• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

5.2 Solidaritas Masyarakat Marginal

Durkheim mendiskusikan tentang dua tipe masyarakat, yaitu masyarakat yang berlandaskan solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Masyarakat yang berlandaskan solidaritas mekanik ditandai oleh pembagian kerja yang rendah, kesadaran kolektif yang kuat, hukum refresif dominan, individualitas rendah, pola normatif sebagai consensus terpenting dalam komunitas, dan saling ketergantung-

an rendah. Sebaliknya pada masyarakat yang berlandasan solidaritas organik di ceritakan oleh pembagian kerja yang tinggi, kesadaran kolektif yang lemah, hokum retitutif dominan, individualitas tinggi, nilai abstrak dan umum sebagai konsensus terpenting dalam komunitas, dan saling ketergantungan tinggi. Perbedaan antara solidaritas mekanik dan solidaritas secara garis besar, dapat dijelaskan melalui antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Solidaritas mekanik dapat di rujuk pada masyarakat pedesaan, sedangkan solidaritas organik pada masyarakat perkotaan.

Potret solidaritas sosial dalam konteks masyarakat dapat muncul dalam berbagai kategori atas dasar karakteristik sifat atau unsur yang membentuk solidaritas itu sendiri. Veeger, K.J. (1992) mengutip pendapat Durkheim yang membedakan solidaritas sosial dalam dua kategori/tipe; pertama, solidaritas mekanis, terjadi dalam masyarakat yang diciri-khaskan oleh keseragaman pola- pola relasi sosial, yang dilatarbelakangi kesamaan pekerjaan dan kedudukan semua anggota. Jika nilai-nilai budaya yang melandasi relasi mereka, menyatukan mereka secara menyeluruh, maka akan memunculkan ikatan sosial diantara mereka kuat sekali yang ditandai dengan munculnya identitas sosial yang demikian kuat. Individu meleburkan diri dalam kebersamaan, hingga tidak ada bidang kehidupan yang tidak diseragamkan oleh relasi-relasi sosial yang sama. Individu melibatkan diri secara penuh dalam kebersamaan pada masyarakat hingga tidak terbayang bahwa hidup mereka masih berarti atau dapat berlangsung, apabila salah satu aspek kehidupan diceraikan dari kebersamaan. Hal tersebut dapat di pertegas dengan pernyataan Ibu Dani, yaitu:

“Solidaritas merupakan kerjasama yang sangat baik dan membantu

orang lain yang mengalami masalah serta kehidupan bermasyara-

kat solidaritas itu sangatlah penting karena setiap warga tidak bisa hidup sendiri”.

Pernyataan Ibu Dani tersebut dipertegas oleh Bapak Budi selaku kepala Lingkungan XII

“Solidaritas merupakan sebuah rasa kebersamaan antar warga yang dilakaukan secara bersama-sama dalam membantu warga yang kesulitan, tetapi bukan hanya dalam masa kesulitan saja baru dibantu sesuai dengan kesadaran kita masing-masing saja kalau memang mau dibantu kan tidak ditunggu harus dalam kesulitan dulu”.

Solidaritas mekanik memperlihatkan berbagai komponen atau indikator penting, seperti; adanya kesadaran kolektif yang didasarkan pada sifat ketergantungan individu yang memiliki kepercayaan dan pola normatif yang sama. Individualitas tidak berkembang karena dilumpuhkan oleh tekanan aturan/hukum yang bersifat represif. Sifat hukuman cenderung mencerminkan dan menyatakan kemarahan kolektif yang muncul atas penyimpangan atau pelanggaran kesadaran kolektif dalam kelompok sosialnya. Solidaritas mekanik didasarkan pada suatu “kesadaran kolektif” (collective consciousness) yang dipraktikkan masyarakat dalam bentuk kepercayaan dan sentimen total diantara para warga masyarakat. Individu dalam masyarakat seperti ini cenderung homogen dalam banyak hal. Keseragaman tersebut berlangsung terjadi dalam seluruh aspek kehidupan, baik social, politik bahkan kepercayaan atau agama.

