• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISWA SMP NEGERI MANGGARAI BARAT Paulinus Rod

Dalam dokumen PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI (Halaman 47-54)

SMP Negeri 2 Mbeliling Manggarai Barat

Abstrak: Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan praktik pembelajaran Group Investigation pada kegiatan lesson study di MGMP tingkat SMP Negeri 1 Ndoso dalam membelajarkan materi menghitung luas permukaan bola. Kegiatan ini dilakukan di kelas IXA, yang siswanya berjumlah 31 siswa terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan. Kegiatan lesson study dilakukan dalam tiga langkah plan, do, dan see. Berdasarkan hasil refleksi ditemukan hal-hal sebagai berikut: (1) pentingnya pembelajaran kooperatif, (2) perlunya pengelolaan kelas yang baik, (3) pentingnya mengomptimalkan penggunaan media manipulatif, (4) perlu memperhatikan beban mental siswa.

992

Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah melalui peningkatan kualitas guru, karena sesungguhnya guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran di sekolah. Peran guru dalam kelas adalah sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa agar dapat belajar secara efektif dan efisien. Olehnya itu guru harus berperan untuk dapat mendorong siswa untuk belajar. Dalam mendorong siswa untuk belajar guru dituntut professional dengan memiliki penguasaan materi, pemilihan model dan metode yang tepat, media dan assesmen, serta memiliki wawasan yang luas terhadap bidang studi yang diajarkan.

Untuk dapat menjadi guru yang professional tentu tidak terjadi begitu saja. Ada begitu banyak faktor tetapi salah satunya melalui peningkatan kompetensi guru baik dalam bentuk seminar, workshop maupun pelatihan guru dalam jabatan atau in-service teacher training (INSET). Adapun tujuan umum INSET adalah membantu guru memperbaiki kualitas mengajar untuk meningkatkan karir profesionalnya dengan mendorong mereka untuk selalu bekerja sama antar mereka sendiri (Noor dalam Ibrohim, 2013).

Salah satu program yang sedang dikembangkan sekarang dalam meningkatan profesionalisme guru adalah melalui suatu kegitan yang disebut lesson study. Lesson study sebenarnya bukan metode pembelajaran atau pendekatan pembelajaran, tetapi suatu model pembinaan (pelatihan) profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan kontinu berdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas yang saling membantu dalam belajar untuk membangun komunitas belajar (Ibrohim, 2013). Tujuannya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan kompetensi guru melalui pengkajian pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif dan berkelanjutan. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah mendeskripsikan keterlaksanaan LS untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika SMP di Kabupaten Manggarai Barat.

PEMBAHASAN

Program TEQIP (Teacher Quality Improvement Program) adalah kegiatan peningkatan kualitas guru SD dan SMP Sabang sampai Marauke melalui in-service training dengan pola Trainng of Trainer (TOT). Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah terbentuknya guru- guru bermutu yang dapat menjalankan tugasnya secara professional (Suswinto, dkk, 2013).

Guru professional tentu guru yang menyadari bahwa tugasnya menciptakan keadaan pebelajar agar ia mampu untuk belajar sendiri, artinya guru tidak sepenuhnya mengajarkan suatu bahan ajar kepada pebelajar, tetapi guru dapat membangun pebelajar yang mampu belajar dan terlibat aktif dalam belajar (Ahmadi dan Amri, 2011). Pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa disebut pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa bisa terlibat aktif dalam pembelajaran apabila siswa diberi ruang dan waktu untuk dapat membangun, menemukan, mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dibenaknya. Menurut pandangan konstruktivisme (Slavin dalam Ahmadi dan Amri, 2011) menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui pengalaman dan interaksi mereka dan menekankan peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka tentang realita.

