• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Sistematika Penulisan

Untuk lebih terarah dalam pembahasan ini, memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh dalam memahami skripsi ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari menguraikan latar belakang masalah, fokus dan subfokus penelitian, perumusan masalah, kegunaan penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menerangkan tentang deskripsi konseptual fokus dan subfokus penelitian dan hasil penelitian yang relevan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan yang berisi tujuan penelitian, tempat dan waktu penelitian, latar penelitian, metode dan prosuder penelitian, data dan sumber data, teknik dan prosuder pengumpulan data, teknik analisis data dan validasi data.

BAB IV HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

Bab ini mendeskripsikan gambaran umum tentang latar penelitian, tempat penelitian dan pembahasan temuan penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian sekaligus menjawab pertanyaan dari masalah yang telah dirumuskan. Selain itu juga berisi saran-saran yang sekiranya dapat dijadikan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

8

A. Deskripsi Konseptual Fokus dan Subfokus Penelitian 1. Tinjaun Tentang Mudharabah

a. Pengertian mudharabah

Secara bahasa mudharabah diambil dari kata al-dharb fi al-ardh, yang berarti perjalanan untuk berniaga. Mudharabah merupakan istilah yang biasa digunakan oleh penduduk irak, sedangkan qirad merupakan istilah yang biasa di gunakan oleh penduduk hijaz. Penduduk Hijaz menamai mudharabah dengan qiradh yang diambil dari kata qardh yang berarti qath‟u (memotong), karena rab al-mal memotong sebagian hartanya dan menyerahkannya kepada „amil, atau memotong sebagian keuntungan yang timbul dari usaha „amil. Qiradh yang diambil dari kata mudharabah yang berarti musawah (bersama-sama).7 Mudharabah disebut juga qiradh yang berarti “memutuskan”. Dalam hal ini, si pemilik uang itu telah memutuskan untuk menyerahkan sebilangan uangnya untuk diperdagangkannya berupa barang-barang dan memutuskan sekalian sebagian dari keuntungannya bagi pihak kedua orang yang berakad qiradh ini.8

7 Yadi Janwari, Lembaga Keuangan Syariah, Cet, Ke-5,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 58.

8 Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005), h. 33.

Sedangkan dalam fatwa al-Mu‟ashirah disebutkan bahwa mudharabah dalam fiqh islam merupakan salah satu jenis dari syirkah yang di dalamnya ada pokok modal (ras‟s al-mal) dari satu pihak dan pekerjaan („amal) dari pihak lain. Mekanismenya, seseorang menyerahkan harta kepada pihak lain untuk diniagakan dengan keuntungan yang diperoleh dibagi di antara keduanya sesuai nisbah yang disepakati dalam akad. Menurut Sayyid Sabiq, mudharabah adalah akad di antara dua belah pihak di mana salah satu pihak menyerahkan modal kepada yang lain untuk berniaga pada modal tersebut dengan keuntungan dibagi di antara keduanya dengan porsi sesuai hasil kesepakatan.9

Secara istilah, mudharabah adalah akad kerja sama antara shahib al-mal (pemilik modal) dengan mudharib (yang mempunyai keahlian atau keterampilan) untuk mengelolah suatu usaha yang produktif dan halal. Hasil keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi bersama berdasarkan nisbah yang disepakati, jika terjadi kerugian ditanggung oleh shahib al-mal. Dalam akad mudharabah ini, terjadi percampuran/penggambungan (partnership) dua pihak yaitu pihak pemodal (shahib al-mal) dan pihak pekerja (mudharib). 10 Istilah

“mudharabah” merupakan istilah yang paling banyak digunakan oleh

9Yadi Janwari, op.cit., h. 59.

