• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Mataram, Agustus 2016 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Mataram, Agustus 2016 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabbil’alamiin. Segala puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas semua limpahan berkah dan perkenan-Nya sehingga Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015 dapat diselesaikan.

Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015 adalah salah satu media penyampaian pertanggungjawaban kepada publik yang memuat pencapaain Dinas Kesehatan Provinsi NTB selama 1 (satu) tahun sekaligus bentuk evaluasi kinerjanya termasuk kinerja dari penyelenggaraan standar pelayanan minimal di bidang kesehatan, sesuai amanat Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Data yang disajikan bersumber dari data internal Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat, didukung dengan data dari Dinas Kesehatan kabupaten/kota se-NTB dan instansi lain yaitu Badan Pusat Statistik provinsi dan kabupaten/kota dan BKKBN kabupaten/kota.

Terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan profil ini. Semoga Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015 dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan dibidang kesehatan, sehingga pembangunan sumber daya manusia berkualitas yang tertuang dalam Nawacita dan pembangunan Generasi Emas NTB dapat terwujud. Profil ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu masukan, saran dan koreksi dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaan penyusunan profil di tahun mendatang.

Mataram, Agustus 2016 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Khaerul Anwar, SKM, M.Kes Pembina Tingkat I, IV/b NIP. 19641231 198803 1 260

(3)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR I

DAFTAR ISI Ii

DAFTAR TABEL Iii

DAFTAR GAMBAR Iv

DAFTAR LAMPIRAN Vii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Sistematika penyajian 1

BAB II GAMBARAN UMUM 3

A. Keadaan Geografis 3

B. Kependudukan 5

C. Ekonomi 8

D. Pendiidkan 8

E. Kesejahteraan Sosial 10

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN 13 A. Angka Harapan Hidup (AHH) 13

B. Angka Kematian 14

C. Angka Kesakitan (Morbiditas) 19

D. Status Gizi Masyarakat 44

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN 47

A. Pelayanan Kesehatan Dasar 47 B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 67 C. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 70 D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar 71

E. Pelayanan Kefarmasian 76

BAB V Situasi Sumber Daya kesehatan 77

A. Sarana Kesehatan 77 B. Tenaga Kesehatan 84 C. Pembiayaan Kesehatan 86 BAB VI KESIMPULAN 88 DAFTAR PUSTAKA 89 Lampiran Lampiran Tabel 1 – 81 90-177

(4)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 iii

DAFTAR TABEL

Nomor Nama Tabel Halaman

Tabel II.1 Jumlah Kecamatan dan Desa/Kelurahan menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2015 4

Tabel II.2 Penduduk Provinsi NTB menurut Jenis Kelamin dan Kepadatan

Penduduk per Kabupaten/Kota Tahun 2015 5 Tabel III.1 Prevalensi Status Gizi Balita di Provinsi NTB Tahun 2014 dan

2015 44

Tabel V.1 Jumlah Rumah Sakit Umum berdasarkan Pengelola di Provinsi

NTB Tahun 2015 78

Tabel V.2 Jumlah Puskesmas di Provinsi NTB Tahun 2014 – 2015 79 Tabel V.3 Jumlah Puskesmas Keliling dan Puskesmas Pembantu di Provinsi

(5)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 iv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Nama Gambar Halaman

Gambar II.1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat 3 Gambar II.2 Piramida Penduduk NTB Tahun 2015 6 Gambar II.3 Angka Melek Huruf di Provinsi NTB & Nasional Th 2008-2015 9 Gambar II.4 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke atas menurut

Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan di Provinsi NTB Tahun 2008-2015

10 Gambar II.5 Persentase Penduduk Miskin di Provinsi NTB Tahun

2006-2015 11

Gambar II.6 Nilai Pengeluaran Per Kapita Makanan dan Non Makanan di

NTB Tahun 2014 dan 2015 12

Gambar III.1 Angka Harapan Hidup (AHH) di Provinsi NTB dan Nasional

Tahun 2006-2015 14

Gambar III.2 Jumlah Kematian Ibu di Provinsi NTB Tahun 2006-2015 15 Gambar III.3 AKB di Provinsi NTB dan Indonesia Tahun 2003-2012 17 Gambar III.4 Kasus Kematian Bayi di Provinsi NTB Tahun 2011-2015 18 Gambar III.5 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas di Provinsi NTB Tahun

2014 – 2015 19

Gambar III.6 Tren Keberhasilan Pengobatan (succes rate) TB Paru, Kesembuhan dan Pengobatan Lengkap TB Paru di Provinsi NTB Tahun 2011-2015

22 Gambar III.7 Perkiraan Kasus dan Tren Penemuan dan Penanganan

Pnemonia di Provinsi NTB Tahun 2008-2015 23 Gambar III.8 Penemuan Kasus Baru HIV-AIDS dan Kematian AIDS di

Provinsi NTB Tahun 2011-2015 25 Gambar III.9 Tren Kasus Baru IMS (Syphilis) di Provinsi NTB Tahun

(6)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 v Gambar III.10 Cakupan Penderita Diare Ditangani di Provinsi NTB Tahun

2011-2015 27

Gambar III.11 Penemuan Kasus Baru Kusta di Provinsi NTB Tahun

2011-2015 28

Gambar III.12 Pravalensi Rate Kusta di Provinsi NTB Tahun 2006-2015 29 Gambar III.13 Cakupan Penderita Kusta Selesai Berobat (RFT) di Provinsi

NTB Tahun 2009-2015 30

Gambar III.14 Trend Kasus dan Rate AFP Non Polio di Provinsi NTB Tahun

2006-2015 31

Gambar III.15 Trend Kasus dan Kematian Tetanus Neonatorum di Provinsi

NTB Tahun 2007-2015 32

Gambar III.16 Trend Kasus Campak di Provinsi NTB Tahun 2006-2015 34 Gambar III.17 Trend Kasus Polio di Provinsi NTB Tahun 2006-2015 35 Gambar III.18 Penemuan Kasus Hepatitis B di Provinsi NTB Tahun

2006-2015 36

Gambar III.19 Kasus DBD dan Insidence DBD di Provinsi NTB Tahun

2006-2015 38

Gambar III.20 Angka Kesakitan Malaria di Provinsi NTB Tahun 2006-2015 39 Gambar III.21 Status Gizi Balita berdasarkan BB/U di Provinsi NTB Tahun

2015 45

Gambar IV.1 Cakupan Pelayanan K1 dan K4 di Provinsi NTB Tahun

2007-2015 48

Gambar IV.2 Cakupan Imunisasi TT1 dan TT2 Ibu Hamil di Provinsi NTB

Tahun 2015 49

Gambar IV.3 Cakupan Pemberian Tablet Fe 1 dan Fe 3 untuk Ibu Hamil di

Provinsi NTB Tahun 2015 50

Gambar IV.4 Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Provinsi NTB

Tahun 2008-2015 51

Gambar IV.5 Capaian Pelayanan Ibu Nifas dan Ibu Nifas mendapatkan

(7)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 vi Gambar IV.6 Cakupan Pemakaian Kontrasepsi oleh Peserta KB Baru di

Provinsi NTB Tahun 2014-2015 53 Gambar IV.7 Cakupan UCI Desa /Kelurahan di Provinsi NTB Tahun 2015 56 Gambar IV.8 Cakupan Imunisasi pada Bayi di Provinsi NTB Tahun 2015 57 Gambar IV.9 Cakupan ASI Eksklusif pada Bayi di Provinsi NTB Tahun 2015 58 Gambar IV.10 Cakupan Bayi (6-11 bulan) mendapat Vitamin A 100 ribu IU di

Provinsi NTB Tahun 2015 59

Gambar IV.11 Cakupan Anak Balita (12-59 bulan) Mendapat Pelayanan

Kesehatan di Provinsi NTB Tahun 2014 dan 2015 60 Gambar IV.12 Cakupan Vitamin A pada Balita di Provinsi NTB Tahun 2015 61 Gambar IV.13 Penemuan Kasus Gizi Buruk pada Balita di Provinsi NTB Tahun

2010-2015 62

Gambar IV.14 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD/Setingkat di

Provinsi NTB Tahun 2014-2015 63 Gambar IV.15 Cakupan SD/MI Untuk Kegiatan Sikat Gigi Masal di Provinsi

NTB Tahun 2015 64

Gambar IV.16 Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Provinsi NTB

Tahun 2010-2015 65

Gambar IV.17 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut di Provinsi NTB

