• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

C. Temuan Penelitian

1. Implementasi Model Pembelajaran PAI bagi Siswa Tuna Rungu SMPLB Negeri Salatiga

Berikut ini penuturan narasumber (Bapak EPW) tentang alokasi waktu dan jadwal dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPLB N Salatiga.

“Waktu apa? Agama?, 3 jam. 1 jamnya 35 menit, hitung sendiri

dikalikan saja. Sekitar 105 menit, yang kelas VII sesudah upacara, kira-kira jam 07. 45 sampai 9.35. Jika kelas VIII, jam 9.50 dikalikan 35 menit saja”. (berdasarkan wawancara 03 Agustus 2016/ REC_0000009).

Pada pengamatan acara Pesantren Kilat Ramadhan Ceria, didapatkan data, guru Pendidikan Agama Islam memberikan isyarat-isyarat tertentu terhadap para siswa tuna rungu tentang materi hal-hal yang membatalkan puasa. Murid-murid tuna rungu fokus melihat layar LCD dan gerak bibir serta isyarat dari guru. (doc. 0000007/ 10 Juni 2016)

Berdasarkan pengamatan pada acara Pesantren Kilat disimpulkan bahwa guru menyampaikan materi tentang hal-hal yang membatalkan puasa menggunakan bantuan media pembelajaran LCD, serta guru menjelaskannya kepada siswa tuna rungu dengan menggunakan bahasa isyarat maupun gerak bibir dan tentunya dengan artikulasi yang tepat sehingga tidak terjadi keadaan membingungkan serta ambigu dalam pemahamannya.

Dalam penelitian melalui pemeriksaan dokumen RPP tahun 2016, didapatkan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam menggunakan Model Pembelajaran Contextual Teaching & Learning dan Direct Intruction pada materi pelajaran (rendah hati, hemat, hidup sederhana) serta hukum bacaan al-Syamsiyah (al-Furqan: 63) dan Qomariyah (al-Isra: 27). (doc. Foto: DSC_0000188, DSC_0000190, DSC_0000192/ 14 Juni 2016)

Dalam pemeriksaan dokumen RPP dapat simpulkan, model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah model pembelajaran Contextual Teaching & Learning

dan Direct Intruction (Model Pembelajaran Langsung) pada materi sikap terpuji seperti rendah hati, hemat, dan hidup sederhana. Guru menjelaskan materi dengan mengaitkannya pada ayat-ayat al-Qur’an dengan tidak keluar konteks pada materi. Langkah-langkah diambil dengan memberikan contoh bagaimana bersikap rendah hati, hemat, dan hidup sederhana.

Untuk merangsang pendapat/ argumentasi siswa tuna rungu, guru Pendidikan Agama Islam dalam proses pembelajarannya menanyakan kepada siswa,

“Apakah cara menyembelih yang dlihat divideo itu tadi, boleh

atau tidak?”.

Lalu guru sembari menjelaskan isi video. Guru membuat ringkasan dalam powerpoint untuk mempermudah siswa memahami konsep tentang penyembelihan binatang. Guru memberikan isyarat-isyarat

tertentu menggunakan tangan untuk memperjelas materi terhadap siswa tuna rungu.(berdasarkan pengamatan 03 Agustus 2016/ MOV_0000007)

Pada pengamatan proses pembelajaran berdasarkan data diatas, guru menyampaikan materi penyembelihan hewan menggunakan metode demonstrasi tidak langsung melalui penyajian video berisi kegiatan penyembelihan hewan. Lalu guru berusaha membangun komunikasi interaktif dengan siswa tuna rungu sehingga pembelajaran menjadi aktif. Di beberapa kesempatan guru menjelaskan materi tersebut menggunakan bahasa isyarat, ketika siswa tuna rungu mengalami kebingungan dalam mengikuti gerak bibir guru.

Materi yang digunakan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tuna rungu sebagai berikut.

Jika materi pak (sambil menunjukkan berkas), “apakah ini yang digunakan?”, “kalo kami terutama anak tuna rungu gunainnya hanya KI KDnya saja mbak.”(berdasarkan penuturan narasumber Bapak EPW, Jum’at ... Maret 2017, pukul 10.05 WIB)

Dan untuk materi Pendidikan Agama Islam pada tingkat SMPLB N Salatiga untuk siswa tuna rungu hanya menggunakan KI KD (Kompetensi Inti Kompetensi Dasar) dan itupun masih disederhanakan dengan mengambil pokok-pokoknya.

