• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam sistematika penulisan skripsi, materi skripsi akan dibagi beberapa bagian yaitu :

1. Bagian muka, yaitu terdiri halaman judul, lembar persetujuan pembimbing, lembar persetujuan dan pengesahan, pernyataan keaslian tulisan, abstrak, kata pengantar dan daftar isi.

2. Bagian isi yaitu terdiri dari atas berbagai bab sebagai b erik u t:

Bab I : Merupakan bab pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi istilah, metodologi penelitian, sistematika penulisan skripsi

Bab II : Kajian pustaka berisi tentang penguasaan pelajaran fiqih dan pengeretian metode praktek

Bab III : Pelaksanaan penelitian menguraikan tentang deskripsi pelaksanaan siklus I (rencana pelaksanaan, pengamatan/pengumpulan data dan refleksi), deskrispi pelaksanaan siklus II, deskripsi pelaksanaan siklus III

Bab IV : Menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan deskripsi per siklus (data hasil pengamatan/wawancara, refleksi keberhasilan dan kegagalan dan pembahasan)

BAB V : Penutup berisi kesimpulan, saran. Bagian akhir meliputi daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan riwayat hidup penulis.

1. Pengertian Belajar

Belajar menurut Morris L. Bigge seperti yang dikutip Darsono, dkk. Adalah perubahan yang menetap dalam diri seseorang yang tidak dapat diwariskan secara genetis. Perubahan itu teijadi pada pemahaman campuran dari semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dalam situasi-situasi tertentu (PAIKEM : 9).

Proses belajar itu teijadi karena adanya interaksi (hubungan) antara seseorang dengan lingkungannya. Belajar dapat terajdi kapan saja dan dimana saja tempatnya. Yang menandai seseorang itu belajar adalah adanya tingkah laku dari orang itu.

Disamping pengertian tersebut, bila membahas tentang belajar setidaknya akan muncul beberapa dimensi dan indikator berikut:

a. Belajar ditandai oleh adanya perubahan pengetahuan sikap, tingkah laku, dan ketrampilan yang relatif tetap dalam diri seseorang sesuai tujuan yang diharapkan.

b. Belajar teijadi melalui latihan dan pengalaman yang bersifat komulatif c. Belajar merupakan proses aktif konstruktif yang teijadi melalui mental

proses. Mental proses adalah serangkaian proses kognitif yang meliputi persepsi (perception), perhatian (attention), mengingat

(memory), berpkir (thinking, reasoning), memecahkan masalah, dan lain-lain.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Agus Suprijono (2010: 5) hasil belajar adalah pola- pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan yang berupa

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pemgetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon rangsangan secara spesifik, kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan

2) Keterampilan intelektual kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan tersebut merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri, kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah

4) Kemampuan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani

b. Cakupan hasil belajar

a) Knowledge (pengetahuan, ingatan)

b) Comprehension (pemahaman, menjelaskan) c) Application (menerapkan)

d) Analysis (menguraikan, menentukan hubungan) e) Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan) f) Evaluation (menilai)

2) Domain efektif yang meliputi a) Receiving (sikap menerima) b) Responding (memberikan respon) c) Valuing (nilai)

d) Organization (organisasi) e) Characterization (karakterisasi) 3) Domain psikomotor yang meliputi

a) Keterampilan produktif b) Teknik c) Fisik d) Sosial e) Manajerial f) Intelektual

c. Indikator keberhasilan dalam belajar

Indikator keberhasilan dalam belajar Usman Setiawati (1993: 8), mereka mengungkapkan bahwa indikator yang dijadikan sebagai

tolak ukur dalam menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil berdasarkan ketentuan kurikulum adalah:

1) Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi baik secara individu maupun kelompok

2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran telah dicapai siswa baik secara individu maupun klasikal

Namun yang banyak dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dari keduanya ialah daya serap siswa terhadap pelajaran

d. Tingkat keberhasilan

Untuk mengetahui sampai dimana tingkat keberhasilan belajar siswa terhadap proses belajar yang telah dilakukannya sekaligus juga untuk mengetahui tingkat keberhasilan mengajar guru, kita dapat menggunakan acuan tingkat keberhasilan tersebut sejalan dengan kurikulum yang berlaku saat ini adalah sebagai berikut:

