• Tidak ada hasil yang ditemukan

S ebelum sistem satuan kredit semester (SKS) diberlakukan sepenuhnya di perguruan tinggi sesuai dengan anjuran pemerintah,

sistem yang dilaksanakan di Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen adalah sistem paket. Mata-mata kuliah setiap semester

sudah tertentu dan mahasiswa hanya mengikuti mata-mata kuliah tersebut sesuai dengan semester berjalan. Mata kuliah itu disusun menurut ketentuan Pemerintah dan konsorsium ilmu-ilmu ekonomi. Sehubungan dengan itu, setidaknya hingga pertengahan tahun 1980-an istilah “tingkat” masih lazim dan umum didengar di dunia perguruan tinggi karena seseorang mahasiswa dapat naik tingkat apabila semua mata kuliah pada tingkat sebelumnya telah dilalui. Seseorang harus dapat menyelesaikan mata kuliah yang diikutinya semester demi semester dan tahun demi tahun supaya kenaikan tingkat tidak terkendala. Jadi mahasiswa dapat naik tingkat apabila mata kuliah yang ditawarkan dalam paket tersebut lulus untuk tiap tahun ajaran. Dapat dibayangkan bahwa sistem paket sangat tidak mungkin mempercepat seseorang untuk menyelesaikan studinya lebih singkat dari waktu normalnya. Pada waktu pelaksanaan sistem paket, mahasiswa sudah dapat digolongkan pintar apabila dapat menyelesaikan studinya dalam kurun waktu 5 tahun.

Menyadari kelemahan sistem paket menyebabkan Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen mulai melaksanakan sistem yang mirip dengan sistem satuan kredit semester (SKS) bagi mahasiswanya sebelum pemerintah menganjurkan pemberlakuan sistem SKS tersebut. Sehubungan dengan itu kurikulum pun telah dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memotivasi mahasiswa agar mampu menyelesaikan studinya lebih cepat atau tepat sama dengan waktu minimum 4 tahun atau 8 semester yang diberlakukan dalam sistem SKS tersebut.

Sebagai lembaga swasta, Universitas HKBP Nommensen tidak mempunyai kekebasan penuh dalam menyusun kurikulumnya. Sesuai dengan kebijakan dan pengarahan pemerintah, setiap perguruan tinggi

swasta (PTS) harus mempedomani kurikulum perguruan tinggi negeri (PTN). Kesukaran yang dihadapi oleh PTS timbul oleh karena kurikulum PTN sering tidak sebaik yang diinginkan. Disamping itu kurikulum minimum yang harus diikuti juga oleh universitas-universitas swasta ternyata ada yang terlalu banyak sehingga sebuah universitas swasta hampir tidak berkesempatan lagi untuk memberi ciri atau warna khas kepada para lulusannya.

Oleh karena persyaratan serupa itu, maka kurikulum sejumlah fakultas yang ada di lingkungan Universitas HKBP Nommensen disesuaikan dengan fakultas-fakultas sejenis di universitas negeri yang terdekat. Hingga tahun akademi 1979/80, fakultas-fakultas yang ada di lingkungan Universitas HKBP Nommensen boleh dikatakan mengikuti saja kurikulum fakultas-fakultas di Universitas Sumatera Utara (USU), hampir tanpa memberi ciri atau warna khusus kepada kurikulum tersebut. Namun bagi Fakultas Ekonomi, kenyataan seperti itu tentulah agak bahkan sangat janggal oleh karena Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen adalah jauh lebih tua dan lebih berpengalaman menyusun kurikulum daripada Fakultas Ekonomi USU. Oleh karena keadaan seperti itu dianggap kurang baik, maka dalam kurikulum Fakultas Ekonomi ditambahkan warna sendiri, minimum sebanyak yang mungkin dilakukan, tanpa membebani para mahasiswanya secara berlebih-lebihan. Oleh karena itu kurikulum yang dihasilkan berbeda dalam sejumlah mata kuliah dari kurikulum Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Sebagai mitra pemerintah dalam usaha mencerdaskan kehidupan anak-anak bangsa, setidaknya sejak awal tahun 1980-an, hubungan antara PTS dengan PTN sudah semakin mesra. Walaupun demikian tidak berarti persoalan PTS sudah dengan sendirinya selesai. Banyak

sorotan yang dialamatkan masyarakat terhadap PTS, diantaranya menyangkut uang kuliah yang tinggi, bertele-telenya pelaksanaan ujian negara, dan tidak sedikit juga yang mengeluhkan tentang mutu. Hubungan antara PTS dengan PTN yang sudah dipandang sebagai hubungan kolegial, mengharuskan PTS untuk secara bertahap berupaya meningkatkan mutunya sehingga dapat disejajarkan dengan PTN. Tentulah mutu lulusan Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen tidak dibawah mutu lulusan PTN apalagi apalagi bila dibandingkan dengan PTS lain yang ada di Sumatera Utara.

