• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

5. Sosial Ekonomi Dan Budaya

Pulau Pari merupakan pulau yang berpenduduk dengan jumlah penduduk sebanyak 1.012 jiwa yang terbagi dalam 300 kepala keluarga. Kepadatan penduduk hanya mencapai 24 orang/hektar. Saat ini marak dikembangkan homestay oleh warga untuk mendukung kegiatan wisata. Dari usaha tersebut, penduduk Pulau Pari memperoleh pendapatan rata-rata Rp. 280.000.00 per hari per kepala keluarga. Katalingga (2013), menyatakan bahwa dengan rata-rata jumlah pengguna pariwisata perbulan saat ini, maka penduduk pulau berpotensi memperoleh penghasilan sebanyak Rp. 8.400.000.00 perbulan.

Nilai ekonomi sumber daya Pulau Pari dihitung berdasarkan NJOP atas tanah dan nilai ekonomi sumber daya alam yang ada. Berdasarkan Pemerintah DKI Jakarta (2015), NJOP tanah di pulau sebesar Rp. 285.000.00 per meter persegi. Menurut Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (2012), luasan mangrove di Pulau Pari sebesar 1,73 ha, terumbu karang seluas 3.497 ha, dan padang lamun seluas 3.216 ha, sehingga didapatkan total nilai ekonomi sumber daya di Pulau Pari sebesar Rp. 8.500.190.000.000,-

Berdasarkan luas areal dan peruntukan lahan pulau, potensi rasio areal pengembangan investasi di Pulau Pari hanya 57 persen, hal ini disebabkan karena peruntukan pulau pari yang sebagian luas arealnya sebagai permukiman penduduk.

Keamanan dan kenyamanan merupakan jaminan investasi di suatu tempat. Salah satu faktor berkembangnya suatu masyarakat di pulau kecil dikarenakan terciptanya keamanan. Baldacchino dan Pleijel (2010), menyatakan bahwa kunci untuk menarik dan mempertahankan populasi di pulau kecil adalah tergantung pada kemampuan untuk mempertahankan suasana damai, tenang dan aman. Menurut informasi dari penduduk setempat, situasi pulau yang berpenduduk sangat mendukung terjadinya investasi. Hal ini ditunjukkan dari jaminan keamanan yang diberikan oleh penduduk setempat. Sampai saat ini di Pulau Pari belum pernah terjadi tindak kejahatan atau kerusuhan.

Kearifan lokal berupa warisan budaya merupakan salah satu potensi pulau yang bisa digunakan sebagai daya tarik investor. Diantara PPK yang berpenduduk biasanya mempunyai warisan budaya yang berbeda antara pulau satu dengan yang lainnya. Warisan budaya mempunyai peran utama dalam menentukan identitas

23 pulau terutama pada PPK yang telah cukup lama terisolasi akan menghasilkan bentuk budaya yang unik (Pungeti, 2012). Berdasarkan informasi dari masyarakat, tidak terdapat kearifan lokal di Pulau Pari.

Hasil penilaian kriteria investasi berdasarkan sosial ekonomi dan budaya, Pulau Pari mempunyai nilai yang cukup tinggi, yaitu 3.63. Hal ini dikarenakan Pulau Pari merupakan pulau berpenduduk yang berkembang. Tabel 7 menunjukkan hasil penilaian parameter dan indikator sosio economic and culture

di Pulau Pari.

Tabel 7 Hasil penilaian parameter dan indikator sosio economic and culture (SI)

di Pulau Pari.

No Parameter Bobot Indikator Skor Bobot x Skor 1 Nilai sejarah PPK 0.10 Tidak mempunyai

nilai strategis

1 0.10 2 Jumlah penduduk (jiwa) 0.09 Antara 1 000 hingga

9 999 4 0.36

3 Kepadatan penduduk (orang/hektar)

0.10 Kurang dari 25 5 0.50 4 Potensi rasio luas area

untuk pengembangan investassi dengan luas pulau (persen)

0.12 Antara 51 70 persen

4 0.48

5 Potensi ekonomi local 0.10 Lebih dari 3 sektor ekonomi berbasis sumberdaya lokal

5 0.50

6 Tingkat pendapatan penduduk pulau (USD per hari per KK)

0.08 Lebih dari 10 5 0.40

7 Nilai ekonomi sumber daya PPK

0.10 Nilai total ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan (SDAL) PPK lebih dari Rp. 5 milyar

5 0.50

8 Keamanan PPK 0.12 Keamanan terjamin yang ditunjukkan dengan tidak ada tindak kejahatan dan atau kerusuhan

5 0.60

9 Budaya dan adat istiadat 0.07 Tidak ada kearifan local 1 0.07 10 Persentase tingkat pendidikan 0.07 Kurang dari 20 persen penduduk berpendidikan 1 0.07