Salah satu pendekatan kontruktivisme dalam pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif, pembelajaran dila-kukan dengan diskusi kelompok, sehingga siswa saling berinteraksi dalam melakukan diskusi. Akibat dari siswa saling berinteraksi, maka pembelajaran akan berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator. Pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran lebih diutamakan pada proses dan partisipasi siswa, sehingga siswa memiliki ruang dan waktu untuk dapat mengeksperikan kemampuannya dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang didiskusikan. Pembelajaran kooperatif sudah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Misdi (2012) menunjukkan pembelajaran kooperatif think-pair share dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas VI SD. Begitupun penelitian yang dilakukan oleh Mardiatun (2012) menyimpulkan penerapan cooperative STAD dalam pembelajaran IPA di kelas V SDN 012 Tanjung Pinang Barat dapat menambah semangat belajar yang tinggi siswa. Masih banyak lagi penelitian- penelitian yang menunjukkan penerapan model pembelajaran kooperatif yang dapat

993

meningkatkan hasil belajar, keaktifan siswa, semangat belajar, dan lain-lain. Begitupun dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.

Pembelajaran kooperatif pada umumnya, juga pembelajaran cooperative tipe group investigation, adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis (Jauhar, 2011). Pembelajaran kontruktivis merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa sendiri yang mengkonstruksikan pengetahuan lewat diskusi kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugasnya, setiap siswa dalam kelompok harus saling bekerja sama, berbagi dan saling membantu dalam memahami suatu materi ataupun persoalan yang didiskusikan. Kelas dibagi dalam kelompok yang heterogen baik dari kemampuan, jenis kelamin, dan suku. Guru hanya sebagai motivator dan konsultan. Siswa sendiri yang menentukan dan menyelesaikan suatu masalah, sehingga siswa dituntut untuk proaktif, kreatif, inovatif, semangat, dan cermat dalam menyelesaikan suatu masalah.

Kenyataan di lapangan masih banyak pembelajaran berpusat pada guru. Kecendrungan guru menggunakan metode ceramah sehingga siswa hanya menghafal suatu konsep dan tidak menggunakan media pembelajaran dalam membelajarkan suatu materi. Hal ini juga yang terjadi di SMP Negeri 1 Ndoso. Pembelajaran masih berpusat pada guru, akibatnya siswa pasif, menjadi penghafal konsep, siswa menjadi pendengar, tidak semangat, cenderung pendiam dan setiap diberikan tes atau PR selalu nilainya di bawah KKM yang telah ditetapkan. Semua hal ini diketahui dari hasil wawancara dengan kepala sekolah saat melakukan supervisi guru di kelas dan dari guru mata pelajaran. Itu sebabnya kepala sekolah membuat MGMP tingkat sekolah berbasis lesson study. Dengan harapan dengan MGMP ini, para guru dapat menyusun perangkat pembelajaran yang dapat membuat pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Pada saat dilakukan open class, guru model menerapkan pembelajaran cooperative tipe group investigation (GI). Menurut Sharan (dalam Subanji, 2013), langkah-langkah GI sebagai berikut: (a) guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen, (b) guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok, (c) guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas yang berbeda dari kelompok lain, (d) masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan, (e) setelah diskusi, siswa memilih juru bicara kelompok untuk menyajikan hasilnya, (f) guru mengulas kembali secara singkat dari diskusi sekaligus memberikan kesimpulan, (g) guru memberikan kuis, (h) pengumuman pemenang, dan (i) penutup.

Adapun kelebihan dari model pembelajaran GI adalah: (1) pembelajaran berpusat pada siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau konsultan dan motivator sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran. (2) pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat, saling berdiskusi dan beragumentasi dalam memahami suatu materi pelajaran serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi kelompok. (3) pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation siswa dilatih untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi.

