BAB I PENDAHULUAN
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terbagi ke dalam bab-bab yang menguraikan permasalahan secara tersendiri, di dalam suatu konteks yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
44Winarno Surachmad, Dasar dan Teknik Research (Pengantar Metode Ilmiah), Tarsito, Bandung, 1982, hal.131
45Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahanan Filisofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal 68-69
27
Bab I dimulai dengan pemaparan latar belakang, perumusan masalah, manfaat penulisan,tujuan penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II membahas pengaturan yang berkaitan dengan tindak pidana dalam bidang informasi dan transaksi elektronik di indonesia, dengan sub-sub pembahasan yang terdiri dari perkembangan kejahatan yang berkaitan dengan informasi dan transaksi elektronik, perbuatan-perbuatan yang termasuk tindak pidana informasi dan transaksi elektronik, serta perumusan sanksi dalam tindak pidana informasi dan transaksi elektronik.
Bab III membahas pengaturan bukti elektronik menurut hukum acara pidana indonesia, yang terdiri dari sub-sub pembahasan mengenai pengaturan bukti elektronik menurut hukum acara pidana di Indonesia, alat bukti yang sah menurut KUHAP, dan perkembangan pengaturan yang berkaitan dengan bukti elektronik di Indonesia.
Bab IV berisikan pembahasan mengenai topik tentang Pembuktian Tindak Pidana Akses Komputer Dan/Atau Sistem Elektronik Secara Ilegal Dalam Order Fiktif Taxi Online Berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 Tentang perubahan atas Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Studi Putusan No. 1502/Pid.Sus/2018/PN.Mdn) yang terdiri dari pembahasan kasus posisi dan analisa kasus tentang hal-hal yang terjadi di persidangan, baik kronologi kasus, dakwaan, tuntutan pidana, fakta hukum, pertimbangan hakim dan putusan.
Bab V berisi kesimpulan dan saran yang merupakan bagian akhir dari penulisan skripsi, kesimpulan diambil dari pembahasan dari bagian awal hingga bagian akhir penulisan. saran-saran berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dari hasil penetilitan.
29 BAB II
PENGATURAN YANG BERKAITAN DENGAN TINDAK PIDANA DALAM BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DI
INDONESIA
A. Perkembangan Kejahatan Yang Berkaitan Dengan Informasi dan Transaksi Elektronik
Kejahatan dalam perspektif sosiologi merupakan suatu perilaku yang diciptakan oleh masyarakat itu sendiri dalam interaksi sosial.46 Semua perbuatan yang oleh masyarakat dicap sebagai kejahatan akan dipandang sebagai perbuatan-perbuatan tanpa susila. Dari segi subjek, kejahatan berlawanan dengan perasaan kesusilaan, dan dari segi objek (masyarakat) perbuatan tersebut merugikan masyarakat. 47 Oleh karena itu, perbuatan jahat tidak dikehendaki oleh masyarakat yang bersangkutan .48 meskipun demikian, kadang-kadang perbuatan tersebut secara formil belum dikualifikasikan secara tegas dalam peraturan perundang-undangan.49
Revolusi Industri di Inggris pada abad ke-17 memacu perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Perkembangan tersebut berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Terhitung sejak revolusi industri, saat ini masyarakat tengah memasuki siklus 50 tahun-an yang ke lima dengan ciri penggunaan mikroelektrik dan bioteknologi.50 Masyarakat saat ini sedang mengalami revolusi ke dua, yaitu
46 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, Rajawali, Jakarta, 2002. hal. 12