Sementara itu solidaritas organik terjadi dalam masyarakat yang relatif kompleks kehidupan sosialnya namun terdapat kepentingan bersama atas dasar tertentu. Dalam kelompok sosial terdapat pola antar-relasi yang parsial dan fungsional, terdapat pembagian kerja yang spesifik, yang pada gilirannya

memunculkan perbedaan kepentingan, status, pemikiran dan sebagainya. Perbedaan pola relasi-relasi, dapat membentuk ikatan sosial dan persatuan melalui pemikiran perlunya kebutuhan kebersamaan yang diikat dengan kaidah moral, norma, undang-undang, atau seperangkat nilai yang bersifat universal. Oleh karena itu ikatan solider tidak lagi menyeluruh, melainkan terbatas pada kepentingan bersama yang bersifat parsial.

Solidaritas organik muncul karena pembagian kerja bertambah besar. Solidaritas ini didasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi. Ketergantungan ini diakibatakan karena spesialisasi yang tinggi diantara keahlian individu. Spesialisasi ini juga sekaligus merombak kesadaran kolektif yang ada dalam masyarakat mekanis. Akibatnya kesadaran dan homogenitas dalam kehiduan sosial tergeser. Karena keahlian yang berbeda dan spesialisasi itu, munculah ketergantungan fungsional yang bertambah antara individu-idividu yang memiliki spesialisasi dan secara relatif lebih otonom sifatnya. Menurut Durkheim itulah pembagian kerja yang mengambil alih peran yang semula disandang oleh kesadaran kolektif.

Solidaritas di masyarakat marginal dalam menghadapi masalah-masalah sosial di tengah masyarakat perkotaan dapat timbul akibat persamaan nasib yang dihadapi. Dalam menghadapi masalah kemiskinan misalnya yang terus-menerus dialami oleh masyarakat tersebut, mereka memiki cara atau strategi untuk menghadapi masalah tersebut, salah satunya adalah tindakan coping behaviour. Tindakan ini terdiri dari beberapa strategi yaitu:

1. Bereaksi dengan menciptakan makna positif yang bertujuan untuk mengembangkan diri termasuk melibatkan diri dalam hal- hal yang religius. Contohnya adalah seseorang yang melakukan tindakan ini akan selalu berpikir positif dan mengambil hikmahnya atas segala sesuatu yang terjadi dan tidak pernah menyalahkan orang lain serta bersyukur dengan apa yang masih dimilikinya.

2. Masyarakat menumbuhkan kesadaran akan peran diri dalam permasalahan yang dihadapi dan berusaha mendudukkan segala sesuatu sebagaimana mestinya. Contohnya adalah seseorang yang melakukan tindakan ini akan menerima segala sesuatu yang sedang terjadi dan mampu menyesuaikan diri dengan kondisi yang sedang dialaminya.

3. Tindakan masyarakat yang melakukan regulasi baik dalam perasaan maupun tindakan. Contohnya adalah seseorang dalam menyelesaikan masalah akan selalu berfikir sebelum berbuat sesuatu dan menghindari untuk melakukan tindakan secara tergesa-gesa, hal ini nampak pada tindakan warga yang membantu warga lain dalam mengatasi masalah keuangan.

Kerjasama yang dilakuka secara bersama-sama di sebut gotong royong. Dan gotong royong sendiri sebagai bentuk solidaritas sosial, terbentuk karena adanya bantuan dari pihak lain, untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan kelompok, sehingga di dalamnya terdapat sikap loyal dari setiap warga sebagai satu kesatuan.

