• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Kepemilikan Modal Nafkah Masyarakat Desa Sekitar Lanskap TNTN

Pola nafkah penduduk pedesaan amat terbatas disebabkan keterbatasan modal strategi berupa modal manusia, modal sosial, modal alam, modal fisik dan modal uang sehingga memaksa mereka berada dalam kondisi yang rentan (Rochaeni 2005). Basis nafkah rumah tangga petani adalah segala aktivitas ekonomi pertanian dan ekonomi non pertanian, yang mana setiap individu atau rumah tangga dapat memanfaatkan peluang nafkah dengan memainkan kombinasi modal keras (hard capital) yaitu tanah, keuangan dan fisik dan modal lembut (soft capital) berupa intelektualitas dan keterampilan sumber daya manusia yang tersedia untuk menghasilkan sejumlah strategi penghidupan (Dharmawan 2007). Lebih lanjut menurut Dharmawan (2007) Taktik dan aksi yang dibangun oleh individu atau kelompok untuk mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap memperhatikan eksistensi infrastruktur sosial, struktur sosial, struktur sosial dan sistem nilai budaya yang berlaku disebut sebagai strategi nafkah. Nafkah dan strategi nafkah termasuk dalam ilmu sosiologi nafkah yang merupakan keseluruhan hubungan antara manusia, sistem sosial dengan sistem penghidupannya, dimana dalam menjalankan nafkahnya seseorang atau sekelompok orang dapat mengakses dua basis nafkah yang saling mengisi yaitu sektor pertanian dan non pertanian.

Ekspansi perkebunan kelapa sawit kedalam taman nasional dan banyaknya para pendatang dari luar secara signifikan telah mempengaruhi kehidupan masyarakat lokal. Secara sosial mereka telah membaur dalam masyarakat. Secara hukum mereka telah mendapat legalitas sebagai warga desa sehingga memiliki hak yang sama dengan warga asli tempatan. Pergeseran sosial juga telah terjadi didalam tata kehidupan masyarakat lokal. Seperti dalam pemilihan kepala desa, dimana warga pendatang saat ini telah menjadi kelapa desa disalah satu desa lokal. Perubahan sistem nafkah dilihat dari perubahan modal nafkah yang dapat digunakan petani dalam mempertahankan hidupnya. Modal nafkah ini meliputi modal sumberdaya alam, modal fisik, modal sumberdaya manusia, modal keuangan, modal sosial. Perubahan modal nafkah ini menggambarkan sistem nafkah masyarakat dalam sepuluh tahun terakhir. Berikut merupakan gambaran perubahan sistem nafkah masyarakat lokal dilihat dari modal nafkah dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2015.

Gambar 35. Perubahan Modal Nafkah Masyarakat Sekitar Kawasan Tahun 2005-2015

Perekonomian masyarakat sekitar kawasan dipengaruhi oleh perubahan kawasan tersebut. Masyarakat sekitar TNTN memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap hutan. Ketika HPH PT NM dan PT DW masih beroperasi kegiatan perekonomian ditopang oleh aktivitas penebangan kayu atau illegal logging dan memanfaatkan hasil hutan lainnya.

Sumberdaya alam dalam bentuk produk hasil hutan dibagi menjadi dua, yaitu hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Eksploitasi hasil hutan kayu dalam sejarahnya berperan besar terhadap terjadinya deforestasi dan penurunan biodoversitas, sehingga HHBK kemudian menjadi komoditas yang menjanjikan untuk dikembangkan. HHBK menguntungkan secara ekonomi, selain itu umumnya pemungutannya juga tidak menimbulkan kerusakan ekosistem hutan dan pemanenannya dilakukan secara gradual, sedikit demi sedikit, sehingga dapat mereduksi tingkat kerusakan hutan (Aliadi dan Djatmiko 1998).

Keterbatasan lapangan pekerjaan membuat masyarakat menebang hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini juga disebabkan karena usaha pertanian tidak dapat menopang kehidupan mereka. Beberapa sumber daya hutan yang masih tersedia hingga saat ini adalah madu hutan. Ekstarsi sumber daya alam berupa madu hutan sampai saat ini masih dilaksanakan oleh sebagian besar masyarakat sekitar kawasan. Madu dapat dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk menambah pendapatan keluarga. Madu diperoleh dari lebah yang mendiami pohon sialang yang berada didalam kawasan taman nasional. Namun semenjak rusaknya hutan maka jumlah pohon sialang juga jauh berkurang yang berdampak terhadap penurunan produksi madu yang bisa diambil oleh masyarakat.