10 Muhammad Sadi , Konsep Hukum Perbankan Syariah Pola Relasi Sebagai Institusi Intermediasi dan Agen Investasi, (Malang: Setara Press, 2015), h. 98.

bank-bank Islam. Prinsip ini juga dikenala sebagai “qiradh” atau

“muqaradah”.11

Keuntungan dari usaha yang telah dilakukan oleh pihak bank secara akad mudharabah akan dibagi hasilnya menurut kesepakatan yang telah disepakati antara keduanya pada perjanjian di awal, dan apabila dalam usaha yang telah dijalankan mengalami kerugian maka kerugian tersebut akan ditanggung oleh pihak shahibul maal dan jika dalam kerugian tersebut disebabkan oleh pihak bank karena kecurangana atau kelalainnya maka pihak bank (mudharib) yang harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Istilah “mudharabah” merupakan istilah yang paling banyak digunakan oleh bank-bank Islam.

Mudharabah adalah suatu perkongsian antara dua pihak, dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan dana dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawa atas pengelolaan usaha.12 Dalam akad mudharabah pengelola tidak memberikan modal atas usaha yang telah dijalankan antara pihak shahibul maal dan mudharib. Pihak pengelola hanya memberikan tenaga dan keahlinnya dalam usaha tersebut dan pengelola tidak meminta upah atau gaji dalam usaha yang dijalankannya.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan, mudharabah adalah akad kerjasama anatar dua belah pihak yaitu shahibul maal dan mudharib,

11 Wiroso, op.cit., h. 33.

12 Jeni Susyanti, Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah, ( Malang: Empat Dua, 2016) , h. 16.

dimana pihak shahibul mal sebagai pemberi dana/modal dan mudharib sebagai pengelola. Pembagian keuntungan berdasarkan nisbah bagi hasil yang disepakati oleh kedua belah pihak pada saat melakukan akad mudharabah.

b. Landasan Hukum Mudharabah

Al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.13

1) Landasan Syariah a) Al-Qur’an

Dalam firman Allah SWT dalam surat Baqarah: 198 dan Al-Jumu’ah: 10

13 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani dan Tazkia Cendekia, 2001), h. 95.

Artinya:

Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu.Maka apabila kamu telah bertolak dari

„Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy‟arilharam dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.14

Artinya:

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.15

14 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahan.

15Departemen Agama Republik Indonesia, Ibid.

b) Al-Hadits

ِ هاللَّ ُلىُس َر َلاَق َلاَق ِهيِبَأ ْنَع ٍبْيَه ُص ِنْب ِحِلاَص ْنَع ىَلِإ ُعْيَبْلا ُةَك َرَبْلا هنِهيِف ٌث َلََّث َمهلَس َو ِهْيَلَع ُ هللَّ هلَّ َص َلَ ِتْيَبْلِل ِري ِعهشلاِب ِّرُبْلا ُط َلَّ ْخَأ َو ُة َض َراَقُمْلا َو ل َجَأ ِعْيَبْلِل

Artinya:

Dari Shalih Bin Shuhaib r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda

“tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual .” (HR Ibnu Majah no.2280, Kitab at-Tijarah).16

2) Landasan Hukum

a) Fatwa Dewan Syariah Nasional

Ketentuan fatwa DSN-MUI No. 02/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Tabungan adalah sebagai berikut.

Pertama: Tabungan dibagi dua jenis :

(1) Tabungan yang tidak dibenarkan secara syari’ah, yaitu tabungan yang berdasarkan perhitungan laba.

(2) Tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi‟ah.

16Muhammad Syafi’i Antonio, op.cit., h. 96.

Kedua: ketentuan umum tabungan berdasarkan Mudharabah.

(1) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

(2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain.

(3) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

(4) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam pembukaan rekening.