Tahun 2010-2015 66

Gambar IV.18 Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas Menurut

Kabupaten/Kota se Provinsi NTB Tahun 2015 76 Gambar V.1 Persentase Posyandu menurut Strata di Provinsi NTB Tahun

2015 81

Gambar V.2 Jumlah Poskesdes dan Desa/Kelurahan di Kabupaten/Kota se

Provinsi NTB Tahun 2015 82

Gambar V.3 Desa/Kelurahan Siaga di Provinsi NTB Tahun 2015 83 Gambar V.4 Jenis Tenaga Kesehatan di Provinsi NTB Tahun 2015 85 Gambar V.5 Pembiayaan Kesehatan di Provinsi NTB Tahun 2015 87

(8)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 vii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Nama Tabel Halaman

Resume Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 90 Tabel 1

Luas wilayah, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga dan kepadatan penduduk menurut kecamatan di Provinsi NTB tahun 2015

96

Tabel 2 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur di

Provinsi NTB Tahun 2015 97

Tabel 3

Peduduk berumur 10 tahun keatas yang melek huruf dan ijazah tertinggi yang diperoleh menurut jenis kelamin di Provinsi NTB tahun 2015

98

Tabel 4 Jumah Kelahiran menurut kabupaten dan jenis kelamin di Provinsi

NTB Tahun 2015 99

Tabel 5 Jumlah kematian neonatal, bayi dan balita menurut jenis kelamin

dan kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2015 100 Tabel 6 Jumlah kematian ibu menurut kelompok umur dan

kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2015 101

Tabel 7

Kasus baru TB BTA+, seluruh kasus TB, kasus pada TB pada anak, dan case notification rate (CNR) per 100.000 penduduk menurut jenis kelamin dan kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2015

102

Tabel 8 Jumlah kasus dan angka penemuan kasus TB paru BTA+ menurut

jenis kelamin dan kabupaten/kota di Provinsi NTB Tahun 2015 103 Tabel 9

Angka kesembuhan dan pengobatan lengkap TB paru BTA+ serta keberhasilan pengobatan menurut jenis kelamin dan kabupaten/kota di Provinsi NTB Tahun 2015

104

Tabel 10

Penemuan kasus pneumonia balita menurut jenis kelamin dan

(9)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 viii Tabel 11 Jumlah kasus HIV, AIDS, dan syphilis menurut kelompok umur

dan jenis kelamin di Provinsi NTB Tahun 2015 106 Tabel 12 Persentase donor darah diskrining terhadap HIV menurut jenis

kelamin di Provinsi NTB Tahun 2015 107 Tabel 13 Kasus diare yang ditangani menurut jenis kelamin dan

kabupaten/kota di Provinsi NTB Tahun 2015 108 Tabel 14 Kasus baru kusta menurut jenis kelamin dan kabupaten/kota di

Provinsi NTB Tahun 2015 109

Tabel 15 Kasus baru kusta 0-14 tahun dan cacat tingkat 2 menurut jenis

kelamin dan kabupaten/kota di Provinsi NTB Tahun 2015 110 Tabel 16

Jumlah kasus dan angka prevalensi penyakit kusta menurut tipe/jenis, jenis kelamin dan kabupaten/kota di Provinsi NTB Tahun 2015

111

Tabel 17

Persentase penderita kusta selesai berobat (Release From Treatment/RFT) menurut jenis kelamin dan kabupaten/kota di Provinsi NTB Tahun 2015

112

Tabel 18 Jumlah kasus AFP (non polio) menurut kabupaten/kota di Provinsi

NTB Tahun 2015 113

Tabel 19

Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) menurut jenis kelamin dan kabupaten/kota di Provinsi NTB Tahun 2015

114

Tabel 20

Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) menurut jenis kelamin dan kabupaten/kota di Provinsi NTB Tahun 2015...(lanjutan)

115

Tabel 21 Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) menurut jenis

kelamin dan kabupaten/kota di Provinsi NTB Tahun 2015 116 Tabel 22 Kesakitan dan kematian akibat malaria menurut jenis kelamin dan

kabupaten/kota di Provinsi NTB Tahun 2015 117 Tabel 23

Penderita filariasis ditangani menurut jenis kelamin dan

(10)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 ix Tabel 24 Pengukuran tekanan darah penduduk ≥18 tahun menurut jenis

kelamin dan kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2015 119 Tabel 25 Pemeriksaan obesitas menurut jenis kelamin dan kabupaten/kota

di Provinsi NTB tahun 2015 120

Tabel 26

Cakupan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode iva dan kanker payudara dengan pemeriksaan klinis (cbe) menurut kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2015

121

Tabel 27 Jumlah penderita dan kematian pada klb menurut jenis kejadian

luar biasa (KLB) di Provinsi NTB tahun 2015 122 Tabel 28 Kejadian luar biasa (KLB) di desa/kelurahan yang ditangani < 24

jam di Provinsi NTB tahun 2015 124 Tabel 29

Cakupan kunjungan ibu hamil, persalinan ditolong tenaga kesehatan, dan pelayanan kesehatan ibu nifas menurut kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2015

125

Tabel 30 Persentase cakupan imunisasi TT pada ibu hamil menurut

kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2015 126 Tabel 31 Persentase cakupan imunisasi TT pada wanita usia subur menurut

kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2015 127 Tabel 32 Jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe1 dan Fe3 menurut

kabupaten/kota di Provinsi NTB Tahun 2015 128 Tabel 33

Jumlah dan persentase penanganan komplikasi kebidanan dan komplikasi neonatal menurut jenis kelamin dan kabupaten/kota di Provinsi NTB Tahun 2015

129

Tabel 34 Proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi dan

kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2015 130 Tabel 35 Proporsi peserta KB baru menurut jenis kontrasepsi dan

kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2015 131 Tabel 36 Jumlah peserta KB baru dan KB aktif menurut kabupaten/kota di

Provinsi NTB tahun 2015 132

Tabel 37 Bayi berat badan lahir rendah (bblr) menurut jenis kelamin dan

(11)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 x Tabel 38 Cakupan kunjungan neonatal menurut jenis kelamin dan

kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2015 134 Tabel 39 Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif menurut jenis kelamin dan

kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2015 135 Tabel 40 Cakupan pelayanan kesehatan bayi menurut jenis kelamin dan

kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2015 136 Tabel 41 Cakupan desa/kelurahan UCI menurut kabupaten/kota di provinsi

NTB tahun 2015 137

Tabel 42

Cakupan imunisasi hepatitis B < 7 hari dan BCG pada bayi menurut jenis kelamin dan kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2015

138

Tabel 43

Cakupan imunisasi DPT-HB/DPT-HB-Hib, polio, campak dan imunisasi dasar lengkap pada bayi menurut jenis kelamin dan kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2015

139

Tabel 44 Cakupan pemberian vitamin A pada bayi dan anak balita menurut

jenis kelamin dan kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2015 140 Tabel 45 Jumlah anak 0-23 bulan ditimbang menurut jenis kelamin dan

kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2015 141 Tabel 46 Cakupan pelayanan anak balita menurut jenis kelamin dan

kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2015 142 Tabel 47 Jumlah balita ditimbang menurut jenis kelamin dan

kabupaten/kota di Provinsi NTB Tahun 2015 143 Tabel 48

Cakupan kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan menurut jenis kelamin dan kabupaten/kota di Provinsi NTB Tahun 2015

144

Tabel 49

Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD & Setingkat menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTB Tahun 2015

145

Tabel 50

Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Menurut Kabupaten/Kota di

(12)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 xi Tabel 51

Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak SD Dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTB Tahun 2015

147

Tabel 52

Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut menurut jenis kelamin

dan kabupaten/kota di Provinsi NTB Tahun 2014 148 Tabel 53 Cakupan jaminan kesehatan menurut jenis jaminan dan jenis

kelamin di Provinsi NTB Tahun 2015 149 Tabel 54

Jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap dan kunjungan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan di Provinsi NTB Tahun 2015

150 Tabel 55 Angka kematian pasien di rumah sakit Provinsi NTB Tahun 2014 151 Tabel 56 Indikator kinerja pelayanan di rumah sakit Provinsi NTB Tahun

2015 152

Tabel 57 Persentase rumah tangga berprilaku Hidup bersih dan sehat

(ber-PHBS) menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTB Tahun 2014 153 Tabel 58 Persentase rumah sehat menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTB

Tahun 2015 154

Tabel 59

Penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum berkualitas (layak) menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTB Tahun 2015

155

Tabel 60 Persentase kualitas air minum di penyelenggara air minum yang

memenuhi syarat kesehatan di Provinsi NTB tahun 2015 156 Tabel 61

Penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat) menurut jenis jamban dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTB Tahun 2015