Perubahan sistem nafkah masyarakat terjadi akibat adanya perubahan pada kepemilikan asset, berikut merupakan perubahan kepemilikan aset yang terjadi dalam rentang tahun 2000 hingga tahun 2015 (Gambar 35);

2.3 2.3 4 2 2 2.3 2.3 3 2 2 2.3 3 2 3 2.5 0 1 2 3 4 Fisik SDM SDA Keuangan Sosial

1. Modal Fisik

Merupakan kepemilikan aset produksi, kepemilikan rumah dan barang berharga lainnya serta transportasi, dapat dilihat dari tingkat penguasaan lahan, tingkat kepemilikan hewan ternak dan tingkat kepemilikan kendaraan bermotor. Modal fisik merupakan salah satu modal dari lima modal nafkah yang memegang peranan sangat penting untuk dapat menciptakan kestabilan nafkah rumah tangga.

a. Tingkat penguasaan lahan merupakan luas lahan yang dikuasai oleh rumah tangga

Bila dilihat dari tingkat penguasaan lahan oleh masyarakat masih tergolong rendah, tidak terjadi perubahan yang signifikan. Pada tahun 2000 hingga tahun 2015 rata-rata kepemilikan lahan oleh masyarakat untuk lahan pertanian cenderung tetap. Masyarakat lokal umumnya sudah memiliki perkebunan kelapa sawit, hanya sedikit yang masih memiliki perkebunan karet. Bila dilihat dari kepemilikan lahan maka rata-rata perkepala keluarga memiliki 2 ha kebun kelapa sawit.

b. Tingkat kepemilikan hewan ternak dapat dilihat dari banyaknya hewan (sapi dan kambing) yang dimiliki oleh rumah tangga

Tingkat kepemilikan hewan ternak oleh rumah tangga juga cenderung tetap sepanjang tahun 2005 hingga 2015. Tingkat kepemilikan hewan ternak masih tergolong rendah dengan rata-rata kepemilikan heran ternak masih dibawah nilai Rp 2.000.000 per kk

c. Tingkat kepemilikan kendaraan bermotor dilihat dari jumlah kendaraan bermotor yang dimiliki oleh rumah tangga. Kepemilikan kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi tergolong tinggi, dengan rata-rata kepemilikan kendaraan bermotor 2 unit per kk. Dari tahun 2000 hingga tahun 2015 terjadi kenaikan kepemilikan kendaraan bermotor yang sangat tinggi, hal ini karena masyarakat merasa bahwa kepemilikan kendaraan bermotor sangat penting dalam menunjang aktivitas di pedesaan karena akses ke ibu kota kecamatan cukup jauh. Kepemilikan kendaraan bermotor ini juga menunjang dalam kegiatan perkebunan untuk mengangkut hasil panen ketempat pengumpulan.

2. Modal Sumber Daya Manusia

Modal manusia yang dilihat adalah jumlah anggota keluarga sebagai sumber potensial tenaga kerja serta tingkat pendidikan dan keterampilan. Tenaga kerja yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga berasal dari dalam keluarga, dengan tingkat pendidikan yang masih tergolong rendah. Dengan rata-rata 5 orang per kk maka potensi tenaga kerja yang dimiliki oleh rumah tangga tergolong tinggi, dengan tingkat pendidikan yang sudah ada peningkatan dari tahun 2005. Disamping naiknya jumlah yang tamatan sekolah menengah juga para pekerja ini sudah mendapatkan pelatihan-pelatihan keterampilan dan pengelolaan kebun yang baik yang diberikan oleh pemerintah melalui kegiatan penyuluhan dalam kelompok tani. Pendampingan dan pembinaan yang diberikan oleh lembaga swadaya masyarakat juga memberikan dampak bagi peningkatan pengetahuan mayarakat desa.

3. Modal Keuangan

Merupakan saluran keuangan yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup, investasi dan modal usaha seperti pinjaman dari keluarga atau tetangga, koperasi, gadai, atau bank.

Pada umumnya untuk kegiatan perladangan masyarakat menggunakan modal pribadi, sementara untuk kegiatan illegal logging ketika kegiatan ini masih marak dilakukan oleh warga sekitar tahun 2000-an umumnya msyarakat hanya pekerja yang dimodali oleh orang yang berasal dari luar daerah.

