• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMASAN 1 2 3 5 6 7 PENERIMAAN PUCUK DI PABRIK PELAYUAN PENGGULUNGAN PENGERINGAN AWAL MENGGUNAKAN ECP DRYER

PENGERINGAN AKHIR 4

Persiapan Pengolahan

Sortasi & Pengemasan

Gambar 17. Proses Industri Pengolahan Teh Hijau

Berdasarkan interaksi intra organisasi dan antar organisasi di atas, secara eksplisit tergambarkan bahwa terdapat lingkar umpan balik (feedback

loops) dalam manajemen rantai pasokan (supply chain management) industri

teh. Sektor pembeli menjadi pendorong (drivers) bagi sektor yang lainnya, setiap perubahan order dan spesifikasi berupa tuntutan kualitas, kuantitas, waktu penyampaian, harga serta yang lainnya harus direspon oleh seluruh pelaku usaha yang terlibat dalam jaringan rantai pasokan industri teh.

Diagram Sebab Akibat

Dalam upaya memahami kompleksitas sistem rancangbangun rantai pasokan industri teh hijau dilakukan pengembangan model umum menjadi diagram sebab akibat. Pengembangan diagram sebab akibat tersebut didasarkan pada komponen yang terdapat dalam model umum serta tujuan

51

Gambar 18. Diagram sebab akibat rancangbangun rantai pasokan industri teh hijau

Gambar 18 menjelaskan bahwa semakin banyak jumlah pesaing produsen teh hijau curah di pasar global akan meningkatkan tekanan kepada pelaku industri teh hijau untuk meningkatkan diferensiasi kualitas teh curah. Diferensiasi kualitas diperlukan agar pelaku industri teh hijau mendapatkan harga jual yang lebih baik, apabila tidak dilakukan diferensiasi maka akan timbul tekanan untuk menurunkan harga jual kepada perusahaan.

Semakin besar tekanan untuk meningkatkan diferensiasi kualitas teh hijau curah akan semakin tinggi tuntutan kualitas teh hijau curah yang diminta oleh pembeli internasional dan domestik. Meningkatnya tuntutan kualitas tersebut menuntut respon yang cepat dari produsen teh hijau.

Tuntutan kualitas teh curah yang diminta menentukan kecocokan kualitas teh hijau curah yang diproduksi perusahaan. Semakin tinggi tuntutan kualitas teh hijau curah yang diminta maka kecocokan kualitas teh hijau curah akan semakin tinggi pula. Kecocokan kualitas merupakan faktor kunci dari keberhasilan proses bisnis yang dilakukan perusahaan produsen teh hijau serta menunjukkan tingkat

pesaing produsen teh hijau pangsa produk teh hijau -pesanan produk teh hijau +

produksi teh hijau + persediaan teh hijau pengiriman teh hijau + -keuntungan pendapatan + + + tekanan untuk meningkatkan diferensiasi

kualitas teh hijau

tuntutan kualitas teh hijau yang diminta

+

kecocokan kualitas teh hijau

+

upaya penyesuaian kualitas teh hijau

-kualitas teh aktual

hijau +

+

kualitas pucuk teh yang diminta

+

kecocokan kualitas pucuk teh + upaya penyesuaian

kualitas pucuk teh -kualitas pucuk teh

aktual +

+ +

produktivitas pemetikan pucuk teh pucuk teh terpetik di

kebun sendiri + + + + -+

kebutuhan pucuk teh dari kebun rakyat

-pembelian pucuk teh

kebun rakyat + + biaya yang dikeluarkan + +

-pembelian teh hijau dari perusahaan pengolah lain

kebutuhan teh hijau dari perusahaan pengolah lain

+ + + -- +

-Kebutuhan pucuk teh dari kebun sendiri

+ + + -+ +

52

mendengarkan dan merespon suara konsumen (voice of customer ).