157

Tabel 62 Desa yang melaksanakan sanitasi total berbasis masyarakat

Provinsi NTB Tahun 2015 158

Tabel 63 Persentase tempat-tempat umum memenuhi syarat kesehatan

menurut Kabupaten/Kota Provinsi NTB Tahun 2015 159 Tabel 64 Tempat pengelolaan makanan (TPM) menurut status hygiene

(13)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 xii Tabel 65 Tempat pengelolaan makanan dibina dan diuji petik di Provinsi

NTB Tahun 2015 161

Tabel 66 Persentase ketersedian obat dan vaksin di Provinsi NTB Tahun

2015 162

Tabel 67 Jumlah sarana kesehatan menurut kepemilkan di Provinsi NTB

Tahun 2015 163

Tabel 68

Persentase sarana kesehatan (Rumah Sakit) dengan kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (GADAR) level I di Provinsi NTB Tahun 2015

164

Tabel 69 Jumlah posyandu menurut strata dan Kabupaten/Kota Provinsi

NTB Tahun 2015 165

Tabel 70 Jumlah Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)

menurut Kabupaten/Kota Provinsi NTB Tahun 2015 166 Tabel 71 Jumlah desa siaga menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTB

Tahun 2015 167

Tabel 72 Jumlah tenaga medis si fasilitas kesehatan di Provinsi NTB Tahun

2015 168

Tabel 73 Jumlah tenaga keperawatan di fasilitas kesehatan di Provinsi NTB

Tahun 2015 169

Tabel 74 Jumlah tenaga kefarmasian di fasilitas kesehatan di Provinsi NTB

Tahun 2015 170

Tabel 75 Jumlah tenaga kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan

di fasilitas kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 171 Tabel 76 Jumlah tenaga gizi di fasilitas kesehatan di provinsi NTB Tahun

2015 172

Tabel 77 Jumlah tenaga keterapian fisik di fasilitas kesehatan di Provinsi

NTB Tahun 2015 173

Tabel 78 Jumlah tenaga keteknisian medis di fasilitas kesehatan di Provinsi

NTB Tahun 2015 174

Tabel 79 Jumlah tenaga kesehatan lain di fasilitas kesehatan di Provinsi

(14)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 xiii Tabel 80 Jumlah tenaga penunjang/pendukung kesehatan di fasilitas

kesehatan di Provinsi NTB tahun 2015 176 Tabel 81 Anggaran kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi NTB Tahun

(15)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan derajat hidup masyarakat setinggi-tingginya. Dalam agenda prioritas pembangunan nasional, pembangunan kesehatan diarahkan untuk mengimplementasikan Nawa cita yang kelima yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

Untuk mendukung keberhasilan pembangunan tersebut dibutuhkan adanya ketersediaan data dan informasi yang akurat bagi proses pengambilan keputusan dan perencanaan program. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang evidence based diarahkan untuk penyediaan data dan informasi yang akurat, lengkap, dan tepat waktu.

Profil kesehatan merupakan salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan yang penyusunan dan penyajiannya dibuat sesederhana mungkin tetapi informatif tentang situasi dan hasil pembangunan kesehatan selama satu tahun yang memuat data derajat kesehatan, sumber daya kesehatan dan capaian indikator hasil pembangunan kesehatan untuk dipakai sebagai alat tolok ukur kemajuan pembangunan kesehatan sekaligus juga sebagai bahan evaluasi program-program kesehatan selama kurun waktu tahun 2015.

B. SISTEMATIKA PENYAJIAN

Sistematika penyajian Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah sebagai berikut:

BAB I :

PENDAHULUAN

Memuat tentang latar belakang, tujuan dan sistematika penyajiannya.

BAB II : GAMBARAN UMUM

(16)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 2 meliputi letak geografis, kependudukan, ekonomi dan pendidikan

yang erat kaitannya dengan kesehatan. BAB III : SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat.

BAB IV : SITUASI UPAYA KESEHATAN

Menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh kabupaten/kota.

BAB V : SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Menguraikan tentang tenaga kesehatan, sarana kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

BAB VI : PENUTUP

Berisi sajian garis besar hasil-hasil cakupan program/kegiatan berdasarkan indikator-indikator bidang kesehatan untuk dapat ditelaah lebih jauh dan untuk bahan perencanaan pembangunan kesehatan serta pengambilan keputusan di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Lampiran : Berisi 82 tabel data/angka pencapaian kabupaten/kota, sebagian diantaranya merupakan Indikator Pencapaian Kinerja Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota

(17)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 3

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Keadaan Geografis

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah provinsi yang terdiri dari 2 (dua) pulau besar yakni Pulau Lombok dan Sumbawa dengan sekurangnya 332 pulau-pulau kecil dengan garis pantai yang terbentang seluas 2.333 kilometer, terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 yang mengatur tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Bali, NTB dan NTT. Provinsi NTB terletak diantara 115°46’-119°5’ bujur timur dan 8°10’-9°5’ lintang selatan, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Laut Jawa dan Laut Flores - Sebelah Selatan : Samudera Indonesia - Sebelah Barat : Selat Lombok/Provinsi Bali - Sebelah Timur : Selat Sape/Provinsi NTT

Gambar II.1

(18)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 4 Menurut data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG),

temperatur maksimum pada tahun 2015 berkisar 31,7-35,4°C, dan temperatur minimum berkisar antara 20,6°C-24,8°C. Temperatur tertinggi terjadi pada bulan November dan terendah pada bulan Agustus. Rata-rata kelembaban relatif tinggi yakni antara 71-95%, dengan kecepatan angin rata-rata berkisar 2-6 Knots dan kecepatan angin maksimum mencapai 13 Knots.

Secara administratif Provinsi NTB terdiri dari 10 kabupaten/kota yakni Kota Mataram, Kab.Lombok Barat, Kab.Lombok Utara, Kab.Lombok Tengah, Kab.Lombok Timur, Kab.Lombok Utara, Kab.Sumbawa Barat, Kab.Sumbawa Besar, Kab.Dompu, Kota Bima dan Kab.Bima dengan 116 kecamatan serta 1.135 desa/keluruhan. Luas wilayah Provinsi NTB adalah 49.312,9 km² terdiri dari Daratan 20.168,7 km² dan Lautan 29.144,2 km² dengan pembagian Pulau Lombok seluas 4.738,65 km² (23,51%) atau 1/3 luas Provinsi NTB dan Pulau Sumbawa dengan luas 15.414,50 km² (76,49%) atau 2/3 dari luas daratan Provinsi NTB.

Tabel II.1

Jumlah Kecamatan dan Desa/Kelurahan menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015 No Kabupaten/Kota Luas Wilayah

(km2)*) Kecamatan *) Desa/Kelurahan**) 1 Lombok Barat 1,053.9 10 122 2 Lombok Tengah 1,208.4 12 139 3 Lombok Timur 1,605.6 20 254 4 Sumbawa 6,644.0 24 165 5 Dompu 2,324.6 8 79 6 Bima 4,389.4 18 191 7 Sumbawa Barat 1,849.0 8 64 8 Lombok Utara 810.3 5 33 9 Kota Mataram 61.3 6 50 10 Kota Bima 222.3 5 38 Jumlah 20,168.7 116 1.135 Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

(19)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 5 B. Kependudukan

Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di suatu wilayah geografis selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap. Penduduk merupakan subyek dan sekaligus obyek dari pembangunan kesehatan. Berdasarkan data proyeksi penduduk tahun 2010-2020, jumlah penduduk tahun 2014 mencapai 4.773.795 jiwa. Kemudian tahun 2015 sesuai hasil proyeksi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota (berdasarkan jumlah penduduk tahun sebelumnya) dan BPS kabupaten/kota, jumlah penduduk NTB diperkirakan mencapai 4.813.948 jiwa. Penduduk Provinsi NTB di setiap kabupaten/kota tercantum pada tabel II.2 berikut.

