• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Pulau Kecil Sebagai Dasar Pengembangan Investasi Ekowisata Studi Kasus Pulau Pari, Pulau Payung Besar Dan Pulau Tidung Kecil Kabupaten Kepulauan Seribu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penilaian Pulau Kecil Sebagai Dasar Pengembangan Investasi Ekowisata Studi Kasus Pulau Pari, Pulau Payung Besar Dan Pulau Tidung Kecil Kabupaten Kepulauan Seribu."

Copied!
198
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN PULAU KECIL SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN INVESTASI EKOWISATA

(Studi Kasus Pulau Pari, Pulau Payung Besar, dan Pulau Tidung Kecil Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta)

PUGUH WAHYU WIDODO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Penilaian Pulau Kecil Sebagai Dasar Pengembangan Investasi Ekowisata studi kasus Pulau Pari, Pulau Payung Besar dan Pulau Tidung Kecil Kabupaten Kepulauan Seribu ” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepadaperguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2015

Puguh Wahyu Widodo

(4)
(5)

RINGKASAN

PUGUH WAHYU WIDODO. Penilaian Pulau Kecil Sebagai Dasar Pengembangan Investasi Ekowisata studi kasus Pulau Pari, Pulau Payung Besar dan Pulau Tidung Kecil Kabupaten Kepulauan Seribu.Dibimbing oleh RAHMAT KURNIA dan SULISTIONO.

Penilaian pulau kecil digunakan untuk menentukan pulau yang layak bagi investasi ekowisata. Saat ini pemerintah sudah membuat kriteria indeks dalam melakukan penilaian pulau kecil dalam rangka mendukung investasi ekowisata. Pengujian terhadap kriteria indeks perlu dilakukan untuk meminimalisir adanya jarak dengan kondisi lapangan. Pengujian dilakukan di Pulau Pari, Pulau Payung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menghitung indeks investasi ekowisata pulau kecil, (2) melakukan evaluasi terhadap kriteria pulau-pulau kecil yang bernilai tinggi untuk mendukung investasi ekowisata, dan (3) merumuskan kebijakan untuk mendukung investasi ekowisata pulau kecil. Hasil analisis menunjukkan perhitungan indeks investasi ekowisata pulau dengan menggunakan kriteria lama yaitu indeks Pulau Pari adalah 3,70; indeks Pulau Tidung Kecil adalah 3,69; indeks Pulau Payung Besar adalah 3,48; indeks Pulau Biawak adalah 2,97; indeks Pulau Panggang adalah 3,26. Status untuk masing masing pulau adalah status siap. Perhitungan Indek investasi ekowisata pulau kecil atau Small Island Investmen Index (SIII) dengan menggunakan parameter lama tersebut ternyata tidak menghasilkan perbedaan status antara satu pulau dengan pulau lainnya walaupun pulau tersebut dapat diperkirakan status investasinya sehingga harus dilakukan evaluasi.

Evaluasi dilakukan dengan merubah parameter-parameter pengelolaan yang bersifat pulau menjadi parameter parameter pengelolaan yang bersifat gugusan atau wilayah. Pembobotan terhadap masing – masing kriteria juga dievaluasi disesuaikan dengan kondisi sebenarnya di lapangan.

Hasil perhitungan nilai indeks dengan menggunakan formulasi Small Island Investment Index (SIII) setelah evaluasi didapatkan perubahan nilai indeks dengan

status yang berbeda pada Pulau Tidung Kecil, yaitu untuk indeks Pulau Pari adalah 3,84 (siap investasi); indeks Pulau Tidung Kecil adalah 4,04 (sangat siap investasi); indeks Pulau Payung Besar adalah 3,55 (siap investasi); indeks Pulau Biawak adalah 3,12 (siap investasi); indeks Pulau Panggang adalah 2,90 (kurang siap investasi).

Dengan demikian, evaluasi terhadap kriteria indeks investasi ekowisata dapat memperkecil jarak antara kriteria yang ada dengan kondisi sesungguhnya di lapangan. Kebijakan pengelolaan pulau dengan meningkatkan nilai indeks investasi menjadikan pulau siap untuk pengembangan investasi ekowisata. Kebijakan pengelolaan pulau kecil diarahkan pada peningkatan kualitas aksesibilitas di kawasan pulau – pulau kecil, penyelesaian status kepemilikan lahan, pembangunan infrastruktur dasar di pulau kecil, penggalian budaya dan adat istiadat, perbaikan tingkat pendidikan penduduk kawasan pulau kecil.

(6)

SUMMARY

PUGUH WAHYU WIDODO. Assessment of Small Islands as Basic of Development Ecotourism Investment Index (case study: Pari Island, Payung Besar Island, Tidung Kecil Island Kepulauan Seribu District). Supervised by RAHMAT KURNIA and SULISTIONO.

