun lumbung Struktur kelembagaan FGD yang dilakukan tiga kali, yakni disetiap lapisan masyarakat Wawancara mendalam Responden Responden Sistem norma yang mendukung sistem kedaulatan pangan masyarakat Komponen modal sosial (kepercayaan, norma, dan jaringan) Proses bekerjanya sistem norma Peranan sistem norma dalam kelembagaan pangan Pengamatan berperan serta Wawancara mendalam Studi dokumen Informan Responden

Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan pengkodean. Kegiatan ini bertujuan untuk menyeragamkan data. Setelah pengkodean, tahap

selanjutnya adalah perhitungan persentase jawaban responden dan dipresentasikan melalui analisis deskriptif berupa tabel frekuensi, ukuran pemusatan, dan ukuran penyebaran. Data yang dikumpulkan selanjutnya diolah secara deskriptif dengan mengunakan Microsoft Excel 2007. Selain analisis data kuantitatif, dilakukan pula analisis data kualitatif sebagai pendukung dengan mengutip hasil pembicaraan dengan responden atau informan dan disampaikan secara deskriptif untuk mempertajam hasil penelitian.

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Profil Desa 4.1.1 Kondisi Topografi

Desa Sinar Resmi merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis desa ini terletak antara 106° 27´ - 106° 33´ BT dan 6° 52´ - 6° 44´ LS. Desa Sinar Resmi memiliki luas wilayah 4917 hektar dengan ketinggian tanah 600-1200 meter di atas permukaan laut, dengan karakteristik topografi yang berbukit dan bergunung dengan tingkat kemiringan lereng berkisar antara 25-45 persen. Pemukiman warga masyarakat pada umumnya mengambil wilayah yang relatif datar sementara lahan pertanian masyarakat pada umumnya di lereng-lereng gunung. Suhu rata-rata pada musim kemarau berkisar 28° Celsius sedangkan pada musim penghujan sekitar 21-25° Celsius. Desa Sinar Resmi memiliki curah hujan yang bervariasi antara 2120-3250 mm/tahun dengan kelembaban udara 84 persen. Batas-batas Desa Sinar Resmi antara lain sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Banten, sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Desa Cicadas, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Cihamerang.

Jarak Desa Sinar Resmi dari ibukota kecamatan sekitar 23 kilometer, jarak dari ibukota kabupaten sekitar 33 kilometer, jarak dari ibukota provinsi sekitar 183 kilometer, dan jarak dari ibukota negara sekitar 168 kilometer. Akses lalu lintas kendaraan menuju desa ini tidak begitu sulit tetapi jumlah kendaraan menuju desa tersebut masih terbatas. Untuk mencapai desa ini bisa ditempuh dengan bus melalui jalur Bogor menuju Pelabuhan Ratu dengan waktu tempuh tiga sampai empat jam. Setelah sampai terminal Pelabuhan Ratu, dapat dicapai dengan angkutan umum Elf dengan waktu tempuh sekitar dua jam. Memasuki wilayah perkampungan masyarakat Sinar Resmi dapat menggunakan ojek. Ketika memasuki wilayah Desa Sinar Resmi kondisi jalan masih berbatu dan belum diaspal.

4.1.2 Kondisi Demografi

Desa Sinar Resmi dihuni oleh tiga kelompok masyarakat adat kasepuhan yang merupakan bagian dari Kesatuan Adat Banten Kidul yaitu Kasepuhan Cipta Mulya, Kasepuhan Sinar Resmi, dan Kasepuhan Cipta Gelar. Penelitian ini dilakukan di Kampung Sinar Resmi yang merupakan wilayah pusat Kasepuhan Sinar Resmi.