47 Purniati dan Kemal Darmawan, Kriminologi, Erlangga, Jakarta, 1994. hal. 8-9
48 Soedjono Dirdjosisworo, Asas-Asas Penologi, Erlangga, Jakarta, 1997. hal.19
49 R.Soesilo, Kriminologi, Politie, Bogor, 1976. hal.11-13
50 T. Jacob, Menuju Teknologi Berprikemanusiaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1996.
hal.15
revolusi informatika yang ditandai dengan banyaknya penggunaan mesin sebagai pengganti fungsi otak manusia. Salah satu mesin tersebut adalah komputer.51
Pada umumnya kejahatan di bidang informasi dan transaksi elektronik merupakan kejahatan biasa tetapi dengan menggunakan peralatan canggih, kalau dahulu orang mencuri dengan memakai kunci palsu maka sekarang memakai peralatan komputer, dulunya berjudi masih di atas meja judi sekarang hanya menggunakan sarana komputer. Awal mulanya kejahatan di bidang informasi dan transaksi elektronik terjadi di Amerika Serikat.
Penetilian tentang bentuk-bentuk kejahatan yang berkaitan dengan informasi dan transaksi elektronik (cybercrime) sudah dilakukan Standford Research International (SRI) di Amerika Serikat sejak tahun 1971 sampai tahun 1985.
Penelitian tersebut menemukan 1.600 kasus yang terjadi sejak tahun 1958, serta reaksi masyarakat dan pemerintah terhadapnya, termasuk penyelesaian berdasarkan hukum perdata. Dalam tahun 1979, SRI mendapatkan data yang lebih valid, yaitu menyatakan bahwa dari 244 kasus yang terjadi, ada 191 yang diajukan ke pengadilan, dan terdakwa dari 161 dapat dipidana,. Penelitian-penelitia yang dilakukan pada awal tahun 1970-an tersebut belum dapat menunjukkan data secara jelas karena kejahatan pada saat itu belum jelas pengaturannya dalam hukum pidana sehingga belum dimasukkan statistik kriminal.52 Penelitian di Amerika Serikat yang menarik perhatian pada tahun 1974 sampai tahun 1988 adalah sebagai berikut:
51 Eddy Junaedi Karnasudirja, Kejahatan Komputer, Tanjung Agung, Jakarta, 1999. hal. 6
52 Ibid., hal. 19
31
1) Tahun 1974
Sejumlah mahasiswa Brooklyn College New York mengakses secara tidak sah data komputer ke bagian registrasi akademik, kemudian mengubah data pada daftar prestasi akademik milik mereka sendiri dan teman-temannya secara online.
Setelah dilakukan investigasi perbuatan tersebut terbukti dilakukan oleh 12 mahasiswa.
2) Tahun 1988
Seorang mahasiswa berhasil memasukkan virus “internet-worm” dalam sistem internet yang mengakibatkan gangguan terhadap 6.000 sistem internet.53
Kejahatan yang berkaitan dengan Informasi dan transaksi elektronik (cybercrime) di Indonesia, pertama kali dapat dilihat berdasarkan putusan pengadilan pada tahun 1983, yaitu dalam kasus pembobolan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Brigjen Katamso Yogyakarta. Pada tahun 1986 terjadi pembobolan Bank Negara Indonesia 1946 (BNI 1946) dengan cara menggunakan fasilitas komputer, pada tahun 1990 terjadi kasus pengopian secara tidak sah terhadap program world star versi 5.0.54 dalam tahun-tahun berikutnya sampai saat ini, di indonesia banyak terjadi kasus kejahatan yang berkaitan dengan Informasi dan Transaksi Elektronik, misalnya pembajakan program komputer, cracking, penggunaan kartu kredit pihak lain secara tidak sah (carding), pembobolan bank (banking fraud), dan pornografi.55
53 Ibid., hal.18-19
54Aloysius Wisnubroto,Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Komputer, Universitas Atmajaya, Yogyakarta, 1999. hal. 44
55 Widodo, Hukum Pidana di Bidang Teknologi..,Op.Cit., hal. 45
