• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

4. Soal Pilihan Ganda

Soal pilihan ganda pada penelitian ini mengkaji mengenai definisi soal pilihan ganda, kaidah pembuatan soal pilihan ganda, dan syarat tes tertulis pilihan ganda, jenis soal pilihan ganda.

a. Definisi soal pilihan ganda

Suprananto (2012: 107) pada buku yang berjudul Pengukuran dan Penilaian menyatakan bahwa soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang jawabannya harus dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh (distractor). Kunci jawaban ialah jawaban yang benar atau paling benar. Pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar atau kurang tepat, namun memungkinkan seseorang terkecoh untuk memilihnya apabila ia tidak menguasai materi dengan baik.

b. Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda

Suprananto (2012: 108) mengatakan bahwa ada beberapa kaidah yang harus di ikuti agar soal yang disusun bermutu. Kaidah-kaidah tersebut dilihat dari aspek materi, konstruksi dan bahasa.

1) Aspek pertama yang dapat dilihat untuk melihat kaidah-kaidah dalam membuat soal pilihan ganda yang bermutu adalah aspek materi (Suprananto, 2012: 109), (Balitbang, 2007: 13). Berikut ini kaidah-kaidah membuat soal pilihan ganda yang bermutu di lihat dari aspek materi, antara lain:

a) soal harus sesuai dengan indikator. Artinya, soal harus menanyakan perilaku atau materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan indikator;

b) pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya, semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang terkandung dalam pokok soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi;

c) setiap soal pilihan ganda harus mempunyai satu kunci jawaban yang benar atau paling benar. Artinya, satu soal hanya memiliki satu kunci jawaban yaitu pilihan jawaban yang paling benar.

2) Suprananto (2012: 110), (Balitbang, 2007: 13) menyebutkan aspek kedua yang dapat dilihat untuk meliahat kaidah-kaidah dalam membuat soal pilihan ganda yang bermutu adalah aspek konstruksi. Berikut ini kaidah-kaidah membuat soal pilihan ganda yang bermutu dilihat dari aspek konstruksi, antara lain:

a) pokok soal harus dirumuskan dengan jelas dan tegas. Artinya, kemampuan atau materi yang hendak diukur atau ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang dimaksud penulis, dan hanya mengandung satu persoalan setiap nomor. Bahasa yang digunakan harus komunikatif sehingga mudah dimengerti peserta didik. Bila anak tanpa melihat terlebih dahulu pilihan jawaban, anak sudah dapat mengerti pertanyaan atau maksud pokok soal maka dapat disimpulkan bahwa pokok soal tersebut sudah jelas;

b) rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja;

c) pokok soal jangan memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar. Pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, frase, atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar;

d) pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif. Penggunaan kata negatif ganda dapat mempersulit peserta didik dalam memahami maksud soal sehingga perlu dihindari. Namun, untuk keterampilan berbahasa penggunaan kata negatif ganda diperbolehkan kalau yang ingin diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri. e) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini perlu

diperhatikan karena adanya kecenderungan peserta didik untuk memilih jawaban yang paling panjang karena sering jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.

f) Pilihan jawaban jangan mengandung peryataan “Semua pilihan jawaban di atas salah” atau “semua pilihan jawaban di atas benar”. Artinya, dengan adanya

pilihan jawaban seperti ini maka dari segi materi pilihan jawaban berkurang satu karena pernyataan itu hanya merujuk kepada materi dari jawaban sebelumnya.

g) Pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut dan pilihan jawaban berbentuk angka menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. Pengurutan nilai dilakukan dari nilai paling besar ke nilai paling kecil atau sebaliknya. Pengurutan waktu berdasarkan kronologis waktunya. Pengurutan tersebut

dimaksudkan agar memudahkan siswa melihat dan memahami pilihan jawaban.

h) Gambar, grafik, tabel, diagram dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca, dan dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal tersebut tetap bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal, hal ini indikasi bahwa gambar, grafik atau tabel tersebut tidak berfungsi.

i) Butir materi soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik tidak dapat menjawab benar soal pertama yang berakibat tidak akan dapat menjawab dengan benar soal berikutnya.