Evaluasi kecocokan kualitas yang dihasilkan dengan tuntutan kualitas dari konsumen akan menghasilkan tingkat kesenjangan kualitas yang terjadi. Berdasarkan hal tersebut, semakin tinggi kecocokan kualitas teh curah yang dihasilkan dengan tuntutan kualitas dari konsumen akan menurunkan upaya penyesuaian kualitas teh curah yang harus dilakukan.

Semakin tinggi upaya penyesuaian kualitas teh curah menyebabkan semakin tinggi kualitas teh curah aktual yang dihasilkan perusahaan. Dalam penelitian ini terungkap bahwa upaya penyesuaian kualitas dilakukan dengan cara penyesuaian kualitas dari kelompok kualitas yang lebih tinggi ke kelompok kualitas yang lebih rendah. Hal tersebut terjadi karena permintaan konsumen untuk kelompok kualitas I dan III lebih tinggi dibandingkan kelompok kualitas II. Dengan demikian, kelompok kualitas II akan disesuaikan kualitasnya menjadi kelompok kualitas III, sedangkan upaya penyesuaian kualitas kelompok I dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas pucuk teh yang menjadi bahan baku.

Selanjutnya, semakin bertambah kualitas teh curah aktual maka akan semakin tinggi kecocokan kualitas teh curah yang dihasilkan dengan tuntutan kualitas yang diminta konsumen. Interaksi variabel tuntutan kualitas teh curah yang diminta, kecocokan kualitas teh curah, upaya penyesuaian kualitas teh curah dan kualitas teh curah membentuk lingkar umpan balik rekayasa kualitas teh curah yang menghasilkan umpan balik negatif (negative feedback) yang berarti setiap rekayasa kualitas teh curah akan menuju ke arah kesetimbangan untuk memenuhi permintaan konsumen.

Dalam industri teh hijau, rekayasa kualitas teh curah tidak berdiri sendiri (independen) tetapi berinteraksi dengan rekayasa kualitas pucuk teh. Kondisi tersebut terjadi pada saat permintaan teh kelompok kualitas I meningkat, maka manajemen pabrik akan memutuskan arahan pemetikan pucuk teh untuk ditingkatkan kualitasnya. Semakin tinggi kualitas pucuk teh yang dipetik maka proses sortasi teh curah akan menghasilkan teh kelompok kualitas I yang lebih banyak. Dengan demikian, semakin bertambah upaya penyesuaian kualitas teh curah akan meningkatkan kualitas pucuk teh yang diminta.

53

merupakan kesenjangan antara kualitas pucuk teh yang diminta dan kualitas pucuk teh aktual yang telah dipetik pekebun.

Kecocokan kualitas pucuk teh menentukan upaya penyesuaian kualitas pucuk teh. Semakin tinggi kecocokan kualitas pucuk teh akan mengurangi upaya penyesuaian kualitas pucuk teh.

Upaya penyesuaian pucuk teh dilakukan dengan cara memberikan arahan petik kepada pemetik agar jenis pucuk yang dihasilkan menjadi lebih baik. Jenis pemetikan meningkat kualitasnya dari petikan kasar ke petikan medium sampai dengan ke petikan halus. Setiap upaya penyesuaian kualitas pucuk teh akan semakin meningkatkan kualitas pucuk aktual yang dihasilkan.

Variabel kualitas pucuk teh yang diminta, kecocokan kualitas pucuk teh, upaya penyesuaian kualitas pucuk teh dan kualitas pucuk teh aktual merupakan pembentuk lingkar umpan balik rekayasa kualitas pucuk teh. Seperti halnya lingkar umpan balik rekayasa kualitas teh curah, lingkar umpan balik rekayasa kualitas pucuk teh membentuk umpan balik negatif (negatif feedback) yang berarti setiap rekayasa kualitas pucuk teh akan menuju ke arah kesetimbangan untuk memenuhi permintaan dari manajemen pabrik pengolahan dalam merespon permintaan konsumen.