Small island assessment used to determine the island that suitable for ecotourism investment. Currently, the government has made the criteria index in assessing a small island in order to support the ecotourism investment. Test for the criteria index need to be done for minimalize the distance with the field conditions. Test was performed in Pari Island, Payung Besar Island and Tidung Kecil Island. This research was conducted: (1) to calculate the small island investment index for ecotourism, (2) to evaluate the criteria of small island that have high value for support ecotourism investment and (3) formulate the policy to support the small island ecotourism investment.

Result of analysis shows that the calculation of the small island investment index of ecotourism using the old criteria obtained Pari Island index is 3.70; Tidung Kecil Island index is 3.69; Payung Besar Island index is 3.48; Biawak Island index is 2.97; Panggang Island index is 3.26. Status for each island is ready status. Calculation index of small island ecotourism investment with old parameter did not generate a difference status one island with the other islands although the island investment status can be expected.

Evaluation was done by change the parameters of management from one island become cluster or region management. Weightings for each criteria also evaluated adapted to the actual field conditions.

Result of the calculation by using Small Island Investment Index (SIII) formulation after evaluation obtained the changes in the value index and a different status, for Pari Island index is 3.84 (ready to invest); Tidung Kecil Island index was 4.04 (very ready to invest); Payung Besar Island index is 3.56 (ready to invest); Biawak Island index is 3.12 (ready to invest); Panggang Island index is 2.90 (less ready to invest).

Therefore, evaluation of the criteria for ecotourism investment index can minimize the distance between the existing criteria with the actual conditions in the field. Island management policy with increasing the value of investment index to makes the island ready for develop the ecotourism investment. Small island policy directed to improving the quality of accessibility in the area on the island, completion of the land ownership status, development the basic infrastructure in small island, excavation cultures and customs, improvement the education level of local community in small island region.

(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)
(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

PENILAIAN PULAU KECIL SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN INVESTASI EKOWISATA

(Studi Kasus Pulau Pari, Pulau Payung Besar, dan Pulau Tidung Kecil Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta)

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(10)
(11)

Judul Tesis : Penilaian Pulau Kecil Sebagai Dasar Pengembangan Investasi Ekowisata (Studi Kasus Pulau Pari, Pulau Payung Besar, dan Pulau Tidung Kecil Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta)

Nama : Puguh Wahyu Widodo NIM : C252120121

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi Ketua

Prof Dr Ir Sulistiono, MSc Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

Dr Ir Achmad Fahrudin, MSi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehinggatesis ini berhasil diselesaikan. Tesis yang disusun berjudul “Penilaian Pulau Kecil Sebagai Dasar Pengembangan Investasi Ekowisata studi kasus Pulau Pari, Pulau Payung Besar, dan Pulau Tidung Kecil Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta”.Tesis ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam penyempurnaan penyusunan kriteria pulau kecil yang bernilai tinggi unutk mendukung investasi ekowisata dan memberikan masukan bagi Pemerintah Administrasi Kepulauan Seribu dalam membuat kebijakan dalam pengelolaan pulau-pulau kecil.

Terima kasih Penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi dan Bapak Prof Dr Ir Sulistiono, MSc selaku pembimbing, berkat bimbingan dan arahannya sehingga penyusunan tesis ini dapat diselesaikan.

Seiring dengan selesainya penulisan tesis ini, dengan tulus hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr Ir Achmad Fahrudin, MSi sebagai ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

2. Bapak Dr Yonvitner, S.Pi, M.Si sebagai dosen penguji luar komisi.

3. Direktur Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil Ditjen KP3K, Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Kepala Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI beserta stafnya masing-masing yang telah memberi dukungan fasilitas dan data dalam penyelesaian tesis ini.

4. Rekan-rekan mahasiswa SPL yang telah membantu dan mendampingi selama studi.

5. Istri tercinta Khusnul Khotimah serta anakku Dzaky Almer Jamail dan Aufa Raditya Lazuardi atas doa dan dukungannya.

6. Keluarga besar yang telah memberikan doa, semangat, dukungan, pengertian dan kasih sayang selama ini serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir penulis. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan masukan yang konstruktif sangat diharapkan. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Oktober 2015