Pelaksanaan Lesson Study

MGMP tingkat sekolah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Ndoso. Pelaksanaannya berlangsung selama tiga hari dari tanggal 17 – 19 Oktober 2013. Setiap hari kegiatannya berlangsung dari jam 07.30 -20.00. Diikuti oleh 17 orang guru. Jadwal yang dibuat panitia, pada tanggal 17 Oktober 2013, materi yang disampaikan dalam MGMP adalah lesson study, dan model-model pembelajaran yang dibawakan oleh para trainer. Pada tanggal 18 Oktober 2013 penyusunan perangkat pembelajaran dan pembuatan media serta peer teaching, dan pada tanggal 19 Oktober 2013, dilakukan real teaching dan diakhiri oleh refleksi per mata pelajaran dan penutup.

1. Plan (Perencanaan)

Tahap plan (perencanaan) yang dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2013. Yang

dilakukan pada tahap ini adalah: (1) menentukan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang akan diopen classkan , (2) menyusun RPP secara kolaboratif, (3) memilih model pembelajaran yang sesuai, (4) menentukan dan membuat media yang akan

digunakan, (5) menentukan guru model yang akan tampil pada saat peer teaching dan real teaching .

994

Pada awal penyusunan RPP, kepala sekolah menegaskan untuk membuat RPP sesuai dengan batasan materi yang dibelajarkan oleh siswa. Itu sebabnya standar kompetensi yang dipilih yaitu memahami sifat – sifat tabung, kerucut dan bola serta menentukan ukurannya, dengan kompetensi dasar menentukan luas selimut tabung, kerucut dan bola. Berdasarkan kompetensi dasar ini dirumuskan tujuan pembelajaran:

(1) Setelah mempelajari materi ini dengan baik siswa diharapkan mampu menentukan rumus luas permukaan bola, dan (2) siswa dapat menghitung luas permukaan bola. Sesuai dengan karakter materi, karakter siswa dan media pembelajaran yang tersedia disepakati untuk menggunakan model pembelajaran group investigation (GI).

2. Do(Pelaksanaan)

Real teaching dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2013 jam 07.30 – 09.30 waktu setempat dengan materi menghitung luas permukaan bola. Guru model mengimplementasikan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran group investigation.

Pada awal pembelajaran guru model memberikan salam dan mengecek kehadiran siswa, mengkondisikan dan memusatkan perhatian siswa dengan menunjukkan sebuah bola. Kemudian siswa diminta mengacungkan tangan bagi siswa yang hobinya bermain bola dan ternyata siswa kebanyakan yang hobinya bermain bola (bola volley dan bola sepak). Pada tahap apersepsi guru meminta salah satu siswa untuk memotong/membelah bola yang dipegang guru menjadi dua bagian yang sama. Kemudian guru mengambil sebuah kertas menutupi salah satu belahan bola tadi dan menunjukkan kepada siswa serta meminta mereka menyebutkan bangun datar apa yang anda lihat setelah belahan bola yang telah dipotong ditutup dengan kertas. Spontan siswa menjawab secara serempak lingkaran. Lalu guru bertanya lagi, kalau begitu siapa yang masih ingat rumus luas lingkaran? Secara serempak lagi siswa menjawab πr2

. Setelah itu guru menyampaikan materi yang akan dibelajarkan siswa dan menyampaikan tujuan pembelajarannya.

Pada kegiatan inti, guru meletakkan suatu bola yang telah dililitkan setengahnya dengan tali nilon di atas sebuah meja yang telah disediakan sebelumnya di depan kelas. Selanjutnya guru membagi siswa kedalam empat kelompok secara heterogen yang berjumlah 7 – 8 siswa perkelompok. Sebelum LKS dibagikan guru model menjelaskan langkah kerja yang harus dilakukan. Kemudian guru meminta ketua kelompok masing- masing ditambah 2 orang untuk maju ke depan kelas mendekati meja yang telah diletakkan sebuah bola yang setengahnya dililitkan tali nilon, dan meminta dua orang siswa membuka lilitan tali nilon tersebut dan melilitkan kembali pada lingkaran-lingkaran yang telah dibuat yang merupakan hasil jiplakkan bekas potongan belahan bola tadi hingga dua lingkaran penuh dengan lilitan tali tersebut. Guru menempelkan di papan tulis hasil lilitan tadi dan meminta masing-masing kelompok mendiskusikan hal tersebut dengan berpedoman pada LKS yang sudah dibagi.