Dua lingkar umpan balik negatif yang berinteraksi membentuk interdepedensi , yaitu lingkar umpan balik rekayasa teh curah dan pucuk teh akan membentuk lingkar umpan balik positif (positive feedback) yang akan menghasilkan perilaku pertumbuhan atau penguatan. Semakin tinggi upaya rekayasa kualitas teh curah yang dilakukan akan mendorong rekayasa kualitas pucuk teh, begitu juga sebaliknya.

Dalam sistem rantai pasokan industri teh hijau, rekayasa kualitas teh curah dan pucuk teh tidak berdiri sendiri, tetapi berinteraksi dengan variabel dan lingkar umpan balik lain. Semakin tinggi kualitas pucuk teh yang diminta akan menyebabkan produktivitas pemetikan pucuk teh berkurang. Hal tersebut terjadi karena upaya peningkatan kualitas pucuk teh memerlukan ketelitian dan waktu yang lebih lama sehingga produktivitas pemetik pucuk per hari akan berkurang.

Sejalan dengan peningkatan produktivitas pemetikan pucuk teh, pucuk teh yang terpetik di kebun sendiri akan berkurang. Selanjutnya, pucuk teh terpetik di kebun sendiri akan menentukan jumlah produksi teh curah. Hal

54 hijau curah akan semakin meningkat.

Jumlah produksi teh hijau akan menentukan dua aktivitas manajemen rantai pasokan, yaitu pengadaan bahan baku pucuk teh dari kemitraan dengan kebun rakyat dan pengelolaan persediaan teh. Semakin banyak produksi teh hijau yang dilakukan maka semakin banyak kebutuhan pasokan pucuk teh. Dalam pengadaan pucuk teh, the channel master menerapkan strategi integrasi vertikal dan integrasi lateral (koordinasi vertikal). Strategi integrasi vertikal dapat dilakukan karena perusahaan tersebut memiliki kebun sendiri, sedangkan integrasi lateral dilakukan dengan cara melakukan kemitraan pembelian dengan perkebunan rakyat yang berada di sekitar pabrik teh.

Sejalan dengan hal tersebut, semakin banyak produksi teh hijau maka pucuk teh yang terpetik di kebun sendiri akan bertambah pula. Selanjutnya, semakin banyak pucuk teh yang terpetik di kebun sendiri maka kebutuhan pucuk teh dari kebun rakyat akan berkurang. Dengan demikian, keputusan untuk bermitra dengan perkebunan rakyat adalah untuk memenuhi kekurangan pasokan pucuk teh dari kebun sendiri, tetapi untuk menjaga komitmen dan kesinambungan kemitraan, pembelian pucuk teh kebun rakyat selalu dilakukan sehingga produksi teh akan meningkat.

Hubungan interaksi antara variabel produksi teh, pucuk teh terpetik di kebun sendiri, pucuk teh terpetik di kebun sendiri, kebutuhan pucuk teh dari kebun rakyat, pembelian pucuk teh kebun rakyat membentuk lingkar umpan balik negatif (negative feedback). Hal tersebut berarti bahwa sistem kemitraan pembelian pucuk teh dari perkebunan rakyat yang dilakukan perusahaan akan berperilaku menuju ke arah kesetimbangan untuk memenuhi kapasitas produksi teh terpasang.

Dalam upaya memenuhi pesanan konsumen, The Channel Master juga melakukan pembelian teh hijau jadi (made tea) dari perusahaan pengolahan teh hijau lainnya. Keputusan tersebut dilakukan apabila terjadi kekurangan persediaan teh hijau jadi di pusat distribusi. Apabila hal tersebut tidak dilakukan, maka konsumen akan mempersepsikan pengiriman yang dilakukan tidak sesuai dengan pesanan. Kondisi tersebut akan berdampak pada pengalihan pesanan kepada perusahaan lain sehingga perusahaan akan kehilangan pasar (lost

55

perusahaan pengolah lain akan meningkat pula. Dengan demikian, semakin banyak pembelian teh dari perusahaan maka persediaan teh di pusat distribusi akan meningkat.