1) Istimewa/maksimal

Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa

2) Baik sekali/optimal

Bila sebagian besar (85% s/d 94 %) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa

3) Baik/minimal

Apabila bahan yang diajarkan hanya 75 % s/d 84% dikuasai siswa 4) Kurang

Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 75% dikuasai siswa, dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam pelajaran dan presentasi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Dapatlah diketahui tingkat keberhasilan proses belajar mengajar yang elah dilakukan oleh siswa dan guru.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Ada berbagai macam faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam belajar, diantaranya adalah:

a. Faktor Internal

Faktor ini terjadi pada kondisi diri atau faktor dalam siswa itu sendiri, yaitu:

1) Faktor Jasmaniah

Menurut Slameto faktor jasmaniah terdiri dari: a) Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu is juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan atau kelainan- kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.

badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan lain- lain.

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya is belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau pengaruh kecacatannya itu. Lilik Sriyati menambahkan bahwa, faktor jasmaniah yang mempengaruhi dalam belajar adalah gangguan panca indera dan kelelahan (Lilik Sriyati, 2009:10).

2) Faktor Psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. Uraian berikut ini akan membahas faktor-faktor tersebut,

a) Intelegensi

Menurut J.P Chop merumuskan intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tig a je n is y a itu k ecak ap an

untuk m en g h ad ap i dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan teori-teori abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

b) Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/ hal) atau sekumpulan obyek. Untuk dapat m enjam in basil b elajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.

c) Minat

Hilgard memberi rumusan tentang minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara tidak dalam waktu yang lama dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.

d) Bakat

Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah: "the capacity it learn.” Dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu bam akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang atau tidak berbakat di bidang itu.

e) M o tif

Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis dan lain-lain. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan

lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar,

g) Kesiapan

Kesiapan atau readness menurut James Drever adalah: preparedness to respond or react.

Kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melakukan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

3) Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak atau kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.

Kelelahan baik secara jasm ani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara-cara sebagai berikut:

a ) tidur, b) istirahat,

c) mengusahakan variasi dalam belajar,

d) menggunakan obat-obatan yang bersifat m elancarkan peredaran darah, misalnya obat gosok,

e) rekreasi yang teratur, f) olahraga secara teratur, dan

g) mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, misalnya memenuhi empat sehat lima sempurna,

h) jika kelelahan serius cepat-cepat menghubungi seorang ahli, misalnya dokter, psikiater, konselor dan lain-lain (Slameto,

1991:56-62). b. Faktor Ekstern

Menurut Lilik Sriyanti bahwa faktor ekstern ini dipengaruhi dari luar diri siswa itu sendiri yaitu:

1) Keadaan K eluarga

Keadaan keluarga yang turut berpengaruh terhadap keberhasilan belajar antara lain kondisi ekonomi, status anak dalam keluarga (anak angkat, anak tiri, anak bungsu dan sebagainya), pendidikan orang tua, hubungan antar anggota keluarga (tidak harmonis, saling bermusuhan), jumlah anggota keluarga, dan sebagainya. Kondisi ekonomi keluarga yang memadai, jalinan

hubungan antar anggota keluarga yang harmonis dan suasana kondusif di rumah sangat membantu keberhasilan belajar anak. 2) Faktor sekolah

Sebagian besar aktivitas anak berada di sekolah. Pengembangan kepribadian anak sebagai totalitas banyak di tanamkan dan di upayakan dalam lingkungan pendidikan sekolah. Anak didik berinteraksi dengan guru, teman, dan personil sekolah termasuk dengan nuansa yang diciptakan oleh sekolah tempat anak didik belajar.