Praktik kejahatan informasi dan transaksi elektronik di Indonesia berkembangan dengan cepat, setelah kasus pembobolan bank di atas, adapun perkembangan kejahatan yang berkaitan dengan informasi dan transaksi elektronik di Indonesia, antara lain tergambar sebagai berikut:
1. Pada tahun 2001, petrus Pangkur dijatuhi pidana penjara oleh pengadilan negeri Sleman karena melakukan carding. Reinwarin melakukan tindak pidana pornografi di internet dan dijatuhi pidana penjara oleh pengadilan negeri Yogyakarta. Pada tahun sebelumnya, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menjatuhkan pidana kepada Antonius Prawito alias Anton Bin Marius Peh terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan pemalsuan kartu kredit (carding).56
2. Pada tahun 2005, pelaku penipuan informasi lowongan kerja melalui internet (scam), yaitu perusahaan PT Maxgain dan pengguna situs Loker di internet yang bernama Hendro Prabowo, pemilik IP addres 202.72.208.8 – 202.72.209.226.57
3. Pada tahun 2005, emilia Karolina terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan pengancaman dengan kejahatan melalui internet, kemudian dijatuhi pidana penjara dengan kejahatan melalui internet, kemudian dijatuhi pidana penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta selatan pada tahun 2005.58
56 Widodo, Aspek Hukum Pidana Kejahatan Mayantara, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2013. hal.200
57Priyadi Iman Nurcahyo, “Penipuan Berkedok Lowongan Pekerjaan”, http://priyadi.net/archives/2006/04/05/penipuan-berkedok-lowongan-pekerjaan/ diakses pada 27 Desember 2018 Pukul 5.30 WIB
58 Widodo, Aspek Hukum Pidana.., Op.Cit., hal.200
33
4. Tahun 2005, Chandra Halim, warga Kalijudan asri Surabaya seorang pembobol bank dengan kartu kredit (Rp33,6 miliar) melalui Bank Danamon, Niaga, ANZ, HSBC, BNI, Mandiri, BII, Standard Chartered Bank, Permata, Citibank, GE Extra Master Card, serta kartu belanja Carrefour.59 5. Pada bulan Desember 2006, tindak pidana judi online terjadi di Semarang
dengan terdakwa Aryanto Wijaya. Sedangkan di Babat, Lamongan, Jawa Timur, polisi menagkap 11 tersangka, yakni Slamet Tjokrodiharjo, BS,HE,TA,SWT,HDK,PTS,TS,YK,YS dan YDM. Mereka dikenakan Pasal 303 KUHP dan Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian60
6. Pada tahun 2004, Johnny Indrawan Yusuf alias Hengky Wiratman alias Irwan Soernaryo asal Malang, Jawa Timur terkait dengan kasus perdagangan VCD porno dan alat bantu seks melalui jaringan internet dalam situs http://www.vcdporno.com terdakwa diancam hukuman pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun 8 (delapan) bulan.61
7. Pada awal tahun 2011, Reza Rizaldy atau Redjoy, terbukti secara sah dan meyakinkan mengunggah video porno Ariel Peterpan dan dijatuhi pidana penjara 2 tahun penjara dan denda Rp250.000.000 (dua ratus lima puluh juta rupiah) subsider tiga bulan penjara oleh Pengadilan Negeri Bandung.62
59 Benny Krisna dan John Lempo, “Pembobol Kartu Kredit Miliaran Rupiah Dicokok”, https://www.liputan6.com/news/read/104696/pembobol-kartu-kredit-miliaran-rupiah-dicokok diakses pada 27 Desember 2018 Pukul 05.30
60 https://news.detik.com/berita/d-736796/komplotan-judi-online-di-semarang--lamongan-digulung?nd992203605=&nd992203605= diakses pada 27 Desember 2018 Pukul 05.30
61Taufik Alwie dan Arif Sujatmiko, “Kriminalitas”, http://arsip.gatra.com/2004-08-12/majalah/artikel.php?pil=23&id=43462 diakses pada 27 Desember 2018 Pukul 05.30