Model pembelajaran yang digunakan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa tuna rungu tingkat SMPLB sebagai berikut.

Gunainnya model pembelajaran langsung mbak, sama seperti anak biasa, hanya saja kadang-kadang yo nggak maksimal. Kalo yang khusus gak ada mbak. Adanya yang metode khusus itu MMR, ini lagi digarap mbak terutama yang SD kalo yang SMP itu bahasanya gimana ya, campuran mbak, oh iya mbk disini kita gak pake komtal.”. (berdasarkan wawancara dengan bapak EPW 18 Mei 2017)

Berdasarkan wawancara diatas model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa tuna rungu sama seperti anak biasa hanya saja pada di bagian-bagian tertentu tidak maksimal. Model pembelajaran yang sering digunain adalah model pembelajaran langsung. Tidak menggunakan model khusus siswa tuna rungu, jika metode khusus yang digunakan dalam pembelajarannya adalah MMR (Methode Maternal Reflektif). Meskipun menggunakan MMR, bahasa komunikasinya masih tercampur dengan bahasa isyarat. Serta pada pembelajaran yang diampunya tidak menggunakan komtal (komunikasi total).

Mengenai menulis/ catatan siswa B dan pembelajaran materi sejarah, berikut keterangan bapak

Jadi kalo sejarah, saya buatin bagan itu saja. Kadang-kadang anak-anak gak mudeng, contohnya sejarah Nabi ya mereka tahu,,,,kita nerangin sama yang ditulis, karena anak-anak B itu ada aturannya tidak boleh lebih dari 15 kata, itu kadang aja masih tidak mudeng.”(recording20170519093449)

Berdasarkan rekaman diatas, untuk materi Pendidikan Agama Islam tentang sejarah Nabi guru menjelaskannya dengan bantuan media pembuatan bagan untuk meringkasnya. Lalu siswa tuna rungu menyalinnya. Penggunakan bahasa secara sederhana dan ringkas ini berdasarkan aturan bahwa maksimal dalam penulisan satu kalimat

adalah 15 kata. Dan terkadang meski sudah minimalis, masih saja ada yang yang belum paham.

Pada pembelajaran pemberian soal terhadap siswa tuna rungu dengan mengkategorikan hewan halal dan haram, bapak EPW menjawab “iya”, dan penjelasannya, “biasanya kita gunain kartu mbak atau gak lalu lintas.”(wawancara terstruktur 18-19 Mei 2017)

Untuk merangsang siswa tuna rungu dalam memperoleh konsep mengenai materi ciri-ciri hewan halal dan haram, guru memberikan soal mengenai materi tersebut. Guru menjelaskannya dengan menggunakan bantuan alat peraga berupa kartu puzzle maupun lalu lintas (terdiri dari dua warna yaitu merah dan hijau, kartunya berbentuk lingkaran) yang diimplementasikan menggunakan metode Maching a Card dan metode Bang Jo.

Sedangkan untuk materi yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari seperti menstruasi atau haidh, bapak EPW menuturkan, “ kadang-kadang kalo pas gak ikut shalat Dzuhur terus kita tanyain sambil bercanda mbak.” (wawancara terstruktur 18-19 Mei 2017)

Dalam pembelajaran yang berkaitan dengan materi haidh atau mentruasi, guru menjelaskannya melalui pendekatan personal dengan melontarkan pertanyaan yang tidak terlalu rumit sebagai bentuk

2. Metode Pembelajaran PAI bagi Siswa Tuna Rungu SMPLB Negeri Salatiga

Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang digunakan dalam proses belajar mengajar di SMPLB N Salatiga sebagai berikut.

Didapatkan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam menggunakan Metode Pembelajaran Drill, Demonstrasi, dan Maching Card pada materi pelajaran (rendah hati, hemat, hidup sederhana) serta hukum bacaan al-Syamsiyah dan Qomariyah. (doc. Foto: DSC_0000188, DSC_0000190, DSC_0000192/ 14 Juni 2016)

Berdasarkan pengamatan dokumen RPP tahun 2016, ditemuan pada materi pelajaran sikap terpuji yang meliputi rendah hati, hemat, dan hidup sederhana serta hukum bacaan Syamsiyah & al-Qomariyah menggunakan metode pembelajaran Drill, Demonstrasi, dan Maching a Card

Metode yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi tentang Penyembelihan Binatang adalah ceramah (berdasarkan pengamatan 03 Agustus 2016/ MOV_0000007).