Banyak faktor dari sekolah yang berperan mempengaruhi keberhasilan belajar. Secara garis besar mutu sekolah tersebut dalam banyak aspek sangat menentukan anak didiknya mau jadi apa atau akan di bawa ke mana. Namun mutu tersebut menjadi sangat relatif, tergantung dari cita-cita orang tua menyekolahkan anaknya. Sangat m ungkin orang tua k urang b erm in at menyekolahkan anak di sekolah yang telah terbukti bermutu baik, karena tidak setuju dengan visi dan misi sekolah tersebut. Misalnya h a n y a m e n g e m b a n g k a n a s p e k k o g n i t i f s a j a , k u r a n g mengembangkan dari segi akhlak.

Secara terperinci faktor dari sekolah ini meliputi kualitas guru, pengajar, hubungan antar anggota sekolah (guru, staf, dan siswa), kurikulum yang dipakai, kedisiplinan yang ditegakkan sekolah, kondisi gedung dan fasilitas sekolah, suasana lingkungan sekolah dan sebagainya.

3) Faktor Lingkungan masyarakat

Anak sebagai makhluk sosial tidak akan lepas dari interaksi dengan orang lain beserta lingkungan. Lingkungan bagi anak adalah segala sesuatu yang berada di luar diri anak, baik yang bersifat insani maupun non insani. Lingkungan yang turut mempengaruhi belajar antara lain, pergaulannya, adat/kebiasaan masyarakatnya, kondisi alam tempat tinggalnya, serta tata tertib yang berlaku di masyarakat.

Masyarakat yang pasif, kurang membuat gerakan atau aktivitas-aktivitas tidak bisa memacu perkembangan atau potensi anak. Sementara banyak ditemukan kelompok masyarakat membuat aktivitas-aktivitas, perlombaan, kontes dan semacamnya yang mampu menggali dan mengoptimalkan potensi warga khususnya pelajar. Kegiatan tersebut bisa dimotori oleh mass media seperti radio setempat, organisasi pemuda/kemasyarakatan, organisasi keagamaan, atau oleh perusahaan-perusahaan, PT dan sejenisnya, berupa lomba karya ilmiah, lomba pidato bahasa acing, lomba merancang busana, membaca/mengarang puisi/prosa, olah raga dan berbagai kegiatan lain. Kegiatan tersebut tidak saja sebagai media untuk menggali bakat dan potensi dari anggota masyarakat khususnya pelajar terhadap aktivitas negatif yang destruktif, merupakan media mengisi waktu luang yang positif (Lilik Sriyanti, 2009:11-13).

Dari penjelasan di atas, jelas bahwa faktor yang berasal dari intern maupun ekstern siswa sangat mempengaruhi dalam proses belajar.

3. FIQIH

a. Pengertian Fiqih

Secara bahasa fiqih adalah bentuk masdar dari fi’il yang artinya

faham, mengetahui, cerdas, mahir, cakap”. Dan pengertian-pengertian lain yang sejenis dengan pengertian tersebut. Kata fiqih berpengertian ’’faham” dipergunakan dalam lafads hadits Nabi SAW.

Artinya :Barang siapa dikendaki Allah suatu kebaikan, niscaya Allah akan menjadikannya faham tentang ajaran agama (Modul Fiqih I, 1995: 4)

Dalam kurikulum Madrasah Ibtidaiyah, fiqih adalah salah satu bagian dari mata pelajaran pendidikan agama Islam. Pelajaran ini meliputi fiqih ibadah dan fiqih muamalah yang menggambarkan bahwa ruang lingkup fiqih mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan kesinambungan hubungan manusia dan Allah SWT, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (hablum minallah wa hablum minannas). (Departemen Agama RI, 2008: 3) b. Fiqih sebagai mata Pelajaran

Pelajaran fiqih dalam kurikulum Madrasah Ibtidaiyah adalah salah satu bagian mata pelajaran agama Islam yang diarahkan untuk

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mengamalkan hukum Islam.

1. Tujuan dan fungsi pelajaran fiqih

Pelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:

a) Mengetahui dna memahami pokok-pokok terperinci dan menyeluruh baik berupa dalil naqli dan aqli

b) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Pasal 30 Ayat 1 yang berbunyi : Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan menjadi ilmu agama.