Tabel II.2

Penduduk Provinsi NTB menurut Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk per Kabupaten/Kota Tahun 2015

NO Kabupaten/kota Jumlah Penduduk Penduduk Rasio Jenis Kelamin Kepadatan Penduduk per km2 Laki-laki Perempuan 1 Lombok Barat 654.892 320.103 334.789 95,61 621,39 2 Lombok Tengah 900.120 424.977 475.143 89,44 744,80 3 Lombok Timur 1.164.018 542.012 622.006 87,14 725,00 4 Sumbawa 446.160 227.684 218.476 104,21 67,15 5 Dompu 230.811 116.503 114.308 101,92 99,29 6 Bima 468.682 233.288 235.394 99,11 106,78 7 Sumbawa Barat 124.009 62.580 61.429 101,87 67,07 8 Lombok Utara 218.630 105.140 113.490 92,64 269,80 9 Kota Mataram 450.226 222.596 227.490 97,79 7344,63 10 Kota Bima 156.400 76.701 79.699 96,24 703,71 JUMLAH PROVINSI 4.813.948 2.331.584 2.482.364 93,93 238,68 Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015

Pada tabel II.2 terlihat bahwa penduduk Provinsi NTB lebih banyak berdomisili di Pulau Lombok dibandingkan dengan Pulau Sumbawa. Penduduk terbanyak ada di Kabupaten Lombok Timur yaitu 1.164.018 jiwa dan yang terendah ada di Kabupaten Sumbawa Barat dengan 124.009 jiwa.

Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki lebih rendah dibandingkan perempuan yang ditunjukkan dengan sex ratio yang nilainya lebih kecil dari 100, artinya setiap 100 penduduk perempuan berbanding 93 penduduk laki-laki.

(20)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 6 300,000 200,000 100,000 00 100,000 200,000 300,000 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75+ PEREMPUAN LAKI-LAKI

Akan tetapi berdasarkan kabupaten, ada 3 (tiga) kabupaten yakni Kabupaten Sumbawa, Dompu dan Sumbawa Barat mempunyai rasio jenis kelamin di atas 100, sedangkan kabupaten dengan sex ratio terendah adalah Kabupaten Lombok Timur yakni 87, artinya setiap 100 perempuan di Lombok Timur berbanding 87 dengan laki-laki di wilayah tersebut.

Luas wilayah daratan NTB sekitar 20.168,7 m2, dengan kepadatan penduduk sebesar 238,68 jiwa. Kota Mataram merupakan kota terpadat di NTB dengan kepadatan sebesar 7.344,68 orang per km2, diikuti oleh Lombok Tengah dengan kepadatan 744,80 orang per km2 dan terendah Sumbawa Barat dengan 67,07 orang per km2. Padatnya penduduk Kota Mataram disebabkan karena sebagai ibukota Provinsi NTB memiliki banyak daya tarik seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lainnya, sehingga banyak menarik pendatang untuk menetap.

Struktur penduduk NTB didominasi oleh penduduk usia muda, artinya 40% atau lebih penduduk NTB berusia dibawah 15 tahun. Piramida penduduk NTB berbentuk limas, semakin ke atas tampak semakin mengecil. Piramida penduduk NTB tahun 2015 terlihat pada gambar II.2 berikut.

Gambar II.2

Piramida Penduduk NTB Tahun 2015

(21)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 7 Gambar II.2 menunjukkan bahwa penduduk di NTB baik laki-laki maupun

perempuan terbanyak pada kelompok usia muda (0 – 14 tahun). Kelompok usia muda adalah investasi sekaligus menjadi beban bagi negara, mereka akan menjadi generasi emas apabila sejak dini menjadi perhatian negara dan mendapat jaminan terhadap akses atau fasilitas berkualitas. Sebaliknya kelompok usia muda akan menjadi beban negara apabila tidak ditangani dengan baik termasuk beban besar dalam investasi sosial terutama pengembangan sumber daya manusia dan pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar bagi anak-anak di bawah 15 tahun. Program “Generasi Emas NTB” termasuk didalamnya “ASHAR” merupakan salah satu upaya investasi SDM sejak dini yang dilakukan Pemerintah Provinsi NTB. Diharapkan dengan program tersebut, akan lahir generasi emas di NTB.

Penduduk NTB kedua terbanyak adalah kelompok umur 25-39 tahun, merupakan usia produktif. Herbert N Casson dalam How to Live 80 year’s Old menyatakan bahwa kerugian besar bagi suatu negara apabila ada warganya yang cakap dan baik meninggal sebelum umur 50 tahun karena negara belum mengecap manfaat dari jasa-jasanya. Maksudnya, di usia muda produktif agar berlomba-lomba mengukir prestasi dan melakukan sesuatu yang bermakna sehingga tidak menjadi beban bagi masyarakat ataupun negara.

Rasio beban ketergantungan (dependency ratio) merupakan ratio yang sangat penting, karena nilai ratio ketergantungan dapat menggambarkan beban tanggungan ekonomi kelompok usia produktif (15-64 tahun) terhadap kelompok tidak produktif baik usia muda ( 0-14 tahun) dan usia 65 tahun keatas. Dilihat dari piramida penduduk, Provinsi NTB memiliki usia tidak produktif yang lebih dominan dibandingkan yang berusia produktif, konsekuensinya adalah pendapatan dari penduduk usia produktif terserap pada pemenuhan kebutuhan dasar seperti pendidikan dan kesehatan anak dan lansia. Data tahun 2013, menunjukkan rasio beban ketergantungan sebanyak 55,4 dan pada tahun 2014 sebanyak 55,11. Dalam artian untuk setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) menanggung 55 orang penduduk bukan usia produktif (0-14 tahun dan 65+).

(22)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 8 C. Ekonomi

Indikator untuk menilai kinerja pembangunan ekonomi suatu wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada kurun waktu tertentu.

PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan harga berlaku pada tahun 2015 sebesar 102.791.555,14 juta rupiah, meningkat dibandingkan tahun 2014 dengan 81.671.423,40 juta rupiah atau meningkat sebesar 21,24%. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh adanya perubahan harga dan volume. Sektor primer yakni pertanian, kehutanan, dan perikanan serta sektor pertambangan dan penggalian masih mendominasi perekonomian Provinsi NTB. Kontribusi sektor pertanian mencapai 20,95% sedangkan pertambangan mencapai 20,58%. Peran sektor sekunder seperti industri pengolahan masih kecil yakni sekitar 3,93%.

Struktur perekonomian suatu daerah mencerminkan kekuatan dan sekaligus ketergantungan daerah bersangkutan terhadap sektor tertentu. Berdasarkan penghitungan PDRB tahun berlaku terlihat bahwa pertambangan tidak lagi menjadi kontributor terbesar di Provinsi NTB, akan tetapi sektor pertanian mampu menjadi kekuatan perekonomian di Provinsi NTB.

Pertumbuhan ekonomi tahun 2015 mencapai 5,62% tanpa tambang dan 21,24% apabila termasuk tambang, meningkat dibandingkan tahun 2014 dengan 5,06%. Pertumbuhan ekonomi di Provinsi NTB tahun 2015 mengalami peningkatan yang sangat signifikant dipengaruhi oleh pertumbungan produksi sub sektor pertanian dan pertambangan terutama konsentrat tembaga/emas/perak.

(Sumber : Statistik Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat 2015) D. Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu indikator penting dalam mengukur Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indikator pendidikan dapat dilihat dari kemampuan baca tulis (melek huruf) dan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk.

(23)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 9 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 NTB 80.13 80.18 81.05 83.24 83.68 87.19 88.64 88.66 Nasional 92.19 92.58 92.91 92.99 93.25 93.92 95.12 95.12 75 80 85 90 95 100 pe rs e n (% ))

Semakin tinggi tingkat melek huruf penduduk, maka semakin berhasil pembangunan pendidikan di suatu wilayah. Angka melek huruf pada kelompok umur 10 tahun keatas di Provinsi NTB tahun 2015 mencapai 88,66%. Jika dirinci menurut komposisi jenis kelamin, kemampuan baca tulis penduduk laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Kemampuan baca tulis laki-laki sekitar 92,10%, sedangkan perempuan adalah 85,80%. Dengan kata lain, perempuan yang buta huruf lebih banyak dibandingkan laki-laki.

Gambar II.3

Angka Melek Huruf di Provinsi NTB dan Nasional Tahun 2008-2015

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi Nusa Tenggara Barat, BPS 2008-2015 Gambar II.3 memperlihatkan bahwa angka melek huruf dari tahun ke tahun terus meningkat. Angka Melek Huruf di Provinsi NTB lebih rendah daripada rata-rata nasional artinya penduduk yang buta huruf di Provinsi NTB masih lebih tinggi daripada rata-rata nasional.

Indikator pendidikan yang lain adalah tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk. Indikator ini dapat menjadi salah satu indikator dari tingkat kemampuan sumber daya manusia. Berikut disajikan tabel persentase menurut pendidikan terakhir yang ditamatkan di Provinsi NTB tahun 2008 - 2015.