(5) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.Bank tidak diperkenakan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.17

b) Hukum Positif

Undang-undang Republik Indonesia N0.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Pasal 1 Ayat 21 , Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah meliputi:

17 Fatwa DSN MUI, www.dsnmui.or.id diakses pada tanggal 2 Januari 2019 .

(1) Simpanan berupa Tabungan atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi‟ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

(2) Menepatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan akad wadi‟ah atau investasi berdasarkan akad mudharabah dan/atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.18

Tabungan sebagai salah satu produk penghimpunan dana juga terdapat dasar hukum dalam PBI N0. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah yang mana didalamnya terdapat Pasal 3 yang berbunyi dalam kegiatan penghimpunan dana dengan mempergunakan antara lain akad wadi‟ah dan mudharabah.19

PBI No.6/24/PI/2004 tentang Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, Bab V Pasal 36 Kegiatan Usaha, yang berisi bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam melakukan kegiatan usahanya yang meliputi:

18 Undang-undang No.21 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 21 tentang Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

19 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan, www.ojk.go.id, diakses pada tanggal 5 Februari 2019.

(1) Giro berdasarkan prinsip wadi‟ah.

(2) Tabungan berdasarkan prinsip wadi‟ah atau mudharabah.

(3) Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah.20 c. Rukun dan Syarat Mudharabah

Rukun mudharabah adalah: hal ini bank bertindak sebagai mudharib.

3) Usaha/pekerjaan yang akan dibagi hasilkan harus ada.

4) Nisbah bagi hasil harus jelas dan sudah ditetapkan di awal sebagai patokan dasar nasabah dalam menabung.

5) Ijab kabul antara pihak shahibul mal dan mudharib.21 Syarat-syarat sah Mudharabah adalah, sebagai berikut:

1) Modal atau barang yang diserahkan itu berbentuk uang tunai.

2) Bagi orang yang melakuka akad disyaratkan mampu melakukan tasharuf.

20 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan, Ibid., diakses pada tanggal 5 Februari 2019 Pukul 10.45 WIB.

21 Juhaya S. Pradja, Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis Praktis,( Bandung:

CV Pustaka Setia, 2012), h. 141.

3) Modal harus diketahui dengan jelas agar dapat dibedakan antara modal yang diperdagangkan dengan laba atau keuntungan dari perdagangan tersebut yang akan dibagikan kepada dua belah pihak sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.22

4) Keuntungan yang akan menjadi milik pengelolah dan pemilik modal harus jelas persentasenya, umpamanya setengah, sepertiga, atau seperempat.

5) Melafaskan ijab dari pemilik modal misalnya aku serahkan uang ini kepadamu untuk dagang jika ada keuntungan akan dibagi dua dan kabul dari pengelolah.

6) Mudharabah bersifat muthlak, pemilik modal tidak mengikat pengelola harta untuk berdagang dinegara tertentu, memperdagangkan barang-barang tertentu, pada waktu-waktu tertentu, sementara diwaktu lain tidak ada persyaratan yang mengikat sering menyimpang dari tujuan akad mudharabah yaitu kuangan. Bila dalam akad mudharabah ada persyaratan-persyaratan, maka mudharabah tersebut rusak (fasid) menurut pendapat al-Syafi’i dan malik. Sedangkan menurut Abu Hanifah dan Ahmad Ibn Hanbal, mudharabah tersebut sah.23

22 Agustina Dewi Rosita, Penerapan Akad Muhdrabah pada Produk Takaful Dana Pendidikan (Fulnadi) Asuransi Takaful Keluarga Cabang Palembang, Skripsi, Palembang, 2016, UIN Raden Fatah Palembang. www.googlescholar.co.idh. 65-66. Diakses pada tanggal 9 Januari 2019.