2. Materi pelajaran fiqih kelas III

Sebagaimana dalam silabus pelajaran agama Madrasah Ibtidaiyah materi pelajaran fiqih kelas III untuk semester II yang akan dikenai tindakan kelas adalah :

a) Mempraktekkan shalat ketika sakit Kompetensi dasar:

1) Tatacara shalat bagi orang yang sakit Indikator:

i. Menjelaskan pengertian shalat bagi orang yang sakit ii. Menjelaskan posisi dan menggerak-gerakkan shalat

yang dilakukan oleh orang yang sakit

iii. Menjelaskan jenis-jenis sakit apa saja yang membolehkan seseorang untuk shalat dengan cara duduk, berbaring dll.

2) Mempraktekkan tatacara shalat bagi orang yang sakit Indikator:

i. Mempraktekkan cara shalat ketika sakit dengan duduk i i. Mempraktekkan cara shalat ketika sakit dengan

berbaring

c. Ukuran Penguasaan Pelajam Fiqih

Kata ’’penguasaan” dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan pemahaman/kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan /kepandaian. Sedangkan pelajaran fiqih dalam kurikulum Madrasah Ibtidaiyah merupakan bagian dari kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.

Setiap kegiatan itu selalu mempunyai tujuan juga kegiatan pembelajaran mempunyai tujuan pula. Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa untuk proses mengajar sebagai proses penyampaian pengetahuan. Sebagaimana pendapat Smith yang dikutip Dr. Wina

Sanjaya bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan atau ketrampilan (Dr. Wina Sanjaya, 2006: 74).

Dari beberapa pengertian di atas maka penulis simpulkan bahwa ukuran penguasaan pelajaran fiqih adalah kemampuan atau kesanggupan siswa untuk mengunakan pengetahuannya berupa materi pelqjaran fiqih yang diajarkan oleh guru di sekolah menyangkut aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik dengan ditandai adanya pembahan kepribadian yang meliputi aspek fisik maupun psikis. Maka dengan demikian siswa memperoleh kecakapan-kecakapan dan tingkah laku yang baru, termasuk didalamnya perubahan-perubahan dalam pengetahuan, minat dan perhatiannya yang dibentuk oleh fungsi psikis manusia.

d. Shalat bagi orang sakit 1) Pengertian Shalat Fardhu

Menurut Syaikh Kamil Muhammad 'Uwaidah bahwa pengertian shalat secara etimologis, shalat berarti do’a. Adapun menurut syari’at, shalat berarti ekspresi dari berbagai gerakan sebagaimana diketahui. Jika dalam suatu dalil terdapat perintah dan petunjuk shalat, maka hal itu berarti secara lahiriyah kembali kepada shalat dalam pengertian syari’at. Shalat merupakan kewajiban yang ditetapkan melalui AI-Qur'an, Al-Hadits dan Ijma'(Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, 2004:112-113) 2) Syarat-syarat shalat

Abu Bakr Jabir Al-Jazairi menjelaskan bahwa syarat- syarat wajib dan syarat sahnya shalat adalah sebagai berikut: a) Syarat-syarat wajibnya shalat:

i) Muslim ii) Berakal iii) Baligh

iv) Waktunya telah tiba

v) Bersih dari darah haid, darah nifas b) Syarat-syarat sahnya shalat

i) Bersih dari hadats kecil

ii) Menutup aurat, aurat laki-laki adalah antara tali pusarnya sampai kedua lututnya. Sedang aurat wanita ialah seluruh tubuh selain rajah dan kedua telapak tangannya

iii) Menghadap kiblat 3) Solat bagi orang sakit

Para ulama sepakat bahwa barangsiapa yang tidak mampu melakukan shalat dengan berdiri hendaknya shalat sambil duduk, dan jika tidak mampu dengan duduk, maka shalat sambil berbaring dengan posisi tubuh miring dan menghadapkan muka ke kiblat. Disunnatkan miring dengan posisi tubuh miring di atas tubuh bagian kanan. Dan jika tidak mampu melaksanakan shalat dengan berbaring miring, maka ia boleh shalat dengan berbaring telentang,

sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada ' Imran bin Hushain:

“Shalatlah kamu sambil berdiri, dan jika kamu tidak mampu, maka sambil duduk, dan jika tidak mampu, maka dengan berbaring”. (HR. Bukhari).

