• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I : PENDAHULUAN

H. Teknik Penulisan

I. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran secara global mengenai apa yang akan dibahas, skripsi ini akan disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I, merupakan bab pendahuluan. Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan & perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, teknik penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II, berisi landasan teori. Bab ini membahas seputar BMT dan Mudharabah. Mencakup tentang pembahasan tentang BMT, pengertian Mudharabah, Macam-macam Mudharabah, serta permasalahan dalam Pembiayaan Mudharabah.

BAB III, gambaran umum (Profil) BMT UMJ. Bab ini membahas Sejarah Berdirinya BMT UMJ. Visi dan Misi BMT UMJ, Produk-produk BMT UMJ dan Struktur Organisasi BMT UMJ.

BAB IV, membahas tentang faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya penyaluran pembiayaan mudharabah, mengapa BMT UMJ hanya sedikit menyalurkan Pembiayaan mudharabah, dan bagaimana strategi BMT UMJ dalam meningkatkan pembiayaan mudharabah.

17

BAB II

TINJAUAN UMUM

TENTANG BMT DAN MUDHARABAH

A. Baitul Maal Wat Tamwiil

1. Pengertian Baitul Maal Wat Tamwiil

Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang untuk mendirikan bank-bank yang berprinsip syariah. Operasional BMI kurang menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah, maka muncul usaha untuk mendirikan lembaga keuangan mikro syariah, seperti BPRS dan BMT yang bertujuan untuk menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah.

Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi: Pertama, Baitul Maal (Bait = Rumah, Maal = Harta)11 lebih mengarah kepada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana non-profit, seperti Zakat, Infaq, dan Shadaqoh serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanah.12 Pembentukan Baitul Maal adalah karena mempunyai peranan yang cukup besar terutama dalam membantu rakyat, khususnya bagi mereka yang berada dalam garis kemiskinan agar tercapai kesejahteraan dan pemerataan

11 M. Amin Aziz, Buku saku tata cara pembentukan BMT, (Jakarta, Pusat kajian Ekonomi Syariah, 2006) hal. 1

12 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonosia FE UII, 2005), cet 3, hal 96

hak, dan juga menegakkan sistem yang berkenaan dengan pelaksanaan kewajiban kaum muslim.

Kedua, Baitul Tamwiil (Bait = Rumah, at Tamwiil = pengembangan harta) melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.13

Definisi lain dari Baitul Tamwiil adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dan bersifat profit motive, penghimpunan dana Baitul Tamwiil diperoleh melalui simpanan pihak ketiga dan penyalurannya dilakukan dalam bentuk pembiayaan atau investasi, yang dijalankan berdasarkan prinsip syari'ah.14

Dengan demikian, jika dilihat secara sepintas Baitul maal Wat Tamwiil (BMT) merupakan Lembaga Keuangan yang mirip dengan bank, dimana ia dapat mengumpulkan dana dari masyarakat dengan produk simpanan tabungannya, lalu menyalurkan dana tersebut melalui pembiayaan-pembiayaannya. Namun karena landasan filosofi dan ruang lingkup kerjanya berbeda jauh dari bank, maka BMT merupakan lembaga keuangan mikro syariah yang memiliki karakteristik tersendiri, BMT menggabungkan dua

13 M. Amin Aziz, Buku saku tata cara pembentukan BMT, Loc.Cit

14 Hertanto Widodo, et, al. Panduan Praktis Operasional Baitul Maal wa Tamwiil (BMT), (Bandung: Mizan 1999) hal. 82

19

kegiatan yang berbeda sifatnya, yakni laba dan nirlaba dalam satu lembaga. Namun secara operasional BMT tetap merupakan entitas (badan) yang terpisah. Ada tiga jenis aktifitas yang dijalankan BMT, yaitu jasa keuangan, sosial atau pengelola zakat, infak, dan shadaqoh (ZIS) dan sektor riil.15

