• Tidak ada hasil yang ditemukan

Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor utama yakni lingkungan, perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat antara lain dari angka kematian, angka kesakitan dan status gizi. Pada bagian ini, derajat kesehatan di Provinsi Nusa Tenggara Barat digambarkan melalui Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka kematian Ibu (AKI), angka morbiditas beberapa penyakit dan status gizi.

A. Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan program pemberantasan kemiskinan. Kemiskinan akan menurunkan daya beli masyarakat, sebaliknya pada masyarakat yang berada diatas garis kemisikinan, daya belinya cenderung lebih tinggi sehingga akan meningkatkan kemampuan masyarakat memenuhi kebutuhan gizi; mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.

Data Angka Harapan Hidup setiap tahun dirilis BPS yang diperoleh melalui survei. Angka Harapan Hidup sangat dipengaruhi oleh kasus atau angka kematian bayi. Apabila melihat trend angka kematian bayi yang cenderung menurun, maka diperkirakan AHH NTB akan mengalami peningkatan. Bayi-bayi yang dilahirkan menjelang tahun 2006 diperkirakan mempunyai usia harapan hidup 60,90 tahun, dan bayi yang dilahirkan tahun 2012 usia harapan hidupnya mencapai 62,73 tahun.

Tahun 2013 Usia Harapan Hidup NTB sebesar 64.7 tahun (dengan metode perhitungan baru BPS) mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 64,9 tahun

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 14 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 NTB 60.9 61.2 61.5 61.8 62.11 62.41 62.73 64.7 64.9 65.38 Nasional 68.47 68.7 69 69.21 69.43 69.65 69.87 70.07 70.59 73.59 0 10 20 30 40 50 60 70 80 A ng ka H ar apa n H idu p

atau meningkat sebesar 0,2 tahun dan kembali meningkat pada tahun 2015 menjadi 65,38 tahun atau meningkat sebesar 0,48 tahun. Peningkatan Angka Harapan Hidup tersebut sebagaimana terlihat pada gambar berikut.

Gambar III.1

Angka Harapan Hidup (AHH) di Provinsi NTB dan Nasional Tahun 2006-2015

Sumber: BPS Provinsi NTB Tahun 2015

Gambar III.1 terlihat bahwa setiap tahun AHH di Provinsi NTB mengalami peningkatan, akan tetapi masih dibawah AHH nasional. Angka kematian bayi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi AHH Provinsi NTB. Peningkatan AHH menunjukkan adanya peningkatan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat Provinsi NTB.

B. Angka Kematian

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dan indikator penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan serta program pembangunan kesehatan lainnya dapat dilihat dari kejadian kematian masyarakat dari waktu ke waktu. Angka kematian di komunitas pada umumnya diperoleh melalui data survei sedangkan data kematian yang ada di fasilitas kesehatan hanya memperlihatkan jumlah kasus. Tinggi rendahnya angka kematian, secara umum dipengaruhi erat dengan tingkat kasus kematian bayi, balita dan ibu maternal (hamil, melahirkan, nifas). Angka kematian

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 15 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 NTB 97 95 92 121 113 130 100 117 111 95 80 90 100 110 120 130 140 ka su s ke m at ia n i b u

yang akan disajikan berikut ini adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

B.1 Angka Kematian Ibu (AKI)

Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah persalinan atau berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan/cedera. Berdasarkan SDKI 2012 angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi 359 per 100.000 kelahiran hidup, target MDGs global 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Berdasarkan laporan dari kabupaten/kota, jumlah kasus kematian ibu di Provinsi NTB selama tahun 2015 adalah 95 kasus, menurun dibandingkan tahun 2014 dengan 111 kasus. Trend jumlah kematian ibu tahun 2006-2015 terlihat pada tabel gambar berikut.