Dan Imam An-Nasa’i menambahkan: “... lalu jika tidak mampu, maka sambil telentang”. Barangsiapa mampu berdiri, akan tetapi tidak mampu ruku' atau sujud, maka kewajiban berdiri tidak gugur darinya. Ia harus shalat sambil berdiri, lalu ruku’ dengan isyarat (menundukkan kepala), kemudian duduk dan sujud dengan berisyarat, karena firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“ ...Dan berdirilah karena Allah (dalam shalat-mu) dengan khusyuV”. (Al-Baqarah: 238).

Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Shalatlah kamu sambil berdiri”.

( g - \ jip% ijk J s lj i \ j L M j T L. iijifii

j> ^ . ' T, i f * s ■£ * '+ * ' & % > £

j*-A

c

LL

a

J

j

li ^4 .^ aj ^zMu (J

j j

iy Aj j» 4=i,.w.aj V

( j j O j ^ j i l T “Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu”. (At-Taghabun: 16).

B. METODE PRAKTEK

1. Pengertian Metode Praktek

Metode berasal dari bahasa Greeka (Yunani), yakni dari kata

metha yang berarti melalui atau melewati dan hodos yang berarti cara atau jalan. Jadi metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Zakiah Daradjat, met ode mengajar adalah suatu teknik menyampaikan bahan pelajaran kepada murid, ia dimasudkan agar murid dapat menangkap pelajaran dengan mudah, efektif, dan dapat dicernakan oleh anak dengan baik (Zakiyah Daradjat,

1982: 50-51)

Metode mengajar ialah cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada pengajar. Karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif, metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan pelajar saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian,

metode mengajar merupakan alat untuk menciptakan proses belajar- mengajar (Departemen Agama RI, 2001: 88)

Metode Praktek adalah salah satu teknik mengajar yang dilakukan oleh seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja diminta atau siswa sendiri ditunjuk untuk memperlihatkan kepada kelas tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu

Sedangkan menurut Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, metode Praktek adalah metode mengajar dengan menggunakan alat peragaan (meragakan) untuk mempeijelas suatu pengertian, atau untuk memperlihatkan bagaimana untuk melakukan dan jalannya suatu proses pembuatan tertentu kepada siswa

Metode Praktek sebaiknya dilakukan ketika keadaannya tepat agar dapat berjalan dengan lancar dan efisien yaitu apabila:

a. Dimaksudkan untuk memberikan keterangan dan ketrampilan tertentu pada anak didik

b. Untuk memudahkan penjelasan, hingga mudah dipahami, sebab penggunaan bahasa dalam pengajaran memiliki sifat keterbatasan c. Untuk menghindari verbalisme dalam pengajaran

d. Untuk meneliti sejumlah fakta dan objek tertentu secara seksama. e. Serta untuk membantu siswa dalam memahami suatu proses secara

Setiap metode pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu pula dengan metode Praktek, ada kelebihan dan kekurangannya. Adapun kelebihan dari metode Praktek ini yaitu:

a. Perhatian siswa dapat difokuskan kepada titik berat yang dianggap penting bagi guru

b. Dengan keterlibatan siswa secara aktif terhadap jalannya suatu proses tertentu melalui pengalaman dan percobaan, siswa mendapatkan pengalaman praktis, yang biayanya bersifat tahan lama.

c. Menghindari pengajaran yang bersifat verbalisme, dimana siswa tidak bisa memahami dan mengerti apa yang diucapkan (pandai mengucap tapi tidak mengerti maksudnya)

d Dapat mengurangi kesalahan, jika dibandingkan hanya dengan membaca buku, karena siswa telah memperoleh gambaran yang jelas dari hasil pengamatan langsungnya.

e. Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada diri siswa dapat dijawab di waktu mengamati Praktek

Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada diri siswa dapat dijawab di waktu mengamati Praktek. Adapun kekurangan dari metode Praktek antara lain:

1) Dalam proses pelaksanaannya Praktek memerlukan waktu dan persiapan yang matang, sehingga dapat menyita waktu yang cukup banyak.

beijalan dengan efektif.

Dokumen terkait