Dalam menjelaskan materi tentang penyembelihan binatang, guru menjelaskannya dengan menggunakan metode ceramah dan terkadang dicampur dengan isyarat-isyarat ketika siswa menunjukkan sikap bingung. Guru juga mengulang-ulang perkataannya serta memanfaatkan media LCD dengan menampilkan video penyembelihan binatang.

Ada metode khusus yang mulai didengungkan dalam pembelajaran tuna rungu yaitu MMR (Metode Maternal Reflektif), di SLB Negeri Salatiga pun mulai terapkan, berikut penjelasannya.

“Ada mbak, dari mulai SD sudah ada...setiap hari, 15 menit sebelum pelajaran. Kalo kelas saya kan MMRnya sudah gak murni

mbak, kadang saya juga nambahi sendiri”.(berdasarkan penuturan ibu KH 10 Mei 2017/ VID_20170510095516)

Untuk siswa B pada jenjang SDLB dilakukan pelatihan MMR setiap hari, 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Untuk siswa kelas 4 B, sudah tidak murni sehingga guru menambah materi sendiri.

Sedangkan metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa tuna rungu sebagai berikut.

“ Kalo kita lebih ke praktek ya mbak, latihan gitu, yo nak ceramah

pasti, jadi anak B itu ngikutin gerak bibir saya”.(berdasarkan wawancara 18 Mei 2017 dengan bapak EPW)

Dalam menggunakan metode ceramah dengan artikulasi yang tepat karena siswa tuna rungu mengikuti gerak bibir guru. Selain itu penggunaan metode latihan atau praktek juga lebih dikedepankan.

Mengenai langkah-langkah dalam praktek shalat dan hafalan surat al-Fatikhah siswa tuna rungu, berikut penuturan bapak EPW.

“Iya mbak, kita lebih menekankan gerakannya....ada yang hafal

ada yang tidak, kalo surat-surat pendek lainnya ada yang hafal”.

(berdasarkan wawancara 18 Mei 2017/ recording20170518093148) Langkah-langkah yang diambil dalam praktek shalat, guru lebih mengutamakan pada gerakan-gerakan shalat dan untuk surat-surat pendek banyak yang masih belum hafal.

Dalam penerapan metode diskusi untuk siswa tunarungu, berikut penjelasan bapak EPW.

Mereka lebih banyak ..., kan pernah gitu mencari hewan yang halal haram, ya bisa tapi belum maksimal”.(berdasarkan wawancara 19 Mei 2017/ recording20170519093449), pernyataan ini untuk memperjelas penuturan tanggal 18 Mei 2017, yaitu” tidak memungkinkan, mereka lebih banyak mengikuti gerak bibir, kalo bisa ya tidak maksimal soalnya tidak bisa menjelaskannya”.

Penerapan metode diskusi untuk siswa tuna rungu, guru pernah meminta siswa mencari hewan yang halal dan haram yang halal di konsumsi akan tetapi tidak bisa maksimal karena tidak bisa menjelaskannya hanya sebatas ngerti saja.

3. Media Pembelajaran PAI bagi Siswa Tuna Rungu SMPLB Negeri Salatiga

Berikut ini media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tuna rungu SMPLB Negeri Salatiga berdasarkan data lapangan.

Pada pengamatan acara Pesantren Kilat Ramadhan Ceria, didapatkan data, guru Pendidikan Agama Islam menggunakan media pembelajaran LCD dan Microfon sebagai alat bantu dalam mentransfer informasi dan pengetahuan.(doc. 0000007/ 10 Juni 2016)

Media pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang digunakan dalam proses belajar mengajar di SMPLB N Salatiga berdasarkan penelitian melalui pemeriksaan dokumen RPP tahun 2016,

Didapatkan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam menggunakan Media Pembelajaran Video Pembelajaran dan CD

Pembelajaran Tajwid Interaktif dengan bantuan alat berupa komputer dan LCD Projector pada materi pelajaran (rendah hati, hemat, hidup sederhana) serta hukum bacaan al-Syamsiyah dan Qomariyah. (doc. Foto: DSC_0000193/ 14 Juni 2016)

Sedangkan media yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pengamatan langsung, “Media yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi tentang Penyembelihan Binatang adalah LCD”. (berdasarkan pengamatan 03 Agustus 2016/ MOV_0000007).

Berikut ini media pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang digunakan berdasarkan penuturan bapak EPW.