23 Agustina Dewi Rosita, Ibid.

d. Jenis-jenis Mudharabah

Secara umum mudharabah terbagi menjadi dua jenis yaitu:

1) Mudharabah Muthlaqah

Mudharabah muthlaqah, merupakan akad perjanjian antara dua pihak yaitu shahibul maal dan mudharib, yang mana shahibul maal menyerahkan sepenuhnya atas dana yang diinvestasikan kepada mudharib untuk mengelola usahanya sesuai dengan prinsip syariah. shahibul maal tidak memberikan batasan jenis usaha, waktu yang diperlukan, srategi pemasarannya, serta wilayah bisnis yang dilakukan. Shahibul maal memberikan kewenangan yang sangat besar kepada mudharib untuk menjalankan aktivitas usahanya, asalkan sesuai dengan prinsip syariah islam.24

Mudharabah muthlaqah dapat dikatakan sebagai investasi dari pemilik dana kepada pihak bank syariah. dalam kerugian pihak bank tidak bertanggung jawab apabila kesalahan bukan disebabkan oleh pihak bank atau mudharib. Dalam halnya bank syariah (mudharib) yang menyebabkan terjadinya kerugian atas usaha yang telah dijalankan dalam pengelolaan dana dari pihak shahibul maal, maka pihak bank sayriah wajib mengganti seluruh dana investasi yang telah diberikan pihak shahibul maal. Dalam aplikas di bank syariah yang dapat ditawarkan kepada nasabah yaitu produk tabungan.

24 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2011), h. 86.

2) Mudharabah muqayyadah

Mudharabah muqayyadah (Specified Mudharabah) adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang dimana pihak mudharib dibatasi yaitu dalam memilihi jenis usaha dan pengelolaanya. Dalam hal ini pihak shahibul maal yang berperan penting. Didalam perbankan syariah jarang yang menggunakan akad tersebut. Mudharabah muqayyadah terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

a) Mudharabah Muqayyadah off Balance yaitu dimana bank bertindak sebagai yang mempertemukan antara pemilik modal dengan pelaksanaan usaha. Pemilik dana memberikan syarat-syarat yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai oleh pemilik modal.

b) Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet yaitu simpanan khusus dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat kepada bank yang harusi dipatuhinya dan penentuan nisbah bagi hasil atas kesepakatan pihak pemilik dana dan nasabah.25

e. Penerapan Akad mudharabah di Perbankan Syariah

Mudharabah dalam konteks perbankan berarti perjanjian kesepakatan bersama antara pemilik modal (rab al-mal) dan pengusaha (amil atau mudharib) dengan ketentuan pihak pemilik modal menyediakan dana dan pihak pengusaha memutar modal dengan dasar

25 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis,Cet, Ke 1, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010, h. 78.

bagi hasil keuntungan. Implementasi mudharabah di perbankan syariah dapat dipilah menjadi dua bagian, yaitu pengehimpunan dana dan penyaluran dana..26

Untuk kegiatan penghimpunan dana diaplikasikan dalam bentuk Giro, Tabungan, dan Deposito. Sementara itu untuk penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan mudharabah.27 Pembiayaan mudharabah adalah bank menyediakan pembiayaan modal investasi atau modal kerja secara penuh (trusty financing), sedangkan nasabah menyediakan proyek atau usaha lengkap dengan manajemennya. Hasil keuntungan dan kerugian yang dialami nasabah dibagi atau ditanggung bersama antara bank dan nasabah dengan ketentuan sesuai kesepakatan bersama.28

Dalam pengaplikasin Tabungan yaitu terdiri dari tabungan wadi‟ah dan mudharabah. Oleh karena itu, dalam tabungan wadi‟ah pihak bank akan memberikan bonus kepada nasabah yang menggunakan tabungan tersebut. Besarnya bonus yang diberikan pihak bank kepada nasabah tidak boleh ditentukan di awal saat pembukaan rekening karena bonus diserahkan kebijakannya kepada pihak bank. Dalam tabungan wadi‟ah pihak nasabah tidak menanggung resiko atas kerugiaan dan uang yang dititipkan oleh nasabah dapat diambil sewaktu-waktu setelah dikurangi biaya admnistrasi dalam penarikan. Dalam pengaplikasiannya tabungan

26 Yadi Janwari, op.cit., h. 64.

27 Sutan Remy Jaya, Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek-aspek Hukumnya, (Jakarta: Anggota IKAPI, 2010), h. 296-297.