Gambar III.2

Jumlah Kematian Ibu di Provinsi NTB Tahun 2006-2015

Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2006-2015

Gambar III.2 menunjukkan bahwa AKI di Provinsi NTB cenderung fluktuatif, namun apabila dicermati lebih lanjut, dalam 3 (tiga) tahun terakhir AKI menunjukkan progres positif atau cenderung menurun. Untuk tahun 2015, kematian ibu terbanyak tetap berada di Kabupaten Lombok Timur dengan 28 kasus dan belum ada kabupaten

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 16 yang ditetapkan sebagai Kabupaten AKINO (Angka Kematian Ibu Nol). Jumlah

kematian ibu di kabupaten/kota secara rinci dapat dilihat pada lampiran.

Kejadian kematian ibu terbanyak pada tahun 2015 sama dengan tahun 2014 yakni terjadi pada saat nifas sebesar 42,11%, sedangkan kejadian kematian ibu bersalin sekitar 35,78%, dan kematian ibu pada saat hamil sekitar 22,11%. Berdasarkan kelompok umur, kematian ibu banyak terjadi pada usia 20-34 tahun sebanyak 66,52%, usia ≥35 tahun sebanyak 27,37% dan usia <20 tahun sebanyak 6,31%.

Informasi mengenai tingginya AKI bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer). Salah satu upayanya adalah melalui pembuatan pedoman Rencana Aksi Nasional (RAN) program percepatan penurunan AKI, yang memuat program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistem rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, bahkan penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran.

B.2 Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi). Angka Kematian Balita kerap dipakai untuk mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk karena indikator ini merupakan refleksi sosial ekonomi yang terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak, status gizi dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya. Laporan rutin (pencatatan) petugas kesehatan di Provinsi NTB mencatat bahwa kasus kematian balita pada tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014. Kasus kematian balita pada tahun 2014 adalah 1.134 kasus, terdiri dari 1.070 kasus kematian bayi dan 64 kasus kematian anak balita dari 104.358 kelahiran hidup, sedangkan kasus kematian balita tahun 2015 adalah 1.152 kasus, terdiri dari 1.086 kasus kematian bayi dan 66 kematian balita dari 104.597 kelahiran hidup.

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 17 35 34 32 23 74 72 57 0 10 20 30 40 50 60 70 80 2003 2007 2012 2013 2015 p e r 1000 ke lah ir an h id u p Indonesia NTB Target MDGs

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan tolok ukur yang sensitif dari semua upaya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang kesehatan. AKB dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat karena bayi adalah kelompok usia yang paling rentan terkena dampak dari perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi.

AKB adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun (dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup).

AKB Provinsi NTB telah mengalami penurunan dalam kurun waktu 2003-2012, namun masih diatas angka nasional. Menurut data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) di Provinsi NTB pada tahun 2007 sebesar 72/1000 kelahiran hidup mengalami penurunan menjadi 57/1000 kelahiran hidup sesuai data SDKI 2012. Perbandingan data AKB Provinsi NTB dengan data AKB Indonesia tahun 2003 – 2012 terlihat pada gambar berikut.

Gambar III.3

AKB di Provinsi NTB dan Indonesia Tahun 2003-2012

Sumber : BPS Provinsi NTB Tahun 2012

Gambar III.3 memperlihatkan bahwa AKB Provinsi NTB masih di atas angka nasional, sehingga dibutuhkan terobosan-terobosan atau program-program yang

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 18

Mtr Lobar KLU Loteng Lotim Sbw KSB Dompu Bima Kt.Bima NTB

2011 39 143 56 154 575 121 61 29 115 25 1318 2012 48 139 85 237 620 86 37 58 94 28 1432 2013 44 90 52 255 591 83 27 29 97 29 1297 2014 39 60 41 199 482 73 21 33 100 22 1070 2015 34 42 82 199 482 75 28 34 93 17 1086 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 K as us K e m at ia n B ay i

mempunyai daya ungkit kuat untuk menurunkan AKB. AKB berpengaruh signifikan terhadap Usia Harapan Hidup (UHH), penurunan AKB akan meningkatkan UHH.

Berdasarkan laporan, tahun 2015 jumlah kasus kematian bayi adalah 1.086 kasus dari 104.597 kelahiran hidup, meningkat dibandingkan tahun 2014 dengan 1.070 kematian bayi dari 104.358 kelahiran hidup. Kasus kematian bayi yang dilaporkan di setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2011-2015 terlihat pada gambar berikut.