Pada tahun 2005 masyarakat yang memiliki modal yang cukup besar untuk membuka perkebunan kelapa sawit mulai menanam kelapa sawit dengan menggunakan modal sendiri, baik dari hasil tabungan ataupun sistem gadai dengan harapan bila telah panen maka bisa dilunasi.

Bila dilihat dari akses terhadap sumber keuangan seperti koperasi, gadai atau bank telah terjadi peningkatan pada modal keuangan, sebagai akibat naiknya pendapatan dari hasil perkebunan kelapa sawit maka masyarakat lebih mudah untuk mendapatkan pinjaman dari pihak luar seperti kredit pemilikan kendaraan bermotor, barang elektronik dan lainnya.

4. Modal Sumber Daya Alam

Merupakan potensi sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan, dalam hal ini adalah banyaknya manfaat yang bisa diperoleh dari Taman Nasional oleh masyarakat.

Sekitar tahun 2000 hingga 2005 masyarakat masih sangat tergantung kepada hasil hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Keterbatasan lapangan pekerjaan dan rendahnya produktivitas pertanian membuat ketergantungan terhadap hutan tinggi. Kegiatan yang dilakukan adalah ladang berpindah, berkebun karet dan berburu, mengambil madu hutan serta melakukan kegiatan illegal logging. Masyarakat mengusahakan pertanian dengan cara subsistem, lahan yang diolah diperoleh dengan cara membuka hutan dengan izin dari pemuka adat setempat.

Pada tahun 2005 hutan sudah mengalami degradasi hampir sekitar 50 persen, ini terjadi akibat perambahan kayu dan pembangunan kebun kelapa sawit. Ketergantungan masyarakat terhadap hutan sudah berkurang. Ladang berpindah menjadi menetap, umumnya mulai menanam sawit. Sebagian masyarakat masih dapat memperoleh manfaat dari hasil hutan yaitu madu hutan. Jumlah pohon sialang yang ada masih cukup banyak dan terjaga. Tingginya harga sawit pada tahun 2000 telah mendorong masyarakat mengkonversi lahan mereka menjadi kebun sawit. Kepemilikan lahan dengan membuka hutan sudah tidak bisa dilakukan karena hutan sudah menjadi taman nasional. Perluasan lahan untuk perkebunan kelapa sawit akhirnya dilakukan oleh masyarakat lokal dengan mengkonversi ladang, kebun karet dan lahan lainnya untuk perkebunan kelapa sawit.

Pada tahun 2015 kerusakan hutan yang telah mencapai 80 persen membuat jumlah pohon sialang yang ada di TNTN juga berkurang, yang menyebabkan turunnya produksi madu yang dipanen oleh masyarakat sehingga berdampak terhadap penurunan pendapatan dari sumber ini. Jumlah masyarakat yang memanfaatkan madu juga mengalami penurunan. Potensi pemanfaatan hasil hutan dari madu menjadi terancam dengan kondisi hutan yang rusak.

5. Modal Sosial

Merupakan tingkat kepercayaan, norma dan jaringan sosial atau lembaga yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan keberlangsungan kehidupan secara kelembagaan.

a. Tingkat kepercayaan dan norma dalam hubungan yang terjalin dengan sesama masyarakat seperti tetangga, saudara, kerabat dan aparat desa serta pemuka adat

Berkurangnya kepercayaan masyarakat adat kepada para pemangku adat karena adanya oknum pemangku adat yang menjadi spekulan tanah dengan memperjualbelikan tanah adat kepada pendatang.

b. Tingkat jaringan sosial masyarakat dilihat dari keterlibatan dalam suatu organisasi masyarakat baik organisasi adat, koperasi maupun kelompok tani Para petani madu membentuk asosiasi petani madu tesso nilo yang memfasilitasi para petani madu baik dalam hal produksi maupun pemasaran. Telah terbentuk kelompok tani baik yang difasilitasi oleh pemerintah maupun oleh perusahaan sawit sekitar desa yang memperoleh pelatihan cara pengelolaan kebun sawit, serta kelompok kelompok bentukan swadaya masyarakat yang memberikan pelatihan kepada para perempuan.