LCD dan alat peraga seperti yang di lihat kemarin gambar urutan shalat.”(wawancara 19 Mei 2017 di ruang TU)

Alat peraga yang dimaksud adalah berupa kartu merah muda berisi gambar-gambar gerakan shalat yang disusun secara berurutan dari atas ke bawah dan menggunakan LCD dengan menampilkan video mengenai gerakan-gerakan shalat.

Untuk media yang digunakan dalam metode Bang Jo pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam berikut penjelasannya.

...pake lalu lintas, merah untuk? Nggak dan hijau untuk? Iya. Itu juga bisa digunain untuk materi puasa,”(recording20170519093449)

Media pembelajaran yang digunakan dalam metode Bang Jo adalah menggunakan alat peraga lalu lintas, yang merupakan kertas yang

berbentuk lingkaran dengan warna Merah dan Hijau, dimana dibawahnya diberi tusuk sebagai pegangan.

4. Kesulitan yang Dihadapi Guru dan Solusi yang Dilakukannya dalam Implementasi Model Pembelajaran pada Proses Belajar-Mengajar

Dalam kegiatan pembelajaran ada beberapa hal yang yang menjadi kendala dan kesulitan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor maupun berbagai aspek. Maka guru pun juga memiliki solusi dalam menghadapi kesulitan dalam proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran terkadang guru tidak mengetahui, “jika siswa tuna rungu terlihat asyik sendiri dengan temannnya.” (berdasarkan pengamatan 03 Agustus 2016/ MOV_0000007).

Berikut ini penuturan narasumber (Bapak EPW) terkait pembelajaran bagi siswa tuna rungu,

BB (Bisa Baca), tapi kurang mengerti...iya pemahamannnya kurang. ....Bukan, permasalahannya dari kecil pake bahasa isyarat, ...pake kertas, menulis. Materi, 2 sampai 3 pertemuan, beda loh, lama”. (berdasarkan wawancara 03 Agustus 2016/ REC_0000009).

Kendala yang dimaksud siswa tuna rungu hanya bisa baca akan tetapi dalam segi pemahaman tergolong kurang. Hal ini juga dipengaruhi oleh penggunaan bahasa isyarat sejak kecil. Untuk pengembangan bahasa guru terkadang meminta siswa menyalin pada materi-materi tertentu. Karena tingkat pemahaman kurang maka terkadang ada materi yang disampaikan 2 sampai 3 kali pertemuan.

Faktor yang menjadi kesulitan dalam proses pembelajaran siswa tunarungu. Berikut penjelasannya,

Gak, gak, dulu dapat, terus ditanyain kenapa gak dipakai?, katanya gak nyaman...kan kalo suara agak keras sedikit mereka itu bilange gembrebeg gitu loh mbak suaranya”.(berdasarkan penuturan ibu RIA wawancara 10 Mei 2017/VID_20170510095516)

Yang menjadi kendala lainnya dalam proses pembelajaran adalah karena siswa tuna rungu tidak menggunakan ABP (Alat Bantu Dengar). Hal ini karena menurut siswa tuna rungu, ketika ada suara yang sedikit nyaring itu tidak nyaman di telinga karena gembrebeg.

Mengenai hambatan dalam mengajar siswa tunarungu sebagai berikut.

“Gak ada, kalo buat anak B itu hanya nggak bisa ngomong, sama kadang gak ngerti istilah baru atau asing, jadi kadang bingung dewe

kalo mau jelasinnya”. (berdasarkan wawancara dengan bapak EPW 18 Mei 2017)

Anak tuna rungu itu tidak bicara dengan baik dan terkadang tidak mengerti istilah baru atau asing bagi mereka.

Gak ada, di SLB itu gak punya buku, jadi kita punyanya KI KD, cuman kita lihat dulu seperti apa?, jadi kita ambil yang pokok-pokonya saja. Ya bayangin aja anak B ngapalke surat we, opo meneh surat-surat pendek, wong surat al fatikhah aja kadang ada yang belum hafal ”.(recording20170519093449)

Hambatan lain yang muncul adalah tidak adanya buku pedoman Pendidikan Agama Islam khusus untuk SLB dari pusat, terutama tuna rungu. Guru hanya memiliki KI KD, dimana nantinya masih disortir diambil pokok-pokoknya saja. Hafalan surat-surat pendek terasa masih

sulit untuk siswa tuna rungu. Beberapa anak hanya bisa hafal surat al-Fatikhah, itupun tidak semuanya.

Berdasarkan wawancara dengan bapak EPW 19 Mei 2017 mengenai kesulitan dalam menggunakan metode-metode tertentu.