Selesai diskusi, guru model meminta salah satu juru bicara masing-masing kelompok mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Guru model mengulas kembali materi yang didiskusikan secara singkat sekaligus menyimpulkannya dan memberikan pujian kepada semua kelompok yang telah mempersentasikan hasil diskusinya dengan baik. Pada kegiatan terakhir guru memberikan kuis secara individu dan mengumumkan pemenangnya. Para guru yang lain sebagai observer yang mengamati segala aktifitas siswa.

3. See(Refleksi)

Pada tahap see ini, para observer yang terdiri dari teman sejawat menyampaikan hasil pengamatannya. Refleksi dipimpin oleh moderator. Moderator mengawali kegiatan dengan memberikan ucapan selamat kepada guru model. Selanjutnya moderator memberikan kesempatan kepada guru model untuk mengungkapkan perasaannya dan menyampaikan kesan ketika melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Guru model merasakan pembelajaran berlangsung sesuai dengan apa yang diharapkannya, siswa dapat berinteraksi, siswa dapat menemukan rumus luas permukaan bola, dan siswa sangat antusias dan semangat dalam diskusi kelompok, dan paling penting guru model merasa bahwa betapa pentingnya media pembelajaran dan betapa pentingnya pemilihan suatu

995

model pembelajaran dalam membelajarkan suatu materi di dalam proses pembelajaran serta lesson study sangat-sangat baik jika dilakukan karena segala kekurangan guru model akan diperbaiki oleh masukan-masukan para observer sehingga guru model dapat memperbaiki diri untuk pembelajaran yang akan datang bahkan guru model berjanji untuk selalu mencoba menerapkan lesson study untuk pemebelajaran berikutnya. Untuk kekurangannya yang dirasakan oleh guru model penggunaan waktu yang kurang baik dan sistem pembagian kelompok karena kelompok IV, siswa laki-lakinya hanya satu orang sehingga dia minder dan malu yang akibatnya siswa tersebut terlihat pasif dalam diskusi kelompok. Observer mencatat seluruh hasil pengamatan dan menyampaikan hasil pengamatannya.

Hasil Lesson Study

Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi para observer ditemukan hal-hal berikut ini: 1. Kesiapan belajar.

Pada awal pelajaran siswa sangat siap untuk menerima pelajaran. Hal ini ditandai siswa mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru model, juga setiap pertanyaan dari guru model siswa dengan penuh semangat mengacungkan tangan beramai-ramai dan menjawab pertanyaan guru model dengan benar.

2. Interaksi belajar

Interaksi siswa dengan siswa dan interaksi antar siswa dengan guru serta interaksi siswa dengan media pembelajaran.

Pada saat pelajaran dimulai sudah terjadi interaksi siswa dengan guru model. Hal ini disebabkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru model dan siswa dengan penuh semangat menjawab setiap pertanyaan dengan baik. Interaksi terjadi hingga pelajaran usai. Begitupun interaksi siswa dengan siswa dan interaksi siswa dengan media pembelajaran terjadi pada saat diskusi kelompok berlangsung dan pada saat masing-masing kelompok mempersentasikan temuan/hasil diskusinya di depan kelas. Sekalipun masih ada beberapa siswa yang sibuk dengan aktifitasnya sendiri.