28 Yadi Janwari, op.cit., h. 65.

wadi‟ah yang sering digunakan yaitu pada akad wadi‟ah yad dhamanah, dimana pihak bank selaku meneripa titipan dana tersebut diperbolehkan memproduktifkannya. Sedangkan dalam tabungan mudharabah pihak bank sebagai mudharib mengelola dana yang telah dititipkan oleh shahibul maal untuk membuat suatu kegiatan usaha dimana usaha tersebut tidak bertentangan dengan syariat islam dan hukum di Indonesia.

Dalam pembagian nisbah bagi hasil sesuai dengan saldo rata-rata yang dimiliki nasabah setiap bulannya.

2. Tinjauan Tentang Tabungan a. Tabungan

Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.29

Rekening Tabungan memberikan bunga, tapi tidak bisa ditarik seperti dengan menuliskan cek. Rekening-rekening ini memungkinkan nasabah menyisihkan sebagian aset likuid mereka sambil mendapatkan imbalan hasil moneter. Menarik dana-dana yang disimpan dalam rekening tabungan mungkin tidak semudah rekening giro.30

29 Pasal 1 butir 9 UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah menjadi UU Nomor 10 Tahun 1998.

30 Daud Vicary Abdullah dan Keon Chee, Buku Pintar Keuangan Syariah:Cara Mudah Memahami Prinsip, Praktik, Prospek, dan Keunggulan Keuangan Islam di Zaman Kita,Cet, Ke 1, ( Jakarta: Zaman, 2012), h. 158.

Dalam produk tabungan di bank syariah terdapat dua prinsip perjanjian yang diimplementasikan dalam produk tersebut yaitu wadi‟ah dan mudharabah. Dalam akad wadi‟ah pihak nasabah hanya menitipkan uang tersebut kepada pihak bank. Sedangkan nasabah yang ingin berinvestasi atau mencari keuntungan dengan cara menabung, maka menggunakan akad mudharabah. Dalam penjelasan ini pihak ini nasabah (shahibul maal) menyediakan modal 100% sedangkan pihak bank sebagai mudharib.

Sejumlah rekening tabungan bahkan membatasi penarikan, pembayaran, dan transfer yang dapat anda lakukan setiap harinya.

Rekening tabungan yang benar tidak memberikan kemudahan buku cek, meskipun beberapa lembaga mungkin menyebut rekening giro mereka yang berbunga lebih tinggi “rekening tabungan”.31

Dari definisi diatas dapat disimpulkan, tabungan adalah simpanan uang dari hasil pendapatan seseorang setiap bulan yang di sisihkan untuk menyimpan ditempat yang di percayai orang tersebut, dimana uang yang disimpan tidak digunakan untuk belanja atau tidak digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Tabungan merupakan investasi yang paling mudah dan tidak beresiko, dan memiliki resiko sedikit apabila dalam menabung.

31 Daud Vicary Abdullah dan Keon Chee, Ibid., h. 158.

b. Tabungan Mudharabah

Tabungan Mudharabah merupakan produk penghimpunan dana oleh bank syariah yang menggunakan akad mudharabah muthlaqah.

Bank syariah bertindak sebagai mudharib dan nasabah sebagai shahibul maal. Nasabah menyerahkan pengelolaan dana tabungan mudharabah secara mutlak kepada mudharib (bank syariah), tidak ada batasan baik dilihat dari jenis investasi, jangka waktu, maupun sektor usaha dan tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah islam.32

Oleh karena itu, dari hasil pengelolaan dana akad mudharabah, maka bank syariah akan membagi hasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dalam awal pada saat pembukaan rekening, bank bertanggung jawab sepenuhnya jika ada kerugian yang timbul karena kesalahan pihak bank. Dalam mengelola harta mudharabah, bank menutup biaya oprasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya, sedangkan bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah penabung tanpa persetujuan yang bersangkutan. Perhitungan bagi hasil tabungan mudharabah dilakukan berdasarkan saldo rata-rara harian yang dihitung ditiap akhir bulan di awal buku selanjutnya.