(14)
(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

2 METODOLOGI 6

Lokasi dan Waktu Penelitian 6

Metode Penelitian 6

Metode Pengumpulan Data 8

Analisa Data 8

Analisis Pulau-pulau Kecil Bernilai Tinggi 8 Kriteria dan Indikator dari Natural resources and geo-strategic island

index (NI) 9

Kriteria dan Indikator dari Governance Index (GI) 10

Kriteria dan Indikator dari Infrastructure Index (II) 11

Kriteria dan Indikator dari Socio-Economic Index (SI) 12

Evaluasi Kualitatif 13

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14

Pulau Pari 14

Gambaran Umum 14

Potensi Sumberdaya dan Strategi Geografis 14

Tatakelola Pemerintah 19

Infrastruktur 20

Sosial Ekonomi dan Budaya 22

Pulau Payung Besar 24

Gambaran Umum 24

Potensi Sumberdaya dan Strategi Geografis 24

Tatakelola Pemerintah 29

Infrastruktur 30

Sosial Ekonomi dan Budaya 32

Pulau Tidung Kecil 33

Gambaran Umum 33

Potensi Sumberdaya dan Strategi Geografis 34

(16)

Infrastruktur 39 Sosial Ekonomi dan Budaya 41

Pulau Kecil Bernilai Tinggi 42

Evaluasi Terhadap Kriteria Pulau – Pulau Kecil Bernilai Tinggi Untuk

Mendukung Investasi Ekowisata 44

Evaluasi Terhadap Kriteria Investasi Berbasis Sumber Daya Alam Dan

Strategi Geografi 45

Evaluasi Terhadap Kriteria Investasi Berbasis Tata Kelola Pemerintah 46 Evaluasi Terhadap Kriteria Investasi Berbasis Infrastruktur 46 Evaluasi Terhadap Kriteria Investasi Berbasis Sosial Ekonomi dan

Budaya 47

Hasil Penilaian Dengan Menggunakan Kriteria Baru 47 Kebijakan Untuk Mendukung Investasi Ekowisata Pulau Kecil 48

5 SIMPULAN DAN SARAN 52

Simpulan 52

Saran 52

DAFTAR PUSTAKA 53

LAMPIRAN 58

(17)

DAFTAR TABEL

1 Kategori penentuan PPK bernilai tinggi untuk mendukung investasi

ekowisata 9

2 Hasil penilaian investasi berbasis ketersediaan jasa lingkungan di Pulau

Pari 16

3 Hasil penilaian investasi berbasis ketersediaan sumber daya hayati di

Pulau Pari 17

4 Hasil penilaian investasi berbasis ketersediaan sumber daya non hayati

di Pulau Pari 18

5 Hasil penilaian parameter dan indikator governance index (GI) di Pulau

Pari 20

6 Hasil penilaian parameter dan indikator infrastructure index (II) di

Pulau Pari 21

7 Hasil penilaian parameter dan indikator sosio economic and culture (SI)

di Pulau Pari 23

8 Hasil penilaian investasi berbasis ketersediaan jasa lingkungan di Pulau

Payung Besar 25

9 Hasil penilaian investasi berbasis ketersediaan sumber daya hayati di

Pulau Payung Besar 27

10 Hasil penilaian investasi berbasis ketersediaan sumber daya non hayati

di Pulau Payung Besar 28

11 Hasil penilaian parameter dan indikator governance index (GI) di Pulau

Payung Besar 29

12 Hasil penilaian parameter dan indikator infrastructure index (II) di

Pulau Payung Besar 31

13 Hasil penilaian parameter dan indikator sosio economic and culture (SI)

di Pulau Payung Besar 32

14 Hasil penilaian investasi berbasis ketersediaan jasa lingkungan di Pulau

Tidung Kecil 35

15 Hasil penilaian investasi berbasis ketersediaan sumber daya hayati di

Pulau Tidung Kecil 36

16 Hasil penilaian investasi berbasis ketersediaan sumber daya non hayati

di Pulau Tidung Kecil 37

17 Hasil penilaian parameter dan indikator governance index (GI) di Pulau

Tidung Kecil 39

18 Hasil penilaian parameter dan indikator infrastructure index (II) di

Pulau Tidung Kecil 40

19 Hasil penilaian parameter dan indikator sosio economic and culture (SI)

di Pulau Tidung Kecil 41

20 Hasil perhitungan small island investmen index (SIII) pada Pulau Pari,

Pulau Payung Besar dan Pulau Tidung Kecil 43 21 Hasil perhitungan kriteria pulau-pulau kecil bernilai tinggi untuk

mendukung investasi ekowisata (menggunakan kriteria lama) 44 22 Hasil perhitungan kriteria pulau-pulau kecil bernilai tinggi untuk

(18)