11 Jumlah tipe situs bersejarah dan atraksi budaya

0.05 Na (tidak ada) sangat kurang baik

1 0.05

Total 3.63

24

Pulau Payung Besar 1. Gambaran Umum

Secara administratif, Pulau Payung Besar terletak di Kelurahan Pulau Tidung, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, pada titik koordinat 5o 49’ 16” LS dan 106o 33’ 11” BT. Perairan pulau ini dikelilingi Laut Jawa, di sebelah utara berbatasan dengan Pulau Payung Kecil. Perairan sebelah selatan Pulau Payung merupakan lalu lintas laut yang cukup ramai karena merupakan alur kapal yang menuju pelabuhan Tanjung Priuk. Dari segi kepemilikan, seperti halnya Pulau Pari, sebagian daratan Pulau Payung Besar dikuasai oleh swasta dan hanya sebagian kecil tanah dikuasai oleh masyarakat.

Pulau Payung Besar merupakan pulau berpenduduk dengan jumlah penduduk 40 kepala keluarga. Mata pencaharian penduduk pulau ini adalah nelayan, walaupun saat ini penduduk pulau mulai mengembangkan sektor pariwisata dengan mengubah tempat tinggal mereka menjadi home stay.

Pariwisata di Pulau Payung Besar kurang maju, hal ini disebabkan karena kurangnya informasi dan sarana di pulau ini. Selama ini wisatawan yang datang ke Pulau Payung Besar merupakan wisatawan yang berkunjung ke Pulau Tidung.

Pulau Payung Besar merupakan pulau datar dengan pasir putih di sekelilingnya. Vegetasi yang tumbuh di pulau ini adalah pohon cemara laut, sukun, waru, ketapang dan tumbuhan pantai lainnya.

2. Potensi Sumber Daya dan Strategi Geografis

Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2012, Pulau Payung Besar mempunyai luas 0.24 km2. Pulau ini tergolong dalam pulau yang datar dengan ketinggian hanya 1.8 mdpl.

Berdasarkan informasi dari masyarakat setempat dan Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta, Pulau Payung Besar belum pernah mengalami bencana alam sehingga pulau ini mempunyai tingkat kerentanan yang rendah. Pulau ini juga mempunyai tingkat sensitifitas terhadap pencemaran yang rendah. Hal ini disebabkan karena pantainya disusun dari material pasir yang kasar, yang mempunyai rongga yang besar sehingga bahan pencemar tidak mengendap di atas pasir dalam waktu yang lama.

Berdasarkan peta Allos tahun 2010, secara geografis Pulau Payung Besar terletak di sebelah utara Jakarta atau Pulau Jawa yang merupakan daratan besar dengan jarak 11.36 mill laut. Pulau ini dapat ditempuh dari Pelabuhan Muara Angke, Pelabuhan Marina Ancol, maupun pelabuhan Rawa Saban Kabupaten Tangerang. Dari data lapangan diperoleh bahwa untuk menuju Pulau Payung Besar dapat dicapai dengan menggunakan kapal regular milik Dinas Perhubungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dari Pelabuhan Kali Adem Muara Angke dengan

biaya Rp. 55.000,00 atau dengan menggunakan kapal kayu dengan biaya Rp. 40.000,00.

Pusat administrasi pemerintahan berada di Pulau Pramuka dengan jarak 5.30 mill laut. Berdasarkan informasi dari masyarakat, aktifitas ekonomi pulau banyak dilakukan di pelabuhan Rawa Saban Kabupaten Tangerang. Hal ini karena jarak antara pelabuhan Rawa Saban lebih dekat daripada jarak ke Jakarta. Jarak Pelabuhan Rawa Saban menurut analisa peta Allos tahun 2010 adalah 14.63 mill laut.

25 Pulau Payung Besar merupakan pulau datar yang tidak mempunyai teluk. Jenis substrat pantainya adalah pantai berpasir dengan slope datar yang luas dan kemiringan pantai kurang dari 10o. Kondisi lahan pulau ditumbuhi pohon sukun, cemara laut, kelapa dan mangrove. Pulau ini juga mempunyai cadangan penyimpanan air tawar yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pulau. Menurut Jaafar dan Maideen (2012), kegiatan ekowisata yang paling popular adalah snorkeling, wisata pulau, menyelam dan memancing. Sumber daya

alam di pulau-pulau kecil harusnya mempunyai kondisi yang mendukung kegiatan tersebut. Kelangsungan ekologi ekonomi dapat menjelaskan secara konseptual suatu pengelolaan secara berkelanjutan atau tidak (Baumgartnet dan Quaas, 2009). Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta tahun 2013, perairan Pulau Payung Besar mempunyai tingkat kecerahan mencapai 4.33 meter dengan kecepatan arus mencapai 6 cm/dtk. Potensi terumbu karang di pulau ini mempunyai lebar hamparan mencapai 276.87 meter dengan keragaman jenis lifeform mencapai 11 jenis. Jenis lifeform karang untuk kegiatan ekowisata

dibutuhkan sebagai variasi yang dapat dinikmati di bawah laut ( Adi et al,. 2013).

