• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar

1. Belajar

kompetensi, keterampilan, dan sikap.

d) Menurut Trianto (2013: 16), belajar adalah perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses interaksi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung dengan lingkungannya untuk

36

memperoleh suatu perubahan, tingkah laku yang berupa perbuatan, pemahaman, keterampilan dan sifat yang positif sehingga membawa pada kondisi kehidupan yang lebih baik dan bermakna.

b. Hakikat Belajar

Hakikat belajar ini sangat penting diketahui untuk dijadikan pegangan dalam memahami secara mendalam masalah belajar. Berdasarkan sejumlah definisi belajar yang telah diuraikan, ada kata yang sangat penting untuk diketahui, yakni kata “perubahan”.

Ketika kata “perubahan” dibicarakan dan dipermasalahkan, maka pembicaraan sudah menyangkut permasalahan mendasar dari masalah belajar. Apa pun formasi kata dan kalimat yang dirangkai oleh para ahli untuk memberikan pengertian belajar, maka intinya tidak lain adalah masalah “perubahan” yang terjadi dalam diri individu yang belajar.

Seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan diakhir aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pemilikan pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar. Perubahan yang terjadi akibat belajar adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku. Perubahan tingkah laku akibat mabuk karena meminum minuman keras, akibat gila, akibat tabrakan, dan sebagainya, bukanlah kategori belajar yang dimaksud. Oleh karena itu, dapat

37

disimpulkan bahwa hakikat belajar adalah perubahan dan tidak setiap perubahan adalah sebagai hasil belajar (Djamarah, 2011: 14-15).

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Hetika (2008 : 23) prestasi belajar adalah pencapaian atau kecakapan yang dinampakkan dalam keahlian atau kumpulan pengetahuan. Harjati (2008 : 43) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil usaha yang dilakukan dan menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam bentuk simbol untuk menunjukkan kemampuan pencapaian hasil kerja dalam waktu tertentu.

Prestasi belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh. Prestasi belajar pada diri siswa sering tidak langsung tampak tanpa siswa itu melakukan tindakan untuk memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Namun demikian, prestasi belajar merupakan perubahan yang mengakibatkan siswa berubah dalam perilaku, sikap, dan kemampuannya. Kemampuan-kemampuan yang menyebabkan perubahan tersebut menjadi kemampuan kognitif yang meliputi pengetahuan dan pemahaman.

38

Prestasi belajar dalam aspek kognitif menurut Bloom ini secara rinci mencakup kemampuan mengingat dan memecahkan masalah berdasarkan apa yang telah dipelajari siswa. Dalam hal ini mencakup keterampilan intelektual yang merupakan salah satu tugas dan kegiatan pendidikan yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran dan dapat diukur melalui pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis yang diraih siswa dan merupakan tingkat penguasaan setelah menerima pengalaman belajar.

Prestasi belajar matematika materi bangun datar dalam penelitian ini yang dimaksud adalah kemampuan yang dimiliki setiap siswa mengenai pengetahuan, pemahaman tentang materi tersebut yang ditandai dengan adanya perubahan prestasi belajar siswa secara berkelanjutan baik pada aspek kognitif, serta tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dengan nilai KKM yaitu 60.

Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika memperoleh nilai ≥ 60, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut ≥ 80% siswa yang telah tuntas belajarnya. Berdasarkan ketentuan KTSP penentuan keberhasilan belajar di tentukan oleh

masing-39

masing sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan minimal (KKM), dengan berpedoman pada tiga pertimbangan yaitu: kemampuan setiap peserta didik berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda, dan daya dukung setiap sekolah juga berbeda. Dengan demikian, setiap sekolah dan setiap mata pelajaran memiliki KKM yang dapat berbeda dengan sekolah lain (Trianto, 2013: 241).

Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan guru dalam melakukan penilaian hasil belajar, yaitu:

1) Penilaian Acuan Norma (Norm-Referenced Assesment), adalah penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa terhadap hasil belajar siswa lain di kelompoknya. Hal ini berarti bahwa tolak ukur atau standar bersifat relatif, dalam artian akan tergantung pada kemampuan kelompok yang bersangkutan. 2) Penilaian Acuan Patokan (Criterion-Referenced Assesment),

adalah penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa dengan suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya, suatu hasil yang harus dicapai oleh siswa yang dituntut oleh guru. Hal ini berarti bahwa tolak ukur atau standar bersifat mutlak, dalam artian tidak dipengaruhi oleh kemampuan kelompok (Mudjijo, 1995: 95).