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram kerangka pemikiran 5

2 Peta lokasi penelitian 6

3 Diagram tahapan dalam penelitian 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kriteria investasi berbasis ketersediaan jasa lingkungan 58 2 Kriteria investasi berbasis ketersediaan sumber daya hayati 62 3 Kriteria investasi berbasis ketersediaan sumberdaya non hayati 65 4 Parameter dan indikator governance index (GI) dalam penentuan PPK

bernilai ekonomi tinggi untuk mendukung investasi 68 5 Parameter dan indikator infrastructure index (II) dalam penentuan PPK

bernilai ekonomi tinggi untuk mendukung investasi 70 6 Parameter dan indikator sosio economic and culture index (SI) dalam

penentuan PPK bernilai ekonomi tinggi untuk mendukung investasi 73 7 Perhitungan indeks investasi ekowisata pulau kecil dengan

menggunakan kriteria sebelum evaluasi 75 8 Hasil evaluasi kriteria investasi berbasis ketersediaan jasa lingkungan 86 9 Hasil evaluasi kriteria investasi berbasis ketersediaan sumber daya

hayati 92

10 Hasil evaluasi kriteria investasi berbasis ketersediaan sumber daya non

hayati 97

11 Hasil evaluasi kriteria investasi berbasis tata kelola pemerintah 103 12 Hasil evaluasi kriteria investasi berbasis infrastruktur 106 13 Hasil evaluasi kriteria investasi berbasis sosial ekonomi dan budaya 112 14 Perhitungan indeks investasi ekowisata pulau kecil dengan

(19)

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.504 pulau dan luas 5,8 juta km2. Lebih dari 13.000 pulau merupakan pulau-pulau kecil (PPK). Menurut UU Nomor 1 tahun 2014 tentang perubahan atas UU Nomor 27 tahun 2007, pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2 beserta kesatuan ekosistemnya. Sebagai negara kepulauan, pulau kecil mempunyai arti penting dalam segi ekonomi, sosial, budaya maupun pertahanan keamanan. Sebagian penduduk Indonesia memanfaatkan pulau-pulau kecil untuk tempat tinggal dan sebagai sumber penghidupan. Dahuri (2013) menyatakan bahwa membangun pulau kecil akan mengentaskan kemiskinan sebagian penduduk. Penduduk yang bermukim di pulau-pulau kecil (PPK) umumnya adalah penduduk di luar usia produktif seperti anak-anak dan orang tua, sedangkan para kaum mudanya rata-rata telah pindah ke sejumlah kota besar untuk mencari nafkah. Pulau kecil menyimpan berbagai sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan terdiri atas sumber daya dapat pulih (renewable resources)

atau sering juga disebut sumber daya alam hayati dan sumber daya tidak dapat pulih (nonrenewable resources) atau disebut sumber daya alam non hayati. Secara

umum, permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan PPK, antara lain: sebagian besar merupakan kawasan tertinggal, terbatasnya sarana dan prasarana dasar seperti listrik, air, dan transportasi yang menghubungkan antar pulau, PPK terluar memiliki potensi konflik atas pelanggaran batas wilayah, dan masih terbatasnya data dan informasi mengenai pulau - pulau kecil untuk pengembangan pulau ke depan.

Menurut Dahuri (2013), Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelagic country) terbesar didunia, salah satu potensi pembangunan yang besar yang

sampai sekarang belum dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan adalah sumber daya wilayah PPK. Pulau kecil di Indonesia mempunyai beberapa fungsi, yaitu secara politik, ekonomi dan ekologi. Secara politik pulau kecil mempunyai fungsi pertahanan dan keamanan terutama pulau-pulau kecil perbatasan dengan negara lain. Pulau kecil terluar merupakan titik penarikan batas wilayah negara dengan negara tetangga. Secara ekonomi, pulau kecil merupakan lokasi yang mempunyai produktifitas hayati tinggi, kegiatan wisata, mempunyai peluang besar untuk dikembangkan sebagai wilayah bisnis yang berbasis sumberdaya serta sebagai tempat tinggal. Secara ekologi, ekosistem pesisir dan laut PPK berperan mempengaruhi iklim global, siklus hidrologi dan bioekonomi, penyerap limbah,

sumber plasma nutfah, sumber energi alternatif dan sistem penunjang kehidupan lainnya. Pemanfaatan ekologi secara ekonomi akan membuat pengelolaan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan. Hal ini dikarenakan kelangsungan ekologi ekonomi bisa dimanfaatkan untuk menjelaskan secara konseptual penilaian terhadap keberlanjutan suatu pengelolaan (Baumgartnet dan Quaas, 2009).

