• Tidak ada hasil yang ditemukan

Solusi dalam Menghadapi Sikap Pro dan Kontra terhadap Sistem Pembagian

BAB IV HASIL PENELITIAN MENGENAI PERSEPSI AKTIVIS GENDER

B. Solusi dalam Menghadapi Sikap Pro dan Kontra terhadap Sistem Pembagian

Sikap mendukung (pro) dan menolak (kontra) terhadap penetapan sistem waris ini memang bukan hal yang baru terjadi, melainkan perdebatan yang sudah terjadi sejak lama, maka dari itu pula banyak ulama yang menawarkan berbagai solusi dalam menghadapi permasalahan ini, dan begitu juga penulis akan menawarkan beberapa solusi yang didapatkan dari hasil penelitian ini, diantaranya adalah:

1. Karena harta warisan sering disebut sebagai harta panas, maka harus diselesaikan dengan mengedepankan sikap kekeluargaan dan menjunjung asas keadilan berimbang.

2. Dalam mengedepankan prinsip keadilan dan kekeluargaan itu tidak perlu menentang apa yang digariskan oleh al- Qur’an yang sudah disepakati ketentuannya adalah qath’i.

3. Sedangkan dalam memahami apa yang tertera dalam al- Qur’an itu kita harus terlebih dahulu mencari dan memahami asbabun nuzul ayat tersebut, walaupun tidak semua ayat ada asbabun nuzulnya. Agar kita dapat mengerti apa sebenarnya maqashid al- Syariah yang terkandung di dalamnya.

4. Agar lebih terorganisir, sebaiknya pemerintah pun ikut turun tangan dalam menyelesaikan masalah kewarisan apabila terdapat sengketa. Hal ini tentunya difokuskan dalam hal pengelolaannya saja, sehingga bisa lebih bermanfaat apabila dikelola secara tepat dan akurat. Dan tidak hanya selalu berkutat pada sistem pembagiannya saja.

5. Lalu yang terakhir, jadikanlah perbedaan ini sebagai suatu rahmat dan bukan suatu yang harus dianggap buruk. Dan kita harus dapat berlapang dada apabila pendapat kita tidak diterima, karena mungkin pendapat orang lain lebih bermanfaat dan lebih memberikan maslahat.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari uraian penelitian di atas penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan dari persepsi yang diutarakan oleh para aktivis gender Indonesia mengenai sistem waris 2:1 dalam Islam, di antaranya sebagai berikut:

1. Kategori persepsi yang lebih cenderung menyetujui konsep yang ada dalam al- Qur’an, yakni konsep 2:1 terhadap anak laki-laki dan perempuan. Diantara mereka yang termasuk dalam katergori ini: Zaitunnah Subhan, Abdul Wahid Maryanto (aktivis PUAN), dan Masdar F. Mas’udi.

2. Kategori persepsi yang lebih cenderung bertolak belakang atau tidak menetujui konsep 2:1 yang ada dalam al- Qur’an. Diantara mereka yang termasuk dalam katergori ini: Syafiq Hasyim, M. Taufik Damas, Munawwir Sjadzali, dan Komaruddin Hidayat.

Adapun solusi yang penulis tawarkan dari penelitian ini yang utama adalah dalam memaknai sesuatu itu tidak mesti menjadikan apa yang kita yakini harus diterapkan oleh orang lain. Karena boleh jadi pendapat orang lain bisa mendatangkan

maslahat yang jauh lebih besar dibandingkan maslahat yang didapat dari apa yang kita yakini.

B. Saran

Adapun saran dari penulis bagi masyarakat Islam yang tetap memegang teguh prinsip kewarisan dalam Islam agar terus mempertahankannya, karena hal tersebut merupakan tuntunan yang merupakan implementasi dari hubungan kita dengan Allah SWT (hablum minallah) dan hubungan kita dengan sesama manusia (hablum minannas).

Begitu pula bagi kalangan civitas akademika agar selalu berkarya dan berijtihad dalam menentukan berbagai bentuk pemecahan suatu permasalahan sosial yang menuntut kesinambungan antara produk hukum dan perkembangan zaman, tidak hanya dalam masalah waris saja namun juga masalah sosial lainnya. Untuk itu penulis juga dapat mengajukan saran sebagai berikut:

1. Apapun yang menjadi perbedaan pendapat mengenai apakah sistem waris dua berbanding satu antara anak laki-laki dan perempuan ini masih relevan saat ini ataukah tidak, haruslah disikapi dengan bijaksana.

