• Tidak ada hasil yang ditemukan

Situasi dan Kondisi Yang Membuat Karyawan Tetap Termotivasi Bekerja

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 48-61)

Mengenai situasi dan kondisi lingkungan kerja yang membuat karyawan tetap termotivasi untuk bekerja yang ada di departemen retention. Beberapa

informan yang ada dalam penelitian ini, memberikan pernyataan yang berbeda

pernyataannya bahwa situasi dan kondisi yang membuat karyawan tetap termotivasi bekerja adalah :

”Situasi dan kondisi kerja yang kondusif dan nyaman. Selain itu juga memberi kebebasan kepada para karyawan untuk bekerja tetapi tetap sesuai dengan prosedur yang ada dan pencapaian target diatas rata-rata. kemudian juga terpenuhinya alat kebutuhan bekerja untuk para karyawan.”150.

Ternyata pernyataan ibu Elis Yulistiani Luthfi sama dengan pernyataan yang dikemukakan oleh ibu Lisa Tandirerung. Dimana ibu Lisa Tandirerung menyatakan :

”Situasi dan kondisi dimana karyawan diberikan kebebasan untuk dapat bekerja secara nyaman dan kondusif, serta dalam prosesnya harus sering dilakukan sharing bersama, dan pimpinan bersedia untuk menerima saran dan kritikan dari para karyawan”151.

Dalam hal ini ternyata pernyataan ibu Lisa Tandirerung, dan ibu Elis Yulistiani Luthfi didukung oleh pernyataan yang diberikan oleh bapak Ahmad Ramdani. Dimana bapak Ahmad Ramdani menyatakan :

”Situasi dan kondisi lingkungan kerja yang kondusif dimana karyawan diberikan kebebasan untuk dapat bekerja sehingga karyawan tersebut merasa nyaman sesuai dengan keinginannya namun terap harus disesuaikan dengan prosedur yang berlaku di departemen retention sehingga karyawan merasa dihargai dan diberikan tanggung jawab untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik.”152.

Pernyataan yang dikemukakan oleh bapak Ahmad Ramdani, ibu Lisa Tandirerung dan ibu Elis Yulistiani Luthfi sama dengan pernyataan yang disampaikan oleh Arie Fajriyansah. Dimana bapak Arie Fajriyansah menyatakan :

”Situasi dan kondisi yang kondusif dan nyaman dimana terjalinnya komunikasi dua arah yang baik, serta dapat memberikan kebebasan kepada karyawan untuk dapat bekerja dengan nyaman serta terpenenuhinya kebutuhan

150

Wawancara dengan Kepala bagian Disc TVRI I, Senin, 08 Februari 2010

151

Wawancara dengan Kepala bagian Disc TVRI II, Selasa, 09 Februari 2010

152

alat bantu pekerjaan untuk karyawan, dan juga tindakan cepat dari pimpinan dalam menyelesaikan masalah pekerjaan yang dihadapi karyawan.”153.

Adapun pernyataan dikemukakan oleh ibu Dwi Ferdiani, sama dengan pernyataan yang disampaikan oleh ibu Lisa Tandirerung, bapak Ahmad Ramdani, bapak Arief Fajriyansah, dan ibu Elis Yulistiani Luthfi. Dimana Ibu Dwi Ferdiani gaya menyatakan :

”Situasi dan kondisi lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman dimana pimpinan dapat bersikap empati terhadap kesulitan yang dirasakan karyawan. Selain itu juga memberikan kebebasan kepada karyawan untuk dapat bekerja dengan baik, mengerti dan dapat memenuhi kebutuhan karyawan dengan baik yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki pimpinan.”154

Pernyataan dikemukakan oleh ibu Dwi Ferdiani, ibu Elis Yulistiani Luthfi, ibu Lisa Tandirerung, bapak Ahmad Ramdani dan bapak Arie Fajriyansah ternyata didukung pernyataan dari bapak Satrio Rohadi. Dimana bapak Satrio Rohadi menyatakan :

”Situasi dan kondisi lingkungan kerja yang nyaman, kondusif, bersahaja, dan dapat memberikan kebebasan dalam bekerja, serta terpenuhinya kebutuhan karyawan, dan juga pimpinan mampu menyelesaikan masalah dengan baik serta bersedia untuk menerima masukkan dan kritikan dari karyawan.”155.