Penilaian prestasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilaian pada aspek kognitif. Penilaian pada aspek kognitif

40

melalui tes tertulis yang berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dimana siswa harus mencapai standar ketuntasan minimal. Standar ketuntasan minimal tersebut telah ditetapkan oleh guru dengan memperhatikan prestasi siswa yang dianggap berhasil. Siswa dikatakan tuntas apabila hasil belajar siswa telah mencapai skor tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya dan siswa tersebut dapat dikatakan telah mencapai kompetensi yang telah ditetapkan, dengan nilai KKM yaitu 60.

b. Perwujudan Prestasi Belajar

Syah (dalam Sriyanti, dkk, 2009: 20-21) menyatakan bahwa wujud prestasi belajar dapat dilihat adanya sembilan wujud perubahan. Adapun wujud perubahan tersebut adalah sebagai berikut : (1) kebiasaan, (2) keterampilan, (3) pengamatan, (4) berpikir asosiatif dan daya ingat, (5) berpikir rasional dan kritis, (6) sikap, (7) inhibisi, (8) apresiasi, dan (9) tingkah laku efektif.

Peneliti berharap akan adanya perwujudan dari prestasi belajar siswa yaitu : (1) keberhasilan siswa belajar akan menjadikannya berperilaku dan mempunyai kebiasaan yang positif, (2) siswa terampil dalam menggambar dan menempel bangun datar pada media yang sudah disediakan oleh guru, (3) siswa dapat menanggapi atau merespon dari apa yang telah mereka amati terhadap penjelasan guru ataupun teman serta media pembelajaran seperti gambar bangun datar, (4) guru dapat mengajak siswa untuk

41

dapat menghubungkan materi yang dipelajarinya berdasarkan pengalaman yang telah mereka alami dalam kehidupan sehari-hari, (5) siswa mampu menggunakan logika untuk menentukan sebab-akibat, menganisis, menyimpulkan, bahkan meramalkan sesuatu khususnya yang berkenaan dengan materi bangun datar, (6) siswa mengalami perubahan sikap yang relatif menetap sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai, (7) inhibisi, yang berarti siswa memiliki kesanggupan dalam melakukan sesuatu secara baik, (8) adanya apresiasi dalam diri siswa, seperti kemampuan untuk menilai dan menghargai terhadap sesuatu khususnya selama proses pembelajaran berlangsung, dan (9) siswa memiliki tingkah laku yang efektif, yaitu tingkah laku yang bermanfaat.

c. Pentingnya Penilaian Prestasi Belajar

Menurut Arikunto (dalam Widoyoko, 2009 : 36) guru maupun pendidik lainnya perlu mengadakan penilaian terhadap prestasi belajar siswa karena dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan penilaian prestasi belajar mempunyai makna penting baik bagi siswa, guru maupun sekolah. Adapun makna bagi ketiga pihak tersebut adalah sebagai berikut :

42

Dengan diadakannya penilaian prestasi belajar, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang disajikan oleh guru.

2) Makna bagi Guru

Makna diadakannya penilaian prestasi belajar bagi guru antara lain, yaitu :

a) Berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh, guru akan dapat mengetahui siswa-siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) kompetensi yang diharapkan, maupun mengetahui siswa-siswa yang belum berhasil mencapai KKM kompetensi yang diharapkan. b) Berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh, guru akan dapat

mengetahui apakah pengalaman belajar (materi pelajaran) yang disajikan sudah tepat bagi siswa sehingga untuk kegiatan pembelajaran di waktu yang akan datang tidak perlu diadakan perubahan.

c) Berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh, guru akan dapat mengetahui apakah strategi pembelajaran yang digunakan sudah tepat atau belum (Widoyoko, 2009: 37-38).

3) Makna bagi Sekolah

Makna diadakannya penilaian prestasi belajar bagi sekolah antara lain, yaitu :

43

a) Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasil belajar siswa-siswanya, maka akan dapat diketahui pula apakah kondisi belajar maupun kultur akademik yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum. Prestasi belajar siswa merupakan cermin kualitas suatu sekolah.

b) Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah untuk mengetahui apakah yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar pendidikan sebagaimana dituntut Standar Nasional Pendidikan (SNP) atau belum.

c) Informasi hasil penilaian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi sekolah untuk menyusun berbagai program pendidikan di sekolah untuk masa-masa yang akan datang (Widoyoko, 2009: 39).

Berdasarkan uraian di atas, penilaian prestasi belajar dalam penelitian ini dimaksudkan agar memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah. Siswa dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam belajar matematika materi bangun datar apakah sudah memuaskan atau belum. Penilaian prestasi belajar siswa dapat dijadikan guru sebagai tolak ukur untuk mengetahui berapa jumlah siswa yang telah tuntas dan yang belum tuntas terhadap materi bangun datar, selain itu untuk mengetahui apakah dengan penerapan model

44

Guided Discovery Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sedangkan bagi sekolah, penilaian prestasi belajar dapat dijadikan pedoman untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam belajar khususnya pada mata pelajaran matematika serta untuk mengetahui keberhasilan guru dalam penggunaan model Guided Discovery Learning. Jadi penilaian prestasi belajar dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk pengambilan keputusan kedepannya.

Dokumen terkait