• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

sebesar 136. Walaupun bambu Gesing ini memiliki nilai INP yang paling tinggi, perlu tetap diadakannya upaya konservasi. Sehingga regeneration rate tetap tinggi dibandingkan pemanfaatannya. Hasil penelitian memberi informasi bahwa spesies bambu di TWA Gunung Baung yang juga memerlukan upaya konservasi adalah

D. asper, dikarenakan memiliki nilai INP rendah, sedangkan ICS-nya tinggi.

Apabila tidak dilakukan upaya ini, spesies bambu D. asper dapat berkurang populasinya di TWA Gunung Baung.

Saran

Perlu adanya pengelolaan yang lebih intensif pada kawasan TWA Gunung Baung, sehingga masyarakat akan lebih menyadari perlunya penjagaan dan pemeliharaan kawasan secara bersama-sama, agar kawasan ini dapat terjaga dan tetap lestari. Pengenalan spesies bambu di masyarakat adalah penting dilakukan, agar masyarakat lebih memahami pentingnya nilai-nilai ilmiah keanekaragaman spesies bambu, sehingga semakin arif dalam pemanfaatannya. Selain itu upaya pelestarian spesies dan habitat aslinya diperlukan, agar populasi bambu dapat terjaga. Informasi ini diperlukan untuk assessment dokumentasi data pada IUCN-

Red List.

DAFTAR PUSTAKA

Barbour GM, Burk JK, Pitts WD. 1987. Terrestrial Plant Ecology. New York (US): Benyamin/Cumming Publishing. Inc.

[Baung Camp]. 2008. Taman Wisata Gunung Baung. http://www.baungcamp.com/?about=Geografis. Diakses tanggal 18 April 2013.

[BKSDA] Balai Konservasi Sumber Daya Alam. 1998. Laporan Penilaian

Potensi Taman Wisata Gunung Baung. Surabaya (ID): Balai Konservasi

Sumber Daya Alam IV. Departemen Kehutanan.

Berlian N, Rahayu E. 1995. Bambu, Budidaya dan Prospek Bisnis.

Berlin NVA, Estu R. 1995. Jenis dan Prospek Bisnis Bambu. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Bitariho R. 2008. Population structure of montane bamboo and causes of its decline in Echuya Central Forest Reserve, South West Uganda (UG). African J

of Ecol. 46:325-332.

Cunningham AB. 2003. People, Wild Plants Use and Conservation. Applied

Ethnobotany. Earthscan Publications Ltd. London and Sterling.

Dahlan Z. 1994. Penelitian Biologi, Budidaya dan Pemanfaatan Bambu di

Universitas Sriwijaya. Di dalam: Sarasehan Strategi Penelitian Bambu di

Indonesia. Yayasan Bambu Lingkungan Lestari. Bogor (ID). hlm 37-43.

[Dephut] Departemen Kehutanan. 1998. Laporan Penilaian Potensi Taman

Wisata Gunung Baung. Surabaya (ID). DEPHUT.

Dransfield S, Widjaja EA. 1995. Plant Resources of South-East Asia. Bamboos. Ed ke-7. Bogor (ID): Prosea Foundation.

Dransfield S, Widjaja EA. 2000. D. matmat, a new bamboo species (Poaceae- Bambusoideae) from Java, Indonesia. Kew Bulletin 55;495-497.

Erizal. 1997. Karakteristik Pertumbuhan Keanekaragaman Spesies bambu Di Arboretum Bambu IPB Darmaga. [Skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi

Hakim L, Nakagoshi N, Isaghi Y. 2002. Conservation Ecology of Gigantochloa

manggong: an Endemic Bamboo at Java, Indonesia. J of Int Dev Coop 9: 1–16.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Jakarta (ID): Badan Litbang Departemen Kehutanan.

Holtum RE. 1985. Bamboo of The Malay Peninsula. Sing Bul Bot Gard 1-135. Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.

Kodir A. 2009. Keanekaragaman dan Bioprospek Jenis Tanaman Dalam Sistem Kebun Talun Kasepuhan Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat. [tesis]. Program Pascasarjana IPB, Bogor.

Kurniawan A, Unduharta NKE, Pendit IMR. 2008. Asosiasi Jenis-Jenis Pohon Dominan di Hutan Dataran Rendah Cagar Alam Tangkoko, Bitung Sulawesi Utara. Biodiversitas 9(3):199-203.

Kurniawan A, Parikesit. 2008. Persebaran Jenis Pohon di Sepanjang Faktor Lingkungan di Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat. Biodiversitas

9(4):275-279

Krebs CK. 1989. Ecological Methodology. Ed ke-2. New York: Harper & Row. Lu SY, Liu CP, Hwang LS, Wang CH. 2007. Hydrologycal characteristics of a

Makino Bamboo Woodland in Central Taiwan. Taiwan J For Sci 22 (1): 81-93. Mudiana D. 2012. Keragaman, Struktur Populasi dan Pola Sebaran Syzygium di

Gunung Baung, Jawa Timur. [tesis]. Program Pascasarjana IPB, Bogor.

Mueller-Dombois D, Ellenberg HH. 1974. Aims and Methods of Vegetation

Ecology. New York (US): John Wiley and Sons.

Nath AJ, Das AK. 2011. Population status and regeneration of a tropical clumping bamboo Schizostachyum dullooa under two management regimes. J of Forest Res 22(1): 43-46

Odum EP. 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Ed ke-3. Penerjemah; Samingan Tj,

editor. Yogyakarta (ID): Gadjahmada University Pr. Terjemahan dari:

Foundamentals of Ecology. Third Edition.