62https://nasional.kompas.com/read/2011/01/31/18370469/redjoy.pasrah.divonis.dua.tahun diakses pada 27 Desember 2018 Pukul 05.30
8. Pada akhir tahun 2011, ada empat jenis kejahatan cybercrime di wilayah Polda Jawa Timur yang dilakukan melalui sarana situs jejaring sosial facebook. Empat jenis kejahatan itu adalah penghinaan, penipuan, mencuri data, mengambil alih kekuasaan situs lain. Rata-rata tiap bulan 2-4 kasus yang dilaporkan.63
9. Pada bulan Februari tahun 2013, Ken, bandar judi online beromzet 4 (empat) miliar, dikenakan Pasal 303 KUHP, modus operandi ken menggunakan jalur online berupa mickey mouse dan bola tangkas dengan sarana-prasarana menggunakan fasilitas internet.64
10. Pada tahun 2009, terdakwa Prita Mulyasari, kisahnya bermula ketika mengeluhkan lewat e-mail terkait perawatan yang diberikan rumah sakit Omni Internasional. Akhirnya ia dipenjara setelah kalah dalam gugatan pencemaran nama baik yang dilakukan oleh pihak rumah sakit, Prita dijerat Pasal 27 ayat (3) Undang-undang No.11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.65
11. Pada Bulan Juni 2012, Alexander Ann terdakwa atas kasus penistaan agama dan penyebaran informasi yang menimbulkan kebencian dan permusuhan individu atau kelompok tertentu berdasarkan SARA. Alexander di jatuhi
63 Widodo, Aspek Hukum Pidana.., Op.Cit., hal. 201
64 https://metro.tempo.co/read/458917/polisi-ungkap-judi-online-beromzet-4-m-sepekan/full&view=ok diakses pada 27 Desember 2018 Pukul 05.30
65Eko Wahyu Putradinata,“Berhati-hati Saat Menggunakan Internet Sangat Diperlukan”,
https://www.brilio.net/serius/nggak-cuma-acho-5-orang-ini-juga-pernah-terjerat-kasus-ite-170807c.html diakses pada tanggal 27 Desember 2018 Pukul 05.30
35
hukuman 2.5 tahun penjara dan denda Rp100.000.000 (seratus juta rupiah) atau diganti dengan hukuman 3 bulan penjara.66
12. Pada bulan agustus 2014, Florence Sihombing, mahasiswa S2 Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, terdakwa atas kasus penghinaan warga Yogyakarta. hakim menyatakan terdakwa dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan informasi elektronik melalui jaringan telekomunikasi yang memuat penghinaan dan pencemaran nama baik. Florence dijatuhi hukuman pidana penjara selama 2 bulan dan denda sebesar Rp.10.000.000 (sepuluh juta rupiah) dengan ketentuan jika tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan 1 bulan.
13. Pada bulan november tahun 2017, Buni Yani divonis 1 tahun 5 bulan penjara dalam perkara penyebaran ujaran kebencian bernuansa suku, agama, ras dan antargolongan oleh hakim Pengadilan Negeri Bandung, Jawa Barat.
Buni Yani dinilai menyebarkan ujaran kebencian dengan menyebarkan informasi yang menimbulkan kebencian terhadap masyarakat bernuansa SARA melalui postingannya di Facebook. Ia mengunggah video mantan Gubenrnur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan menghilangkan kata pakai dalam transkipnya67
14. Pada bulan Maret tahun 2018, kepolisian Daerah Jawa Tengah mengungkap sindikat pengemudi taksi online seorang hacker berinisial TN dan 7 pengemudi sebagai operator order fiktif ditangkap polisi menangkap TN
66 https://nasional.tempo.co/read/435212/pns-atheis-dihukum-25-tahun-penjara/full&view=ok diakses pada tanggal 27 Desember 2018 Pukul 05.30 WIB
67 https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181126131844-12-349268/ma-vonis-buni-yani-tetap-15-tahun-penjara diakses pada 27 Desember 2018 Pukul 06.00