Gambar III.4

Kasus Kematian Bayi di Provinsi NTB Tahun 2011-2015

Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2015

Gambar III.4 menunjukkan bahwa kematian bayi terbanyak terjadi di Lombok Timur. Jumlah penduduk dan luas wilayah terbesar di Provinsi NTB menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya angka kematian bayi di Kabupaten Lombok Timur. Mendekatkan dan memudahkan akses ke fasilitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang tersebar di wilayah yang tidak memiliki fasilitas kesehatan, meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan melalui pelatihan kontinu terutama tetang kesehatan reproduksi serta sosialisasi yang lebih intens adalah beberapa upaya yang diharapkan dapat menekan kasus kematian pada bayi.

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 19 46,789 53,159 70,765 72,874 79,005 81,693 122,234 122,737 145,534 267,264 Asma Penyakit Kulit Allergi Penyakit lain pada saluran pernafasan bagian atas common cold Diare (termasuk tersangka Kolera) Penyakit Kulit Infeksi Gastritis Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat …

Penyakit Tekanan Darah Tinggi Infeksi Akut lain pada saluran pernafasan bagian …

12,825 22,676 24,830 45,270 58,623 59,949 62,536 74,829 77,541 224,542 Asma Kecelakaan dan Ruda Paksa Penyakit Tulang Belulang, Radang sendi termasuk …

Penyakit Darah Tinggi Primer Penyakit Kulit Allergi Diare ( Termasuk Tersangka Kolera ) Gastritis Penyakit Kulit Infeksi Penyakit Pada Sistem Otot dan Jaringan Pengikat Infeksi Saluran Pernafasan Akut

C. Angka Kesakitan (Morbiditas)

Morbiditas adalah keadaan sakit atau terjadinya penyakit atau kondisi yang mengubah kesehatan dan kualitas hidup. Morbiditas merupakan derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi yang mengacu pada angka kesakitan, yaitu jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang sehat atau kelompok yang beresiko.

Angka kesakitan pada penduduk berasal dari community based data yang diperoleh melalui pengamatan terutama yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan melalui pencatatan dan pelaporan rutin dan insidentil. Kasus penyakit yang paling banyak diderita masyarakat di Provinsi NTB berdasarkan Laporan Bulanan (LB1) Kesakitan di Puskesmas dan jaringannya terlihat pada gambar berikut.

Gambar III.5 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas di

Provinsi NTB Tahun 2014

10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas di Provinsi NTB Tahun 2015

Sumber: Laporan Kesakitan Kabupaten/Kota Tahun 2014-2015

Gambar III.5 memperlihatkan bahwa 10 penyakit terbanyak pada tahun 2015 sebagian besar sama dengan tahun 2014, dengan kunjungan terbanyak adalah infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas. Kondisi ini erat kaitannya dengan

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 20 kesehatan lingkungan masyarakat. Hal yang patut diwaspadai dari data kunjungan

tahun 2015 adalah peningkatan yang cukup signifkan pada penyakit tekanan darah tinggi. Perubahan life style kearah negatif seperti kurang aktifitas fisik, lebih sering mengkonsumsi fast food, junk food dan factor stress adalah beberapa factor yang memicu tingginya angka kejadian hipertensi.

Provinsi NTB juga dihadapkan juga pada masalah beban ganda. Di satu sisi kasus penyakit infeksi masih tinggi, namun disisi lain penyakit degeneratif juga meningkat. Selain itu perilaku masyarakat yang tidak sehat masih menjadi faktor utama disamping lingkungan dan pelayanan kesehatan.

Berikut ini akan uraikan kondisi program pemberantasan dan pengendalian penyakit di Provinsi NTB tahun 2015.