Interaksi variabel persediaan teh, kebutuhan teh dari perusahaan pengolahan lain dan pembelian teh dari perusahaan pengolahan lain membentuk lingkar umpan balik negatif. Hal tersebut berarti bahwa sistem pembelian teh dari perusahaan lain akan berperilaku menuju ke arah kesetimbangan untuk memenuhi kekurangan persediaan dari target yang telah ditetapkan.

Berdasarkan deskripsi di atas, terlihat bahwa produksi teh hijau menerapkan sistem dorong (push system). Sistem dorong tersebut diawali dari pemetikan pucuk teh di kebun sendiri dan kebun rakyat sampai dengan pengolahan pucuk menjadi teh di pabrik. Jumlah produksi setiap harinya ditentukan oleh prakiraan jumlah pesanan teh yang akan diterima perusahaan.

Selanjutnya, peningkatan jumlah produksi akan menyebabkan meningkatnya jumlah persediaan teh di pusat distribusi. Sejalan dengan persediaan meningkat, pengiriman teh akan meningkat pula. Sebaliknya, setiap kali pengiriman teh curah akan mengurangi persediaan teh. Berdasarkan hal tersebut, interaksi pengelolaan persediaan dan pengiriman dalam industri teh menunjukkan perilaku yang mengarah atau menuju kesetimbangan. Kondisi tersebut terjadi karena interaksi keduanya membentuk lingkar umpan balik negatif.

Selanjutnya, semakin banyak pengiriman teh curah akan meningkatkan pendapatan perusahaan sehingga keuntungan yang diperoleh semakin meningkat pula. Keuntungan diperoleh dari pengurangan pendapatan oleh biaya pembelian pucuk dan teh, biaya persediaan serta biaya produksi. Dalam jangka waktu tertentu (delay), semakin tinggi tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan akan membuat semakin banyak pelaku yang berusaha di industri teh hijau, sehingga persaingan menjadi semakin ketat. Semakin ketat persaingan akan menyebabkan pangsa produk teh hijau yang dikuasai perusahaan the

channel master menjadi berkurang. Sejalan dengan hal tersebut, semakin tinggi

pangsa pasar produk yang dikuasai akan meningkatkan pesanan produk teh hijau yang diterima perusahaan. Sebaliknya, apabila pangsa produk teh yang

56

Selanjutnya, setiap pertambahan pangsa produk teh hijau yang dikuasai akan meningkatkan jumlah pesanan produk teh yang diterima oleh perusahaan. Perusahaan dituntut untuk mampu untuk mengikuti dinamika perubahan pesanan pasar dari aspek kuantitas dan kualitas. Ketidakmampuan perusahaan untuk mengikuti perubahan pesanan akan menyebabkan konsumen beralih untuk membeli produk teh hijau dari perusahaan lain sehingga perusahaan akan kehilangan pasar.

Pesanan produk teh hijau akan menentukan jumlah pengiriman teh dari perusahaan. Semakin banyak pesanan produk teh maka semakin banyak pula pengiriman teh yang dilakukan. Keputusan perusahaan untuk selalu melakukan pengiriman produk teh hijau sesuai dengan jumlah dan kualitas yang diminta konsumen dikenal dengan sistem tarik (pull system).

Penerapan sistem tarik tersebut dapat dilakukan karena adanya perlakuan proses akhir berupa pencampuran (blending) dan pengemasan (packaging) di pabrik yang disesuaikan dengan permintaan konsumen. Sebelum dilakukan proses akhir, manajemen pabrik akan mengirimkan contoh (sample) produk teh hijau curah hasil sortasi ke pusat distribusi untuk diuji kecocokan kualitasnya. Hasil uji kecocokan kualitas akan menentukan keputusan perlakuan proses akhir, apabila kualitasnya sesuai dengan yang diminta konsumen maka proses akhir selanjutnya akan dilakukan di pabrik.

Berdasarkan proses bisnis tersebut, pusat distribusi menjadi titik pemisah antara sistem tarik dan sistem dorong (customer order decoupling point/CODP). Peranan pusat distribusi tersebut menjadi ciri penerapan sistem produksi hibrida dalam rantai pasokan industri teh hijau.