(24)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 10

Tidak memiliki Ijazah SD/MI SMP/ MTs SMA/ MA/SMK AKADEMI/ DIPLOMA PERGURUAN TINGGI

2008 40.9 25.16 14.73 14.8 1.7 2.71 2009 39.17 25.76 15.6 15.27 1.47 2.73 2010 42.01 24.31 14.49 14.95 1.23 3.04 2011 36.1 26.28 16.74 16.14 1.41 3.33 2012 34.6 26.27 16.2 17.1 1.5 4.34 2013 34.72 26.42 16.33 17.39 1.37 3.77 2014 25.65 28.12 18.18 21.24 1.57 5.24 2015 24.29 27.98 48.07 19.81 1.68 5.99 0 10 20 30 40 50 60 pe rs en ta se (% ) Gambar II.4

Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun keatas menurut Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan di Provinsi NTB Tahun 2008 – 2015

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi Nusa Tenggara Barat, BPS 2008-2015 Gambar II. 4 memperlihatkan bahwa pada tahun 2015 terjadi peningkatan yang sangat signifikan pada penduduk dengan tingkat pendidikan SMP/MTs dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Apabila dibandingkan dengan tahun 2014, maka peningkatannya mencapai 164,4%. Pencapaian positif juga terlihat pada penduduk yang tidak memiliki ijazah yang jumlahnya mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk tingkat pendidikan tinggi yakni SMA, diploma dan perguruan tinggi terjadi peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa program pengentasan buta aksara dapat diterima dan tingkat kesadaran masyarakat terhadap pendidikan lebih baik. Beberapa riset menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berkorelasi positif terhadap kemampuan masyarakat menyerap dan menerima informasi kesehatan, yang selanjutnya akan memacu awareness (kesadaran) masyarakat terhadap kesehatannya.

E. Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial dalam hal ini dilihat dari persentase penduduk miskin dan pengeluaran per kapita penduduk untuk makanan dan non makanan. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai

(25)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 11 27.17 24.99 23.81 22.78 21.55 19.73 18.63 17.97 17.24 17.1 0 5 10 15 20 25 30 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.

Jumlah Penduduk miskin di Provinsi NTB dalam kurun waktu 2006 s.d. 2015 terus mengalami penurunan. Pada tahun 2006, jumlah penduduk miskin mencapai satu juta orang lebih atau 27,17% dari jumlah penduduk di tahun 2006. Angka kemiskinan menurun cukup drastis menjadi 24,99% pada tahun 2007 dan menurun lagi menjadi 23,81% dan 22,78% untuk keadaan tahun 2008 dan 2009. Pada keadaan 2010, tingkat kemiskinan mengalami sedikit penurunan dibandingkan keadaan tahun sebelumnya yaitu dari 22,78% menjadi sebanyak 21,55%. Keadaan tahun 2011, persentase penduduk miskin berkurang hampir 2 (dua) persen dibandingkan tahun sebelumnya dan berkurang lagi menjadi 18,63% dan 17,97% keadaan tahun 2012 dan 2013 serta 17,24 % di tahun 2014. Untuk tahun 2015, jumlah penduduk miskin di Provinsi NTB mencapai 823.890 jiwa atau 17,10%, menurun 0.81% dibandingkan tahun 2014.

Gambar II.5

Persentase Penduduk Miskin di Provinsi NTB Tahun 2006-2015

Sumber: BPS Provinsi NTB Tahun 2015

Pada gambar II.5 terlihat bahwa setiap tahun terjadi penurunan persentase penduduk miskin. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah memiliki komitmen yang kuat untuk mengentaskan kemiskinan, komitmen tersebut diwujudkan dengan meluncurkan program-program unggulan seperti PIJAR (sapi, jagung, rumput laut) dan paket kredit lunak serta program pembangunan ekonomi lainnya. Program pembangunan ekonomi tersebut memberi dampak positif terhadap peningkatan

(26)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 12 355 284 355 313 0 50 100 150 200 250 300 350 400

Makanan Non Makanan

2014 2015

pendapatan masyarakat menengah bawah dan ini memberikan dorongan untuk dapat keluar dari kemiskinan.

Indikator kesejahteraan dari aspek ekonomi dapat dilihat dari pengeluaran konsumsi. Pengeluaran rumah tangga merupakan fungsi dari pendapatan, artinya semakin tinggi pendapatan, pengeluaran rumah tangga cenderung semakin meningkat. Pada tahun 2015, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk NTB adalah 355.033 rupiah untuk makanan dan 313.464 rupiah untuk pengeluaranan bukan makanan. Secara keseluruhan, pengeluaran penduduk NTB per bulan per kapita adalah 668.498 rupiah, meningkat dari tahun 2014 dengan 639.137 rupiah. Peningkatan ini mengindikasikan bahwa rata-rata pendapatan penduduk NTB mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Apabila dilihat rata-rata pengeluaran per kapita sebulan menurut kelompok barang, nilai pengeluaran per kapita untuk makanan lebih besar daripada pengeluaran per kapita non makanan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan makanan masih mendominasi pengeluaran rumah tangga. Akan tetapi nilai pengeluaran makanan pada tahun 2015 tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan, berbeda dengan pengeluaran non makanan yang menunjukkan peningkatan cukup signifikan dibanding tahun 2014 sebagaimana ditunjukkan dalam gambar berikut :

Gambar II.6

Nilai Pengeluaran Per Kapita Makanan dan Non Makanan di Nusa Tenggara Barat Tahun 2014 dan 2015 (dalam ribuan rupiah)

(27)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 13

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor utama yakni lingkungan, perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat antara lain dari angka kematian, angka kesakitan dan status gizi. Pada bagian ini, derajat kesehatan di Provinsi Nusa Tenggara Barat digambarkan melalui Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka kematian Ibu (AKI), angka morbiditas beberapa penyakit dan status gizi.

A. Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan program pemberantasan kemiskinan. Kemiskinan akan menurunkan daya beli masyarakat, sebaliknya pada masyarakat yang berada diatas garis kemisikinan, daya belinya cenderung lebih tinggi sehingga akan meningkatkan kemampuan masyarakat memenuhi kebutuhan gizi; mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.

Data Angka Harapan Hidup setiap tahun dirilis BPS yang diperoleh melalui survei. Angka Harapan Hidup sangat dipengaruhi oleh kasus atau angka kematian bayi. Apabila melihat trend angka kematian bayi yang cenderung menurun, maka diperkirakan AHH NTB akan mengalami peningkatan. Bayi-bayi yang dilahirkan menjelang tahun 2006 diperkirakan mempunyai usia harapan hidup 60,90 tahun, dan bayi yang dilahirkan tahun 2012 usia harapan hidupnya mencapai 62,73 tahun.

Tahun 2013 Usia Harapan Hidup NTB sebesar 64.7 tahun (dengan metode perhitungan baru BPS) mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 64,9 tahun

(28)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 14 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 NTB 60.9 61.2 61.5 61.8 62.11 62.41 62.73 64.7 64.9 65.38 Nasional 68.47 68.7 69 69.21 69.43 69.65 69.87 70.07 70.59 73.59 0 10 20 30 40 50 60 70 80 A ng ka H ar apa n H idu p

atau meningkat sebesar 0,2 tahun dan kembali meningkat pada tahun 2015 menjadi 65,38 tahun atau meningkat sebesar 0,48 tahun. Peningkatan Angka Harapan Hidup tersebut sebagaimana terlihat pada gambar berikut.

Gambar III.1

Angka Harapan Hidup (AHH) di Provinsi NTB dan Nasional Tahun 2006-2015

Sumber: BPS Provinsi NTB Tahun 2015

Gambar III.1 terlihat bahwa setiap tahun AHH di Provinsi NTB mengalami peningkatan, akan tetapi masih dibawah AHH nasional. Angka kematian bayi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi AHH Provinsi NTB. Peningkatan AHH menunjukkan adanya peningkatan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat Provinsi NTB.