2. Dalam menghadapi masalah peerbedaan pembagian dalam harta waris sebaiknya para ahli waris mengedepankan semangat kekeluargaan dan keadilan, sehingga kemungkinan konflik akan semakin kecil walaupun sedikit berlainan dengan apa yang digariskan al- Qur’an dalam hal penetapannya.

3. Pemerintah sangat diharapkan kontribusinya dalam menjaga keteraturan pengelolaan harta waris, sehingga kemungkinan-kemungkinan buruk dapat dihindari. Seperti membangun sebuah badan pengelolaan waris, seperti yang sudah ada dalam hal pengelolaan zakat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdul Ghani. Pengantar Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Gema Insani Press, 1994.

al- Jawi, M. Shiddiq. “Menghancurkan Agenda Global Barat; Feminisme”. Moch. Nanan Syaifuddin, harta warisan untuk ahli waris laki-laki dan perempuan menurut hukum islam. Artikel diakses pada tanggal 10 februari 2010 dari www.khilafah1924.org

Allusy, Syekh Abi Abdillah Abdussalam, Ibanah Al-Ahkam Fi Syarhi Bulughul Maram Juz III, Beirut: Dar El- Fikr, 2004. Cet.1

al- Sya’rawi, Syekh Mutawalli. Fikih Perempuan (Muslimah) Busana dan Perhiasan Penghormatan Atas Perempuan, Sampai Wanita Karier, Jakarta: Amzah, 2005.

al- Tirmiziy, Abu Isa. al-Jami’u al-Shahih IV, Cairo: Musthafa al-Babiy, 1938.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.

Ash- Shobuniy, Muhammad Ali. Hukum Waris Islam, Judul Asli Al- Mawarits Fi Asy- Syar’iyyati Islamiyyah ‘Ala Dhaull Kitab Was Sunnah, Surabaya: Al- ikhlas, 1995.

Bhasari, Abu Hamzah Hasan. “Relevansi Hukum Waris, Bias Isu Gender, Egalitarianisme, Pluralisme dan HAM” artikel diakses pada tanggal 10 maret 2010 dari www.mail-archive.com

Bhasin, Kamla. Memahami Gender, Jakarta: Teplok Press, Cet. I, 2001.

Budi, Setia. Tinjauan Pustaka: Pengertian Persepsi, Artikel diakses pada tanggal 13

April 2010 Dari http://www.damandiri.or.id/file/Setiabudiipbtinjauanpustaka.pdf

Dawud, Abu. Sunan Abi Daud II, Cairo: Musthafa al-Babiy, 1952.

Departemen Agama RI. Al- Qur’an Al Karim dan Terjemahannya, Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al- Qur’an, 1986.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Dzuharyatin, Siti Ruhaini dkk; PSW IAIN Sunan Kalijaga. Rekonstruksi Metodologis Wacana Kesetaraan Gender Dalam Islam, Yogyakarta: Mc Gill ICHIEP dan Pustaka Pelajar anggota IKAPI cet. I, 2002.

Echols, John M. dan Shadily, Hassan. Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, cet. XII, 1983.

Fauzie, Ridjal. Dinamika Gerakan Perempuan Di Indonesia, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1993.

Ghazali, Syeikh Muhammad. Tafsir Tematik Dalam Al-Qur’an, Jakarta: Gayu Media Pratama, 2004.

Hasan, M. Ali. Hukum Warisan Dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1996.

Hilal, Uun Ru’yatul. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Paraktek Hukum Waris Bagi Rata Pada Masyarakat Desa Bahagia, Kecamatan Babelan Kotamadya Bekasi”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, Buku III: Pengantar Teknik Analisa Jender, Jakarta: 1992.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia. Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Perspektif Agama Islam, Jakarta: 2004.

Komite Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar Mesir, Hukum Waris, Penerjemah Addys Aldizar dan Fathurrahman, Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2004. Linsey, Linda L. Gender Roles: a Sociological Perspective, New Jersey: Prentice

Hall, 1990.

M. Lips, Hilary. Sex and Gender: An Introduction, London: Mayfield Publishing Company, 1993.

Majelis Ulama Indonesia. (Rangkuman Hasil Seminar Dan Lokakarya “Kemitrasejajaran Pria Dan Wanita Dalam Perspektif Islam”),Tuntunan Islam Tentang Kemitrasejajaran Pria Dan Wanita, Jakarta: 1999.