Berdasarkan data monografi desa tahun 2009, menunjukkan bahwa penduduk Desa Sinar Resmi sekitar 5.007 jiwa yang terbagi dalam 1.497 kepala keluarga dengan jumlah penduduk laki-laki adalah 2.487 jiwa dan penduduk perempuan adalah 2.420 jiwa. Terdapat tujuh kampung atau dusun yang ada di Desa Sinar Resmi yaitu Kampung Sinar Resmi, Cibongbong, Cikaret, Cimapag, Situmurni, Cimemet, dan Sukamulya. Penyebaran penduduk pada tiap-tiap kampung hampir merata dengan komposisi jumlah laki-laki dan perempuan yang seimbang. Jumlah penduduk terbanyak terdapat pada kampung Cibongbong sejumlah 1.023 jiwa sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di kampung Cimemet sebanyak 262 jiwa. Sebagian besar masyarakat Desa Sinar Resmi beragama Islam dengan jumlah sekitar 5.305 jiwa dan yang beragama non Islam sekitar delapan jiwa. Gambaran mengenai penyebaran penduduk di Desa Sinar Resmi pada tiap kampung dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga (KK) menurut Jenis Kelamin di Sinar Resmi Tahun 2009

No Kampung Jumlah Penduduk Jumlah KK

L P Total L P Total 1 Sinar Resmi 203 185 388 100 11 111 2 Cibongbong 517 506 1.023 271 31 302 3 Cikaret 384 328 712 203 19 222 4 Cimapag 409 404 813 210 31 241 5 Situmurni 313 291 604 159 12 171 6 Cimemet 288 274 562 163 21 184 7 Sukamulya 437 432 869 236 30 266

Sumber : Data Kependudukan Kantor Desa Sinar Resmi Tahun 2009

Jumlah penduduk Kampung Sinar Resmi paling sedikit setelah Kampung Cicemet diantara kampung lainnya namun kampung ini merupakan tempat pusat dari kegiatan adat dan pemerintahan. Masyarakat memilih untuk tinggal di kampung lain karena lebih dekat dekat usaha pertanian. Hal tersebut akan

memberikan kemudahan dalam produksi dan pengawasan terhadap usaha tani yang mereka kembangkan.

Kegiatan pendidikan umum yang terdapat di Desa Sinar Resmi yakni pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pendidikan khusus tersedia Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan sekolah madrasah. Masyarakat yang ingin melanjutkan ke tingkat lebih atas pada umumnya sekolah di luar Desa Sinar Resmi. Umumnya masyarakat yang tidak melanjutkan sekolah akan bekerja di sektor pertanian. Berikut tabel kelompok pendidikan dan tenaga kerja di Desa Sinar Resmi:

Tabel 3. Jumlah Penduduk menurut Tingkat Usia,Kelompok Pendidikan dan Kelompok Tenaga Kerja di Desa Sinar Resmi Tahun 2009

Kategori Kelompok Menurut Usia Usia (tahun) Jumlah/Jiwa a. Kelompok Pendidikan 4-6 7-12 13-15 391 784 124 b. Kelompok Tenaga Kerja 20-26

27-40

805 1.402 Sumber : Data Kependudukan Kantor Desa Sinar Resmi Tahun 2009

Sebagian besar penduduk dalam kelompok pendidikan berada di jenjang SD. Jumlah tenaga pendidik untuk melayani pendidikan di Desa Sinar Resmi belum memadai. Untuk mendidik seluruh murid yang bersekolah hanya terdapat 15 guru. Untuk kelompok tenaga kerja di Desa Sinar Resmi sebagian besar berada pada kelompok usia produktif. Selain sebagai tradisi dan lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas menyebabkan sebagian besar berada di sektor pertanian. Sebagian kecil diantaranya bekerja di sektor jasa, seperti bengkel dan pertukangan. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian di Desa Sinar Resmi Tahun 2009

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah/Jiwa Persentase

1. Petani 2.818 88

2. Wiraswasta 163 7

3. Pertukangan 221 5

Sumber : Data Kependudukan Kantor Desa Sinar Resmi Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 4 sebanyak 88 persen berada di sektor pertanian menjadikan sektor yang menjadi sumber penghidupan utama penduduk Desa Sinar Resmi. Pertanian juga didukung oleh kondisi alam Desa Sinar Resmi yang

cocok untuk kegiatan pertanian. Kegiatan pertanian oleh penduduk Desa Sinar Resmi dibagi menjadi tiga bagian yaitu padi dan palawija, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Kegiatan pertanian menyebabkan kebutuhan akan tanah semakin banyak dan persentase penggunaan tanah yang semakin besar. Penggunaan tanah tanah Desa Sinar Resmi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Penggunaan Lahan di Desa Sinar Resmi Tahun 2009