B. Angka Kematian

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dan indikator penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan serta program pembangunan kesehatan lainnya dapat dilihat dari kejadian kematian masyarakat dari waktu ke waktu. Angka kematian di komunitas pada umumnya diperoleh melalui data survei sedangkan data kematian yang ada di fasilitas kesehatan hanya memperlihatkan jumlah kasus. Tinggi rendahnya angka kematian, secara umum dipengaruhi erat dengan tingkat kasus kematian bayi, balita dan ibu maternal (hamil, melahirkan, nifas). Angka kematian

(29)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 15 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 NTB 97 95 92 121 113 130 100 117 111 95 80 90 100 110 120 130 140 ka su s ke m at ia n i b u

yang akan disajikan berikut ini adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

B.1 Angka Kematian Ibu (AKI)

Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah persalinan atau berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan/cedera. Berdasarkan SDKI 2012 angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi 359 per 100.000 kelahiran hidup, target MDGs global 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Berdasarkan laporan dari kabupaten/kota, jumlah kasus kematian ibu di Provinsi NTB selama tahun 2015 adalah 95 kasus, menurun dibandingkan tahun 2014 dengan 111 kasus. Trend jumlah kematian ibu tahun 2006-2015 terlihat pada tabel gambar berikut.

Gambar III.2

Jumlah Kematian Ibu di Provinsi NTB Tahun 2006-2015

Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2006-2015

Gambar III.2 menunjukkan bahwa AKI di Provinsi NTB cenderung fluktuatif, namun apabila dicermati lebih lanjut, dalam 3 (tiga) tahun terakhir AKI menunjukkan progres positif atau cenderung menurun. Untuk tahun 2015, kematian ibu terbanyak tetap berada di Kabupaten Lombok Timur dengan 28 kasus dan belum ada kabupaten

(30)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 16 yang ditetapkan sebagai Kabupaten AKINO (Angka Kematian Ibu Nol). Jumlah

kematian ibu di kabupaten/kota secara rinci dapat dilihat pada lampiran.

Kejadian kematian ibu terbanyak pada tahun 2015 sama dengan tahun 2014 yakni terjadi pada saat nifas sebesar 42,11%, sedangkan kejadian kematian ibu bersalin sekitar 35,78%, dan kematian ibu pada saat hamil sekitar 22,11%. Berdasarkan kelompok umur, kematian ibu banyak terjadi pada usia 20-34 tahun sebanyak 66,52%, usia ≥35 tahun sebanyak 27,37% dan usia <20 tahun sebanyak 6,31%.

Informasi mengenai tingginya AKI bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer). Salah satu upayanya adalah melalui pembuatan pedoman Rencana Aksi Nasional (RAN) program percepatan penurunan AKI, yang memuat program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistem rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, bahkan penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran.

B.2 Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi). Angka Kematian Balita kerap dipakai untuk mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk karena indikator ini merupakan refleksi sosial ekonomi yang terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak, status gizi dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya. Laporan rutin (pencatatan) petugas kesehatan di Provinsi NTB mencatat bahwa kasus kematian balita pada tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014. Kasus kematian balita pada tahun 2014 adalah 1.134 kasus, terdiri dari 1.070 kasus kematian bayi dan 64 kasus kematian anak balita dari 104.358 kelahiran hidup, sedangkan kasus kematian balita tahun 2015 adalah 1.152 kasus, terdiri dari 1.086 kasus kematian bayi dan 66 kematian balita dari 104.597 kelahiran hidup.

(31)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 17 35 34 32 23 74 72 57 0 10 20 30 40 50 60 70 80 2003 2007 2012 2013 2015 p e r 1000 ke lah ir an h id u p Indonesia NTB Target MDGs

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan tolok ukur yang sensitif dari semua upaya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang kesehatan. AKB dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat karena bayi adalah kelompok usia yang paling rentan terkena dampak dari perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi.

AKB adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun (dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup).

AKB Provinsi NTB telah mengalami penurunan dalam kurun waktu 2003-2012, namun masih diatas angka nasional. Menurut data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) di Provinsi NTB pada tahun 2007 sebesar 72/1000 kelahiran hidup mengalami penurunan menjadi 57/1000 kelahiran hidup sesuai data SDKI 2012. Perbandingan data AKB Provinsi NTB dengan data AKB Indonesia tahun 2003 – 2012 terlihat pada gambar berikut.

Gambar III.3

AKB di Provinsi NTB dan Indonesia Tahun 2003-2012

Sumber : BPS Provinsi NTB Tahun 2012

Gambar III.3 memperlihatkan bahwa AKB Provinsi NTB masih di atas angka nasional, sehingga dibutuhkan terobosan-terobosan atau program-program yang

(32)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 18

Mtr Lobar KLU Loteng Lotim Sbw KSB Dompu Bima Kt.Bima NTB

2011 39 143 56 154 575 121 61 29 115 25 1318 2012 48 139 85 237 620 86 37 58 94 28 1432 2013 44 90 52 255 591 83 27 29 97 29 1297 2014 39 60 41 199 482 73 21 33 100 22 1070 2015 34 42 82 199 482 75 28 34 93 17 1086 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 K as us K e m at ia n B ay i

mempunyai daya ungkit kuat untuk menurunkan AKB. AKB berpengaruh signifikan terhadap Usia Harapan Hidup (UHH), penurunan AKB akan meningkatkan UHH.

Berdasarkan laporan, tahun 2015 jumlah kasus kematian bayi adalah 1.086 kasus dari 104.597 kelahiran hidup, meningkat dibandingkan tahun 2014 dengan 1.070 kematian bayi dari 104.358 kelahiran hidup. Kasus kematian bayi yang dilaporkan di setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2011-2015 terlihat pada gambar berikut.

Gambar III.4

Kasus Kematian Bayi di Provinsi NTB Tahun 2011-2015

Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2015

Gambar III.4 menunjukkan bahwa kematian bayi terbanyak terjadi di Lombok Timur. Jumlah penduduk dan luas wilayah terbesar di Provinsi NTB menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya angka kematian bayi di Kabupaten Lombok Timur. Mendekatkan dan memudahkan akses ke fasilitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang tersebar di wilayah yang tidak memiliki fasilitas kesehatan, meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan melalui pelatihan kontinu terutama tetang kesehatan reproduksi serta sosialisasi yang lebih intens adalah beberapa upaya yang diharapkan dapat menekan kasus kematian pada bayi.

(33)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 19 46,789 53,159 70,765 72,874 79,005 81,693 122,234 122,737 145,534 267,264 Asma Penyakit Kulit Allergi Penyakit lain pada saluran pernafasan bagian atas common cold Diare (termasuk tersangka Kolera) Penyakit Kulit Infeksi Gastritis Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat …

Penyakit Tekanan Darah Tinggi Infeksi Akut lain pada saluran pernafasan bagian …

12,825 22,676 24,830 45,270 58,623 59,949 62,536 74,829 77,541 224,542 Asma Kecelakaan dan Ruda Paksa Penyakit Tulang Belulang, Radang sendi termasuk …

Penyakit Darah Tinggi Primer Penyakit Kulit Allergi Diare ( Termasuk Tersangka Kolera ) Gastritis Penyakit Kulit Infeksi Penyakit Pada Sistem Otot dan Jaringan Pengikat Infeksi Saluran Pernafasan Akut

C. Angka Kesakitan (Morbiditas)

Morbiditas adalah keadaan sakit atau terjadinya penyakit atau kondisi yang mengubah kesehatan dan kualitas hidup. Morbiditas merupakan derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi yang mengacu pada angka kesakitan, yaitu jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang sehat atau kelompok yang beresiko.

Angka kesakitan pada penduduk berasal dari community based data yang diperoleh melalui pengamatan terutama yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan melalui pencatatan dan pelaporan rutin dan insidentil. Kasus penyakit yang paling banyak diderita masyarakat di Provinsi NTB berdasarkan Laporan Bulanan (LB1) Kesakitan di Puskesmas dan jaringannya terlihat pada gambar berikut.

Gambar III.5 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas di

Provinsi NTB Tahun 2014

10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas di Provinsi NTB Tahun 2015

Sumber: Laporan Kesakitan Kabupaten/Kota Tahun 2014-2015

Gambar III.5 memperlihatkan bahwa 10 penyakit terbanyak pada tahun 2015 sebagian besar sama dengan tahun 2014, dengan kunjungan terbanyak adalah infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas. Kondisi ini erat kaitannya dengan

(34)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 20 kesehatan lingkungan masyarakat. Hal yang patut diwaspadai dari data kunjungan

tahun 2015 adalah peningkatan yang cukup signifkan pada penyakit tekanan darah tinggi. Perubahan life style kearah negatif seperti kurang aktifitas fisik, lebih sering mengkonsumsi fast food, junk food dan factor stress adalah beberapa factor yang memicu tingginya angka kejadian hipertensi.

Provinsi NTB juga dihadapkan juga pada masalah beban ganda. Di satu sisi kasus penyakit infeksi masih tinggi, namun disisi lain penyakit degeneratif juga meningkat. Selain itu perilaku masyarakat yang tidak sehat masih menjadi faktor utama disamping lingkungan dan pelayanan kesehatan.