Dari hasil pernyataan keenam informan pada saat dilakukan wawancara perihal situasi dan kondisi yang membuat karyawan tetap termotivasi untuk bekerja. Ternyata semua informan yang ada dalam penelitian ini memiliki pernyataan yang sama yaitu situasi dan kondisi lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman dimana pimpinan memberi kebebesan kepada para karyawan untuk dapat bekerja sesuai dengan karakteristiknya masing-masing, terpenuhinya kebutuhan karyawan serta kemampuan pimpinan untuk dapat menyelesaikan

153

Wawancara dengan Team leader Disc TVRI II, Kamis, 11 Februari 2010

154

Wawancara dengan Staff Disc TVRI I, Jumat, 12 Februari 2010

155

masalah dengan baik walaupun tetap memperhatikan prosedur dan aturan yang berlaku. Adapun berdasarkan uraian pernyataan diatas untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah berikut ini :

Tabel VI.9

Situasi Dan Kondisi Yang Membuat Karyawan Tetap Termotivasi Bekerja Situasi Dan Kondisi Yang Membuat Karyawan

Tetap Termotivasi Bekerja No Informan

Yang Dibutuhkan Yang Tidak Dibutuhkan 1 Elis Yulistiani • Situasi dan kondisi yang

kondusif dan nyaman

• Diberikan kebebasan untuk bekerja

• Ada pencapaian target yang harus dicapai

2 Lisa Tandirerung • Situasi dan kondisi lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman

• Diberikan kebebesan untuk dapat bekerja

• Diberikan kesempatan untuk dapat sharing dengan pimpinan

• Pimpinan menerima saran dan kritikan dari karyawan

3 Ahmad Ramdani • Situasi dan kondisi lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman

• Diberikan kebebesan untuk dapat bekerja

• Adanya kepecarayaan yang diberikan pimpinan bahwa

karyawan dapat melaksanakan pekerjaan

tersebut

4 Arie Fajriansyah • Situasi dan kondisi lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman

• Komunikasi dua arah yang baik

• Diberikan kebebasan dalam bekerja

• Terpenuhinya alat bantu pekerjaan

• Peranan pimpinan dalam menyelesaikan masalah

pekerjaan karyawan

5 Dwi Ferdiani • Situasi dan kondisi

lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman

• Bersikap empati terhadap kesulitan karyawan

• Diberikan kebebasan dalam bekerja

• Terpenuhinya kebutuhan karyawan dengan baik

6 Satrio Rohadi • Situasi dan kondisi lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman

• Bersahaja dan saling pengertian terhadap karyawan • Memberikan kebebesan

dalam bekerja kepada karyawan

• Pimpinan mampu membantu

karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan

(Sumber : Hasil olahan berdasarkan hasil wawancara) 4.3 Pembahasan.

Dari hasil wawancara peneliti selama melakukan penelitian di PT. MNC SKY VISION yang mana dalam hal ini departemen retention. Peneliti mencoba menjelaskan hasil penelitian tersebut dalam bentuk pembahasan. Dimana dalam pembahasan ini merupakan hasil dari suatu proses menganalisis hasil data dan informasi yang sudah dikelompokkan atau direduksi sebelumnya untuk mencari hubungan antara konsep dan teori yang digunakan dalam hasil penelitian ini.

Sehingga diperoleh suatu hubungan yang sesuai antara konsep atau teori yang ada dengan hasil penelitian yang telah dilakukan. Dengan adanya pembahasan ini diharapkan peneliti akan mengetahui gaya komunikasi kepala departemen retention dalam memotivasi karyawannya untuk tetap bekerja. Dalam hal melakukan proses komunikasi dalam pekerjaannya sehari-hari. Ibu Gerda L Purba sebagai kepala departemen retention sudah melakukan proses komunikasi

dengan baik. Dimana dalam proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, serta keahlian yang dimilikinya. Kepala departemen retention sudah melakukan komunikasi melalui penggunaan simbol-simbol, kata-kata, gambar-gambar, dan angka-angka ”156.