Maula, Nilayatul. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Konsep Pembagian Waris Anak Laki-Laki Dan Perempuan Menurut Prof. Dr. H. Munawwir Sjadzali, MA.”

Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.

Mufidah Ch, Peta dan Isu Gerakan Perempuan Islam di Indonesia, artikel diakses

pada pada tanggal 11 februari 2010 dari

http://www.wahidinstitute.org/indonesia/content/view/651/52/1/2/

Mujib, Abdul. Kaidah-kaidah Ilmu Fiqih (al-qowa’idul fiqhiyyah), Surabaya: Kalam Mulia, 1992.

Musa, Kamil. Anak Perempuan dalam Pandangan Islam, Jakarta: CV. Firdaus, 1994. Murniati, A. Nunuk P. Getar Gender (Perempuan Indonesia Dalam Perspektif

Agama, Budaya, dan Keluarga), Magelang: Indonesiatera, 2004.

Muthahhari, Murtadha. Wanita dan Hak-Haknya Dalam Islam, Bandung: Pustaka, 1996.

Neufeldt, Victoria (ed.). Webster’s New World Dictionary, New York: Webster’s New World Clevenland, 1984.

Nurmalia, Eli.“Respons Perempuan Terhadap Sistem Pembagiam Waris 2:1 Dalam Hukum Kewarisan Islam” (Studi di Rt.04/05 Kelurahan Bojongkulur Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor), Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Rofiq, Ahmad. Fiqih Mawaris, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001. Sabiq, Sayyid. Fiqh al-Sunnah, Beirut: Dar el-Fikr, 1983.

Sarmadi, A. Sukris. Transedensi Keadilan Hukum Waris Islam Transformatif,

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.

shaleh, Abdurrahman. dan abdul wahab, muhbib. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, Jakarta: Kencana, 2004.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, Volume 2, 2002.

Subhan, Zaitunah. Menggagas Fikih Pemberdayaan Perempuan, Jakarta: el- Kahfi, 2008.

______________, Peningkatan Kesetaraan dan Keadilan Jender Dalam Membangun Good Governance, Jakarta: el- Kahfi, 2002.

______________, Tafsir Kebencian, Studi Bias Gender Dalam Tafsir Qur’an. Yogyakarta: LKiS, 1999.

Suryochondro, Sukanti. Potret Pergerakan Wanita Di Indonesia, Jakarta: Rajawali, 1984.

Sudarsono. Hukum Waris Dan Sistem Bilateral, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991. Syarifuddin, Amir. Hukum Kewarisan Islam, Jakarta: Kencana, 2004.

Thalib, Sajuti. Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2004. Tierney, Helen (ed.). Women’s Studies Encyclopedia, Vol.1, New York: Green Wood

Press.

Umar, Nasaruddin. Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: Paramadina, 1999.

Usman, Suparman. dan Somawinata, Yusuf. Fiqh Mawaris: Hukum Kewarisan Islam,

Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.  

Walgito, Bimo. Psikologi Sosial; Suatu Pengantar, Yogyakarta: Andi, 2007. ed.revisi.

 

Wilson, H.T. Sex and Gender, making cultural sense of civilization, Leiden New York, Kobenhavn, Koln: E.J. Brill, 1989.

TTL : Cirebon, 03 Mei 1956

Alamat : Yayasan Puan Amal Hayati (kantor)

Pendidikan : - MI, MTs, MA. Tebu Ireng, Salafi, Jombang. - S1. al- Azhar University, Cairo.

- S2. Eidenbergh, United Kingdom. Profesi : Aktivis Puan Amal Hayati

Jabatan : Pengurus Harian Puan Amal Hayati Waktu &Tempat

PelaksanaanWawancara : Rabu, 06 Oktober 2010 Pukul 11:00 s/d 12:15 WIB di Sekretariat Yayasan Puan Amal Hayati Jl. Warung Silah Mo. 32A. Komplek al- Munawwaroh, Ciganjur Jakarta Selatan.

2. Pertanyaan:

A. Apakah anda mengetahui tentang adanya hukum kewarisan yang diatur dalam agama Islam? Apa saja yang anda ketahui?

- Ya, saya sedikit banyak tahu tentang masalah waris dalam islam. Banyak hal yang dibahas dalam waris islam yang membedakannya dengan hukum waris belanda. Seperti dalam hal pembagian, istilah-istilah yang dipakai, teknik pembagiannya, dll.

B. Apakah anda mengetahui dasar-dasar yang dipakai dalam menentukan bagian- bagian harta warisan dalam hukum kewarisan Islam?

- Ya, ayat tentang kewarisan diatur oleh al- Qur’an, al- Hadits juga dalam ijma’ sahabat. Seperti dalam surat al- Nisa’ ayat 11 dan beberapa ayat lain

C. Apakah anda juga mengetahui bahwa dalam hukum kewarisan Islam itu bagian anak laki-laki dengan perempuan berbanding 2:1? Bagaimana menurut anda, setujukah anda dengan aturan seperti ini? Mengapa?

- Tahu, saya dalam hal ini setuju, karena menurut saya aturan ini merupakan aturan yang sudah berifat Qath’iy dan tidak perlu diubah-ubah lagi.

D. Bila dikaitkan dengan kesetaraan gender yang saat ini sedang diperjuangkan, apakah pembagian 2:1 ini masih relevan dengan semangat kesetaraan gender? - Menurut saya masih relevan, karena banyak hal yang sesuai dengan proporsi

pembagian 2:1. Jadi, bukan sistem pembagiannya yang bermasalah melainkan pengelolaannya.

E. Bagaimana solusi yang tepat menurut anda terhadap sikap pro dan kontra akan sistem pembagian 2:1 dalam hukum kewarisan Islam ini?

- Karena yang menjadi permasalahan adalah manajemen pengelolaan warisnya, maka yang perlu dilakukan saat ini adalah membentuk suatu lembaga yang mengatur masalah waris, jadi bukan hanya masalah zakat yang diurus, namun saat ini belum ada yang mengatur masalah ini.

TTL : Jakarta, 23 Januari 1974 Alamat : JIL (kantor)

Pendidikan : S1 Fakultas Ushuluddin Jurusan Akidah Filsafat, Universitas al- Azhar Cairo, 2003.

Profesi : Aktivis JIL

Jabatan : Aktivis JIL Waktu &Tempat

PelaksanaanWawancara : Selasa, 12 Oktober 2010 Pukul 13:00 s/d 14:00 WIB di Sekretariat Jaringan Islam Liberal (JIL) Jl. Utan Kayu 68 H Jakarta Pusat

4. Pertanyaan:

A. Apakah anda mengetahui tentang adanya hukum kewarisan yang diatur dalam agama Islam? Apa saja yang anda ketahui?

- Ya, saya mengetahui adanya hal tersebut. Seperti adanya istilah-istilah yang dipakai dalam kewarisan Islam seperti dzawil furudh, dzawil arham, ashobah, dll. Dan juga adanya wasiat, hibah dan wakaf yang sering dibahas dalam pembahasan mengenai kewarisan

B. Apakah anda mengetahui dasar-dasar yang dipakai dalam menentukan bagian- bagian harta warisan dalam hukum kewarisan Islam?

- Ya, ayat tentang kewarisan diatur oleh al- Qur’an dan al- Hadits seperti dalam surat al- Nisa’ kalau tidak salah ayat 11 dan beberapa ayat lainnya. Dan juga banyak hadits yang menerangkan tentang masalah kewarisan.

- Tahu, saya tidak setuju dengan pendapat beberapa kalangan yang menempatkan bagian anak perempuan mendapatkan bagian yang lebih sedikit ketimbang anak laki-laki. Karena menurut saya ketentuan yang ada dalam al- Qur’an harus merespon kondisi zaman. Tidak semua hukum itu harus diterapkan, artinya penerapan hak waris merupakan alternatif atau jalan terakhir yang ditempuh jika perundingan secara kekeluargaan menemui jalan buntu.

D. Bila dikaitkan dengan kesetaraan gender yang saat ini sedang diperjuangkan, apakah pembagian 2:1 ini masih relevan dengan semangat kesetaraan gender? - Menurut saya hal ini sudah tidak sesuai, karena beban dan tanggung jawab

antara laki-laki dan perempuan saat ini relatif sama. Yang terpenting adalah mengutamakan prinsip keadilan dan kekeluargan.

E. Bagaimana solusi yang tepat menurut anda terhadap sikap pro dan kontra akan sistem pembagian 2:1 dalam hukum kewarisan Islam ini?

- Perbedaan pendapat sah-sah saja, asalkan penyelesaiannya dilakukan dengan asas kekeluargaan.

Dokumen terkait