C.1. Penyakit Menular Langsung C.1.1 Tuberkulosis (TB)

Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia. TB adalah penyakit menular yang menyebabkan masalah kesehatan terbesar di dunia setelah HIV/AIDS dan hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TB. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman mycobacterium tuberculosis ini pun cukup tinggi. Gejala utamanya adalah batuk selama 2 minggu atau lebih, batuk disertai dengan gejala tambahan yaitu dahak, dahak bercampur darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam lebih dari 1 bulan.

Tujuan penemuan dan penanggulangan penyakit TB adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Di Provinsi NTB, pada tahun 2014 dilaporkan bahwa jumlah seluruh pasien TB (semua tipe) mencapai 6.165 orang, dan sebanyak 4.247 orang diantaranya merupakan kasus baru BTA+. Sedangkan untuk tahun tahun 2015, jumlah seluruh pasien TB adalah 5.931 orang,

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 21 dengan 4.151 orang merupakan kasus TB baru BTA+. Apabila dibandingkan dengan

tahun 2014, maka kasus TB pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 3,8%. Distribusi jumlah penderita di setiap kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 7.

Data suspek TB tahun 2015 juga mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014. Kalau pada tahun 2014 suspek TB yang diperiksa sebanyak 49.080 orang, maka tahun 2015 sebanyak 39.386 orang atau menurun 19,75%. Hal yang patut dicermati dari penurunan suspek TB yang diperiksa tahun 2015 adalah terjadinya peningkatan pasien TB BTA positif dibandingkan tahun 2014, yakni dari 4.195 orang menjadi 4.209 orang. Dengan kata lain bahwa proporsi pasien TB BTA positif diantara suspek dari 8,55% menjadi 10,69%.

Salah satu indikator kinerja pengendalian penyakit TB adalah Angka Notifikasi Kasus atau Case Notification Rate (CNR), yakni angka yang menunjukan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial akan menggambarkan kecenderungan (trend) penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Case Notification Rate (CNR) pada tahun 2014 adalah 130,17, mengalami penurunan tahun 2015 menjadi 123,20. Pencapaian ini menggambarkan hasil yang kurang baik dimana seharusnya capaian CNR meningkat 5% tiap tahun. Hal ini disebabkan menurunnya penemuan kasus baru di layanan kesehatan terutama puskesmas sebagai layanan primer. Kedepannya diharapkan tidak hanya puskesmas tetapi juga layanan primer lain seperti klinik swasta, dokter praktek swasta, dan Rumah Sakit dapat menjaring kasus baru TB lebih banyak lagi.

Untuk pasien TB anak (0-14 tahun), jumlah kasus yang ditemukan juga mengalami penurunan, dari 255 orang tahun 2014 menjadi 237 orang tahun 2015. Proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien TB adalah 4% dan angka ini menurun di bandingkan proporsi tahun 2014 yaitu 4,14%.

Angka kematian selama pengobatan yang ditimbulkan akibat TB paru pada tahun 2015 mengalami sedikit peningkatan dibandingkan tahun 2014, yakni dari 2,9 per 100.000 penduduk tahun 2014 menjadi 3 per 100.000 penduduk tahun 2015. Sedangkan untuk angka kesembuhan (Cure Rate) pada tahun 2015 mencapai 84,22%, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014 dengan 78,42%. Angka ini dibawah

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 22 3,191 3,446 3,884 4,264 4,125 2,333 2,880 3,207 3,344 3,474 659 498 428 451 306 93.76 98.03 93.59 89 91.64 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 -500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 2011 2012 2013 2014 2015

diobati kesembuhan pengobatan lengkap SR

angka minimal yang harus dicapai yaitu 85%. Oleh karena itu untuk program penanggulangan TB sangat perlu untuk memperhatikan jumlah pasien dengan hasil pengobatan lengkap, meninggal, gagal, default dan pindah.

Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate/SR) menunjukkan bahwa pada tahun 2015 terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2014, yakni dari 89% tahun 2014 menjadi 91,64% tahun 2015. Data keberhasilan pengobatan di setiap kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 9. Trend keberhasilan pengobatan (SR) di Provinsi NTB tahun 2010-2014 terlihat pada gambar berikut.