Selain itu juga berkaitan dengan tujuan dari komunikasi itu sendiri, maka komunikasi yang dilakukan oleh kepala departemen retention kepada karyawannya dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari sudah sesuai dengan tujuan dari komunikasi itu sendiri. Dimana menurut Zainal Abidin Partao, bahwa tujuan komunikasi itu sendiri adalah untuk :157

1. Mempengaruhi. 2. Menarik perhatian. 3. Menarik simpati.

4. Menyampaikan informasi.

Dalam kaitannya dengan komunikasi organisasi itu sendiri, kepala departemen retention sudah melakukan proses komunikasi organisasi dalam pekerjaan sehari-harinya. Dimana menurut R. Wayne Pace dan Don F. Faules bahwa yang dimaksud dengan komunikasi organisasi itu sendiri adalah158: ”Pertunjukkan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi dimana suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam suatu interaksi hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan”.

156

Zainal Abidin Partao. Op.cit., hal.20

157

Ibid, hal. 20-21

158

R. Wayne Pace dan Don. F Faules. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2006., hal. 31

Mengenai komunikasi vertikal itu sendiri yang dilakukan kepala departemen retention dengan para karyawan. Ternyata komunikasi vertikal yang dilakukan oleh ibu Nancy Gerda L Purba kepada para karyawannya belum maksimal dan secara menyeluruh. Dimana dalam hasil wawancara beberapa

informan menyatakan bahwa komunikasi yang dilakukan kepala departemen

retention belum dua arah.

Padahal berdasarkan konsep teori menyatakan bahwa komunikasi dua arah secara timbal balik bagi organisasi sangat penting sekali karena jika hanya satu arah saja dari pimpinan kepada bawahan, maka roda organisasi tidak akan dapat berjalan dengan baik. Dimana dalam hal ini seharusnya komunikasi yang terjadi di departemen retention dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan harus secara timbal balik (two way communication).159

Berkaitan dengan dengan peranan Public Relations dalam tingkat manajemen, maka peranan yang dilakukan Ibu Nancy Gerda L Purba sebagai kepala departemen retention berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada beberapa informan adalah Problem Solving Process Facilitator atau fasilitator dalam proses pemecahan masalah dan bukan fasilitator komunikasi (Communication Facilitator).

Menurut Frida Kusumastuti bahwa yang dimaksud dengan Problem

Solving Process Facilitator adalah160: ”Peranan sebagai fasilitator dalam proses pemecahan masalah. Pada peranan ini Public Relations melibatkan diri atau

159

Onong Uchjana Effendy. Op.cit., hal.122-123

160

dilibatkan dalam setiap manajemen (krisis). Dia menjadi anggota tim, bahkan bila memungkinkan menjadi leader dalam penanganan krisis manajemen”.

Seharunya agar proses komunikasi yang terjadi di departemen retention dapat berjalan dengan baik selain sebagai fasilitator dalam proses pemecahan masalah kepala departemen retention diharapkan juga dapat berperan sebagai fasilitator komunikasi. Dimana menurut Frida Kusumastuti bahwa yang dimaksud dengan fasilitator komunikasi adalah: ”Jembatan komunikasi antara publik dengan pihak perusahaan atau organisasi dan juga sebagai media atau penengah bila terjadi miscommunication.”161

Gaya komunikasi sebenarnya dapat dilihat dari perilaku komunikasi seseorang itu sendiri. Dengan kata lain gaya komunikasi adalah “Suatu kekhasan yang dimiliki setiap orang dimana gaya komunikasi antara orang yang satu dengan yang lain memiliki ciri yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat berupa model dalam berkomunikasi, tata cara berkomunikasi, cara berekspresi dalam berkomunikasi dan tanggapan yang diberikan atau ditunjukkan pada saat berkomunikasi”.162

Sedangkan gaya komunikasi pemimpin bisa diartikan sebagai perilaku komunikasi yang dilakukan oleh pemimpin atau atasan yang berkomunikasi dalam suatu kelompok dan organisasi tertentu. Pemimpin adalah yang memperhatikan tujuan institusi dan mampu memberi tanggapan atas kebutuhan karyawan dan mempertahankan hubungan baik tidak hanya antar karyawan dalam unit kerjanya

161

Ibid

162

melainkan juga antar unit kerja dalam organisasi dan juga melakukan pendelegasian tugas yang dilaksanakan bawahannya.