(20)

2

sudah membuat regulasi sebagai upaya untuk mengatur dan mendorong investasi di PPK. Regulasi dibuat untuk menjaga kedaulatan bangsa dan mengatur investasi asing. Atmini (2014) menyatakan bahwa pada dasarnya investasi di PPK tidak dilarang tetapi diiringi sejumlah syarat khususnya untuk penanaman modal asing, dimana harus sesuai dengan UU Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Pada pasal 26A dijelaskan bahwa (1) Pemanfaatan PPK dan pemanfatan perairan di sekitarnya dalam rangka penanaman modal asing harus mendapat izin menteri, (2) Penanaman modal asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mengutamakan kepentingan nasional, (3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah mendapat rekomendasi dari Bupati/Wali Kota. Pada ayat 4 disebutkan bahwa (4) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a) badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas; b) menjamin akses publik; c) tidak berpenduduk; d) belum ada pemanfaatan oleh masyarakat lokal; e) bekerja sama dengan peserta Indonesia; f) melakukan pengalihan saham secara bertahap kepada peserta Indonesia; g) melakukan alih teknologi: dan h) memperhatikan aspek ekologi, sosial, dan ekonomi pada luasan lahan.

Potensi PPK di Indonesia antara lain keindahan yang potensial untuk dikembangkan sebagai investasi ekowisata. Kawasan pesisir dan PPK Indonesia merupakan tempat ideal bagi seluruh jenis aktivitas pariwisata bahari seperti

diving, snorkeling, memancing, surfing, boating, olahraga pantai, yachting, dan

wisata-wisata khusus seperti wisata konservasi, wisata pendidikan, dan wisata fotografi bawah air (KKP, 2013).

Jumlah pulau kecil yang dikelola sebagai kawasan ekowisata oleh investor saat ini masih sedikit, salah satu penyebabnya adalah sulitnya pengurusan perijinan untuk berinvestasi di pulau kecil. Promosi dan sosialisasi tentang potensi PPK oleh pemerintah sendiri juga dinilai masih kurang, disamping itu kondisi politik dan iklim usaha kurang mendukung investasi di daerah. Pulau kecil masih dianggap sebagai aset yang tidak mempunyai nilai jual dan belum dapat memberikan kontribusi nyata terhadap pendapatan daerah. Akibatnya pengelolaan pulau kurang mendapatkan perhatian utama. Regulasi di daerah yang tumpang tindih menyebabkan investor kesulitan untuk melakukan perijinan. Pada dasarnya pemanfaatan pulau kecil tidak terbatas pada wisata bahari tetapi juga meliputi usaha perikanan dan kelautan, pertanian organik, peternakan, industri, permukiman, perkebunan, transportasi, dan pelabuhan (KKP, 2013).

(21)

3

Perumusan Masalah

PPK memiliki potensi wisata yang besar. Hal ini didukung dengan ekosistem yang memiliki produktifitas hayati yang tinggi seperti terumbu karang, padang lamun, hutan bakau, serta keanekaragaman hayati biota laut yang bernilai ekonomi tinggi. Jasa-jasa lingkungan yang potensial antara lain pantai yang indah, areal penyelaman, olah raga air dan areal rekreasi.

Investasi di PPK yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta merupakan kegiatan pembangunan. Hal ini yang diharapkan mampu meningkatkan perekonomian dan memberikan pengaruh ganda pada masyarakat. Pada sisi lain, partisipasi masyarakat dan peran pemerintah dalam menciptakan iklim yang kondusif merupakan jaminan kepastian berusaha bagi investor yang akan menanamkan modalnya di PPK.

PPK yang ditawarkan kepada investor merupakan PPK dengan nilai yang tinggi. Berbagai kriteria yang menyangkut potensi sumberdaya, sarana dan prasarana, iklim politik dan pemerintahan, perijinan, status kepemilikan, dan sosial ekonomi, merupakan kriteria dalam menentukan penilaian suatu pulau. Nilai suatu pulau merupakan jaminan bagi investor yang akan menanamkan modalnya di pulau kecil. Pemerintah sudah menyusun kriteria indeks untuk memberikan penilaian terhadap kondisi pulaupulau kecil. Kriteria indeks tersebut mencakup aspek sumberdaya alam dan lingkungan, tata kelola pemerintahan, sarana prasarana, dan kondisi sosial ekonomi masyarakat di PPK. Kriteria ini diharapkan dapat memudahkan pemerintah untuk menentukan prioritas pulau yang siap dikelola dan diinvestasi.

Kriteria yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil disusun berdasarkan teori dan studi literatur. Permasalahan yang dihadapi adalah masih terdapat jarak antara kriteria yang disusun dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Untuk mempersempit jarak tersebut maka perlu adanya penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi kriteria yang telah disusun dibandingkan dengan kondisi lapangan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mengevaluasi kriteria PPK yang bernilai ekonomi tinggi yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau-pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011. Aplikasi dilakukan di Pulau Pari, Pulau Payung Besar dan Pulau Tidung Kecil, diharapkan dapat memperkecil jarak antara kriteria yang telah disusun dengan kondisi di lapangan sehingga menjadi bahan koreksi demi sumpurnanya kriteria pulau yang telah dibuat. Sebagai batasan, penelitian tidak meneliti potensi wisata untuk mangrove dan lamun. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan kajian terhadap sasaran pokok sebagai berikut :

1. Menghitung Indek Investasi Ekowisata pulau kecil, studi kasus di Pulau Pari, Pulau Payung Besar dan Pulau Tidung Kecil.