Yang jelas...kalo yang B aja masih lumayan, tapi kalo yang campuran jadi susah....kalo yang sisa pendengaran itu wanda itu masih ada sisa”.(recording20170519093449)

Sebenarnya siswa tuna rungu masih bisa untuk mengikuti pembelajarannya apalagi yang memiliki sisa pendengaran yang terbilang lumayan. Lebih mudah dibandingkan dengan anak B campuran.

Untuk mendukung pembelajaran Pendidikan Agama Islam beberapa kegiatan rutin diadakan setiap tahunnya, seperti Peskil Ramadhan Ceria, Sholat Tarawih Bersama, MABIT (Malam Bina Iman Taqwa), Qurban bersama masyarakat sekitar, dan Halal bi Halal.

Dikarenakan keterbatasan siswa tunarungu dalam olah kata,

“Maka guru ketika menjelaskan kepada siswa tuna rungu dengan pelan-pelan, kata per kata, dan penggalannya (artikulasinya) harus tepat. Dan guru diakhir pelajaran meminta siswa untuk membuat salinan ringkasan tentang materi yang disampaikan dalam pembelajaran dengan bantuan dikte oleh guru.”(berdasarkan pengamatan 03 Agustus 2016/ MOV_0000007).

Untuk mengakomodir kesulitan dalam proses pembelajaran siswa tuna rungu, guru menjelaskan materi dengan pelan-pelan, kata per

kata, serta dengan penggalan artikulasi yang tepat, dan merangsang daya ingat serta bahasanya.

Untuk mengatasi akan keterbatasan siswa tuna rungu, SLB N Salatiga pada jenjang SMPLB memiliki program kegiatan vokasional . Berikut penjelasan ibu RIA.

“Kalo saya dibagian boga mbak, ada 2 anak tuna rungu yang ikut boga, lainnya mereka masuknya di ini ...., tidak-tidak disana di voka menjahit”. Ketika ditanya mengenai pembelajarannya harus menatap muka jarak dekat, beliau menjawab “gak, ya mereka ada resep, mereka paham kok, ngerti mbak”. (berdasarkan wawancara 10 Mei 2017/ VID_20170510095516)

Selain itu, di SLB N Salatiga terutama pada jenjang SMPLB juga dikembangkan metode okasional/ yaitu kegiatan vokasional yang merupakan pelatihan keterampilan untuk kemandirian siswa. Kegiatan vokasional yang diikuti siswa tuna rungu SMPLB adalah pada bidang tata boga dan menjahit.

Mengenai ekspektasi kedepan sebagai solusi pembelajaran Pendidikan Agama Islam, bapak EPW menuturkan,

“Yang penting anak itu, tujuannya bisa wudhu dengan benar, yang

kedua bisa shalat. Jadi tahun depan anak mung tak kon iso . wes iki diuneke bahasane apa ya,,,, ra podo karo kurikulum ben. Anak itu tak ajari kabiro sing pendek wae ra rampung-rampung kok. Sing iso yo gek ega karo wulan bisa”.(berdasarkan wawancara 19 Mei 2017/ recording20170519093449)

Solusi lain yang diambil oleh guru Pendidikan Agama Islam adalah dengan mengutamakan pembelajaran latihan terutama pada praktek wudhu dan shalat.

BAB IV PEMBAHASAN

A. Implementasi Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Siswa Tuna Rungu di SMPLB Negeri Salatiga

Implementasi model pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi siswa tuna rungu adalah suatu tindakan dengan menerapkan konsep/ sistem berupa langkah-langkah terencana sebagai pedoman interaksi belajar-mengajar dengan tujuan siswa tuna rungu mengenal, memahami, menghayati, dan mengimani Islam.

Dalam menerapkan model pembelajaran tertentu, maka tidak terlepas dari 2 komponen pembelajaran didalamnya yaitu metode dan media pembelajaran. Selain itu, dalam alokasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPLB N Salatiga adalah 3 jam dengan 1 jamnya 35 menit. (berdasarkan wawancara 03 Agustus 2016/ REC_0000009).

Terkadang waktu dibuat fleksibel mengingat dari ketebatasan siswa tuna rungu. Sehingga guru terkadang mencari waktu khusus untuk melengkapi ketuntasan daripada materi pelajaran. Materi yang digunakan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tuna rungu di SMPLB Negeri Salatiga menggunakan KI KD (Kompetensi Inti Kompetensi Dasar) dan masih disederhanakan dengan mengambil pokok-pokok materinya.