Status Tanah Tanah Milik Adat/Desa (Ha) Tanah Negara Kehutanan, TNGHS (Ha) Jumlah (Ha) 1 2 3 4

Luas Wilayah Desa 917 4.000 4.917

Luas Wilayah menurut penggunaan Luas Pemukiman 17 19 36 Luas Persawahan 75 225 300 Luas Perkebunan 0 0 0 Luas Kuburan 1 2 3 Luas Pekarangan 7 8 15 Luas Taman 0 0 0 Luas Perkantoran 0 0 0

Luas Prasarana Umum lainnya 1 1 2

Lainnya Tanah Sawah :

Sawah Irigasi Teknis 0

Sawah Irigasi 1/2 Teknis 120

Sawah Tadah Hujan 180

Sawah Pasang Surut 0

Total luas 75 225 300

Sumber: Kantor Desa Sinar Resmi, 2009

Berdasarkan Tabel 5 luas tanah persawahan di Desa Sinar Resmi mencapai 300 hektar atau sekitar 6.1 persen dari total luas desa. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar yakni 81 persen wilayah dijadikan taman nasional. Penggunaan lahan persawahan di Desa Sinar Resmi dapat dilihat sebagian besar lahan desa digunakan untuk lahan persawahan. Jenis sawah yang dikelola sebagian besar merupakan sawah tadah hujan. Hal ini juga disebabkan oleh kondisi topografi desa.

Petani di kampung ini berbeda dengan daerah lainnya dengan hanya melakukan penanaman padi satu tahun sekali sesuai peraturan adat yang berlaku di komunitas. Selain bertanam padi, pada saat musim kemarau para petani

memanfaatkan ladang untuk bertanam palawija atau ikan untuk lahan sawah yang diberakan. Selain bertanam padi, petani memanfaatkan kesuburan lahan untuk menanam tanaman kapulaga (kapol) yang harganya relatif mahal sebagai bahan obat-obatan. Selain itu masyarakat juga memanfaatkan tanaman kayu keras sebagai salah satu sumber penghasilan.

4.2 Profil Kasepuhan Sinar Resmi 4.2.1 Sejarah Kasepuhan Sinar Resmi

Kasepuhan Sinar Resmi terletak di Desa Sinar Resmi, bersama dengan dua kasepuhan lainnya, yakni Kasepuhan Cipta Mulya dan Kasepuhan Cipta Gelar. Ketiga kasepuhan ini satu sama lain saling terkait dan masih dalam satu keturunan. Berdasarkan keterangan beberapa orang sesepuh komunitas, munculnya masyarakat kasepuhan berawal dari hancurnya Kerajaan Pajajaran sebagai akibat peperangan dengan Banten. Pada saat itu juga terjadi pemberontakan dari dalam sehingga penguasa saat itu tidak dapat bertahan dan untuk menyelamatkan “harta-benda” kerajaan pasukan yang setia terhadap penguasa melarikan diri ke arah selatan menuju tiga daerah yang berbeda. Pasukan pertama yang menjaga harta kekayaan kerajaan melarikan diri ke daerah Galuh dan sampai sekarang dikenal sebagai orang-orang yang sukses dan kaya di daerah Ciamis dan sekitarnya. Pasukan kedua diminta untuk menyelamatkan ajaran agama wiwitan dan melarikan diri ke arah Banten Selatan dan sampai saat ini masih bertahan dengan ajaran tersebut dan dikenal sebagai komunitas Baduy. Pasukan terakhir melarikan diri ke arah Barat dan diminta menuju ke Gunung Halimun untuk menyelamatkan sistem pertanian dan sampai saat ini bertahan sebagai komunitas kasepuhan yang tinggal di sekitar Gunung Halimun dan Gunung Salak.