Berikut ini akan uraikan kondisi program pemberantasan dan pengendalian penyakit di Provinsi NTB tahun 2015.

C.1. Penyakit Menular Langsung C.1.1 Tuberkulosis (TB)

Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia. TB adalah penyakit menular yang menyebabkan masalah kesehatan terbesar di dunia setelah HIV/AIDS dan hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TB. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman mycobacterium tuberculosis ini pun cukup tinggi. Gejala utamanya adalah batuk selama 2 minggu atau lebih, batuk disertai dengan gejala tambahan yaitu dahak, dahak bercampur darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam lebih dari 1 bulan.

Tujuan penemuan dan penanggulangan penyakit TB adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Di Provinsi NTB, pada tahun 2014 dilaporkan bahwa jumlah seluruh pasien TB (semua tipe) mencapai 6.165 orang, dan sebanyak 4.247 orang diantaranya merupakan kasus baru BTA+. Sedangkan untuk tahun tahun 2015, jumlah seluruh pasien TB adalah 5.931 orang,

(35)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 21 dengan 4.151 orang merupakan kasus TB baru BTA+. Apabila dibandingkan dengan

tahun 2014, maka kasus TB pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 3,8%. Distribusi jumlah penderita di setiap kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 7.

Data suspek TB tahun 2015 juga mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014. Kalau pada tahun 2014 suspek TB yang diperiksa sebanyak 49.080 orang, maka tahun 2015 sebanyak 39.386 orang atau menurun 19,75%. Hal yang patut dicermati dari penurunan suspek TB yang diperiksa tahun 2015 adalah terjadinya peningkatan pasien TB BTA positif dibandingkan tahun 2014, yakni dari 4.195 orang menjadi 4.209 orang. Dengan kata lain bahwa proporsi pasien TB BTA positif diantara suspek dari 8,55% menjadi 10,69%.

Salah satu indikator kinerja pengendalian penyakit TB adalah Angka Notifikasi Kasus atau Case Notification Rate (CNR), yakni angka yang menunjukan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial akan menggambarkan kecenderungan (trend) penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Case Notification Rate (CNR) pada tahun 2014 adalah 130,17, mengalami penurunan tahun 2015 menjadi 123,20. Pencapaian ini menggambarkan hasil yang kurang baik dimana seharusnya capaian CNR meningkat 5% tiap tahun. Hal ini disebabkan menurunnya penemuan kasus baru di layanan kesehatan terutama puskesmas sebagai layanan primer. Kedepannya diharapkan tidak hanya puskesmas tetapi juga layanan primer lain seperti klinik swasta, dokter praktek swasta, dan Rumah Sakit dapat menjaring kasus baru TB lebih banyak lagi.

Untuk pasien TB anak (0-14 tahun), jumlah kasus yang ditemukan juga mengalami penurunan, dari 255 orang tahun 2014 menjadi 237 orang tahun 2015. Proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien TB adalah 4% dan angka ini menurun di bandingkan proporsi tahun 2014 yaitu 4,14%.

Angka kematian selama pengobatan yang ditimbulkan akibat TB paru pada tahun 2015 mengalami sedikit peningkatan dibandingkan tahun 2014, yakni dari 2,9 per 100.000 penduduk tahun 2014 menjadi 3 per 100.000 penduduk tahun 2015. Sedangkan untuk angka kesembuhan (Cure Rate) pada tahun 2015 mencapai 84,22%, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014 dengan 78,42%. Angka ini dibawah

(36)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 22 3,191 3,446 3,884 4,264 4,125 2,333 2,880 3,207 3,344 3,474 659 498 428 451 306 93.76 98.03 93.59 89 91.64 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 -500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 2011 2012 2013 2014 2015

diobati kesembuhan pengobatan lengkap SR

angka minimal yang harus dicapai yaitu 85%. Oleh karena itu untuk program penanggulangan TB sangat perlu untuk memperhatikan jumlah pasien dengan hasil pengobatan lengkap, meninggal, gagal, default dan pindah.

Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate/SR) menunjukkan bahwa pada tahun 2015 terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2014, yakni dari 89% tahun 2014 menjadi 91,64% tahun 2015. Data keberhasilan pengobatan di setiap kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 9. Trend keberhasilan pengobatan (SR) di Provinsi NTB tahun 2010-2014 terlihat pada gambar berikut.

Gambar III.6

Tren Keberhasilan Pengobatan (Succes Rate) TB Paru, Kesembuhan dan Pengobatan Lengkap TB Paru di Provinsi NTB Tahun 2011-2015

Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2015

Gambar III.6 memperlihatkan bahwa SR pengobatan TB Paru cenderung fluktuatif. Mengingat TB adalah kasus yang membutuhkan penanganan yang lama dan bersifat menular, maka dibutuhkan komitmen yang kuat dari semua pihak dalam penanggulangannya. Penjangkauan suspek yang lebih intens dan luas, sosialisasi yang lebih gencar kepada masyarakat, pelatihan yang kontinu bagi petugas kesehatan serta dukungan dalam penganggaran adalah upaya yang bisa dilakukan untuk menurunkan angka kejadian TB.

(37)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 23

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Perkiraan penderita Pneumonia

Balita 40,506 41,240 49,878 50,442 52,397 53,989 54,220 33,291 Penderita ditemukan dan

ditangani 40,047 41,240 31,278 26,005 27,836 28,138 26,631 25,502 0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000 50,000 55,000 ba lit a C.1.2 Pneumonia Balita

Pneumonia merupakan salah satu penyakit gangguan sistem pernafasan (paru-paru), yang biasanya diderita oleh anak-anak atau lanjut usia yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas >50 kali/menit), sesak, dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang). Penyakit ini tergolong penyakit ringan apabila segera ditangani dengan tepat dan cepat, tetapi bisa menjadi penyakit berbahaya dan mematikan apabila tidak ditangani dengan baik. Pada bayi atau balita umumnya terjadi pada balita dengan gizi kurang dan kondisi lingkungan yang tidak sehat. Upaya pemberantasan penyakit Pneumonia difokuskan pada upaya penemuan dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat pada penderita.

Perkiraan penderita Pneumonia balita pada tahun 2015 adalah 33.291 balita. Penderita ditemukan dan ditangani sebanyak 25.502 kasus (76,6%). Hasil lengkap per kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel 10. Berikut ditampilkan perkiraan kasus Pneumonia balita dan penderita yang ditemukan dan ditangani di Provinsi NTB tahun 2008-2015.

Gambar III.7

Perkiraan Kasus dan Trend Penemuan dan Penanganan Pneumonia di Provinsi NTB Tahun 2008-2015

(38)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 24 Gambar III.8 menunjukkan bahwa trend penderita (balita) pneumonia

ditemukan dan ditangani tahun 2008-2015 menurun. Pencapaian positif adalah hasil kerjasama dan kerja keras baik lintas sector maupun lintas program serta kesadaran masyarakat akan sanitasi yang semakin baik. Kegiatan lomba desa/lingkungan sehat dan program pembangunan rumah sehat adalah salah satu upaya yang mendukung pencapaian tersebut.

C.1.3 HIV-AIDS dan Infeksi Menular Seksual

Kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es, jumlah kasus yang ditemukan sangat sedikit dibandingkan dengan kenyataannya. HIV/AIDS patut mendapat perhatian serius dari semua pihak mengingat ekses yang dapat ditimbulkan bagi masyarakat luas. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, maka Provinsi NTB berpotensi sebagai tempat terjadinya penularan HIV-AIDS. Demikian juga sebagai salah satu daerah pengirim tenaga kerja ke luar negeri, kemungkinan terjadinya penularan HIV-AIDS cukup besar. Kasus HIV-AIDS ditemukan di seluruh kabupaten/ kota se-Provinsi NTB. Jumlah kasus baru di setiap kabupaten/kota terlihat pada lampiran tabel 11.

Berdasarkan laporan VCT rumah sakit/puskesmas dan laporan rutin AIDS kabupaten/kota tahun 2015, jumlah kasus HIV/AIDS yang ditemukan mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014. Jumlah kasus yang ditemukan tahun 2014 adalah 56 kasus HIV dan 80 kasus AIDS, sedangkan tahun 2015 adalah 67 kasus HIV, dan 99 kasus AIDS. Jumlah kematian karena AIDS di Provinsi NTB tahun 2014 sebanyak 66 kasus, mengalami penurunan menjadi 14 kasus tahun 2015. Penemuan kasus yang meningkat dan penurunan angka kematian AIDS yang cukup signifikan antara lain dipengaruhi oleh penambahan jumlah VCT di kabupaten/kota, penjangkauan ke polulasi kunci lebih banyak, dukungan pendanaan untuk kegiatan mobile VCT yang cukup baik dan kerjasama serta kerja keras semua pihak untuk menanggulangi HIV/AIDS. Perkembangan penemuan kasus baru HIV-AIDS terlihat pada gambar berikut.

