• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

G. Sistematika Penulisan

Penyusunan skripsi ini terdiri dari lima bab beserta lampiran-lampiran dengan sistematika sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan, meliputi Latar Belakang, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian (Jenis Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Metode Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data, dan Tahap-Tahap

Penelitian), dan Sistematika Penulisan Skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, yang meliputi Implementasi Model Pembelajaran: Definisi Model Pembelajaran, Model-Model Pembelajaran & Implementasinya. Metode Pembelajaran: Definisi Metode Pembelajaran, Metode-Metode Pembelajaran. Media Pembelajaran: Definisi Media Pembelajaran, Media-Media Pembelajaran, Jenis dan Klasifikasi Media-Media. Pendidikan Agama Islam: Definisi Pendidikan Agama Islam, Cakupan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Tujuan Pendidikan Agama Islam. Tuna Rungu & Tuna Wicara: Definisi Tuna Rungu & Tuna Wicara, Faktor Penyebab Tuna Rungu, Klasifikasi Tingkat Pendengaran Tuna Rungu dan Tuna Wicara, Pembelajaran Anak Tuna Rungu & Tuna Wicara, Kesulitan-Kesulitan Tuna Rungu.

Bab III Paparan Data dan Temuan Penelitian yang meliputi, Gambaran Umum: Sejarah Berdirinya Sekolah, Slogan & Visi SLB Negeri Salatiga, Fasilitas Kegiatan Belajar Mengajar SLB Negeri Salatiga, Struktur Organisasi SLB Negeri Salatiga, Daftar Nama Guru dan Karyawan SLB Negeri Salatiga, Daftar Nama Siswa Tuna Rungu SMPLB Negeri Salatiga. Daftar Informan. Temuan Penelitian: Implementasi Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Siswa Tuna Rungu SMPLB Negeri Salatiga, Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

bagi Siswa Tuna Rungu SMPLB Negeri Salatiga, Kesulitan yang dihadapi Guru & Solusi yang Dilakukannya dalam Implementasi Model Pembelajaran pada Proses Belajar Mengajar.

Bab IV Pembahasan, berisi hasil penelitian dan pembahasan tentang Implementasi Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Siswa Tuna Rungu di SMPLB Negeri Salatiga, Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Siswa Tuna Rungu di SMPLB Negeri Salatiga, Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Siswa Tuna Rungu di SMPLB Negeri Salatiga, Kesulitan yang Dihadapi Guru dalam Implementasi Model Pembelajaran dan Solusi yang Dilakukan Guru dalam Implementasi Model Pembelajaran.

Bab V Penutup, meliputi Kesimpulan dan Saran Lampiran-Lampiran

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Implementasi Model Pembelajaran

1. Definisi Model Pembelajaran

Sukamto menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Trianto, 2012: 22).

Sedangkan Joyce & Weil mendefinisikan model pembelajaran sebagai suatu perencanaan atau pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas (Rusman, 2011: 133).

Model pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah konsep atau desain yang digunakan pada suatu proses pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa dalam belajar agama Islam(Mukhtar, 2003:13). 2. Model-Model Pembelajaran dan Implementasinya

Menurut Martinis dan Bansu (2009: 128), implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, ayau inovasi dlam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan konsep.

Nurdin (2003: 70) berpendapat bahwa implementasi tidak berdiri sendiri dan dipengaruhi suatu objek.

Esensi implementasi adalah suatu proses dan aktivitas untuk mentransfer ide ataupun gagasan, program, dan harapan yang dituangkan dalam bentuk desain tertulis supaya dilaksanakan sesuai dengan desain tersebut (Nurdin,2003: 73). Berikut ini merupakan model-model pembelajaran beserta implementasinya dalam proses pembelajaran.

a. Model Pembelajaran Kelas

1. Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi a. Model Perolehan Konsep

Merupakan suatu model pembelajaran dengan menitikberatkan pada pengenalan konsep baru, melatih kemampuan berpikir induktif, dan berpikir analisis. Model pembelajaran ini bertujuan untuk membantu siswa memahami suatu konsep tertentu (Uno,2008:10).

Tabel 2.1 Implementasi Model Perolehan Konsep

No Deskripsi

1. Guru menyiapkan dan menjelaskan data atau materi pelajaran.

2.

Guru meminta siswa/ kelompok untuk mengkategorisasikan data berkenaan dengan langkah yang pertama.

3.

Guru memberikan penjelasan tentang kategori yang tidak sesuai disingkirkan dan yang sesuai digabungkan secara berurutan.