3) Aspek ketiga yang dapat dilihat untuk meliahat kaidah-kaidah dalam membuat soal pilihan ganda yang bermutu adalah aspek bahasa (Suprananto, 2012: 112), (Balitbang, 2007: 14). Berikut ini kaidah-kaidah membuat soal pilihan ganda yang bermutu dilihat dari aspek bahasa, antara lain:

a) Setiap soal harus mengguakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.

b) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.

c) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata tersebut pada pokok soal.

Penelitian ini akan menganalisa soal pilihan ganda yang diambil sebagai sampel dengan melihat kesesuaian soal dengan Kaidah-kaidah pembuatan soal tes tertulis pilihan ganda dilihat dari aspek materi, konstruksi dan bahasa.

c. Syarat Tes Tertulis pilihan Ganda

Kunandar (2014: 201) mengemukakan syarat tes tertulis pilihan ganda yang baik adalah:

1) Memiliki validitas yang tinggi, artinya mampu mengungkapkan aspek hasil belajar tertentu secara tepat.

2) Memiliki reliabilitas yang tinggi, artinya mampu memberikan gambaran yang relatif tetap dan konsisten tentang kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik. Sebagai informasi lain, reliabilitas pada penelitian ini tidak dianalisa.

3) Tiap butir soal memiliki daya pembeda yang memadai , artinya tiap butir dalam tes dapat membedakan peserta didik yang termasuk kelompok tinggi (skor total) dan peserta didik yang termasuk kelompok rendah (skor total).

Suprananto (2012: 175) menjelaskan daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara peserta didik yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan peserta didik yang belum menguasai materi yang diujikan. Daya pembeda digunakan untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya. Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui apakah butir soal itu baik, direvisi atau ditolak. Manfaat lain dari daya pembeda untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing butir soal dapat mendeteksi atau membedakan kemampuan peserta didik, yaitu peserta didik yang telah memahami atau belum memahami materi yang diajarkan pendidik. Soal

yang tidak dapat membedakan kedua kemampuan peserta didik tersebut maka ada indikasi bahwa kunci jawaban butir soal tidak tepat, butir soal memiliki dua atau lebih kunci jawaban yang benar, kompetensi yang diukur tidak jelas, pengecoh tidak berfungsi, materi yang ditanyakan terlalu sulit sehingga banyak peserta didik yang menebak, dan sebagian besar peserta didik yang memahami materi yang ditanyakan berpikir ada yang salah informasi dalam butir soal.

Indeks daya pembeda setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk proporsi. Semakin tinggi indeks daya pembeda soal berarti semakin tinggi kemampuan soal yang bersangkutan membedakan peserta didik yang telah memahami materi dengan peserta didik yang belum memahami materi. Indeks daya pembeda berkisar antara -1,00 sampai dengan +1,00. Jika daya pembeda negatif (kurang dari 0) berarti lebih banyak kelompok rendah (peserta tes dengan total skor rendah) menjawab benar soal dibanding dengan kelompok tinggi (peserta tes dengan total skor tinggi).

Arikunto (2012: 232) memberikan kriteria yang digunakan untuk menafsirkan daya pembeda yaitu sebagai berikut.