Modal Nafkah Masyarakat Desa Lubuk Kembang Bunga dan Desa Air Hitam

Lima asset modal yang dapat digunakan untuk melakukan strategi nafkah yaitu modal manusia, meliputi tenaga kerja dalam keluarga serta tingkat pendidikan atau keterampila. Modal Fisik meliputi kepemilikan lahan, ternak dan alat transportasi yang dimiliki oleh rumah tangga petani (kepemilikan kendaraan bermotor), Modal keuangan meliputi tabungan dan akses terhadap pinjaman. Modal alam meliputi manfaat dan akses terhadap sumber daya alam. Modal sosial meliputi jumlah jaringan yang bisa dimanfaatkan oleh rumah tangga petani.

Gambar 36. Modal Nafkah Rumah Tangga Petani Desa Lubuk Kembang Bunga Kecamatan Ukui tahun 2015

0 1 2 3 4 Modal fisik Modal Financial Modal SDA Modal Sosial Modal SDM

Akses sungai dan jalan yang ada dikedua desa sudah cukup bagus walaupun masih merupakan jalan tanah. Jalan desa ini pada awalnya merupakan jalan yang dibangun oleh perusahaan pemilik konsesi untuk memudahkan akses mereka kedalam hutan. Saat ini jalan ini telah menjadi jalan desa yang menghubungkan desa dengan ibukota kecamatan. Dilihat dari jarak yang cukup jauh dari ibukota kecamatan sekitar 30 km serta masih kurangnya transportasi umum maka kepemilikan kendaraan bermotor menjadi penting. Dalam gambar 36 dan 37 terlihat bahwa kepemilikan modal nafkah dibagi perdasarkan lapisan masyarakat.

Kepemilikan modal masyarakat menurut lapisan masyarakat a. Modal Fisik

Masyarakat lapisan atas memiliki modal fisik yang cukup tinggi, karena masyarakat lapisan ini memiliki lahan dan ternak serta kendaraan yang jumlahnya lebih besar dari masyarakat lapisan menengah dan bawah dengan rata-rata kepemilikan lahan diatas 3 ha per kk serta kepemilikan ternak diatas Rp 2.000.000,- serta kepemilikan kendaraan bermotor dengan rata- rata 3 unit per kk maka ketersediaan modal fisik tergolong sangat tinggi. Masyarakat golongan atas ini memiliki perkebunan kelapa sawit dan masih memiliki perkebunan karet. Sebagian dari masyarakat golongan atas ini memiliki lahan dibawah 3 ha namun mereka memiliki usaha jasa yang menunjang pendapatan keluarga.

Masyarakat lapisan menengah dan bawah modal fisiknya tergolong tinggi. Masyarakat lapisan menengah dan bawah memiliki lahan dengan rata-rata 2,1 ha per kk serta memiliki ternak dengan nilai sekitar Rp 2.000.000,- . Sementara kepemilikan kendaraan bermotor masyarakat lapisan ini memiliki rata-rata per kk 2 unit sepeda motor. Dengan luas lahan rata rata 2,1 ha per kepala keluarga yang merupakan milik sendiri merupakan modal yang sangat besar bagi keluarga untuk berusaha dibidang pertanian. Kendaraan bermotor bagi rumah tangga petani bukan hanya sebagai transport menuju ke ibukota kecamatan namun lebih multi fungsi juga sebagai transport untuk ke kebun, ladang, atau untuk mengangkut hasil panen dari kebun menuju tempat pengumpulan.

b. Modal Sumber Daya Manusia

Modal sumber daya manusia di kedua desa dilihat dari jumlah tenaga kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki oleh semua lapisan masyarakat untuk tahun 2015 ini sudah tergolong tinggi. ketersediaan modal sumber daya manusia maka untuk Desa Air Hitam relatif masih tinggi dibandingkan dengan Desa Lubuk Kembang Bunga. Dengan rata-rata perkeluarga berjumlah 5 orang merupakan potensi yang cukup besar untuk tenaga kerja, demikian juga jika dilihat dari usia produktif, namun tingkat pendidikan dan keterampilan di kedua desa ini masih tergolong rendah dimana 38,3 persen responden berpendidikan hanya sampai tingkat sekolah dasar.