Tidak semua areal pulau Pulau Payung Besar bisa dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan ekowisata. Hal ini tergantung kepada peruntukan lahan di pulau tersebut. Pemanfaatan Pulau Payung Besar mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta No. 1 Tahun 2014 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi (RDTRPZ). Hasil analisis terhadap peta RDTR didapatkan bahwa Pulau Payung Besar mempunyai areal perdagangan dan jasa seluas 7.46 hektar dan areal budidaya seluas 8.89 hektar, sehingga total luas areal pemanfaatan di Pulau Payung Besar adalah 16.35 hektar. Hasil penilaian kriteria investasi berdasarkan sumber daya alam dan strategi geografi, Pulau Payung Besar mempunyai nilai masing-masing 3.86 untuk ketersediaan jasa lingkungan, 3.85 untuk ketersediaan sumber daya hayati dan 3.38 untuk ketersediaan sumber daya non hayati yang disajikan pada Table 8, 9 dan 10.

Tabel 8 Hasil penilaian investasi berbasis ketersediaan jasa lingkungan di Pulau Payung Besar.

No Parameter Bobot Indikator Skor Bobot x Skor 1 Luas daratan pulau kecil

(km2) 0.03 0,1 – 1 2 0.06

2 Ketinggian pulau kecil (mdpl)

0.02 <2 1 0.02 3 Tingkat kerentanan pulau

kecil (frekuensi bencana)

0.05 Sangat rendah (lebih dari satu decade)

5 0.25

4 Posisi pulau 0.01 4 – 12 mill laut 4 0.04 5 Jarak ke pusat aktifitas

ekonomi

0.03 12 20 mill laut 3 0.09 6 Jarak ke administrasi

pemerintahan (kabupaten) 0.02 4 – 12 mill laut 4 0.08 7 Kemudahan mencapai

PPK

0.05 Sangat Mudah (reguler 1- 2 jam)

26

8 Moda transportasi 0.05 Kapal Pelni/Ferry Speadboat

3 0.15 9 Kondisi moda tranportasi 0.04 Baik (ada

perlengkapan safety)

5 0.20

10 Waktu tempuh rata-rata 0.03 <2 jam 5 0.15 11 Tingkat ketersediaan

transportasi

0.04 Selalu ada banyak pilihan (reguler dan banyak jenisi)

5 0.20

12 Frekuensi perjalanan 0.04 >1 kali per hari 5 0.20 13 Biaya transportasi 0.02 Standard (Rp.

50.000,- s/d Rp. 200.000,-/ trip)

3 0.06

14 Ketersediaan sumber air tawar 0.05 Tersedia sepanjang tahun, mencukupi dan mampu memenuhi batasan (60 lt/orang/hari) 5 0.25

15 Jenis substrat pantai 0.05 Pantai berpasir sangat baik

5 0.25 16 Tipologi pantai 0.05 Memiliki slope

datar (flat) yang luas

5 0.25

17 Kondisi ekosistem

(tutupan karang hidup (%)

0.07 >40-60 3 0.21 18 Lebar hamparan datar

karang (m)

0.07 150-<300 3 0.21 19 Struktur fisik pulau 0.03 Tidak memiliki

teluk 1 0.03 20 Biota unik sebagai obyek

pemanfaatan 0.05 1 spesies 1 0.05 21 Jumlah lokasi pemanfaatan 0.05 > 4 lokasi di satu pulau 5 0.25 22 Daya dukung lokasi

pemanfaatan PPK

0.05 Baik ( air tawar banyak)

5 0.25 23 Lebar pantai (m) 0.07 5-<10 3 0.21 24 Kemiringan Pantai 0.03 <10 5 0.15

Total 3.86

27 Tabel 9 Hasil penilaian investasi berbasis ketersediaan sumber daya hayati di

Pulau Payung Besar.