Berdasarkan tapak tilas yang sampai saat ini masih dapat dilihat, diketahui bahwa komunitas kasepuhan pertama kali didirikan di Bogor, yaitu di Kampung Cigudeg, Leuwiliang. Sebelum Indonesia merdeka, komunitas kasepuhan berpindah berturut-turut sesuai wangsit yang diterima ketua adat ke Lebak Larang (Banten), Lebak Binong, Tegal Luhur, Bojong, Pasir Telaga, dan Pasir Jeungjing. Semua daerah tersebut berada di sekitar Gunung Halimun dan sampai saat ini komunitas yang ditinggalkan masih memegang aturan adat kasepuhan. Hal ini

dikarenakan perpindahan komunitas kasepuhan sesuai wangsit yang diterima oleh “Abah” (sebutan bagi pimpinan kasepuhan) hanya dilakukan oleh pimpinan- pimpinan kasepuhan. Sementara sebagian besar anggota kasepuhan (pengikut) tetap tinggal dan melanjutkan ajaran kasepuhan. Pada Tahun 1959, lokasi kepemimpinan kasepuhan berpindah dari Cicemet ke Cikaret dan bernama kasepuhan Sinar Resmi dengan Abah Rusdi sebagai pimpinan kasepuhan. Pada Tahun 1960, pimpinan kasepuhan digantikan oleh Abah Harjo karena pemimpin sebelumnya meninggal. Tahun 1979 pusat kasepuhan dipindahkan ke Sinarasa dan Kasepuhan Sinar Resmi ditinggalkan. Pada Tahun 1983, Abah Harjo meninggal dan sesuai wasit kepemimpinan dilimpahkan ke Abah Ujat, namun karena saat itu Abah Ujat menjabat sebagai kepala desa, kepemimpinan kasepuhan kemudian dilimpahkan ke Abah Anom. Abah Anom kemudian memindahkan kasepuhan ke Ciptarasa dan pada Tahun 2000 pindah ke Ciptagelar yang dulunya di Cicemet.

Abah Ujat sendiri pada Tahun 1985 dikarenakan dorongan wangsit yang kuat pada akhirnya membuka kasepuhan baru di Sinar Resmi. Pada Tahun 2003, Abah Ujat meninggal dan berdasarkan wangsit kepemimpinan kasepuhan dilimpahkan ke Abah Asep yang ada pada saat itu masih bekerja dan berdomisili di Jakarta. Sementara kasepuhan Sinar Resmi tidak ada yang memimpin dan kemudian Abah Uum yang merupakan saudara Abah Ujat mendirikan kasepuhan Ciptamulya pada Tahun 2003. Karena kuatnya wangsit untuk memimpin kasepuhan akhirnya pada tahun yang sama, Abah Asep menerima kepemimpinan kasepuhan Sinar Resmi dan mengganti nama kasepuhan menjadi Kasepuhan Sinar Resmi.

Berdasarkan sejarah tersebut sampai saat ini ada tiga pusat kasepuhan di Desa Sinar Resmi yaitu Kasepuhan Ciptagelar, Ciptamulya, dan Sinar Resmi. Anggota masing-masing kasepuhan merupakan pembagian dari anggota kasepuhan yang pada masa Abah Ujat menjadi satu disesuaikan dengan batas- batas alam dimana kedudukan anggota komunitas tinggal selain berdasarkan keinginan anggota komunitas itu sendiri untuk memilih kepemimpinan komunitas tertentu meskipun domisilinya tidak dalam batasan kasepuhan yang dipilihnya.

Kasepuhan Sinar Resmi sampai saat ini masih dipimpin oleh Abah Asep yang membawahi sekitar 14.000 anggota kasepuhan, baik yang berada di wilayah Desa Sinar Resmi maupun di luar wilayah ini. Sesuai dengan amanat didirikannya kasepuhan untuk menyelamatkan sistem pertanian Kerajaan Pajajaran, sampai saat ini sistem pertanian yang dilakukan oleh anggota komunitas kasepuhan masih berupa sistem pertanian padi lahan tadah hujan dengan pola tanam sekali dalam satu tahun.

4.2.2 Gambaran Masyarakat Adat Kasepuhan Sinar Resmi

Kasepuhan Sinar Resmi memiliki incu putu (pengikut) yang tersebar di berbagai wilayah atau dusun. Para incu putu ini tidak hanya di Desa Sinar Resmi tetapi juga menyebar di luar wilayah. Namun, dalam lingkup penelitian ini, komunitas anggota kasepuhan yang digunakan adalah komunitas anggota kasepuhan yang secara administratif bertempat tinggal di Kampung Sinar Resmi.

Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi memiliki mata pencaharian utama di sektor pertanian, baik dari huma, sawah, dan kebun sedangkan mata pencaharian sampingan seperti berdagang, tukang ojek, keterampilan pertukangan, dan lain- lain. Berdasarkan tingkat pendidikan, masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi sebagian besar hanya mengenyam pendidikan dasar. Saat ini akses masyarakat untuk meneruskan pendidikan hingga tingkat lanjut sudah mudah meskipun untuk sampai jenjang tingkat atas belum ada.

Masyarakat kasepuhan terbilang cukup terbuka terhadap pengaruh luar, asalkan tidak bertentangan dengan aturan adat dan harus sesuai dengan izin dari Abah. Hal tersebut terbukti dengan masuknya teknologi seperti televisi dan

handphone sehingga akses informasi menjadi lebih mudah. Adanya akses tersebut membuat masyarakat mengenal Bahasa Indonesia meskipun bahasa sehari-hari yang digunakan masyarakat kasepuhan adalah Bahasa Sunda.

Pemukiman masyarakat kasepuhan terlihat padat dan berkumpul dalam satu lokasi yang saling berdekatan. Sebagian besar rumah masyarakat adat adalah rumah panggung. Atap rumah terbuat dari rumbia dengan bangunan dari bambu dan kayu. Tiap rumahtangga anggota kasepuhan memiliki leuit atau lumbung padi yang letaknya tidak jauh dari rumah. Setiap rumah memiliki tungku api (hawu) yang digunakan untuk menanak nasi.

4.3 Struktur Kelembagaan Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi

Kelembagaan yang ada dalam masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi telah ada sejak dahulu. Kelembagaan tersebut menjadi sebuah tradisi yang dijalankan secara turun-temurun. Dalam memimpin kasepuhan, Abah mempunyai perangkat adat yang memiliki tugas masing-masing dan sifatnya turun-temurun. Dalam hal ini, perangkat adat sebagai aktor dalam kegiatan kelembagaan. Perangkat adat yang tidak dapat menjalankan tugasnya akan menurunkan jabatannya kepada kerabatnya melalui wangsit yang akan diterima anggota keluarganya. Orang yang menerima wangsit tersebut akan menjadi perangkat adat yang baru. Berikut adalah struktur kelembagaan adat yang ada di Kasepuhan Sinar Resmi:

Gambar 3. Struktur Kelembagaan Adat Kasepuhan Sinar Resmi

Sumber : Sekretaris Kasepuhan Sinar Resmi, Tahun 2011

Gambar struktur kelembagaan adat di atas merupakan sejumlah perangkat adat yang membantu tugas Abah dalam memimpin Kasepuhan Sinar Resmi. Masing-masing perangkat menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya. Mereka menjalankan tugas sebagai sebuah amanah dan kewajiban sehingga tidak mendapatkan imbalan apapun. Abah dibantu oleh sejumlah staf ahli (penasehat)

PENGHULU GANDEK BENGKONG TUTUNGGUL DUKUN KOKOLOT LEMBUR CANOLI EMA’ BEURANG NGURUS LEUIT TUKANG BANGUNAN KEMIT PARAJI KOKOLOT LEMBUR KOKOLOT LEMBUR TUKANG DAPUR KOKOLOT LEMBUR KASENIAN TUKANG PARA KOKOLOT LEMBUR KOKOLOT LEMBUR TUKANG BEBERSIH KOKOLOT LEMBUR PANDAY DUKUN HEWAN PAMORO PAMAKAYAN

dalam bidang agama dan negara (garis fungsional). Secara struktural, posisi perangkat adat di bawah Abah terdiri dari wakil-wakil Abah (dukun, penghulu,

kokolot lembur, dll). Abah Asep membentuk posisi baru yaitu sekretaris adat tetapi posisi tersebut tidak masuk dalam struktur kelembagaan adat di kasepuhan. Tugas dari sekretaris adalah mencatat jumlah incu putu (pengikut) dan mencatat jumlah pemasukan padi saat pesta tani yang diadakan satu kali setahun setelah panen sebagai rasa syukur. Pesta tani ini dikenal di masyarakat dengan sebutan

seren taun. Selain itu, sekretaris mewakili Abah dalam berhubungan dengan dunia