3. Siswa yang tidak belajar

Sebagian besar siswa dapat belajar dengan baik. Hanya saja siswa pada kelompok IV yang bernama Hiro selalu sibuk dengan pekerjaannya sendiri bahkan pada awal pembagian kelompok diskusi dia terlihat tidak semangat dan paling terakhir bergabung dengan anggota kelompoknya yang lain. Tiga orang siswa laki-laki pada kelompok I saling bercerita dan saling mengganggu. Terutama pada saat masing-masing kelompok mempersentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

4. Mengapa siswa tersebut tidak belajar?

Untuk Hiro disebabkan oleh karena hanya dia sendiri siswa laki-laki dalam kelompoknya, sehingga dia merasa malu dan tidak percaya diri. Sedangkan untuk tiga siswa laki-laki pada kelompok I karena mereka duduk berdekatan sehingga saling mengganggu. Juga disebabkan kurangnya perhatian dari guru model dan kurangnya media pembelajaran. 5. Upaya guru mengatasi siswa yang tidak belajar.

Upaya yang dilakukan oleh guru model untuk mengatasi ketiga siswa laki-laki pada kelompok I yang mengalami gangguan belajar dengan memberikan pertanyaan untuk mereka jawab secara bergantian dan menegur mereka agar mengikuti pelajaran dengan baik. Sedangkan untuk Hiro guru model memberikan motivasi agar dia tidak malu karena semua siswa yang ada dalam kelompoknya temannya dan mempunyai tujuan yang sama.

6. Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi siswa yang mengalami gangguan dalam belajar.

Perlunya pembagian kelompok yang agak seimbang antara siswa laki-laki dan siswa perempuan, pengaturan tempat duduk yang baik sehingga siswa tidak saling mengganggu, penguasaan kelas yang baik oleh guru agar siswa yang mengalami gangguan dalam belajar ditegur atau diperhatikan. Perlu pula memberikan motivasi, memberi dorongan agar siswa semangat dalam belajar dan melakukan pendekatan individu yang intens. Yang lebih penting media pembelajaran sekurang-kurangnya setiap kelompok memiliki.

996

Dalam kegiatan penutup siswa dan guru secara bersama membuat kesimpulan terkait materi yang telah dipelajari dengan memberikan pertanyaan terkait materi yang telah dipelajari siswa, memberikan PR dan memberikan penguatan bagi siswa yang telah belajar dengan baik dan memberikan motivasi kepada siswa yang mengalami gangguan belajarnya. 8. Pengalaman berharga yang diperoleh.

Pengalaman berharga yang diperoleh adalah penggunaan media pembelajaran (bola yang dililitkan tali) sangat baik untuk membelajarkan materi menghitung luas bola. Lesson study sangat baik dalam membelajarkan suatu materi kepada siswa karena segala kekurangan dapat diketahui berdasarkan hasil pengamatan dari para observer dan penggunaan model pembelajaran cooperative tipe group investigation (GI) sangat baik untuk diterapkan dalam membelajarkan materi menghitung luas bola.

Diskusi

Melalui kegiatan lesson study ini kita mendapatkan beberapa hikmah diantaranya: 1. Pentingnya pembelajaran secara kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham kontruktivisme (Jauhar, 2011: 52). Pada pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk bisa mengkontruksikan sendiri pengetahuan, siswa dituntut untuk saling kerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Begitupun dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompoknya belum menguasai bahan pelajaran. Dalam diskusi kelompok siswa terkadang kurang mengerti bagaimana diskusi kelompok itu sebenarnya, sehingga yang terjadi hanya sebagian besar saja anggota kelompok yang berdiskusi dengan baik dan yang lainnya sibuk dengan urusannya sendiri. Padahal kelompok diskusi itu suatu tim yang memiliki tujuan yang sama.

Menurut Lungdren (dalam Jauhar, 2011: 53), unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah: (a) para siswa harus memiliki persepsi yang sama bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”, (b) para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi, (c) para siswa harus memiliki padangan bahwa mereka memiliki tujuan yang sama, (d) para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab dianatara para anggota kelompok, (e) para siswa diberikan evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok, (f) para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar, dan (g) setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Olehnya itu, perlu guru memberikan pengarahan dan motivasi terkait hal-hal yang harus dilakukan dalam diskusi kelompok. 2. Perlunya pengelolaan kelas yang baik.