(22)

4

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai rekomendasi bagi pemerintah untuk melakukan evaluasi dalam penyempurnaan kriteria pulau-pulau kecil yang bernilai tinggi untuk mendukung investasi ekowisata dan sebagai dasar bagi pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan pulau-pulau kecil, khususnya Pulau Pari, Pulau Payung Besar dan Pulau Tidung Kecil untuk pengembangan investasi.

Ruang Lingkup Penelitian

(23)

5

Gambar 1. Diagram kerangka pemikiran

Umpan balik

Pulau kecil

Potensi Pulau Kecil : - Ekologi

- SDM

- Jasa lingkungan

Strategi pengembangan untuk investasi

Kriteria pulau kecil bernilai tinggi hasil evaluasi

Pengelolaan investasi ekowisata

pulau kecil Sumber

daya hayati dan non

hayati

Tata kelola pemerin-

tahan

Infras-truktur

Sosial ekonomi

Ya Tidak

Kriteria pulau kecil bernilai tinggi dari pemerintah yang belum diuji

Pengujian di lapangan

Evaluasi kriteria

Permasalahan pulau kecil : - Tata kelola pemerintahan

yang belum bagus - Infrastruktur yang kurang - Sosial ekonomi yang

kurang -

Identifikasi pulau siap investasi

(24)

6

2 METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pulau Pari, Payung Besar dan Tidung Kecil, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, yang disajikan pada Gambar 2. Selain itu sebagai pembanding, penelitian juga dilakukan di Pulau Panggang dan Pulau Biawak. Waktu penelitian yaitu bulan Juli sampai Agustus 2014.

Pertimbangan dalam pengambilan lokasi adalah Pulau Pari merupakan pulau yang memiliki status kepemilikan oleh perusahaan dan sebagian merupakan milik LIPI, namun demikian menurut Nurhayat (2014), Pulau Pari merupakan salah satu target pemerintah untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata pantai seperti pulau-pulau wisata di Maldive. Pulau Payung Besar merupakan pulau yang berpenduduk, pulau ini mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan. Saat ini semakin banyak homestay yang dikembangkan oleh masyarakat sebagai sarana

pendukung wisata. Pulau Tidung kecil merupakan pulau kosong atau tidak berpenduduk, dimana status pulau adalah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan akan dikembangkan sebagai destinasi wisata.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Ruang lingkup penelitian di ketiga pulau tersebut meliputi ketersediaan sumber daya hayati dan jasa lingkungan, ketersediaan sumber daya non hayati, indikator tata kelola

Pulau Pari

(25)

7 pemerintahan, serta infrastruktur dan budaya. Tahapan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram tahapan dalam penelitian Mulai

Penentuan wilayah studi penelitian

Pemahaman kondisi wilayah studi

Pengumpulan data primer dan sekunder menurut kriteria dan indikator dalam penentuan PPK bernilai tinggi oleh Direktorat Pendayagunaan PPK, 2011

Kriteria dan indikator sumber daya

alam dan strategis geografis

Kriteria dan indikator tata

kelola pemerintah

Kriteria dan indikator infrastruktur

Kriteria dan indikator

sosial, ekonomi dan

budaya

Penghitungan Index Investasi PPK dengan menggunakan kriteria dan indikator dari Direktorat Pendayagunaan PPK, 2011

(Small Island Investment Index)

Evaluasi kriteria dan indikator sesuai kondisi lapangan

Pengujian dengan data

Kriteria dan indikator hasil evaluasi Ya

(26)

8

Metode Pengumpulan Data

Jenis Data yang Dikumpulkan

Data yang diperlukan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder yang disajikan dalam tabel pada Lampiran 1. Data primer merupakan data yang diambil langsung di lokasi penelitian baik itu dilakukan dengan pengamatan langsung maupun dengan wawancara terhadap responden. Sedangkan data sekunder merupakan data atau informasi yang diperoleh dari literatur atau publikasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

Analisa Data

1. Analisis Pulau-pulau Kecil Bernilai Tinggi

PPK yang bernilai tinggi dan layak investasi ekowisata ditentukan dengan menghitung nilai indeks investasi PPK (small island investment index, SIII).