Sistem produksi hibrida tersebut terbentuk karena adanya umpan balik negatif yang merupakan hasil dari interaksi variabel pesaing produsen teh hijau , pangsa produk teh hijau, pesanan produk teh hijau, produksi teh, persediaan teh hijau, pengiriman teh hijau, pendapatan teh hijau dan keuntungan teh hijau. Sama halnya dengan umpan balik negatif sistem tarik, sistem produksi hibrida pun akan berperilaku menuju kesetimbangan untuk memenuhi pesanan konsumen.

57

yang telah ditetapkan, dalam penelitian ini ditetapkan batas model yang menjadi dasar pengembangan struktur model. Dalam batas model tersebut, variabel-variabel utama dimasukkan ke dalam variabel-variabel endogen dan variabel-variabel eksogen. Variabel endogen merupakan variabel yang menghasilkan dinamika dalam suatu sistem melalui interaksi berbagai variabel dan pelaku yang direpresentasikan dalam model, sedangkan variabel eksogen adalah variabel yang besarannya tidak dipengaruhi oleh model yang dikembangkan (Sterman, 2000). Selain itu, dalam batas model juga dimasukan variabel yang diabaikan atau tidak dimasukan dalam model yang dikembangkan. Pengabaian tersebut dilakukan karena tanpa pemodelan detail variabel tersebut, tujuan dari penelitian yang ditetapkan dapat terjawab. Batas model yang mencakup tiga jenis variabel tersebut diperlihatkan pada Tabel 4.

Variabel-variabel endogen yang dikembangkan dalam model merupakan komponen utama pembentuk rantai pasokan industri teh hijau yang terdiri atas aliran material, aliran uang, aliran informasi, dan aliran pengembalian material (APICS, 2008). Aliran material dalam rantai pasokan industri teh hijau terdiri atas aliran pucuk teh dari kebun sendiri dan kebun rakyat. Imbalan atas aliran material dari produsen ke pembeli menimbulkan adanya aliran uang dari pembeli teh kepada perusahaan. Secara spesifik, dalam variabel endogen dilakukan agregasi kualitas teh ke dalam tiga kelompok kualitas (grade). Agregasi tersebut dilakukan berdasarkan pembagian kelompok kualitas di dalam rantai pasokan industri teh yang dikaji. Setiap kelompok kualitas tersebut ditujukan untuk segmen pasar yang berbeda.

Aliran uang mengalir dari perusahaan ke kebun rakyat sebagai imbalan atas aliran pucuk teh yang disampaikan ke pabrik perusahaan. Selain itu, terdapat aliran uang dari perusahaan kepada industri pengolahan teh hijau lain sebagai sumber pengadaan terbuka untuk pembelian teh pada saat terjadi kekurangan persediaan teh di pusat distribusi.

Aliran informasi merupakan pengendali atas pengelolaan aliran material yang terjadi dalam rantai pasokan industri teh hijau. Aliran informasi yang terdapat dalam rantai pasokan industri teh hijau didorong oleh pesanan yang disampaikan konsumen.