Pada pengamatan 10 juni 2016, guru menyampaikan materi tentang hal-hal yang membatalkan puasa menggunakan bantuan media

pembelajaran LCD, serta guru menjelaskannya kepada siswa tuna rungu dengan menggunakan metode ceramah yang didukung oleh bahasa isyarat maupun gerak bibir dan tentunya dengan artikulasi yang tepat sehingga tidak terjadi keadaan membingungkan serta ambigu dalam pemahamannya (doc. 0000007/ 10 Juni 2016).

Langkah-langkah yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam adalah yang pertama, guru menata ruangan terlebih dahulu seperti formasi tempat duduk siswa. Kedua, guru menyiapkan alat dan media guna membantu mempresentasikan materinya. Ketiga, pemberian materi diawali dengan doa dan guru mengucapkan salam. Keempat, guru mulai menyampaikan materi dengan menggunakan microfon. Lima, guru melakukan dialog (tanya jawab), jika siswa tunu rungu menggunakan isyarat maupun gerak bibir melalui jarak dekat. Sebagai langkah penutup, guru meriview ulang materi dan memberi petuah serta doa.

Untuk latihan membaca pemula bagi siswa tuna rungu, siswa mempraktekkannya dengan oral mulut (berbicara) dengan bantuan isyarat gerakan tangan, contohnya membaca kata “terimakasih”, sambil tangan terbuka dengan telapak tangan ke dalam lalu dikenakan bibir dan digerakkan ke depan.

Dalam pemeriksaan dokumen RPP tahun 2016 dapat simpulkan, model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah model pembelajaran Contextual Teaching &

materi sikap terpuji seperti rendah hati, hemat, dan hidup sederhana. Guru menjelaskan materi dengan mengaitkannya pada ayat-ayat al-Qur’an (Q.S al-Furqan: 63 dan Q.S al-Isra: 27) dengan tidak keluar konteks pada materi. Langkah-langkah diambil dengan memberikan contoh bagaimana bersikap rendah hati, hemat, dan hidup sederhana.

Model pembelajaran Kontekstual merupakan suatu konsep yang sebagai prakteknya dengan mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata sehingga memacu siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Langkah model pembelajaran Langsung bertitik pada pembelajaran interaktif. Dan pada kompetensi al-Qur’an, praktek membaca untuk siswa tuna rungu adalah dengan melihat gerak bibir guru dan menirukannya. Didukung juga dengan metode Drill, dimana dilakukan pengulangan-pengulangan dalam membaca sehingga struktur pengucapan dan daya ingat siswa tuna rungu mulai terbentuk. Dan pada jenjang SMPLB untuk kelas B, masih diajari iqra’.

Untuk merangsang pendapat/ argumentasi siswa tuna rungu, guru Pendidikan Agama Islam dalam proses pembelajarannya menanyakan kepada siswa, seperti “Apakah cara menyembelih yang dlihat divideo itu tadi, boleh atau tidak?. Lalu guru sembari menjelaskan isi video.” Ketika jawaban dari siswa kurang tepat maka guru menunjukkan simbol dengan raut muka sedikit berkerut, dan ketika jawaban siswa tuna rungu benar maka guru akan mengangkat jempol sebagai isyaratnya.

Guru menyampaikan materi penyembelihan hewan menggunakan metode demonstrasi tidak langsung melalui penyajian video berisi kegiatan penyembelihan hewan. Lalu guru berusaha membangun komunikasi interaktif dengan siswa tuna rungu sehingga pembelajaran menjadi aktif. Di beberapa kesempatan guru menjelaskan materi tersebut menggunakan bahasa isyarat, ketika siswa tuna rungu mengalami kebingungan dalam mengikuti gerak bibir guru. Selain itu guru memproyeksikan powerpoint dimana terlampir secara ringkas dilengkapi dengan gambar. Dan diakhir pembelajaran guru meminta siswa tuna rungu mencatat di secarik kertas mengenai materi tersebut lalu dikumpulkan.

Model pembelajaran yang digunakan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa tuna rungu tingkat SMPLB berdasarkan wawancara 18 Mei 2017 adalah model pembelajaran yang digunakan sama seperti anak biasa hanya saja pada di bagian-bagian tertentu tidak maksimal. Model pembelajaran yang sering digunakan adalah model pembelajaran langsung. Tidak menggunakan model khusus siswa tuna rungu, jika metode khusus yang digunakan dalam pembelajarannya adalah MMR. Meskipun menggunakan MMR, bahasa komunikasinya masih tercampur dengan bahasa isyarat. Serta pada pembelajaran yang

Dokumen terkait