No Parameter Bobot Indikator Skor Bobot x Skor 1 Luas daratan pulau kecil

(km2)

0.03 0,1 1 2 0.06 2 Ketinggian pulau kecil

(mdpl) 0.02 <2 1 0.02

3 Tingkat kerentanan pulau kecil (frekuensi bencana)

0.04 Sangat rendah (lebih dari satu decade)

5 0.20

4 Jarak ke pusat aktifitas ekonomi

0.04 12 20 mill laut 3 0.12 5 Jarak ke administrasi

pemerintahan (kabupaten) 0.04 4 – 12 mill laut 4 0.16 6 Kemudahan mencapai PPK 0.05 Sangat mudah

(reguler 1- 2 jam)

5 0.25 7 Moda transportasi 0.04 Kapal Pelni/Ferry

Speadboat

3 0.12 8 Kondisi moda tranportasi 0.04 Baik (ada

perlengkapan safety)

5 0.20

9 Waktu tempuh rata-rata 0.05 <2 jam 5 0.25 10 Tingkat ketersediaan

transportasi 0.04 Selalu ada banyak pilihan (reguler dan banyak jenisi)

5 0.20

11 Biaya transportasi 0.05 Standard (Rp. 50.000,- s/d Rp. 200.000,-/ trip)

3 0.15

12 Ketersediaan air tawar (tingkat kecukupan) 0.05 Tersedia sepanjang tahun, mencukupi dan mampu memenuhi batasan (60 lt/orang/hari) 5 0.25

13 Potensi dan jenis

pemanfaatan 0.06 2 jenis/kurang baik 2 0.12 14 Kecerahan perairan (%) 0.06 40 60 sedang

baik

3 0.18 15 Luas areal pemanfaatan 0.06 10 – 50 ha 4 0.24 16 Keterlindungan lokasi

pemanfaatan

0.06 Terlindung 1 pada waktu musim saja

3 0.18 17 Tingkat sensitivitas lokasi

terhadap pencemaran dari luar 0.06 Tidak sensitive (pantai berpasir) 5 0.30 18 Kondisi oseanografi (kecepatan arus (cm/dt)) 0.06 Sangat baik (0 – 15) 5 0.30

28

19 Penutupan lahan pulau 0.05 Hutan bakau, pemukiman 2 0.10 20 Kedalaman terumbu karang (m) 0.05 <10 5 0.25 21 Jenis lifeform 0.05 10-11 4 0.20 Total 3.85

Modifikasi dari : Yulianda (2007); Adrianto et al. (2011)

Tabel 10 Hasil penilaian investasi berbasis ketersediaan sumber daya non hayati di Pulau Payung Besar.

No Parameter Bobot Indikator Skor x Skor Bobot 1 Luas daratan pulau kecil

(km2) 0.07 0,1 – 1 2 0.14

2 Ketinggian pulau kecil (mdpl)

0.07 <2 1 0.07 3 Tingkat kerentanan pulau

kecil (frekuensi bencana) 0.07 Sangat rendah (lebih dari satu decade)

5 0.35

4 Jarak ke pusat aktifitas

ekonomi 0.05 12 – 20 mill laut 3 0.15 5 Jarak ke administrasi

pemerintahan (kabupaten)

0.05 4 – 12 mill laut 4 0.20 6 Kemudahan mencapai PPK 0.05 Sangat mudah

(reguler 1- 2 jam) 5 0.25 7 Moda transportasi 0.05 Kapal Pelni/Ferry

Speadboat

3 0.15 8 Kondisi moda tranportasi 0.04 Baik (ada

perlengkapan safety)

5 0.20

9 Waktu tempuh rata-rata 0.04 <2 jam 5 0.20 10 Tingkat ketersediaan

transportasi

0.05 Selalu ada banyak pilihan (reguler dan banyak jenisi)

5 0.25

11 Biaya transportasi 0.05 Standard (Rp. 50.000,- s/d Rp. 200.000,-/ trip)

3 0.15

12 Ketersediaan air tawar (tingkat kecukupan) 0.06 Tersedia sepanjang tahun, mencukupi dan mampu mmenuhi batasan (60 lt/orang/hari) 1 0.06

13 Potensi dan jenis

pemanfaatan 0.05 2 jenis/kurang baik 2 0.10 14 Kecerahan perairan (%) 0.06 40 – 60 sedang –

baik

3 0.18 15 Luas areal pemanfaatan 0.06 10 – 50 ha 4 0.24 16 Keterlindungan lokasi 0.06 Terlindung 1 pada 3 0.18

29 pemanfaatan waktu musim saja

17 Tingkat sensitivitas lokasi terhadap pencemaran dari luar 0.03 Tidak sensitive (pantai berpasir) 5 0.15 18 Kondisi oseanografi (kecepatan arus (cm/dt)) 0.06 Sangat baik (0 – 15) 5 0.30 19 Penutupan lahan pulau 0.03 Hutan bakau,

pemukiman

2 0.06

Total 3.38

Modifikasi dari : Yulianda (2007); Adrianto et al (2011)

Dokumen terkait