4.

Guru dan siswa mengambil kesimpulan atas pengkategorian langkah sebelumnya dan mendiskusikan hasilnya bersama-sama.

b. Model Berpikir Induktif

Merupakan model pembelajaran dengan menitikberatkan dengan berpikir secara induktif dan berdasarkan fakta yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengolah informasi dan berpikir kreatif (Uno, 2008: 12). Penerapan model pembelajaran ini hampir mirip dengan model Perolehan Konsep, hanya saja pada model ini lebih menekankan pada study sosial dan pengelompokan (pengkategorisasian) dan guru memberikan pertanyaan-pertanyaan. Model ini dapat diaplikasikan pada materi pembelajaran Pendidian Agama Islam tentang bahaya mengonsumsi minuman keras, berjudi, dan pertengkaran.

2. Model Pembelajaran Personal a. Model Pertemuan Kelas

Merupakan model pembelajaran yang ditujukan untuk membangun suatu kelompok sosial yang saling menyayangi, menghargai, memiliki disiplin diri, serta komitmen untuk berperilaku positif (Uno, 2008: 24).

Menurut Rusman (2011: 143) tujuan model pembelajaran pertemuan kelas adalah untuk mengembangkan pemahaman diri dan tanggungjawab kepada diri sendiri maupun kelompok sosial.

Berikut ini langkah-langkah implementasi model pembelajaran pertemuan kelas.

Tabel 2. 2 Model Pembelajaran Pertemuan Kelas

No Deskripsi

1. Guru menciptakan suasana yang kondusif dan mendorong para siswa berpartisipasi dalam pembelajaran

2. Guru menyampaian permasalahan dengan berdiskusi, serta menghindari siswa sebagai contoh. 3. Siswa membuat penilaian pribadi terhadap masalah

yang didiskusikan berdasarkan nilai dan norma sosial.

4. Siswa melakukan identifikasi alternatif tindakan pemecahan masalah.

5. Siswa melaporkan kepada guru berkaitan dengan langkah no. 4 dan guru memberikan saran.

3. Model Pembelajaran Interaksi Sosial a. Model Simulasi Sosial

Merupakan model pembelajaran yang yang dirancang untuk membantu siswa mengalami proses dan kenyataan sosial, serta menguji reaksi siswa untuk memoeroleh konsep keterampilan pembuatan keputusan. (Rusman, 2011: 138). Berikut prosedur implementasinya.

Tabel 2. 3 Model Pembelajaran Simulasi Sosial

No Deskripsi

1. Guru menjelaskan tentang aktivitas simulasi yang akan dilakukan.

2. Guru mengamati proses simulasi.

3. Ketika ada siswa yang melakukan kesalahan, guru memberikan latihan, petunjuk, ataupun arahan. 4. Diskusi sebagai refleksi simulasi

b. Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi 1. Model Pembelajaran Tematik

Merupakan suatru model implemetasi kurikulum yang dianjurkan pada tingkat satuan tertentu. Model pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, mengeksplorasi, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik, autentik, dan berkesinambungan (Rusman, 2011: 250).

Berikut ini langkah-langkah implementasinya. Tabel 2. 4 Model Pembelajaran Tematik

No Deskripsi

1. Guru menetapkan dan memilih mata pelajaran yang akan dipadukan.

2. Guru mempelajari dan mengkaji kompetensi dasar serta indikator dari mata pelajaran yang akan dipadukan.

3. Guru menetapkan tema pemersatu.

4. Guru menyusun silabus dan rencana pembelajaran tematik.

2. Model Pembelajaran PAKEM

PAKEM berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada siswa dan pembelajaran yang bersifat menyenangkan sehingga mereka termorivasi untuk terus belajar mandiri tanpa harus diperintah agar siswa tidak merasa terbebani dan takut (Rusman, 2011: 321).

Tabel 2. 5 Model Pembelajaran PAKEM

No Deskripsi

1. Guru mengarahkan siswa untuk menghafal sebagai dasar berpikir kritis. Hafalan ini hanya sebatas kunci untuk pengembangan nalar kritis berkelanjutan dan pemahaman serta orientasi belajar secara langsung. 2. Guru melakukan interaksi komunikatif dengan siswa,

contohnya dengan mengarahkan siswa untuk aktif bertanya. Guru juga bisa memanfaatkan alat bantu media dan teknologi sebagai sumber belajar.

3. Guru mengorganisir kelas dengan menyelenggarakan diskusi kelas secara interaktif dengan didukung pengaturan kelas secara berkala.