Indeks investasi PPK (SIII) memiliki nilai indeks antara 1 5, masing- masing kriteria penyusunnya memiliki besaran nilai skor antara 1 sampai dengan 5, dengan bobot indeks berturut-turut untuk natural resources and geostrategic island index (NI) sebesar 0.4, governance index (GI) sebesar 0.3, infrastrukture index (II) sebesar 0.2 dan social-economic index (SI) sebesar 0.1. Formula yang

digunakan untuk menghitung indeks investasi pulau-pulau kecil dalam rangka penentuan pulau kecil yang bernilai tinggi adalah (Adrianto et al. 2011):

SIII = α*NI + β * GI + φ*II + *SI Dimana : SIII = Small Island Investment Index

NI = Natural resources and geostrategic island Index α = Bobot NI = 0.4

GI = Governance Index β = Bobot GI = 0.3 II = Infrastructure Index φ = Bobot II = 0.2

SI = Socio economic and culture Index

 = Bobot SI = 0.1

(27)

9 Tabel 1 Kategori penentuan PPK bernilai tinggi untuk mendukung investasi

ekowisata.

Nilai index (SIII) Kategori Keterangan

>4 – 5 Sangat siap Sangat prioritas dan bernilai tinggi untuk listing investasi, karena seluruh kriteria investasi terpenuhi

>3 – 4 Siap Prioritas dan bernilai sedang untuk listing investasi, karena sebagian besar kriteria investasi terpenuhi

>2 – 3 Kurang siap

Kurang prioritas dan bernilai rendah untuk listing investasi, karena sebagian kecil kriteria investasi terpenuhi

1 2 Tidak siap Tidak prioritas dan bernilai sangat rendah untuk listing investasi, karena tidak ada kriteria investasi terpenuhi

2. Kriteria dan Indikator dari Natural Resources and Geo-Strategic Island Index (NI)

Kriteria dan indikator sumber daya alam merupakan faktor kunci untuk investasi di PPK. Minat investor untuk berinvestasi sangat terkait dengan keberadaan sumber daya alam dan lingkungan yang terdapat di PPK disesuaikan dengan bidang investasi yang diinginkan investor. Faktor strategis geografis kendati merupakan faktor pendukung, akan tetapi juga memegang peranan penting terkait dengan posisi geo-strategis dari pulau yang akan dikembangkan untuk kegiatan investasi.

Menurut Adrianto et al (2011), alam menentukan pulau kecil bernilai

ekonomi tinggi untuk mendukung investasi, maka jenis investasi yang dikembangkan dibagi menjadi 2 (dua) kategori, yaitu :

(i) Investasi yang berbasis pada ketersediaan dan daya dukung sumber daya hayati dan jasa lingkungan, seperti konservasi, pariwisata bahari, budidaya laut, dan penangkapan ikan.

(ii)Investasi yang berbasis pada ketersediaan sumber daya alam dan lingkungan non hayati, seperti energi dan sumber daya mineral.

Geografi pulau kecil mencakup aspek jarak dan posisi pulau induk, ketinggian pulau dan tingkat kerentanan bencana alam. Jarak ke pusat pemerintahan dan kemudahan pencapaian PPK juga berpengaruh. Selain itu juga posisi, parameter lainnya yang terkait adalah jarak ke pusat aktivitas ekonomi. Semakin dekat dengan pusat ekonomi, maka semakin tinggi nilai ekonomi pulau tersebut. Jarak ke pusat pemerintahan akan mempengaruhi tingginya skor, dimana semakin dekat dengan pusat pemerintahan, maka nilainya akan semakin tinggi.

(28)

10

Frekuensi terjadinya bencana alam merupakan faktor kerentanan yang dimiliki pulau kecil. Menurut Farhan dan Lim (2011), secara umum penilaian kerentanan adalah ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan yaitu bahaya, ketahanan dan kerusakan. Semakin tinggi frekuensi terjadinya bencana maka sebuah pulau akan semakin rentan dan mempunyai skor yang kecil. Begitu juga dengan sensitifitas terhadap pencemaran. Sensitifitas dapat diperkirakan dari material pantai. Semakin besar butiran material penyusun pantai maka semakin kecil tingkat sensitifitas terhadap pencemaran. Oyedepo dan Odeofum (2011) menyatakan bahwa penetrasi maksimum minyak ke pasir butir halus akan kurang dari 15 cm, sementara penetrasi dalam pasir kasar bisa mencapai 25 cm.

Menurut Kepmen LH nomor 04 tahun 2001, kriteria baku kerusakan terumbu karang ditetapkan berdasarkan prosentase luas tutupan terumbu karang yang hidup. Terumbu karang mempunyai status sangat baik sekali bila penutupan karang hidup mencapai 75 – 100 %.