(39)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 25

2011 2012 2013 2014 2015

Kasus Baru HIV 81 63 8 56 67

Kasus Baru AIDS 67 117 7 80 99

Kematian AIDS 60 43 4 66 14 0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 or ang Gambar III.8

Penemuan Kasus Baru HIV-AIDS dan Kematian AIDS di Provinsi NTB Tahun 2011-2015

Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2015

Gambar III.8 memperlihatkan bahwa dalam 5 (lima) tahun terakhir, temuan kasus baru HIV positif ataupun AIDS cenderung fluktuatif. Kondisi ini perlu mendapat perhatian semua pihak mengingat dampaknya di masyarakat terutama bagi generasi muda. Konsistensi dan komitmen dari decision maker, petugas kesehatan, lembaga swadaya, masyarakat umum dan keluarga sangat dibutuhkan dalam upaya penangulangguan dan penanganan HIV/AIDS, tidak hanya dukungan dalam bentuk kebijakan, pendanaan, tetapi juga dukungan moril.

Kegiatan pengendalian HIV-AIDS dilakukan juga melalui pengamatan terhadap hasil skrining/penapisan darah saat donor darah. Pada tahun 2014 dari 10.198 pendonor yang sampel darahnya diperiksa dan ditemukan 1 sampel darah yang positif HIV. Untuk tahun 2015, jumlah sampel darah yang diskrining adalah 41.569 sampel, dan ditemukan 55 positif HIV.

Provinsi NTB adalah salah satu destinasi wisata yang banyak diminati oleh turis domestik maupun mancanegara. Sebagai daerah tujuan wisata, bukan hanya efek positif yang akan timbul, tetapi juga dampak negatifnya. Salah satu dampak negatif yang mungkin terjadi adalah penyebaran penyakit infeksi menular seksual (IMS) lainnya, antara lain penyakit syphilis. Berdasarkan laporan, pada tahun 2014 jumlah kasus IMS (syphilis) sebanyak 34 orang, mengalami peningkatan yang signifikan di

(40)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 26 326 669 818 862 19 34 63 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

tahun 2015 menjadi 63 orang dan banyak terjadi pada kelompok umur 20 - 49 tahun. Penyebaran kasus IMS di kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 11. Kasus yang dilaporkan adalah jumlah penderita yang berobat ke sarana puskesmas dan jaringannya, sehingga jumlah penderita sebenarnya di populasi belum terdeteksi. Trend kasus baru IMS di Provinsi NTB tahun 2009-2014 terlihat pada gambar berikut.

Gambar III.9

Trend Kasus Baru IMS (Syphilis) di Provinsi NTB Tahun 2009-2015

Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2009-2015

Gambar III.9 memperlihatkan bahwa dalam 3 (tiga) tahun terakhir kasus IMS sphylis yang dilaporkan mengalami peningkatan. Pelaporan kasus dari sarana pelayanan kesehatan yang baik dan tertib menjadi salah satu faktor pencapaian positif tersebut. Kedepan, diharapkan semua sarana pelayanan kesehatan dapat memberikan laporan, sehingga gambaran sebaran penyakit sphylis dapat diperoleh.

C.1.4 Diare

Diare adalah gangguan buang air besar/BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lendir. Diare merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di masyarakat, penyakit yang berbasis lingkungan terutama karena masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.

(41)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 27 191,678 194,822 191,049 101,356 206,037 178,113 176,920 173,417 191,289 158,993 92.92 90.81 90.77 188.7 77.2 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 -50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 2011 2012 2013 2014 2015 p e rs e n (% ) ka sus /or ang

perkiraan kasus Diare Diare ditangani Persentase ditangani

Penyakit diare dapat berakibat fatal dan menjadi penyakit berbahaya karena dapat menyebabkan kematian dan menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).

Gambar III.10

Cakupan Penderita Diare ditangani di Provinsi NTB Tahun 2011-2015

Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2011-2015

Pada gambar III.10 terlihat bahwa cakupan penanganan diare di Provinsi NTB tahun 2015 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2014. Hal ini disebabkan oleh tingginya angka perkiraan kasus diare yang ditetapkan pada tahun 2015, sedangkan angka kesakitan diare untuk tahun 2015 dan 2014 sama yakni 214 per 1.000 penduduk. Cakupan penanganan diare di kabupaten/ kota di Provinsi NTB tahun 2015 terlihat pada lampiran tabel 13.

C.1.5 Kusta

Indonesia oleh WHO ditetapkan sebagai salah satu kawasan endemik kusta. Penyakit ini tidak membahayakan dan tidak mematikan, namun bisa menimbulkan kecacatan jika tidak diketahui sejak dini. Apabila sejak awal sudah terdeteksi terdapat bakteri penyebab kusta, maka kecacatan dapat dihindari. Penyakit kusta adalah penyakit menular yang sulit menular karena tiap individu memiliki kekebalan normal terhadap bakteri tersebut.

Provinsi NTB adalah salah satu provinsi yang memiliki prevalensi tinggi terhadap penyakit kusta. Berdasarkan laporan dari kabupaten/kota, jumlah kasus baru

(42)

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 28 170 164 252 218 244 220 244 94 70 57 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 2011 2012 2013 2014 2015 ka sus MB PB

kusta adalah 301 kasus, meningkat dibandingkan tahun 2014 dengan 288 kasus. Kasus terbanyak yang ditemukan di tahun 2015 adalah tipe Multi Basiler yakni 244 kasus, sedangkan tipe Pauli Basiler hanya 57 kasus. Angka penemuan kasus baru kusta atau new case detection rate (NCDR) pun mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014, yakni dari 6,08 per 100.000 penduduk menjadi 6,25 per 100.000 penduduk. Kasus terbanyak terdapat di Kabupaten Bima, Dompu, Sumbawa dan Kota Bima. Data lengkap di setiap kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 14. Penemuan kasus baru kusta di Provinsi NTB tahun 2011-2015 terlihat pada gambar berikut.

Gambar III.11

Penemuan Kasus Baru Kusta di Provinsi NTB Tahun 2011-2015

Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2011-2015

Gambar III.11 memperlihatkan bahwa pada tahun 2015 terjadi peningkatan temuan kasus kusta tipe MB, sedangkan tipe PB mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014. Hal yang patut diwaspadai adalah peningkatan kasus kusta MB atau kusta basah karena tingginya resiko penularan kepada orang lain. Sosialisasi ataupun edukasi yang kontinu perlu terus ditingkatkan untuk mencegah semakin meluasnya penyebaran penyakit tersebut.

Tingkat penularan penyakit kusta di masyarakat menggunakan indikator proporsi anak (0-14 tahun) diantara penderita baru. Pada tahun 2014 penderita kusta usia 0-14 tahun sebanyak 13,89% diantara penderita baru, menurun pada tahun 2015

Gambar

Gambar II.1
Gambar II.2
Gambar II.5
Gambar III.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penguasaan bidang studi secara luas dan mendalam merupakan salah satu hal pokok yang harus dimilki oleh seorang tenaga pengajar (dalam hal ini guru penjasorkes). Seorang guru

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh Pelarut Organik Terhadap

Pada hewan lambung tunggal (kelinci) organ saluran pencernaanya terdiri dari mulut, faring, kerongkongan, lambung (gastrum), usus halus (intestineum tenue), yang

Untuk melindungi hak ekonomi pencipta atau pemegang hak cipta menurut Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, maka orang lain yang tanpa izin pencipta

Temuan-temuan menarik yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (a) variabel-variabel yang diduga sebagai faktor yang berpengaruh pada

1) Hambatan udara sangat berpengaruh terhadap pergerakan kebanyakan benda, oleh karena itu anggapan bahwa efek-efek hambatan udara sangat kecil sehingga dapat diabaikan

Justru yang membingungkan adalah bahwa tidak selalu anak ADHD itu tidak bisa diam, dan juga cepat beralih perhatiannya. Mereka juga dapat berkonsentrasi pada film yang menarik,

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti tentang “ Profil interaksi sosial siswa yang aktif dalam kegiatan OSIS di SMP Muhammadiyah 3