Kegiatan gotong-royong di lakukan warga komunitas, baik yang berada di pedesaan maupun di perkotaan, yang penting mereka dalam kehidupannya

senantiasa memerlukan orang lain. Di perkotaan nilai gotong-royong sangat berbeda dengan gotong-royong di pedesaan, karena di perkotaan segala sesuatu sudah banyak dipengaruhi oleh materi dan system upah, sehingga akan di perhitungkan untung ruginya dalam melakukan gotong royong, sedangkan di pedesaan gotong-royong belum banyak dipengaruhi oleh materi dan system upah sehingga kegiatan gotong-royong di perlukan sebagai suatu solidaritas antar sesama dalam satu kesatuan wilayah atau kekerabatan. Hal ini dipertegas dengan pernyataan Ibu Ana, yakni:

“Dalam kehidupan berkelompok, di lingkungan ini terdapat perwiritan para ibu/bapak saja. Kegiatan-kegiatan bakti sosial di lingkungan ini dilakukan pada saat hari-hari besar saja seperti menyambut HUT RI, bulan Ramadhan dan sebagainya”.

Menurut Kentjaraningrat dalam Gurniawan (2012) mengemukakan gotong royong memiliki beberapa bentuk sebagai berikut:

1. Dalam hal kematian, sakit, atau kecelakaan, di mana keluarga yang sedang menderita itu mendapat pertolongan berupa tenaga dan benda dari tetangga- tetangganya dan orang di sekelilingnya.

2. Dalam hal pekerjaan sekitar rumah tangga, misalnya memperbaiki atap rumah, mengganti dinding rumah, membersihkan rumah, menggali sumur, dsb., untuk mana pemilik rumah dapat meminta bantua tetangga-tetangganya yang dekat dengan member bantuan makanan;

3. Dalam hal pesta-pesta, misalnya pada waktu mengawinkan anaknya, bantua tidak hanya dapat diminta dari kaum kerabatnya, tetapi juga dari tetangga-tetangganya, untuk mempersiapkan dan menyelenggarakan pesta. Hal ini dapat dipertegas dengan pernyatan Ibu dani yaitu:

“seperti membantu dalam menyediakan konsumsi ketika ada acara kemalangan dan pesta pernikahan”.

Berkaitan dengan hal tersebut, dapat dipertegas dengan pernyataan oleh Ibu Eli, yang mana beliau menuturkan:

“Bentuk tolong menolong yang dilakukan warga berupa tenaga dalam hal membantu semisal ada warga yang pesta pernikahan dan pesta lainnya, kalau kemalangan warga di sini paling nyumbang saja”.

Solidaritas sosial merupakan suatu keadaan hubungan antara individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas menekankan pada keadaan hhubungan antar individu dan kelmpok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dari hubungann bersama akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memeperkuat hbungan antar mereka. Menurut Durkheim berdasarkan hasilnya, solidaritas dapat dibedakan antara Solidaritas organik dan solidaritas Mekanik. Solidaritas Organik tidak menghasilakan integrasi apaun, dan dengan demikian tidak memiliki kekhususan, sedangkan solidaritas organik dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri:

1. Menikat individu pada masyarakat secara langsung, tanpa perantara

2. Suatu sistem-sistem funsi yang berbeda dan khusus , yang menyatukan hubungan- hubungan yang tetap.

3. Tidak terspesialisasi

Solidaritas dipertahankan sejauh kesadaran pada individu pada masyarkat sama kuatnya, dengan sendirinya akan memelihara unsur-unsur pengintegrasian

yang ada pada masyarakat tersebut. Solidaritas tidak dapat dengan seketika diamati secara efektif, maka diperlukan suatu indeks extern. Menurut Durkheim indeks extern adalah peraturan-peraturan hukum. Solidaritas sosial terwujud dalam hubungan timbal balik, yang mendapat persyaratan dalam sifat dan jumlah peraaturan-peraturan hukum yang berlaku.

Solidarits mekanis didasarkan pada persamaan, dalam suatu masyarakat yang ditandai oleh solidaritas ini semua anggotanya mempunyai kesadaran kolektif yang sama. Kesadaran kolektif adalah keseluruhan keyakinan dan perasaan yang membentuk sistem tertentu yang mempunyai kehidupan tersendiri dan dimiliki bersama oleh anggota masyarakat. Kesadaran kolektif memiliki sifat keagamaan, karena mengharuskan rasa hormat dan ketaatan.

Dokumen terkait