• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistematika Pembahasan

Dalam dokumen ANTARA JAKARTA DAN YOGYAKARTA GERAKAN MA (Halaman 37-45)

Urutan penulisan ini disusun sebagai berikut. Bab. I merupakan bab pendahuluan yang menjelaskan latar belakang dan motivasi dari penelitian ini. Disusul dengan ruang lingkup dan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode dan sumber, dan sistematika pembahasan. Dalam bab pendahuluan ini dijelaskan tentang prosedur, metode, dan subjek penelitian.

16 James Hoopes, Oral History: An Introduction for Students (Chapel Hill: The University of North Carolina Press,1980), hlm. 36.

Pada bab. II, menarasikan latar belakang berdirinya HMI, PMII, dan IMM. Pada bab III, menceritakan pergerakan mahasiswa Islam menjelang Orde Baru sebagai pintu masuk menuju Orde Baru. Pada bab IV, menarasikan pergerakan mahasiswa Islam di kota Jakarta. Pada bab V, menarasikan pergerakan mahasiswa Islam di Kota Yogyakarta.

Pada bab. VI, adalah uraian akhir tentang beberapa keterkaitan dan perbandingan karakter seputar pergerakan mahasiswa Islam antara Kota Jakarta dan Kota Yogyakarta masa Orde Baru. Dengan meneliti tiga aspek tersebut, maka pola-pola pergerakan mahasiswa Islam mampu teramati dalam narasi sejarah sekaligus menjadi kesimpulan penelitian ini.

BAB II

Kondisi Lingkungan Metropolitan Jakarta Dan Kosmopolitan Yogyakarta Sepanjang Orde Baru

A. Nuansa Metropolit Jakarta

Sejak kemerdekaan 1945 Jakarta dideklarasikan sebagai ibukota Republik Indonesia meskipun di bulan Oktober 1945 status ibukota dipindah ke Yogyakarta untuk sementara karena situasi politik peperangan. Pada aspek sejarah politik, Jakarta sejak era kolonial menjadi ibukota koloni Hindia Belanda dengan nama Batavia. Karena posisinya yang strategis selain sebagai pelabuhan maupun kota metropolis-perdagangan. Oleh karena itu, Jakarta sebagai ibukota republik diresmikan sebagai Daerah Khusus Ibukota ( DKI ).

Jakarta terletak di ujung barat daya Pulau Jawa berbatasan bagian Utara dengan Laut Jawa. Wilayah administrasi Daerah Khusus Ibukota ( DKI ) Jakarta berbatasan dengan Propinsi Jawa Barat bagian Barat, Timur, dan Selatan. Jakarta secara astronomis terletak pada posisi 6 12’ Lintang Selatan ( LS ) dan 106 48’ Bujur

Timur ( BT ).1 Kemudian iklim di Jakarta cenderung berudara panas

dengan suhu udara rata-rata 27 .

Menurut dokumentasi Peraturan Pemerintah ( PP ) No. 45 tahun 1974, DKI Jakarta telah mempunyai luas lahan 63.700 ha. Dengan luas wilayah keseluruhan berkisar 650,40 kilometer persegi. Lalu dibagi menjadi lima administrasi wilayah kota yaitu : Jakarta Pusat ( 54, 89 km ), Jakarta Barat ( 131, 41 km ), Jakarta Utara ( 136, 96 km ), Jakarta Timur ( 182, 01 km ), dan Jakarta Selatan ( 145, 13 km ).2 Kondisi tanah di Jakarta termasuk dataran rendah

dengan ukuran kerendahan 0-7 meter dibawah permukaan air laut. Karena permukaan tanah di Jakarta lebih rendah daripada air laut maka ketika musim hujan selalu tergenang air. Kondisi curah hujan di Jakarta mempunyai pola rata-rata yang terendah pada bulan Agustus berkisar 22,7 mm sedangkan pola yang tertinggi pada bulan Februari yaitu 399,8 mm dengan kelembapan udara rata-rata 76 %.

Aspek kependudukan Jakarta terutama yang beragama Islam telah tercatat di sensus 1971 dengan usia-usia mahasiswa antara 20- 29 tahun telah berjumlah 347994 orang dari jumlah keseluruhan

1 Ensiklopedia Nusantara, Profil Propinsi RI : DKI Jakarta , (

Jakarta : Yayasan Bhakti Wawasan Nusantara,1993), hlm. 33. 2 Ibid, hlm 36.

421117 penduduk.3 Kemudian yang berusia antara 30-39 tahun

telah berjumlah 269695 orang dari total keseluruhan 318335 penduduk.4

Jakarta sebagai ibukota Negara Republik Indonesia mempunyai ketertarikan ( interest ) bagi rakyat Indonesia yakni dengan tujuh elemen berikut. Elemen lingkaran pertama Jakarta adalah pusat pemerintahan RI meliputi : Kantor dan Istana Negara, Sekretariat Negara, Departemen dan Kementerian Negara, Lembaga Negara, Badan Negara, dan Komisi Negara. Disertai oleh Parlemen Negara dan Institusi Militer Negara.