4. Guru mengembangkan kreatifitas siswa dengan belajar di luar kelas dan memberikan tugas pelatihan meneliti. 5. Guru memberikan kebebasan siswa untuk berpikir dan

berkreasi.

Berikut ini perkembangan model pembelajaran PAKEM (Rusman, 2011: 323).

Gambar 2. 1 Perkembangan pembelajaran PAKEM 3. Model Pembelajaran Kontekstual

Dikutip oleh Blanchard (2001) dalam US. Departement of Education the National School-to-Work Office mengemukakan

pembelajaran kontekstual atau CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan suatu konsep yang membantu guru mengaitkan materi mata pelajaran dengan situasi dunia nyata serta memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja (Trianto, 2012: 104-105).

Berikut ini langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas secara garis besar (Trianto, 2012: 111).

Tabel 2. 6 Model Pembelajaran CTL

No Deskripsi

1.

Guru mengembangkan pemikiran peserta didik dengan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja, menemukan, dan mengonstruksikan sendiri pengetahuan serta keterampilan barunya.

2. Guru lebih banyak melakukan kegiatan inkuiri pada materi mata pelajaran.

3. Guru mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik dengan bertanya.

4. Guru menciptakan kelompok belajar yang koooperatif. 5. Guru menghadirkan model sebagai contoh

pembelajaran. 6.

Guru melakukan refleksi di akhir pertemuan serta memberikan penilaian secara objektif dengan berbagai metode penilaian.

7. Guru mempersiapkan pengamatan dan menggerakkan permainan dengan memulainya.

8. Guru melakukan diskusi bersama dan evaluasi permaianan peran.

c. Model Pembelajaran Berbasis Komputer dan Teknologi

Secara umum model pembelajaran berbasis internet memiliki 2 kategori, yaitu komputer mandiri dan komputer jaringan (Isjoni dan Firdaus, 2007: 19).

1. Model Pembelajaran E- Learning

E-learning merupakan kepanjangan dari elektronik learning. Menurut Rosenberg e-learning merupakan pembelajaran dengan menggunakan teknologi internet guna mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Dan Dr. Isjoni (2007) berpendapat bahwa e-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. Berikut Implementasi prosedur model pembelajaran e- Learning.

Tabel 2. 7

Model Pembelajaran E-Learning Berbasis Komputer

No Deskripsi

1. Guru menyajikan materi pelajaran yang akan dipelajari.

2. Guru menentukan konsep pembelajaran komputer dengan memberikan soal-soal latihan kepada siswa, permainan, ataupun tutorial belajar.

3. Guru melakukan evaluasi dan diskusi bersama.

4. Pemberian reward bagi siswa yang lebih menguasai materi pembelajaran.

Haughey berpendapat ada 3 cara pengembangan model pembelajaran berbasis internet, yaitu :

a) Web course : pembelajaran sistem jarak jauh sehingga pengajar dan siswa tidak ada tatap muka.

b) Web centric course : pembelajaran sistem jarak jauh dan tatap muka (konvensional).

c) Web enhanced course : pembelajaran ini menggunakan internet sebagai penunjang kualitas dalam proses pembelajaran ( Isjoni dan Firdaus, 2007: 10-11).

Model pembelajaran e-learning tidak hanya disajikan dengan menarik, tetapi juga harus disampaikan dengan komunikatif. Selain itu, dalam proses pembelajaran juga menggunakan pendekatan yang lebih personal dan ditunjang dengan kecepatan respons terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik.

Ada juga pengembangan teknologi yang diberi nama “SISI” (Say it Sign it), merupakan komputer yang berfungsi untuk membantu kaum tuna rungu supaya lebih bebas dalam berkomunikasi. Cara bekerja program ini adalah orang yang berbicara, suaranya akan direkam, lalu menerjemahkan menjadi bahasa yang mudah dimengerti menggunakan perantara “avatar” bagi anak tuna rungu. Singkatnya “SISI” bekerja dengan cara menerjemahkan bahasa suara ke dalam bahasa sinyal yang dimengerti oleh anak tuna rungu (Smart, 2010: 121-122). Namun, pihak IBM mengatakan bahwa produk dan

program ini masih dalam tahap prototipe atau uji coba, serta masih menggunakan bahasa Inggris British mengingat riset pembuatannya dilakukan di Hursey, Inggris. Model pembelajaran e-Learning mengalami banyak pengembangan seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan internet di dalamnya

Dokumen terkait