58

Produksi teh Produktivitas pucuk teh Musim

Persediaan teh Luas kebun Penggunaan energi

Jumlah pucuk teh Ketersediaan pemetik Pendidikan pemetik

Pembelian pucuk teh Waktu produksi Jumlah pesaing

Pembelian teh Harga penjualan pucuk

kebun rakyat

Produktivitas pemetik Harga penjualan teh

Tipe petikan Nilai tukar

Upaya penyesuaian kualitas teh

Kapasitas pabrik terpasang

Upaya penyesuaian kualitas pucuk teh

Ketersediaan teh di pasar

Kualitas teh Permintaan pasar teh

Biaya produksi

Pendapatan Keuntungan Nilai tambah

Pangsa produk teh Pesanan teh Pengiriman teh Segmen pasar Daya tarik pasar

Kapasitas berjalan pabrik Persepsi konsumen

Dalam penelitian ini, tidak ada aliran pengembalian material dari pembeli ke produsen, karena apabila terjadi ketidaksesuaian mutu maka pembeli akan melakukan pengurangan harga. Namun demikian, kondisi tersebut tidak pernah terjadi, karena adanya pengendalian berupa pencocokan mutu sebelum produk akhir dikirim ke pusat distribusi. Namun, sebagai penggantinya adalah dengan memasukan variabel endogen pembentuk pasar seperti persepsi konsumen, pangsa pasar dan daya tarik pasar sebagai umpan balik atas pengiriman teh

59

Variabel eksogen yang terdapat dalam batas model di atas merepresentasikan besaran-besaran yang tidak dipengaruhi oleh evolusi model, seperti : nilai tukar, ketersediaan pemetik, ketersediaan teh hijau di pasar dan permintaan teh hijau. Selain itu, variabel eksogen juga merepresentasikan besaran-besaran yang berhubungan dengan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen yang terlibat dalam rantai pasokan industri teh hijau, seperti : produktivitas, waktu produksi, kapasitas pabrik terpasang, luas kebun dan harga penjualan.

Diagram Sub Model

Interaksi variabel dan sebab akibat yang kompleks dari struktur manajemen rantai pasokan industri teh hijau menyebabkan upaya pemahaman fenomena tersebut harus dikembangkan dari diagram sebab akibat menjadi model simulasi berupa diagram sub model yang merupakan hasil dari pengembangan diagram alir (flow diagram). Dalam diagram sub model tersebut diidentifikasi dan dikembangkan struktur fisik dan keputusan yang menjadi pembentuk dinamika perilaku manajemen rantai pasokan industri teh hijau (Lampiran 1-6). Struktur fisik tersebut direpresentasikan dengan aliran material (pucuk teh, teh hijau curah dan teh hijau jadi), aliran aliran uang, sedangkan struktur keputusan direpresentasikan dengan aliran informasi yang menjadi pengendali keputusan aliran material dan uang.

Dalam diagram sub model tersebut terdapat beberapa simbol, yaitu simbol persegi empat yang menyatakan stok (level), simbol katup (valve) menyatakan aliran (rate atau decision point) dan simbol tulisan variabel pelengkap. Diagram sub model tersebut dibuat dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Vensim Professional Academic Version 5.7. Dengan demikian, simbol-simbol tersebut mengikuti kaidah yang terdapat dalam perangkat lunak tersebut (Lampiran 7). Selain itu, dalam setiap sub model akan dibahas beberapa rumus matematika pembentuk sub model yang terdiri atas variabel dan parameter. Variabel pembentuk model direpresentasikan oleh rumus yang ditulis dengan huruf besar, sedangkan parameter pembentuk model direpresentasikan oleh rumus yang ditulis dengan huruf kecil, sebagai contoh adalah PPTKS merupakan variabel dan ppks merupakan parameter.

60

dalam manajemen rantai pasokan industri teh terdiri atas : (1) pengiriman pucuk teh ke pabrik, (2) pemetik perkebunan perusahaan, (3) penjualan pucuk teh kebun rakyat, (4) pemetik perkebunan rakyat, (5) manajemen kapasitas pabrik, (6) tenaga kerja pabrik (7) rekayasa kualitas teh, (8) proses akhir dalam pabrik, (9) manajemen persediaan teh di pusat distribusi, (10) pasar dan pesanan teh, (11) keuangan perusahaan dan (12) keuangan perkebunan rakyat.