Berdirinya Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (BMPTSI), Lembaga Perguruan Tinggi Swasta (LPTS) dan Badan Kerja Lembaga Perguruan Tinggi Swasta (BKLPTS), adalah beberapa upaya untuk mewujudkan “kesamaan mutu” dimaksud. Selain itu penerbitan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perguruan Tinggi (Dirjen Dikti) No. 04/Dikti/Kep/1986, tanggal 23 Januari 1986, juga agar PTS berbenah untuk meningkatkan mutunya. Dalam surat keputusan tersebut, antara lain diputuskan bahwa semua PTS wajib melaksanakan sistem satuan kredit semester (SKS) yang dimulai pada tahun akademi 1986/1987. Berlakunya sistem SKS memungkinkan mahasiswa dapat mengatur rencana studi sebaik-baiknya menurut kemampuan masing-masing sesuai dengan tuntutan sistem SKS, sehingga tidak ada hambatan bagi mereka yang ingin menyelesaikan studinya secepat mungkin sesuai dengan kemampuannya. Sistem SKS dapat memacu mahasiswa yang pintar sehingga dapat tamat tepat waktu.

Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen dimungkinkan mengajukan usulan (outline) skripsi apabila sudah menyelesaikan minimal 110 SKS dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) sama atau lebih besar dari dua koma nol dan telah lulus mata kuliah

metodologi penelitian. Sejalan dengan pemberlakuan sistem SKS itu, hingga akhir tahun akademi 1985/1986 telah dilaksanakan konversi sistem lama ke sistem SKS. Namun harus diakui juga bahwa Universitas HKBP Nommensen pada umumnya dan Fakultas Ekonomi pada khususnya bukan hanya melaksanakan konversi tersebut tetapi lebih jauh dari itu.

Sesungguhnya Universitas HKBP Nommensen telah memulai menerapkan sistem satuan kredit semester (SKS) pada tingkat persiapan sejak tahun ajaran 1980/81, sebelum pemerintah memberlakukan sepenuhnya sistem SKS di semua perguruan tinggi. Penerapan sistem SKS di Fakultas Ekonomi, didasarkan kepada pertimbangan bahwa: (a) sistem yang selama ini dipakai oleh Universitas HKBP Nommensen tidak jauh berbeda dengan sistem SKS yang diperkenalkan oleh pemerintah. (b) sistem SKS akan merupakan keharusan juga di perguruan-perguruan tinggi swasta, yang pada awalnya dikatakan akan dimulai pada tahun 1984 akan tetapi diputuskan untuk dimulai tahun 1989. (c) sistem SKS akan memungkinkan mahasiswa menyelesaikan program Sarjana Muda dan Sarjana dalam waktu yang lebih singkat. (d) sistem SKS akan menaikkan persentase mahasiswa yang berhasil dengan pelajaran mereka dalam waktu tertentu.

Implementasi sistem SKS sebagaimana dianjurkan oleh pemerintah selesai dilaksanakan pada tahun 1986/87 dan Universitas HKBP Nommensen umumnya dan Fakultas Ekonomi khususnya telah betul- betul siap pada tahun 1989. Sementara itu, sebagai tindak lanjut dari keputusan Dirjen Dikti yang telah disebutkan di atas, maka semua ujian negara yang diselenggarakan pada tahun akademi 1986/1987 sudah dilaksanakan menurut sistem SKS. Dampak dari pelaksanaan ujian

negara dengan sistem SKS, antara lain adalah biaya ujian negara relatif ringan karena dapat diangsur atau dibayar setiap semester. Demikian juga dengan beban mata kuliah yang diuji dapat “dicicil”, sehingga mahasiswa tidak harus menempuh semua mata kuliah yang diuji secara komprehensif, sebagaimana dilaksanakan menurut sistem lama. Pelaksanaan ujian negara dengan cara mencicil inilah yang dikenal dengan sebutan Ujian Negara Cicilan (UNC).

Pelaksanaan UNC mulai dilakukan sejak tahun ajaran 1986/1987. Sehubungan dengan itu status pengakuan terhadap jurusan turut menentukan komposisi penguji mata kuliah ujian negara yang ditawarkan. Mata kuliah UNC untuk Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan serta Jurusan Manajemen semuanya diuji oleh dosen- dosen Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen karena statusnya “disamakan”. Sebaliknya mata kuliah UNC Jurusan Akuntansi bukan hanya diuji oleh dosen Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen tetapi juga dari Kopertis Wilayah I (Pemerintah) karena statusnya ketika itu masih “diakui”, belum mencapai status “disamakan”. Sepanjang statusnya masih diakui maka komposisi penguji UNC tidak akan berubah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sementara itu status “disamakan” diraih Jurusan Akuntansi barulah diperoleh beberapa tahun berikutnya. Pelaksanaan UNC berlangsung selama beberapa tahun hingga terjadi pertukaran status pengakuan dari “disamakan” (atau dibawahnya seperti “diakui” atau bahkan “terdaftar”) menjadi “terakreditasi”.

4.6. Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK)

N

ormalisasi Kehidupan Kampus (NKK) diperkenalkan oleh

Garis besar

Dokumen terkait