yang memiliki kemampuan memanipulasi aplikasi pemesanan dan menerima pesanan ditangkap oleh Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jawa Tengah di Semarang. Paktik ini diduga merugikan Grab Indonesia hingga Rp6 (enam) miliar.68
B. Perbuatan-Perbuatan Yang Termasuk Tindak Pidana Informasi dan Transaksi Elektronik
Tindak pidana informasi dan transaksi elektronik (cybercrime) mempunyai bentuk beragam, karena setiap negara tidak selalu sama dalam melakukan kriminalisasi. Begitu pula, setiap negara dalam menggolongkan perbuatan kejahatan cybercrime atau bukan kejahatan cybercrime juga belum tentu sama.69
Munculnya bentuk kejahatan baru yang tidak saja bersifat lintas batas (transnasional) tetapi juga berwujud dalam tindakan-tindakan virtual telah menyadarkan masyarakat internasional tentang perlunya perangkat hukum internasional baru yang dapat digunakan sebagai kaidah hukum internasional dalam mengatasi kasus-kasus cybercrime.70 Instrumen hukum internasional yang mengatur masalah kejahatan informasi dan transaksi elektronik (cybercrime) yang saat ini paling mendapat perhatian adalah Konvensi Kejahatan Siber (Convention on Cyber Crime) pada tahun 2001 yang digagas oleh Uni Eropa. Konvensi ini meskipun pada awalnya dibuat oleh organisasi regional eropa, tetapi dalam perkembangannya dimungkinkan untuk diratifikasi dan diaksesi oleh negara manapun di dunia yang memiliki komitmen dalam upaya mengatasi kejahatan
68 https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/03/19/p5trh4284-order-fiktif-disebut-rugikan-grab-rp-6-miliar diakses pada 27 Desember 2018 Pukul 06.00
69 Widodo, Aspek Hukum Pidana.., Op.Cit., hal.163
70 Ahmad M. Ramli, Op.Cit., hal.22-23
37
siber.71 Sejumlah negara di dunia memiliki pengaturan tentang kejahatan informasi dan transaksi elektronik dalam hukum nasional masing-masing setiap negara tersebut, baik dengan cara mengamandemen ketentuan hukum pidana kemudian mengintegrasikan dalam kondifikasi hukum pidana, atau membuat peraturan perundang-undangan tersendiri di luar kodifikasi hukum pidana.
Convention on Cyber Crime. Dalam bab II konvensi tersebut diatur tentang hukum pidana substantif, yaitu sebagaimana terjabar dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 11. Berdasarkan ringkasan ketentuan dalam Convention on Cyber Crime, Dalam bagian 1, pelanggaran terhadap kerahasiaan, ketersediaan dan integritas sistem dan data komputer, terdiri atas perbuatan berikut:72
a. Akses tidak sah (illegal acces), yaitu sengaja memasuki/mengakses komputer tanpak hak (Pasal 2).
b. Intersepsi tidak sah (illegal interception), yaitu sengaja dan tanpa hak mendengar/menangkap secara diam-diam pengiriman transmisi dan pemancaran (emisi) data komputer yang tidak bersifat publik, ke dari atau di dalam sistem komputer dengan menggunakan alat bantu teknis (Pasal 3).
c. Gangguan/perusakan data (data inteference), yaitu dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perusakan.
d. Penghapusan, perubahan atau penghapusan data komputer (damaging, deletion, deterioration, alteration or suppression of computer data without righ) (Pasal 4).
71 Ibid., hal.23
72 Widodo, Aspek Hukum Pidana.., Op.Cit., hal. 61-63
e. Gangguan/perusakan sistem (system interference), yaitu sengaja melakukan gangguan/rintangan secara serius tanpa hak terhadap berfungsinya sistem komputer (Pasal 5).
f. Penyalahgunaan peralatan (misuse of divice), yaitu penyalahgunaan perlengkapan komputer, termasuk program komputer, password komputer, kode masuk (acces code) (Pasal 6).