Berkaitan dengan penciptaan ruangan kelas yang kondusif, sangat diperlukan manajemen pembelajaran dengan mengaplikasikan teori belajar. Teori belajar stimulus- respon berlaku dalam kegiatan pembelajaran. Yang terjadi, ketika kelompok mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas, masih ada anggota kelompok lain yang bermain atau bergurau dan dibiarkan oleh guru, maka siswa tersebut akan terbiasa melakukan hal semacam itu. Olehnya itu, guru dan siswa perlu membuat aturan atau kesepakatan untuk memfokuskan perhatian siswa misalnya, sapaan “matematika” dan siswa menjawab secara bersama “yes”, setelah itu kelas sepakat untuk diam dan memperhatikan penjelasan.

Perlu juga memberikan penguatan (reinforcement) bagi siswa yang bekerja dengan sungguh-sungguh dan menghasilkan pekerjaan yang benar. Sebaliknya siswa yang tidak disiplin perlu mendapatkan punishment. Dengan demikian mereka mendapatkan penguatan agar bertambah semangat dan merasa karya mereka tidak sia-sia dan dihargai sehingga mereka pasti memepertahankan hal itu. Sedangkan bagi siswa yang tidak mendapatkan penguatan sesungguhnya itu sebuah hukuman tersendiri bagi mereka.

3. Pentingnya mengomptimalkan penggunaan media manipulatif.

Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran (Jauhar, 2011: 97). Pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu

997

sistem, maka media pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam sistem pembelajaran.

Tanpa media pembelajaran, proses pembelajaran sebagai proses komunikasi tidak bisa berlangsung secara optimal. Olehnya itu guru perlu menyiapkan media pembelajaran yang cukup pada saat membelajarkan suatu materi terutama materi menghitung luas bola.

Sekurang-kurangnya guru menyiapkan bola yang sudah dililitkan tali/benang sebanyak jumlah kelompok dan usahakan ukuran bola berbeda untuk setiap kelompoknya, sehingga siswa dalam kelompok bisa mempraktekkan sendiri tanpa hanya diam memperhatikan media yang ada di papan tulis. Demikian siswa menyakini bahwa rumus luas permukaan bola adalah empat kali luas lingkaran, sekalipun ukuran bolanya berbeda- beda.

4. Perlunya memperhatikan beban mental siswa.

Dalam pembelajaran ada-ada saja perilaku siswa yang mengganggu belajarnya. Hal ini bisa terjadi karena secara mental mereka beban. Beban karena tidak mengertinya suatu konsep/materi/soal. Olehnya itu guru perlu jeli/cermat memperhatikan hal ini. Jika dibiarkan tentunya siswa merasa tidak diperhatikan dan terus melakukan hal tersebut dan guru perlu memberikan bantuan (scaffolding) jika siswa mengalami kesulitan dalam belajarnya.

SIMPULAN

Pembelajaran materi menghitung luas permukaan bola di kelas IXA SMP Negeri 1 Ndoso Manggarai Barat: pengalaman praktik musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) tingkat sekolah berbasis lesson study dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Guru model lebih percaya diri dalam membelajarkan suatu materi terutama materi menghitung luas permukaan bola.

2. Guru model meyakini model pembelajaran cooperatif tipe group investigation lebih cocok diterapkan dalam membelajarkan materi menghitung luas permukaan bola.

3. Siswa kelas IXA SMP Negeri 1 Ndoso Manggarai Barat sangat antusias, semangat, dan sangat termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran Matematika.

DAFTAR RUJUKAN

Ahmadi, K.I. & Amri, S,. 2011. PAIKEM GEMBROT: Mengembangkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Ibrohim, 2013. Panduan Pelaksanaan Lesson Study di KKG/MGMP. Malang. Universitas

Dalam dokumen PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI (Halaman 47-54)