0,00 – 0,20 = jelek 0,21 – 0,40 = cukup 0,41 – 0,70 = baik 0,71 – 1,00 = baik sekali

Soal yang memiliki kriteria jelek artinya soal tersebut tidak dapat membedakan antara peserta tes dari kelompok nilai tinggi dan peserta tes dari kelompok nilai rendah. Soal dengan kriteria jelek harus direvisi total. Soal yang memiliki kriteria cukup artinya soal tersebut cukup dapat membedakan antara peserta tes dari

kelompok nilai tinggi dan peserta tes dari kelompok nilai rendah. soal dengan kriteria cukup ditolak dan harus direvisi. Kriteria soal baik artinya soal dapat membedakan peserta tes dari kelompok nilai tinggi dan peserta tes dari kelompok nilai rendah dengan baik. Artinya, soal dapat diterima dan tidak perlu dilakukan revisi. Kriteria soal baik sekali artinya soal dapat membedakan peserta tes dari kelompok nilai tinggi dan peserta tes dari kelompok nilai rendah dengan baik sekali. Hal ini berarti soal dapat diterima dan tidak perlu dilakukan revisi.

Penelitian ini akan menganalisa indeks daya pembeda (discrimination index) tiap butir soal. Analisa indeks daya pembeda dilakukan dengan bantuan software komputer TAP (Test Analysis Program) version 12. 9. 23.

4) Tingkat kesukaran tes berdasar kelompok yang akan dites, kira-kira 30% soal mudah, 50% soal sedang, 20% soal sulit. Penelitian ini akan menganalisa Indeks Kesukaran Item (Item Difficulty) tiap butir soal. Indeks Kesukaran Item (Item Difficulty) dianalisa menggunakan bantuan software komputer TAP (Test Analysis Program) version 12. 9. 23.

Suprananto (2012: 174) mengemukakan bahwa Tingkat Kesukaran adalah peluang menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar dari 0 sampai 1. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dan hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki tingkat kesukaran = 0 berarti tidak

ada siswa yang mampu menjawab benar dan bila memiliki tingkat kesukaran = 1 berarti semua siswa menjawab benar.

Sumarna (2009: 21) mengatakan tingkat kesukaran dibagi menjadi tiga kategori. Berikut ini tabel kategori indeks kesukaran item;

Tabel 2.1 Kategori Tingkat Kesukaran Nilai p Kategori

P < 0,3 Sukar

0,3 ≤ p ≤ 0,7 Sedang P > 0,7 Mudah

Keterangan tabel:

- Nilai p pada tebel tersebut diartikan sebagai besarnya indeks kesukaran item.

- Katagori menunjukkan bagian dari klasifikasi kesukaran item.

Tabel 2.1 tersebut diatas menunjukkan soal yang memiliki indeks kesukaran item kurang dari 0,3 (p < 0,3) disebut sebagai soal sukar. Soal yang memiliki indeks kesukaran lebih dari 0,7 (p > 0,7) disebut sebagai soal mudah. Soal yang memiliki indeks kesukaran item antara 0,3 sampai dengan 0,7 (0,3 ≤ p ≤ 0,7)

disebut soal sedang. Penelitian ini akan melihat indeks kesukaran item pada setiap butir soal. Apakah soal termasuk dalam kategori sukar, sedang atau mudah. Indeks kesukaran item dianalisa menggunakan bantuan software komputer TAP (Test Analysis Program) version 12. 9. 23.

Suprananto (2012: 175) menjelaskan tingkat kesukaran butir soal dapat mempengaruhi bentuk distribusi total skor tes. Tes yang sangat sukar (p ≤ 0,30) distribusinya berbentuk positif skewed, sedangkan tes yang mudah (p ≥ 0,70) distribusinya berbentuk negatif skewed. Hasan (2009: 125) mengatakan bahwa

skewness atau kecondongan adalah tingkat ketidaksimetrisan atau kejauhan simetri dari sebuah distribusi. Jika disrtibusi memiliki ekor yang lebih panjang ke kanan daripada ke kiri maka distribusi disebut menceng ke kanan atau memiliki kemencengan positif. Sebaliknya, Jika disrtibusi memiliki ekor yang lebih panjang ke kiri daripada ke kanan maka distribusi disebut menceng ke kiri atau memiliki kemencengan negatif. Skewness erat kaitannya dengan keruncingan suatu kurva. Berikut ini diagram yang menunjukkan kemencengan positif dan kemencengan negatif.