Kemudian dalam bagian 2, diatur tentang pelanggaran yang berhubungan dengan komputer, yaitu dalam bentuk berikut :
a. Pemalsuan yang berhubungan dengan komputer ({Pasal 7) pemalsuan dengan sengaja dan tanpa hak menyebabkan hilangnya barang/kekayaan orang lain dengan cara memasukkan, mengubah, menghapus data otentik menjadi tidak otentik dengan maksud untuk digunakan sebagai data otentik.
b. Penipuan yang berhubungan dengan komputer (Pasal 8) yaitu penipuan dengan sengaja dan tanpa hak menyebabkan hilangnya barang/data komputer atau dengan menggangu berfungsinya komputer, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan ekonomi bagi dirinya sendiri atau orang lain.
Selanjutnya dalam bagian 3 tentang pelanggaran yang berhubungan dengan isi, yaitu berkaitan dengan delik-delik yang berhubungan dengan pornografi anak (Pasal 9) yaitu meliputi perbuatan :
a. Memproduksi dengan tujuan mendistribusikan melalui sistem komputer;
b. Menawarkan melalui sistem komputer;
c. Mendistribusikan atau mengirim melalui sistem komputer;
d. Memperoleh melalui sistem komputer;
39
e. Memiliki dalam sistem komputer atau di dalam media penyimpanan data.
Pada bagian 4, tentang pelanggaran yang berhubungan dengan hak cipta (Pasal 10), yaitu delik-delik yang terkait dengan pelanggaran hak cipta.
Sedangkan pada bagian 5, diatur tentang pertanggungjawaban pidana dan sanksi;percobaan dan pembantuan (Pasal 11); pertanggungjawaban korporasi (Pasal 12); sanksi dan tindakan (Pasal 13).
Kejahatan yang berhubungan erat dengan penggunaan teknologi yang berbasis komputer dan jaringan telekomunikasi secara umum dikelompokkan dalam beberapa bentuk, antara lain:73
a. Unauthorized acces to computer system and service, yaitu kejahatan yang dilakukan secara tidak sah, tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer yang dimasukinya. Biasanya pelaku kejahatan (hacker) melakukannya dengan maksud sabotase ataupun pencurian informasi penting atau rahasia, kejahatan ini semakin marak dengan berkembangnya teknologi internet.
b. Illegal contents,yaitu kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke dalam jaringan internet tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dianggap melanggar hukum atau mengganggu ketertiban umum. Misalnya berupa pembuatan suatu berita bohong, fitnah, pornografi, pembocoran rahasia negara, propaganda untuk melawan pemerintah.
c. Data forgery, yaitu kejahatan dengan memalsukan data dokumen-dokumen penting yang tersimpan sebagai scriptless document melalui internet.
73 Maskun, Op.Cit., hal.51-54
Kejahatan ini biasanya ditujukan pada dokumen-dokumen e-commerce dengan membuat seolah-olah terjadi kesalahan dalam pengetikan yang pada akhirnya akan menguntungkan pelaku.
d. Cyber espionage, yaitu kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain, dengan cara memasuki sistem jaringan komputer (computer network system) pihak sasaran. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap saingan bisnis yang dokumen ataupun data-data pentingnya tersimpan dalam suatu sistem komputerisasi.
e. Cyber sabotage and extortion, yaitu kejahatan yang dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan komputer yang tersambung dengan internet. Biasanya kejahatan ini dilakukan dengan menyusupkan logic bomb (suatu program yang dibuat dan dapat digunakan sewaktu-waktu oleh si pelaku, virus komputer ataupun program tertentu, sehingga data, program komputer atau sistem jaringan komputer tidak dapat digunakan, tidak berjalan debagaimana mestinya, atau berjalan sebagaimana yang dikehendaki oleh si pelaku).
f. Offence againts intellectual property, yaitu kejahatan yang ditujukan terhadap Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) yang dimiliki seseorang di internet. Misalnya peniruan tampilan web page suatu situs milik orang lain secara ilegal.
41
g. Infringements of privacy, yaitu kejahatan yang ditujukan terhadap data atau informasi seseorang yang merupakan hal yang sangat pribadi dan rahasia.
Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap keterangan pribadi seseorang yang tersimpan pada formulir data pribadi yang tersimpan secara komputerisasi, yang apabila diketahui orang lain, maka dapat merugikan orang secara materil maupun immateril, seperti kartu kredit, nomor PIN ATM, keterangan tentang cacat atau penyakit tersembunyi dan sebagainya.
Andi Hamzah, menguraikan bahwa bentuk-bentuk kejahatan cybercrime di atas dapat juga dikaitkan dengan ketentuan-ketentuan dalam Buku II KUHP Indonesia. Jika dibuat perbandingan maka akan diperoleh deskripsi sebagai mana uraian berikut: 74
a. Joy Computing
Joy Computing adalah perbuatan seseorang yang menggunakan komputer secara tidak sah atau tanpa ijin dari pihak yang berwenang dan penggunaannya melampaui kewenangan yang dimiliki. Tindakan ini dapat dikategorikan sebagai tindak pidana pencurian (Pasal 362 KUHP).
b. Hacking
Hacking adalah perbuatan berupa penyambungan saluran, yaitu dengan cara menambah terminal komputer baru pada sistem jaringan komputer tanpa ijin (dilakukan dengan melawan hukum) dari pemilik sah jaringan komputer.
Tindakan ini dapat dikategorikan sebagai tindak pidana, yaitu perbuatan tanpa wewenang masuk dengan memaksa ke dalam rumah atau ruang yang tertutup atau
74 Andi Hamzah, Hukum Pidana yang Berkaitan dengan Komputer, Sinar Grafika, Jakarta, 1996. hal.21-42
pekarangan atau tanpa haknya berjalan di atas tanah milik orang lain (Pasal 167 dan Pasal 551 KUHP).
c. The Trojan Hourse
The Trojan Hourse adalah menambah, mengurangi atau mengubah instruksi pada sebuah program sehingga program tersebut selain menjalankan tugas yang semestinya juga akan melaksanakan tugas lain yang tidak sah sebagaimana dikehendaki pelaku kejahatan. Tindakan ini dikategorikan sebagai tindak pidana penggelapan (Pasal 372 dan Pasal 374 KUHP). Apabila kerugian yang ditimbulkan menyangkut keuangan negara, tindakan tersebut dapat dikategorikan dalam tindak pidana korupsi.
d. Data Leakgage
Data Leakgage adalah tindakan pembocoran data rahasia yang dilakukan dengan cara menulis data rahasia tersebut ke dalam kode-kode tertentu sehingga dapat dibawa ke luar sistem komputer tanpa diketahui oleh pihak yang bertanggungjawab terhadap data tersebut. Tindakan ini dapat dikategorikan sebagai tindak pidana terhadap keamanan negara (Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114, dan Pasal 115 KUHP), dan tindak pidana membuka rahasia perusahaan atau kewajiban menyimpan rahasia profesi atau jabatan (Pasal 322 dan Pasal 323 KUHP).
e. Data Diddiling
Data Diddiling adalah suatu perbuatan melawan hukum yang menyebabkan perubahan validitas data. Perbuatan ini dilakukan dengan cara mengubah input
43
atau output data. Tindakan ini dapat dikategorikan sebagai tindak pidana pemalsuan surat (Pasal 263 KUHP).
f. Penyia-nyiaan Data Komputer
Penyia-nyiaan data komputer diartikan sebagai perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk merusak atau menghancurkan media disket atau media penyimpanan sejenis lainnya yang bersisi data atau program komputer sehingga data atau program tersebut tidak berfungsi sebagaimana semestinya. Tindakan ini dapat dikategorikan sebagai tindak pidana perusakan barang (Pasal 406 KUHP).
Perbuatan yang termasuk Tindak Pidana Informasi dan Transaksi Elektronik adalah perbuatan yang mana telah memenuhi unsur Pasal 27 sampai dengan Pasal 37 dalam Undang No.19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas
Perbuatan yang termasuk Tindak Pidana Informasi dan Transaksi Elektronik adalah perbuatan yang mana telah memenuhi unsur Pasal 27 sampai dengan Pasal 37 dalam Undang No.19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas