• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODE PENELITIAN

5.5 Gambaran penyebab kejadian kecelakaan bus Transjakartadi koridor III

5.5.2 SOP Perusahaan

Standar Operasional Prosedur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah SOP yang terkait dengan aspek keselamatan yang ada di perusahaan, mulai dari kondisi bus, kelengkapan kendaraan dan peraturan-peraturan lain untuk pramudi.

Adapun isi SOP berdasarkan data dokumen SOP PT Trans Batavia diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Bus dalam kondisi bersih dan layak pandang. 2) Badan bus dalam kondisi baik tanpa kerusakan.

3) Semua tanda keselamatan di badan bus terpasang dengan jelas.

4) Semua peralatan keselamatan seperti: palu pemecah kaca, APAR dan peralatan keselamatan lain terpasang dengan baik.

5) Lampu penerangan dalam kondisi baik.

6) Dalam pengoperasian bus, pramudi dilarang melakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Melanggar lampu lalu intas.

b) Membuka pintu penumpang kecuali di Halte

c) Mengemudikan dengan kecepatan maksimal 50 km/jam.

e) Mengoperasikan bus dengan jarak terlalu dekat dengan kendaraan didepannya.

f) Mengoperasikan bus tanpa lampu penerangan. g) Mengoperasikan bus diluar jalur bus Transjakarta

kecuali keadaan darurat.

Berikut hasil wawancara mendalam kepada para informan:

“…ya,,saya tau SOP….Kendaraan ada yang sesuai, ada juga yang kurang sesuai…kelengkapan alat nya ya begitu juga, kayak tadi,,palu yang harusnya ada 6, kadang Cuma ada 4 atau Cuma 2 di belakang….kalo kecepatan maksimal Bus ya 50 km SOP nya…” (Informan U2)

Berdasarkan keterangan informan diketahui bahwa masih terdapatnya peralatan-peralatan keselamatan yang belum sesuai dengan SOP yang ada, selain itu menurut hasil wawancara juga diketahui masih terdapat pramudi yang terkadang melakukan pelanggaran.

Pengecekan kondisi kendaraan setiap harinya dilakukan oleh para pramudi selama masih di pool, sebelum digunakan untuk beroperasi.

“ … kan sebelum jalan kita ngecekin bus dulu…ada ban nya yang kempes atau g, ada yang g enak atau nggak…setiap hari itu….iya,pake form,ada form nya…nanti kita yang nyerahin ke

kantor..penting g penting sih sebenarnya form nya…yang penting kan udah di cek..terus tinggal lapor aja kalo ada yang nggak sesuai….” (Informan U1)

Hasil wawancara kepada pihak manajemen menyebutkan bahwa pengawasan terhadap penerapan SOP dilakukan oleh pihak PT Trans Batavia, berikut kutipannya:

“..pengawasan..kita yang ngawasain setiap hari kalo ada pelanggaran…tapi sanksi yang ngasih ya dari BLU….” (Informan P2)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan P1 berikut: “…setiap hari kita yang ngawasin pramudi..kita awasi ada yang ngelanggar apa enggak…bus nya ada yang rusak atau enggak, jenis SOP ada dari BLU ada dari internal TB…” (Informan P1)

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa, penerapan SOP di lapangan seperti SOP tentang standar peralatan keselamatan yang ada di dalam bus masih terdapat yang kurang sesuai dengan SOP, dimana masih terdapat jumlah peralatan keselamatan yang kurang, atau bahkan tidak terpasang sama sekali. Selain itu masih adanya pelanggaran SOP yang terkadang dilakukan oleh pramudi menunjukkan bahwa secara umum penerapan SOP dilapangan masih perlu pengawasan yang lebih.

5.5.3 Pelatihan

Pelatihan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelatihan mengenai cara kerja yang aman dan untuk meningkatkan pengetahuan tentang aspek-aspek keselamatan berkendara agar pramudi dapat terhindar dari kejadian kecelakaan.

Berikut hasil wawancara mendalam kepada pramudi: “..enggak,,pelatihan mah nggak pernah ada,,,paling arahan-arahan aja biasanya kalo kita nya melanggar…” (Informan U1)

“…pelatihan ke semua pramudi ya neng?...nggak ada kalo ke semua, paling pernah waktu itu Cuma diambil beberapa pamudi aja sih nggak sampe semua nya,,,saya lupa berapa waktu itu yang ikut…” (Informan U2)

Dari keterangan para pramudi, mereka mengatakan bahwa tidak pernah mendapatkan pelatihan khusus dari perusahaan, namun rekan mereka sesame pramudi pernah ada beberapa yang ikut pelatihan, namun bukan dari dalam perusahaan yang mengadakan pelatihan tersebut.

Keterangan tersebutdidukung oleh keterangan dari pihak manajemen berikut ini:

“…..Ada,kita pernah kirim pramudi….ke diklat ditlantas, itu sementera perwakilan…..ada jadwalnya…..kadang-kadang

setahun kita kirim 10 orang, paling kalo internal hanya pengarahan aja kalo dia melanggar….” (Informan P2)

“….ya pelatihan khusus dari perusahaan sih tidak ada, tapi hanya perwakilan saja, kan berjenjang sifatnya, jadi bergilir, biasanya kita kirim ke serpong….”(Informan P1)

Berdasarkan hasil wawancara kepada pihak manajemen diketahui bahwa perusahaan tidak pernah mengadakan pelatihan khusus untuk seluruh pramudi, namun hanya mengambil beberapa pramudi untuk dikirim mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh pihak luar.

Secara umum dapat diketahui bahwa pelatihan bagi pramudi secara keseluruhan belum pernah dilakukan perusahaan, hanya perwakilan pramudi saja yang diikutkan untuk mengikuti pelatihan, sebaiknya pihak manajemen melakukan pelatihan kepada seluruh pramudi agar dapat meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan ketrampilan berkendara bagi para pramudi. 5.5.4 Shift Kerja

Shift kerja dalam penelitian ini merupakan banyaknya jadwal pramudi selama mengemudi bus Transjakarta setiap hari nya. berikut merupakan hasil wawancara mendalam kepada para informan terkait shift kerja yang diterapkan di perusahaan:

“…Shift nya mulai dari jam 5 pagi sampai jam 2 siang, kemudian lanjut jam 2 siang sampai jam 10 malam….istirahat

ya paling pas ngisi BBGsehari kan dua kali tuh di isi pagi sebelum jalan sama siang sebelum mulai shift kedua….capek neng, tapi ya namanya orang kerja….”(Informan U1)

“….kita mulai jam 5 pagi sampai jam 2 siang…abis tuh lanjut sampai jam 10..tiap minggu pasti ada libur 1 hari..kecuali yang mau lembur…atau yang pengganti shift nya bermasalah…enggak sih,kit amah udah biasa jadi nggak terbebani…..tapi ya emang capek, kalo nggak capek bukan kerja namanya….” (Informan U2).

Shift kerja yang diterapkan perusahaan berdasarkan hasil wawancara kepada pramudi dimulai dari jam 05.00-14.00 untuk shift pertama, setelah itu dari jam 14.00-22.00 untuk setiap hari nya, para pramudi mempunyai waktu libur sehari dalam seminggu, namun apabila terdapat pengganti shift yang bermasalah pramudi harus menggantikannya, selain itu juga terdapat pramudi yang masih mengambil jadwal lembur demi untuk mendapatkan tambahan gaji.

Berikut ini hasil wawancara dengan pihak manajemen terkait dengan shift kerja pramudi:

“…kita menerapkan sistem shift kerja 8 jam kerja setiap hari, dan satu hari libur untuk satu minggu hari kerja, kami rasa

itu sudah sesuai dan tidak memberatkan pramudi…” (Informan P1)

“…..peraturan perusahaan shift nya dimulai jam 5 pagi sampai jam 2 siang, setelah itu lanjut jam 2 siang sampai jam 10 malam…istirahatnya ya setiap pengisian BBG, biasanya memanfaatkan waktu tersebut untuk istirahat…sesuailah menurut kami sistem tersebut…” (Informan P2)

Secara umum berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada para informan diketahui bahwa sistem shift kerja yang diterapkan diperusahaan yaitu 8 jam kerja dan satu hari libur setiap satu minggu hari kerja. Namun terkadang masih terdapat pramudi yang mengambil jadwal lembur kerja demi untuk mendapatkan gaji tambahan.

Pihak manajemen merasa bahwa sistem shift kerja yang diberlakukan diperusahaan sudah sesuai dan tidak membebani pramudi, namun berdasarkan keterangan pramudi, pramudi terkadang masih merasa kelelahan, karena jadwal istirahat yang hanya bisa dilakukan saat pengisian BBG (Bahan Bakar Gas) kendaraan.

Dokumen terkait