Sub Model Pengiriman Pucuk Teh Ke Pabrik Sub Model Manajemen Kapasitas Pabrik Teh Sub Model Rekayasa Kualitas Sub Model Proses Akhir Di Pabrik Sub Model Manajemen Persediaan Teh di Pusat Distribusi Sub Model Pasar dan Pesanan Teh Sub Model Pemetik Perkebunan Perusahaan Sub Model Penjualan Pucuk Teh Kebun Rakyat Sub Model Pemetik Perkebunan Rakyat Sub Model Tenaga Kerja Pabrik Sub Model Keuangan Perkebunan Rakyat Sub Model Keuangan Perusahaan

Gambar 19 . Keterkaitan Antar Diagram Sub Model

Sub Model Pengiriman Pucuk Teh Ke Pabrik

Sub model ini menggambarkan proses pengiriman pucuk teh yang dihasilkan oleh perkebunan perusahaan ke pabrik (Gambar 20). Jumlah pucuk teh yang dipetik ditentukan oleh potensi pucuk yang dapat dipetik di kebun dan kapasitas pemetikan kebun. Selanjutnya, pucuk teh yang telah dipetik dikirim ke pabrik. Dalam sub model ini, diakomodasi parameter bagian (fraksi) pucuk teh yang terkirim ke pabrik, parameter tersebut untuk mengantisipasi apabila terjadi susut dan atau kehilangan pucuk teh di perjalanan dari kebun ke pabrik. Namun demikian, dalam penelitian ini, semua pucuk teh yang dipetik dikirim ke pabrik, tanpa ada susut atau kehilangan. Proses pengiriman pucuk teh tersebut direpresentasikan oleh beberapa rumus matematika di bawah ini (rumus 1-3).

61

PPP = PKS . fpkstp (3)

PPTKS = Potensi pucuk terpetik di kebun sendiri (kg/hari)

ppks = Produktivitas pucuk di kebun sendiri (kg/hari/ha) lpks = Luas produktif kebun sendiri (ha)

KPKS = Kapasitas pemetikan kebun sendiri (kg/hari) PPP = Pengiriman pucuk ke pabrik (kg/hari)

PKS = Pemetikan di kebun sendiri (kg/hari)

fpkstp = Fraksi pucuk kebun sendiri terkirim ke pabrik (tanpa dimensi)

Gambar 20. Diagram Sub Model Pengiriman Pucuk Teh Ke Pabrik Sub Model Pemetik Perkebunan Perusahaan

Kapasitas pemetikan kebun ditentukan oleh produktivitas pemetik dan jumlah pemetik yang bekerja di kebun. Ketersediaan tenaga kerja pemetik di sekitar kebun menjadi faktor pembatas jumlah pemetik. Selain itu, karena tenaga kerja pemetik teh merupakan tenaga kerja harian maka masa kerja pemetik lebih singkat dibandingkan dengan pekerja tetap. Berdasarkan kondisi tersebut, terjadi dinamika jumlah tenaga kerja pemetik di perkebunan yang direspon dengan upaya penyesuaian jumlah pemetik pucuk teh oleh pihak manajemen perkebunan berdasarkan kebutuhan pucuk yang harus dipetik (Gambar 21).

Produktivitas pemetik ditentukan juga oleh tipe (arahan) petikan yang ditetapkan oleh manajemen pabrik, semakin tinggi kualitas petikan yang diarahkan oleh manajemen maka produktivitas pemetik akan menurun. Hal

Luas produktif kebun sendiri Produktivitas pucuk di

kebun sendiri

Potensi pucuk terpetik di kebun sendiri

<Kapasitas pemetikan kebun sendiri>

Pengiriman pucuk ke pabrik

Fraksi pucuk kebun sendiri terkirim ke pabrik Pemetikan di

62

ketelitian dalam memilih pucuk yang berkualitas menjadi menjadi faktor penentu. Beberapa rumus matematika yang merepresentasikan dinamika pemetik perkebunan perusahaan dapat dilihat pada rumus 4 sampai dengan rumus 7.

Gambar 21. Diagram Sub Model Pemetik Perkebunan Perusahaan

KPKS = JPKS . PPPKS (4)

PPPKS = ppksn . ETPPP (5)

PJPKS = (JPYIKS - JPKS) / wptks (6)

(7)

KPKS = Kapasitas pemetikan kebun sendiri (kg/hari) Jpks = Jumlah pemetik kebun sendiri (orang)

Dokumen terkait