Gambar III.6

Tren Keberhasilan Pengobatan (Succes Rate) TB Paru, Kesembuhan dan Pengobatan Lengkap TB Paru di Provinsi NTB Tahun 2011-2015

Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2015

Gambar III.6 memperlihatkan bahwa SR pengobatan TB Paru cenderung fluktuatif. Mengingat TB adalah kasus yang membutuhkan penanganan yang lama dan bersifat menular, maka dibutuhkan komitmen yang kuat dari semua pihak dalam penanggulangannya. Penjangkauan suspek yang lebih intens dan luas, sosialisasi yang lebih gencar kepada masyarakat, pelatihan yang kontinu bagi petugas kesehatan serta dukungan dalam penganggaran adalah upaya yang bisa dilakukan untuk menurunkan angka kejadian TB.

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 23

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Perkiraan penderita Pneumonia

Balita 40,506 41,240 49,878 50,442 52,397 53,989 54,220 33,291 Penderita ditemukan dan

ditangani 40,047 41,240 31,278 26,005 27,836 28,138 26,631 25,502 0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000 50,000 55,000 ba lit a C.1.2 Pneumonia Balita

Pneumonia merupakan salah satu penyakit gangguan sistem pernafasan (paru-paru), yang biasanya diderita oleh anak-anak atau lanjut usia yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas >50 kali/menit), sesak, dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang). Penyakit ini tergolong penyakit ringan apabila segera ditangani dengan tepat dan cepat, tetapi bisa menjadi penyakit berbahaya dan mematikan apabila tidak ditangani dengan baik. Pada bayi atau balita umumnya terjadi pada balita dengan gizi kurang dan kondisi lingkungan yang tidak sehat. Upaya pemberantasan penyakit Pneumonia difokuskan pada upaya penemuan dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat pada penderita.

Perkiraan penderita Pneumonia balita pada tahun 2015 adalah 33.291 balita. Penderita ditemukan dan ditangani sebanyak 25.502 kasus (76,6%). Hasil lengkap per kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel 10. Berikut ditampilkan perkiraan kasus Pneumonia balita dan penderita yang ditemukan dan ditangani di Provinsi NTB tahun 2008-2015.

Gambar III.7

Perkiraan Kasus dan Trend Penemuan dan Penanganan Pneumonia di Provinsi NTB Tahun 2008-2015

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 24 Gambar III.8 menunjukkan bahwa trend penderita (balita) pneumonia

ditemukan dan ditangani tahun 2008-2015 menurun. Pencapaian positif adalah hasil kerjasama dan kerja keras baik lintas sector maupun lintas program serta kesadaran masyarakat akan sanitasi yang semakin baik. Kegiatan lomba desa/lingkungan sehat dan program pembangunan rumah sehat adalah salah satu upaya yang mendukung pencapaian tersebut.

C.1.3 HIV-AIDS dan Infeksi Menular Seksual

Kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es, jumlah kasus yang ditemukan sangat sedikit dibandingkan dengan kenyataannya. HIV/AIDS patut mendapat perhatian serius dari semua pihak mengingat ekses yang dapat ditimbulkan bagi masyarakat luas. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, maka Provinsi NTB berpotensi sebagai tempat terjadinya penularan HIV-AIDS. Demikian juga sebagai salah satu daerah pengirim tenaga kerja ke luar negeri, kemungkinan terjadinya penularan HIV-AIDS cukup besar. Kasus HIV-AIDS ditemukan di seluruh kabupaten/ kota se-Provinsi NTB. Jumlah kasus baru di setiap kabupaten/kota terlihat pada lampiran tabel 11.

Berdasarkan laporan VCT rumah sakit/puskesmas dan laporan rutin AIDS kabupaten/kota tahun 2015, jumlah kasus HIV/AIDS yang ditemukan mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014. Jumlah kasus yang ditemukan tahun 2014 adalah 56 kasus HIV dan 80 kasus AIDS, sedangkan tahun 2015 adalah 67 kasus HIV, dan 99 kasus AIDS. Jumlah kematian karena AIDS di Provinsi NTB tahun 2014 sebanyak 66 kasus, mengalami penurunan menjadi 14 kasus tahun 2015. Penemuan kasus yang meningkat dan penurunan angka kematian AIDS yang cukup signifikan antara lain dipengaruhi oleh penambahan jumlah VCT di kabupaten/kota, penjangkauan ke polulasi kunci lebih banyak, dukungan pendanaan untuk kegiatan mobile VCT yang cukup baik dan kerjasama serta kerja keras semua pihak untuk menanggulangi HIV/AIDS. Perkembangan penemuan kasus baru HIV-AIDS terlihat pada gambar berikut.