c. Modal Keuangan

Modal keuangan juga masih tergolong rendah, masyarakat yang memiliki tabungan dalam bentuk perhiasan dan uang tunai sangat sedikit. Dengan kondisi keuangan seperti saat penelitian ini dilakukan hampir semua responden tidak memiliki tabungan karena sudah habis digunakan untuk konsumsi. Akses keuangan untuk lapisan atas dan menengah tergolong tinggi, sementara Untuk lapisan masyarakat bawah akses terhadap sumber keuangan masih rendah. akses terhadap pinjaman hanya diperoleh dari tetangga dan keluarga. Keterbatasan akses ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya kurangnya pengetahuan tentang akses terhadap bank, tidak memiliki jaminan yang memadai dan lainnya.

d. Modal Sumber daya Alam

Ketersediaan sumber daya alam tergolong rendah. parameter yang digunakan untuk mengukur ini adalah manfaat yang masih bisa dirasakan oleh masyarakat dari Taman Nasional. Untuk manfaat yang masih bisa diraskan oleh masyarakat dari hutan Desa Lubuk Kembang Bunga masih tergolong tinggi karena masyarakat berdekatan langsung dengan hutan dan masih bisa memanfaatkan hasil hutan seperti madu, damar, obat-obatan. Dari sungai masyarakat juga masih bisa memanfaatkan ikan hasil pancingan walaupun dalam jumlah sedikit. Untuk Desa Air Hitam tergolong rendah karena hanya sedikit masyarakat yang masih mengambil manfaat dari hutan Bila dilihat dari akses kepada sumber daya alam, maka terlihat bahwa masyarakat lapisan menengah memiliki akses yang lebih besar terhadap sumber daya alam. Masyarakat ini adalah petani madu yang memanfaatkan madu hutan tesso nilo sebagai sumber penghasilan tambahan diluar perkebunan kelapa sawit. Sementara masyarakat lapisan bawah dan atas tidak ikut memanfaatkan potensi sumber nafkah dari hutan ini. Masyarakat lapisan menengah ini memiliki luas lahan yang sama dengan masyarakat lapisan bawah, namun mereka memanfaatkan hasil hutan untuk menambah penghasilan keluarga. Dan terbukti bahwa dengan memanfaatkan hasil hutan berupa madu hutan mampu memberikan tambahan pendapatan keluarga.

e. Modal Sosial

Ketersediaan modal sosial dikedua desa juga masih tinggi, ini dilihat dari jaringan yang bisa mereka manfaatkan. Adanya bantuan dari pemerintah, kelompok tani, serta bantuan dari pihak luar seperti lembaga swadaya masyarakat dan perusahaan perkebunan kelapa yang memberikan pelatihan cara mengelola lahan sawit yang baik. Namun dari tingkat kepercayaan dan norma yang berlaku dimasyarakat adat terjadi penurunan yang sangat besar, masyarakat kehilangan kepercayaan kepada para pemuka adat yang ditenggarai sebagai pelaku spekulan tanah kepada para pendatang yang membuka kebun didalam kawasan hutan. Kedatangan para migran juga memberikan pengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat. Terjadi pergeseran budaya akibat banyaknya pendatang dan penurunan kepercayaan terhadap pemuka

adat yang menjadi spekulan tanah yang memperjualbelikan tanah kepada para pendatang.

Gambar 37. Modal Nafkah Rumah Tangga Petani Desa Air Hitam Kecamatan Ukui tahun 2015

Ihtisar

Perubahan dalam struktur nafkah masyarakat lokal atau asli dipicu ekspansi kelapa sawit disekitar desa, ditambah oleh banyaknya pendatang yang merambah kawasan taman nasional dan membuka perkebunan kelapa sawit didalam kawasan. Namun yang menjadi penyebab utama masyarakat beralih keperkebunan kelapa sawit adalah lebih disebabkan faktor harga TBS pada awal tahun 2000 yang sangat bagus/tinggi, sehingga berdampak pada perekonomian masyarakat transmigrasi disekitar desa mereka. Tingginya kesejahteraan yang dilihat oleh masyarakat desa mendorong masyarakat untuk mengkonversi lahan mereka kepada perkebunan kelapa sawit. Berdirinya pabrik-pabrik pengolahan CPO dan tawaran kerjasama pola KKPA oleh perusahaan disekitar desa mereka juga merupakan faktor pendorong penting lainnya dalam meningkatnya minat masyarakat pindah ke perkebunan kelapa sawit.