Diagram 2.1 Kemencengan Positif dan Kemencengan Negatif

Keruncingan atau kurtosis adalah tingkat kepuncakann dari sebuah distribusi yang biasanya diambil secara relatif terhadap suatu distribusi normal. Berdasarkan keruncingannya, kurva distribusi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:

a) Leptokurtik, distibusi yang memiliki puncak relatif tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien keruncingan dengan nilai lebih besar dari tiga.

b) Platikurtik, distribusi yang memiliki puncak hampir mendatar. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien keruncingan dengan nilai lebih kecil dari tiga. c) Mesokurtik, didtribusi yang memiliki puncak tidak tinggi dan tidak mendatar.

Hal ini ditunjukkan dengan koefisien keruncingan dengan nilai sama dengan tiga.

Berikut ini diagram yang menunjukkan jenis kurtosis pada suatu distribusi. Diagram 2.2 Jenis Kurtosis

Penelitian ini akan membuktikan distribusi yang dihasilkan memiliki kecondongan dan keruncingan seperti apa. Kecondongan dan keruncingan distribusi dianalisa dengan melihat skor kecondongan dan kemiringan yang dihasilkan software komputer TAP (Test Analysis Program) version 12. 9. 23.

5) Mudah diadministrasikan, artinya tes tersebut memiliki petunjuk tentang bagaimana pelaksanaannya, cara mengerjakannya dan cara menoreksinya.

d. Jenis Tes Bentuk Pilihan Ganda

Buku berjudul Evaluasi Pembelajaran, Arifin (2009: 135) menyatakan soal tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ada beberapa jenis tes bentuk pilihan ganda, yaitu:

1) Distrakters, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa pilihan jawaban yang salah, tetapi disediakan satu pilihan yang benar. Tugas peserta didik adalah memilih jawaban yang benar itu. Contoh: Hubungan dua makhluk hidup yang saling menguntungkan disebut simbiosis...

a. Komensalisme b. Parasitisme c. Mutualisme d. Alamisme

Kunci jawaban: C

2) Variasi negatif, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa pilihan jawaban benar, tetapi disediakan satu kemungkinan jawaban yang salah. Tugas peserta didik adalah memilih jawaban salah tersebut. Contoh: Ciri-ciri khusus Samudra Arktik adalah sebagai berikut, kecuali...

a. Merupakan samudra paling sempit.

b. Mempunyai suhu permukaan palind dingin. c. Tidak dilewati garis katulistiwa

d. Seluruhnya terdapat di garis lintang selatan.

Kunci jawaban: D

3) Variasi berganda, yaitu memilih beberapa kemungkinan jawaban yang semua benar, tetapi ada satu jawaban yang paling benar. Tugas peserta didik adalah memilih jawaban yang paling benar. Contoh: Dalam pergaulan di sekolah, peserta didik harus menghormati...

a. Guru

b. Peserta didik yang lain c. Kepala sekolah

d. Seluruh warga sekolah

Kunci jawaban: D

4) Variasi yang tidak lengkap, yaitu pertanyaan atau peryataan yang memiliki beberapa kemungkinan jawaban yang belum lengkap. Tugas peserta didik adalah mencari satu kemungkinan jawaban yang benar dan melengkapinya. Contoh: kepadatan penduduk berdasarkan lahan pertanian dapat dibedakan menjadi dua, yakni kepadatan penduduk agraris dan kepadatan penduduk... 6) Fisiologis

7) Industri 8) Alami 9) Gabungan

Soal pilihan ganda pada penelitian ini akan dianalisa berdasarkan jenis tes dalam bentuk pilihan ganda. Tiap soal akan dilihat jenis tes pilihan gandanya. Tes termasuk ke dalam jenis distracters, variasi negatif, variasi berganda atau variasi tidak lengkap.

Dokumen terkait