Bagi hasil tabungan mudharabah sangat dipengaruhi oleh antara lain:

1) Pendapatan bank syariah.

32 Ismail, op.cit., h. 69-70.

2) Total investasi mudharabah muthlaqah.

3) Total investasi produk tabungan mudharabah.

4) Rata-rata saldo tabungan mudharabah.

5) Nisbah tabungan mudharabah yang diterapkan sesuai dengan perjanjian.

6) Metode perhitungan bagi hasil yang diberlakukan.

7) Total pembiayaan bank syariah.33

c. Landasan Syariah Tabungan Mudharabah 1) Al-Qur’an

Dalam firman Allah SWT dalam surat Annisa : 29 dan surat Al-Baqarah:283, sebagai berikut:

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janagnlah kalian memakan harta-harta kalian di antara kalian dengan cara yang batil, kecuali dengan perdagangan yang kalian saling ridha. Dan janganlah kalian membunuh diri-diri kalian, sesungguhnya Allah itu Maha Kasih Sayang kepada kalian.34

33 Ismail, op.cit., h.89.

34 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya.

Artinya:

Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.35

2) Al-Hadits

ِ هاللَّ ُلىُس َر َلاَق َلاَق ِهيِبَأ ْنَع ٍبْيَه ُص ِنْب ِحِلاَص ْنَع ىَلِإ ُعْيَبْلا ُةَك َرَبْلا هنِهيِف ٌث َلََّث َمهلَس َو ِهْيَلَع ُهللَّ هلَّ َص َلَ ِتْيَبْلِل ِري ِعهشلاِب ِّرُبْلا ُط َلَّ ْخَأ َو ُة َض َراَقُمْلا َو ل َجَأ ِعْيَبْلِل

Artinya:

Dari Shalih Bin Shuhaib r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda

“tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan

35 Departemen Agama Republik Indonesia, Ibid.

tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual .” (HR Ibnu Majah no.2280, Kitab at-Tijarah).36

3) Ijma

Dijelaskan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang, mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorang pun mengingkari mereka. Karena hal tersebut dipandang sebagai ijma.

4) Qiyas

Transaksi mudharabah, yakni penyerahan sejumlah harta (dana, modal) dari satu pihak (malik, sahiib al-mal) kepada pihak lain („amil, mudharib) untuk diperniagakan (diproduktifkan) dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan, diqiyaskan kepada transaksi musaqah.37.

d. Ketentuan-Ketentuan Tabungan Mudharabah

1) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain.

36 Muhammad Syafi’i Antonio, Op.Cit., h. 96.

37 Basari Nainggolan, Perbankan Syariah di Indonesia, Cet, Ke 1, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,n 2016), h. 129.

3) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai bukan piutang.

4) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

5) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional pengelolaan tabungan dengan menggunakan bagian nisbah keuntungan yang menjadi hak bank.

6) Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan bersangkutan.38

B. Hasil Penelitian Yang relevan

Dengan pengetahuan dan pemahaman yang dilakukan oleh peneliti.

contohnya dalam karya ilmiah (skripsi, tesis atau destersasi), oleh karena itu penulis melakukan review terhadap skripsi sebelumnya yang ada kaitannya dengan skripsi ini.

38 Khotibul Umam, Legislasi Fikih Muamalah dan Penerapannya Dalam Produk

Perbankan Syariah di Indonesia, Cet, Ke-1, (Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada,2011), h. 86.

Perbankan Syariah di Indonesia, Cet, Ke-1, (Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada,2011), h. 86.

Dokumen terkait