Pa’I, Yulistiarini T. 2006. Populasi Parameria laevigata (Juss.) Moldenke di sebagian wilayah timur Gunung Baung, Desa Purwodadi, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan. Prosiding Seminar Nasional Biodiversitas. Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Airlangga, Surabaya. Halaman: 259-264.

Posey DD. 1997. Wider Use and Application of Indigenous Knowledge,

Innovations and Practises: Information system and Ethical Concerns.

Proseeding of the 1996 International Workshop on Biodiversity Information.

United Kingdom (UK): CAB International.

Pratiwi ERT. 2006. Hubungan Antara Penyebaran Alami Bambu Betung (D.

asper) dengan Beberapa Sifat Tanah. [Skripsi]. Bogor. Program Studi

Budidaya Kehutanan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Reid WV, Laird SA, Meyer CA, Gamez R, Steinfield A, Janzen DH, Gollin MA, Jum C. 1993. Biodiversity propecting: using genetic resources for sustainable

development. World resources Insitute, Washington DC (US).

Safford L, Maltby E. 1998. Guidelines for Integrated Planning and management

of Tropical Lowland Peatland. With Special Reference to South Asia. IUCN.

Samingan T. 1978. Dasar-Dasar Ekologi Umum Bagian II. Sekolah Pascasarjana Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB. Bogor (ID).

Sikumbang H. 2010. Bambu Untuk Menghadapi Pemanasan Global. Di dalam:

http://ksupointer.com/2010/bambu-untuk-menghadapi-pemanasan-global. Diakses tanggal 12 Juni 2010.

Sindusuwarno. 1963. Permasalahan Sumberdaya Bambu di Indonesia. Fakultas

Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta (ID).

Sofiah S. 2005. Pengaruh Formula Si dan SP-36 terhadap Si dan P-Tersedia,

Konsentrasi Si dan P Daun, serta Pertumbuhan Tanaman Tebu (Saccharum

officinarum L.) pada Typic Dystrudepts. [Skripsi]. Bandung: Jurusan Ilmu

Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.

Sofiah S, Fiqa AP. 2011. Karakterisasi (Tipe Kanopi dan Perakaran) Tumbuhan Lokal untuk Konservasi Tanah dan Air, Studi Kasus pada Kluwih (Artocarpus

altilis Park. ex Zoll.) Forsberg) dan Bambu Hitam (Gigantochloa

atroviolaceae Widjaja). J Berkala Penelitian Hayati. Special Topics in Zool

Environ Microb. Ed. Khusus. 5F:17-20

Soerianegara I, Irawan A. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Lembaga Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB. Bogor (ID).

Srivastava PC, Gupta UC. 1996. Trace elements in crop production. India.

Science Publisher, Inc.

Sulthoni A. 1992. Permasalahan Sumberdaya Bambu di Indonesia dalam Strategi

Penelitian Bambu Indonesia. Bogor: Yayasan Bambu Lingkungan Lestari.

Sutiyono. 1999. The Effect of Planting Space on The Growth of Bambusa

vulgaris var. vitata Schard (Bambu Ampel) at 2,5 Years Old. Bamboo J, Japan

Bamboo Society. 16:33-40.

Sutiyono. 2007. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Bambu Tutul

(Bambusa maculata Widjaja) Umur 3 Tahun. Info Hutan Vol. IV No. 5:477-

486.

Ter Braak CJF. 1986. Canonical Correspondence Analysis. A New Eigenvector

Technique for Multivariate Direct Gradien Analysis. Ecology

67:5 (1167-1179).

Tisdale SL, Nelson WL, Beaton JD, Havlin Jl. 1993. Soil fertility and Fertilizers, sd.4. Coller MacMillan Int. Inc., New York (US).

Widjaja EA. 1987. A Revision of Malesian Gigantochloa (Poaceae - Bambusoideae). Reinwarditia. 10: 291-380.7.

Widjaja EA. 1995. Document on Bamboo Genetic Resources in Indonesia. Report of FAO project No. 94729. Bogor (ID). Herbarium Bogoriense.

Widjaja EA. 1997. Jenis-spesies bambu endemik dan konservasinya di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Biology XV. PBI & Universitas Lampung, Lampung.

Widjaja EA. 1998. Bamboo genetic resources in Indonesia. Di dalam:

Vivekanandan K, Rao AN, Rao IVR. 1998. Bamboo and Rattan Genetic

Resources in Certain Asian Countries, International Network for Bamboo and

Rattan (INBAR). New Delhi (IN).

Widjaja EA. 2001. Identikit Jenis-spesies bambu di Jawa. Bogor (ID): Pusat Penelitian Biologi-LIPI.

Widyatmoko D. 2001. Autecolology and Conservation Management of A Rare Palm Species: The Case Study of Lispstick Palm Cyrtoctachys renda Blume in

Kerumutan Wildlife Sanctuary, Riau [disertasi]. Bogor. Postgraduate Programme, Bogor Agricultural Institute.

Wirakusumah S. 2003. Dasar-dasar Ekologi bagi Populasi dan Komunitas.

EKOLOGI DAN BIOPROSPEKSI BAMBU DI KAWASAN

TAMAN WISATA ALAM GUNUNG BAUNG PASURUAN

JAWA TIMUR

SITI SOFIAH

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dokumen terkait