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 25

2011 2012 2013 2014 2015

Kasus Baru HIV 81 63 8 56 67

Kasus Baru AIDS 67 117 7 80 99

Kematian AIDS 60 43 4 66 14 0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 or ang Gambar III.8

Penemuan Kasus Baru HIV-AIDS dan Kematian AIDS di Provinsi NTB Tahun 2011-2015

Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2015

Gambar III.8 memperlihatkan bahwa dalam 5 (lima) tahun terakhir, temuan kasus baru HIV positif ataupun AIDS cenderung fluktuatif. Kondisi ini perlu mendapat perhatian semua pihak mengingat dampaknya di masyarakat terutama bagi generasi muda. Konsistensi dan komitmen dari decision maker, petugas kesehatan, lembaga swadaya, masyarakat umum dan keluarga sangat dibutuhkan dalam upaya penangulangguan dan penanganan HIV/AIDS, tidak hanya dukungan dalam bentuk kebijakan, pendanaan, tetapi juga dukungan moril.

Kegiatan pengendalian HIV-AIDS dilakukan juga melalui pengamatan terhadap hasil skrining/penapisan darah saat donor darah. Pada tahun 2014 dari 10.198 pendonor yang sampel darahnya diperiksa dan ditemukan 1 sampel darah yang positif HIV. Untuk tahun 2015, jumlah sampel darah yang diskrining adalah 41.569 sampel, dan ditemukan 55 positif HIV.

Provinsi NTB adalah salah satu destinasi wisata yang banyak diminati oleh turis domestik maupun mancanegara. Sebagai daerah tujuan wisata, bukan hanya efek positif yang akan timbul, tetapi juga dampak negatifnya. Salah satu dampak negatif yang mungkin terjadi adalah penyebaran penyakit infeksi menular seksual (IMS) lainnya, antara lain penyakit syphilis. Berdasarkan laporan, pada tahun 2014 jumlah kasus IMS (syphilis) sebanyak 34 orang, mengalami peningkatan yang signifikan di

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 26 326 669 818 862 19 34 63 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

tahun 2015 menjadi 63 orang dan banyak terjadi pada kelompok umur 20 - 49 tahun. Penyebaran kasus IMS di kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 11. Kasus yang dilaporkan adalah jumlah penderita yang berobat ke sarana puskesmas dan jaringannya, sehingga jumlah penderita sebenarnya di populasi belum terdeteksi. Trend kasus baru IMS di Provinsi NTB tahun 2009-2014 terlihat pada gambar berikut.

Gambar III.9

Trend Kasus Baru IMS (Syphilis) di Provinsi NTB Tahun 2009-2015

Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2009-2015

Gambar III.9 memperlihatkan bahwa dalam 3 (tiga) tahun terakhir kasus IMS sphylis yang dilaporkan mengalami peningkatan. Pelaporan kasus dari sarana pelayanan kesehatan yang baik dan tertib menjadi salah satu faktor pencapaian positif tersebut. Kedepan, diharapkan semua sarana pelayanan kesehatan dapat memberikan laporan, sehingga gambaran sebaran penyakit sphylis dapat diperoleh.

C.1.4 Diare

Diare adalah gangguan buang air besar/BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lendir. Diare merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di masyarakat, penyakit yang berbasis lingkungan terutama karena masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 27 191,678 194,822 191,049 101,356 206,037 178,113 176,920 173,417 191,289 158,993 92.92 90.81 90.77 188.7 77.2 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 -50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 2011 2012 2013 2014 2015 p e rs

Dokumen terkait