Elemen lingkaran kedua Jakarta adalah pusat bisnis meliputi perusahaan nasional, swasta maupun perusahaan asing yang masing-masing mempunyai kantor dan gedung di Jakarta. Lalu layanan Perbankan, Asuransi, Gedung Pertemuan, Perhotelan dan Penginapan menjadi fasilitas utama dalam proses transaksi bisnis. Dalam proyek Indonesianisasi, Pemerintah Orde Baru membentuk

3 Badan Pusat Statistik, “ Sensus Penduduk D.K.I Jakarta

Raya Tahun 1971”, Seri No. 09. Hlm 3-8.

4 Ibid.

fasilitas Bursa Efek Jakarta ( Jakarta Stock Exchange ) yang telah berdiri pada tahun 1977.5

Dengan begitu Jakarta menjadi kota yang membutuhkan pegawai maupun karyawan. Maka muncul kebutuhan kepemilikan tempat tinggal dengan elemen lingkaran ketiga adalah pemukiman, perumahan dinas maupun swasta hingga properti kelas menengah keatas. Karena hidup berkeluarga dan untuk membina pendidikan bagi anak-anak maka muncul kebutuhan jenjang pendidikan formal. Muncul dengan elemen lingkaran keempat Jakarta adalah pusat institusi pendidikan yang dikelola oleh Negara maupun Swasta.

Maka pada tahap pendidikan tinggi terdapat dua perguruan tinggi Jakarta yang paling berpengaruh dalam gerakan mahasiswa Islam yaitu Universitas Indonesia ( Universiteit Indonesia ) yang diresmikan pada tahun 1950.6 Lokasi kampus-kampus UI mulai dari

Salemba, Rawamangun, Pegangsaan, hingga Depok. Kemudian Akademi Dinas Ilmu Agama ( ADIA ) yang berubah resmi menjadi Institut Agama Islam Negeri ( Al-Jami’ah Al-Islamiyah Al-Hukumiyah )

5 Robert Cribb, Audrey Kahin (eds.), Historical Dictionary of

Indonesia (Maryland: Scarecrow Press, 2004), hlm. 401.

6 www.ui.ac.id/id/profile/page/sejarah, 8 Februari 2013, 20 :

32.

Syarif Hidayatullah Ciputat pada tanggal 24 Agustus 1960.7 Secara

orisinalitas pendidikan tinggi merupakan konsep Barat yang diperkenalkan pada abad 19.8 Maka tidak heran kegiatan mahasiswa

era Demokrasi Parlementer berupa kegiatan sosial seperti piknik, olahraga, seni musik, pers mahasiswa, dan kelompok studi.

Elemen lingkaran kelima Jakarta adalah pusat perdagangan dan perbelanjaan yang meliputi : pasar tradisional maupun modern (

mall ). Kemudian elemen kelima adalah sarana jasa transportasi

umum dan transportasi pribadi yang membutuhkan pembangunan infrastruktur jalan-jalan raya, tol, jembatan sungai maupun jembatan gantung ( flyover ). Fasilitas publik yang lebih megah seperti bandara internasional Cengkareng, stasiun kereta Jatinegara dan Pasar Senen, terminal bus Lebak Bulus dan Kampung Rambutan.

Elemen lingkaran keenam adalah sarana hiburan dan rekreasi umum ( entertainment ) seperti Gedung Bioskop Kramat, Kebun Binatang Ragunan, Mall Sarinah, kawasan pertokoan, kafe, bioskop,

7 www.uinjkt.ac.id/index.php/tentang-uin.html, 8 Februari

2013, 20:42.

8 Burhan Magenda, “ Gerakan Mahasiswa dan Hubungannya

dengan Sistem Politik : Suatu Tinjauan “ Farchan Bulkin (ed). Analisa

Kekuatan Politik Di Indonesia ( Jakarta: Seri Prisma-LP3ES, 1988 )

hlm. 130.

dan kedai kopi di bilangan Menteng Huis hingga lokalisasi seperti Binaria. Dengan begitu akses warga Jakarta menjadi lebih lancar jika menghasilkan pendapatan yang standar apalagi diatas rata-rata.

Elemen lingkaran ketujuh adalah industri-industri nasional maupun asing yang mulai berdiri di Jakarta maupun kota-kota satelitnya ( sub-urban towns ) seperti : Depok, Tangerang, Bekasi, Bogor hingga melebar menuju Karawang dan Subang. Interkoneksi antar kota seperti ini membutuhkan pembangunan jalan raya. Antara tahun 1967 hingga 1977 telah disebut lingkaran Jabotabek.9 Mulai

dari Bogor telah dirintis pembangunan jalan tol jurusan Jakarta- Bogor-Ciawi ( Jagorawi ).10 Dari jurusan tol Jagorawi tersebut

menghubungkan pemukiman elit mulai dari arah Jakarta Selatan seperti Kebayoran Baru.

Elemen-elemen tersebut menjadi lingkungan ( milieu ) bagi gerakan mahasiswa Islam di Jakarta hingga mempengaruhi gaya hidup gerakan mahasiswa Islam.

9 Robert Cribb, Audrey Kahin (eds.), op.cit, hlm. 202.

10 Ibid.

Dalam dokumen ANTARA JAKARTA DAN YOGYAKARTA GERAKAN MA (Halaman 37-45)

Dokumen terkait