Pemimpin disini menunjukkan kebutuhan saling mempercayai dan menghargai antara sesama karyawan. Hal tersebut bisa dilihat dari hubungan kerja yang baik yang diciptakan oleh karyawan sehingga akan memperoleh hasil kerja yang optimal untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama.

Gaya komunikasi pemimpin yang terlihat di departemen retention, pada kenyaataannya merupakan kegiatan menjalankan program-program kerja yang merupakan implementasi dari teori komunikasi yang diterapkan dalam dunia kerja. Dari cara kepala departemen retention yaitu Ibu Nancy Gerda L Purba dalam berkomunikasi secara langsung dengan karyawannya akan mendapatkan feedback dari para karyawannya sampai kepada dalam pengambilan suatu keputusan dimana diusahakan selalu melibatkan karyawannya untuk membahas atau mendiskusikan program-program kegiatan departemen retention sehingga hasil usaha kinerja kerja para karyawan departemen retention sesuai dengan apa yang diharapkan oleh semua pihak dalam organisasi.

Pemberian perintah yang dilakukan oleh Ibu Nancy Gerda L Purba kepada karyawannya dilakukan melalui pendekatan hierarki formal (atas bawah) dan struktural serta saling terbuka antar personal. Maka dari itu terdapat teori organisasi yaitu dengan melakukan pendekatan hierarki (atas bawah) kepada staff dan saling terbuka antar personal akan menciptkan hubungan kerja yang harmonis antar karyawan.

Cara menjalin kekompakkan kerja dan menjalin hubungan baik adalah dengan mewujudkan gaya kerja yang komunikatif serta konsisten dalam bekerjasama dengan para karyawan. Pimpinan disini harus konsisten dengan apa yang dikatakan (bahasa) dengan tindakan yang dilakukan. Selain itu juga sikap keterbukaan dan mau berkoordinasi dengan karyawan merupakan implementasi dari teori kehumasaan yaitu dimana seorang pemimpin harus dapat menjalin hubungan baik dengan publik internalnya demi tercapainya tujuan yang di inginkan oleh organisasi. Selain itu juga kekompakkan dan keharmonisan kerja akan terus berlangsung dengan baik bila pimpinan juga dapat menjaga dan memelihara hubungan kerja yang baik dengan para karyawannya.

Dengan adanya kerjasama dalam tim tentu akan menjamin kekompakkan dalam bekerja dan disini diperlukan netralitas pimpinan dengan tidak membeda-bedakan antar satu karyawan dengan karyawan lainnya sehingga kedua belah pihak dapat bekerjasama dengan baik. Selain itu juga memberlakukan prosedur atau peraturan sesuai dengan struktur kerja, serta jadwal kerja yang harus ditaati oleh semua karyawan tak terkecuali pimpinan, maka program kerja yang telah dibuat dapat dilaksanakan dengan baik.

Dari hasil wawancara peneliti dengan kepala departemen retention ibu Nancy Gerda L Purba, dan wawancara dengan beberapa kepala bagian, team

leader, dan staff yang ada dilingkungan departemen retention, maka dalam

menjalankan kepemimipinannya yang berhubungan dengan usaha untuk memotivasi kerja karyawannya, maka diperoleh hasil bahwa gaya komunikasi

yang dilakukan kepala departemen retention dalam memotivasi karyawannya mengacu kepada the structuring style dan the controlling sytle.

Dalam hal ini komunikasi yang terjadi di departemen retention antara pimpinan dengan bawahan dan bawahan dengan pimpinan menurut beberapa

informan dalam penelitian ini menyatakan sudah berlangsung dua arah dan

terbuka, walaupun ada beberapa informan yang lain yang juga menyatakan bahwa komunikasi yang berlangsung belum terbuka dan masih satu arah. Berarti disini komunikasi yang dilakukan kepala departemen retention belum maksimal.

Mengenai interaksi yang terjadi di departemen retention antara pimpinan dengan bawahan. Beberapa informan dalam penelitian ini sebagaian besar mengemukakan bahwa interaksi terjadi antara pimpinan dengan bawahan sebenarnya belum berjalan dengan baik walaupun ada beberapa informan lain yang menyatakan bahwa interaksi antara pimpinan dengan bawahan sudah berjalan dengan baik.