2. Fungsi dan Tujuan BMT

Untuk mewujudkan masyarakat adil dan efisien, maka setiap tipe dan lapisan masyarakat harus terwadahi, namun perbankan belum bisa menyentuh semua lapisan masyarakat, sehingga masih terdapat kelompok masyarakat yang tidak terfasilitasi. Adapun fungsi dari didirikannya Baitul Maal Wat Tamwiil (BMT) adalah sebagai berikut:

a. Penghimpun dan penyalur dana, dengan menyimpan uang di BMT, uang tersebut dapat ditingkatkan utilitasnya, sehingga timbul unit surplus (pihak yang memiliki dana berlebih) dan unit defisit (pihak yang kekurangan dana).

b. Pencipta dan pemberi likuiditas, dapat menciptakan alat pembayaran yang sah yang mampu memberikan kemampuan untuk memenuhi kewajiban suatu lembaga/perorangan.

c. Sumber pendapatan, BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan memberi pendapatan kepada para pegawainya.

15 Ibid, hal. 82

d. Pemberi informasi, memberi informasi kepada masyarakat mengenai risiko keuntungan dan peluang yang ada pada lembaga tersebut.

Sedangkan yang menjadi tujuan utama pendirian lembaga keuangan berdasarkan syariah ini adalah sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari aspek kehidupan ekonominya berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.16 Adapun tujuan lain dari didirikannya BMT adalah sebagai berikut: a. Masyarakat yang secara legal dan administrative tidak memenuhi kriteria perbankan. Prinsip kehati-hatian yang diterapkan oleh bank menyebabkan sebagian masyarakat tidak mampu terlayani. Mereka yang bermodal kecil dan penghindar resiko tersebut, jumlahnya cukup signifikan dalam Negara-negara muslim seperti Indonesia, yang sebenarnya secara agregat memegang dana yang cukup besar.

b. Masyarakat yang bermodal kecil namun memiliki keberanian dalam mengambil resiko usaha. Biasanya kelompok masyarakat ini akan memilih reksa dana atau mutual fund sebagai jalan investasinya.

c. Masyarakat yang memiliki modal besar dan keberanian dalam mengambil resiko usaha. Biasanya kelompok ini akan memilih pasar modal atau investasi langsung sebagai media investasinya.

Visi lembaga keuangan syariah pada umumnya ialah menjadi wadah terpercaya bagi masyarakat yang ingin melakukan investasi dengan sistem

16 M. Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta : Gema Insani Press, 2000), h. 18

21

bagi hasil secara adil sesuai prinsip syariah. Sedangkan yang menjadi misi lembaga keuangan syariah ialah memenuhi rasa keadilan bagi semua pihak dan memberikan maslahat bagi masyarakat luas.17

3. Badan Hukum BMT

Pada awal-awal pendirian, umumnya BMT memiliki legalitas hukum sebagai KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Sebagai lembaga simpan pinjam, segi formalitas hukum BMT memiliki dua alternatif badan hukum yaitu:

a. Dalam lembaga perbankan, maka BMT akan tunduk pada ketentuan Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998.

b. Dalam bentuk koperasi simpan pinjam dengan pola syariah, BMT tunduk pada UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan PP No. 9 Tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam ala koperasi.18

Tidak seperti halnya koperasi sampai saat ini belum ada ketentuan hukum yang mengatur bahwa koperasi wajib berbadan hukum tertentu. Oleh karena itu, BMT dapat memilih bentuk badan hukum sebagai berikut:

a. KSU (Koperasi Serba Usaha) : salah satu bentuk koperasi yang dapat menyelenggarakan berbagai macam aktivitas usaha yang sesuai dengan syariah.

17 Karnaen Perwataatmadja, et.al.,Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2005), hal. 17.

b. KSP (Koperasi Simpan Pinjam) : koperasi yang usaha pokoknya simpan–pinjam dengan sistem konvensional (bunga).

c. KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) : koperasi yang usaha pokoknya simpan–pinjam dengan sistem syariah.

Dokumen terkait