Melihat hubungan antara modal nafkah dan interaksi dalam masyarakat melalui skema dibawah ini. Perubahan lanskap telah mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan. Ketika laskap sekitar masyarakat berubah maka masyarakat kemudian ikut berinteraksi dengan perubahan tersebut, masyarakat kemudian mengikuti perubahan. Disini terjadi perubahan strategi masyarakat dalam mencapai pemenuhan kebutuhan hidupnya. Telah terjadi pergeseran struktur nafkah bahwa hasil dari perkebunan kelapa sawit menjadi sangat dominan. Tingginya pendapatan dari sawit ini karena masyarakat mentransformasikan hampir seluruh lahan yang mereka miliki menjadi perkebunan kelapa sawit. Kontribusi pendapatan dari luar sawit menajadi sangat kecil, ini yang menjadi salah satu penyebab masyarakat menjadi ajtuh miskin ketika terjadi penurunan harga sawit.

0 1 2 3 4 Modal fisik Modal Financial Modal SDA Modal Sosial Modal SDM

Gambar 38. Skema proses adaptasi perubahan sistem penghidupan Kemiskinan menjadi dominan terjadi di pedesaan, bila dilihat kaitan antara modal nafkah dengan dimensi kemiskinan maka terlihat bahwa;

1. Modal Alam dan Modal Sosial

Kaitan antara kepemilikan modal alam dan sosial dapat terlihat dari berkurangnya akses yang diperoleh oleh masyarakat kepada sumber daya alam, dalam hal ini modal sosial berkurang karena berkurangnya akses yang diperoleh oleh masyarakat terhadap lahan dan hutan.

2. Modal Sumber Daya Manusia dan Modal Modal Alam

Berkurangnya akses ke sumberdaya juga terjadi akibat rendahnya sumber daya manusia (ilmu pengetahuan) yang dimiliki oleh masyarakat. Keterbatasan pengetahuan membuat akses masyarakat menjadi terbatas seperti pengetahuan tentang tata batas, tentang hak sebagai masyarakat dalam hal ini masyarakat adat, tentang aturan hukum yang berlaku.

3. Modal Fisik dan Modal Sosial

Terjadinya peningkatan modal fisik seperti pembangunan infrastruktur untuk mempermudah proses produksi yang dibangun oleh perusahaan dan pemerintah, secara sosial juga memperluas akses yang dimiliki oleh masyarakat terhadap jaringan kerja namun juga mengakibatkan terjadinya penurunan pada norma dan kepercayaan. Terjadi pergeseran budaya akibat banyaknya pendatang dan penurunan kepercayaan terhadap pemuka adat yang menjadi spekulan tanah yang memperjualbelikan tanah kepada para pendatang.

4. Modal keuangan dan modal fisik

Terbatasnya akses terhadap peluang untuk mendapatkan tambahan modal untuk berusaha membuat masyarakat pada akhirnya membuat masyarakat tidak bisa mengembangkan usahanya, penambahan modal fisik menjadi tergantung pada keaadaan keuangan, disini kemudian para pemodal dari luar masuk dan menfasilitasi masyarakat untuk berinvestasi. Inilah yang menjadi salah satu faktor pendorong ekspansi perkebunan kelapa sawit kedalam kawasah hutan.

Perubahan Lanskap Perubahan Penggunaan Lahan Perubahan struktur sistem penghidupan Perubahan strategi penghidupan Adaptasi

Tinggi dan rendahnya aspek kepemilikan modal nafkah ternyata tidak cukup mampu membuat masyarakat terhindar dari kemiskinan. Ada faktor eksternal diluar kepemilikan modal nafkah yang juga berperan penting dalam ketahanan masyarakat. Faktor diluar kemampuan masyarakat untuk mengatasinya seperti perubahan yang terjadi disekitar tempat mereka mencari nafkah, seperti perubahan hutan, berubahnya hutan menjadi perkebunan kelapa sawit, tumbuhnya industri baru yang mendukung perubahan tersebut (industri pulp dan pengolahan kelapa sawit) serta bagaimana perubahan ekonomi global ternyata juga mampu mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh masyarakat petani kelapa sawit. Hal ini yang kemudian memaksa masyarakat untuk mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Masyarakat yang mampu beradaptasi dengan baik akan mampu bertahan melewati krisis.

8 KONSEPTUALISASI GAGASAN

Anomali Ekspansi dan Ketahanan Sosial Ekonomi Masyarakat