Gaya komunikasi yang dilakukan kepala departemen retention. Sebagaian besar informan dalam penelitian ini menyatakan bahwa gaya komunikasi yang dilakukan pimpinan adalah the structuring style. karena sistem kerja karyawan yang ada di departemen retention disesuaikan dengan struktur organisasi yang ada sehingga kepala departemen dalam setiap melakukan penyampaian informasi atau karyawan ingin mendapatkan jawaban atau solusi dari permasalahan pekerjaan yang terjadi dilakukan secara eskalasi karana harus mengikuti aturan dan prosedur yang berlaku yaitu dari staff ke team leader, lalu ke kepala bagian setelah itu hasil keputusan akhir ada di tangan kepala departemen retention

Dalam peran kepala departemen retention dalam memotivasi karyawan dengan gaya komunikasi yang dimiliki. Sebagai besar dari dari informan yang ada dalam penelitian ini mengemukakan bahwa kepala departemen retention sudah melakukan perannya karena disini karyawan termotivasi untuk bekerja walaupun dengan menggunakan gaya komunikasi the controlling style maupun the

structuring style.

Cara karyawan menerima gaya komunikasi kepala departemen retention untuk memotivasi dirinya tetap bekerja, ternyata sebagaian besar dari informan yang ada dalam penelitian ini mengemukakan bahwa karyawan tetap bekerja dan melaksan pekerjaan seperti biasannya..

Perbedaan gaya komunikasi yang dilakukan kepala departemen retention berdasarkan situasi dan kondisi pekerjaan yang berbeda. Beberapa informan dalam penelitian ini menyatakan bahwa gaya komunikasi yang dilakukan Ibu Nancy Gerda L Purba dalam situasi dan kondisi pekerjaan yang berbeda gaya komunikasinya tetap sama yaitu the structuring style.

Dorongan motivasi karyawan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya ternyata dari semua informan yang ada menyatakan bahwa dorongan motivasi karyawan untuk tetap bekerja karena adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis seperti makan, minum, pendidikan, kesehatan, pakaian, dan tempat tinggal. Setelah kebutuhan primer tersebut terpenuhi dengan baik biasanya karyawan juga ingin memenuhi kebutuhan yang lain seperti kebutuhan keamanan.

Setelah kebutuhan keamanan terpenuhi para karyawan ingin memenuhi kebutuhan sosial dimana karyawan membutuhkan adanya persabahatan, kekeluargaan, cinta, diterima dalam kelompok, perasaan memiliki dan kekeluargaan. Terakhir kebutuhan yang ingin dipenuhi karyawan setelah kebutuhan sosial adalah kebutuhan penghargaan karena disini dalam interaksi sosial karyawan juga membutuhkan pengakuan dan kepercayaan diri dalam lingkungan sosialnya.

Berkaitan dengan situasi dan kondisi yang membuat karyawan tetap termotivasi bekerja. Semua informan dalam penelitian ini menyatakan bahwa situasi dan kondisi yang kondusit dan nyaman, dan diberikan kebebasan dalam bekerja merupakan situasi dan kondisi yang membuat karyawan tetap termotivasi untuk bekerja.

Faktor lain yang membuat karyawan tetap bekerja di departemen retention walaupun dengan gaya komunikasi yang dimiliki oleh kepala departemen retention. Sebagian besar dari informan yang ada dalam penelitian ini menyatakan bahwa kekompakkan, solidaritas dan rasa kebersamaan yang tinggi antara karyawan yang membuat karyawan tetap bekerja.

Berdasarkan uraian diatas, disini karyawan di departemen retention berarti lebih mengapresiasikan diri untuk tetap bekerja dan tidak terpengaruh tapi serius dengan gaya komunikasi yang dilakukan karena disini karyawan lebih termotivasi dengan dorongan kebutuhan yang harus dipenuhi daripada sibuk mengurusi gaya komunikasi yang dilakukan kepala departemen retention karena menurut mereka itu merupakan karakter dari setiap pemimpin.

Dimana yang terpenting menurut para karyawa selama kebutuhan mereka masih terpenuhi oleh perusahaan, maka mereka akan tetap bekerja karena mereka memiliki motivasi lain untuk tetap bekerja walaupun dengan gaya komunikasi yang dimiliki oleh kepala departemen retention.

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 48-61)