Indikator sumber daya alam dan strategi geografis dibagi dalam 3 kelompok kriteria, yaitu :

- Kriteria Investasi Pulau Kecil Berbasis Ketersediaan Jasa Lingkungan Kriteria investasi yang berbasis pada ketersediaan dan daya dukung jasa lingkungan, seperti kondisi fisik pulau, kondisi pantai, kondisi perairan secara rinci disajikan seperti pada Lampiran 1.

- Kriteria Investasi Pulau Kecil Berbasis Ketersediaan Sumber Daya Hayati

Kriteria investasi yang berbasis pada ketersediaan dan daya dukung sumber daya hayati, seperti kondisi terumbu karang, jenis lifeform secara rinci

disajikan seperti pada Lampiran 2.

- Kriteria Investasi Pulau Kecil Berbasis Ketersediaan Sumber Daya Non Hayati

Kriteria investasi yang berbasis ketersediaan sumber daya alam dan lingkungan non hayati, seperti sumber daya mineral, secara rinci disajikan pada Lampiran 3.

3. Kriteria dan Indikator dari Governance Index (GI)

Tata kelola pemerintahan menentukan baik tidaknya iklim investasi di daerah. Tata kelola pemerintahan yang baik akan menentukan tata kelola PPK secara baik dan berkelanjutan karena akan memberikan kepastian hukum pada investor. Patokan seorang pebisnis/investor menanamkan modalnya adalah keamanan dan payung hukum yang berlaku (Isrok, 2009). Tata kelola PPK dalam pengembangan investasi diarahkan pada penerapan prinsip tata kelola yang transparan, akuntabel dan bebas Kosupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Penyusunan kriteria pengembangan investasi PPK yang bernilai ekonomi tinggi, tata kelola pemerintahan lebih banyak ditekankan pada sistem administrasi pengelolaan, kebijakan dan status penguasaan PPK. Berbagai instrumen tata kelola pemerintahan dijadikan parameter dari kriteria tata kelola PPK, selanjutnya ditentukan indikator serta menentukan skor dari 1 sampai 5. Secara umum semakin lengkap dan semakin baiknya setiap parameter tata kelola PPK dapat diterapkan, maka semakin tinggi skor yang akan diperoleh.

(29)

11 PPK mendapatkan kendala dan hambatan. Dengan demikian pemberian bobot antara 0 dan 1 memperhatikan pada kemudahan atau bisa tidaknya setiap parameter dalam melaksanakan tata kelola yang baik dan berkelanjutan. Misalnya, apakah peruntukan lahan pada suatu PPK sudah ada apa belum dalam RTRWN atau RTRWP dan RTRWK. Dalam hal ini keberadaan RTRW sangat penting karena berhubungan dengan zonasi yang telah ditetapkan pemerintah. Penetapan rencana zonasi dimaksudkan untuk memelihara keberlanjutan sumber daya PPK dalam jangka panjang serta mengeliminir berbagai faktor tekanan terhadap ekosistem pulau-pulau kecil akibat kegiatan yang tidak sesuai

(incompatible) (Suparno, 2009). Jika memenuhi syarat yang semakin lengkap,

maka bobot yang diberikan juga semakin tinggi. Beberapa parameter dan indikator dari kriteria tata kelola dalam pengembangan investasi di PPK yang memiliki nilai ekonomi tinggi dapat dilihat pada Lampiran 4.

4. Kriteria dan Indikator dari Infrastructure Index (II)

Infrastruktur atau sarana memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara, termasuk Indonesia. Perkembangan investasi di suatu kawasan tidak hanya ditentukan oleh investor, tetapi juga ditentukan oleh regulasi dalam melayani masyarakat disamping kondisi prasarana dasar wilayah (bangunan fisik) sebagai unsur pokok dalam memberi layanan atau kemudahan kepada calon investor (Pandiadi, 2012).

Pertumbuhan dan perkembangan investasi di suatu kawasan dapat dipicu oleh dukungan prasarana dasar wilayah (Pandiadi, 2012). Imelda (2006), menyatakan bahwa untuk mendorong masuknya investasi perlu dikembangkan terlebih dahulu faktor kelembagaan dari pemerintah sendiri, pembangunan jalan, peningkatan kualitas potensi tenaga kerja dan pembangunan listrik. Sedangkan faktor lain yaitu tingkat keterbukaan perdagangan dan besarnya domestic market size, serta pembangunan untuk meningkatkan ketersediaan air dan sambungan

telepon walaupun elastisitasnya relatif masih kecil. Infrastruktur bersifat publik dan sosial biasanya disediakan oleh pemerintah. Beberapa fasilitas yang termasuk dalam kelompok infrastruktur yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah di PPK adalah jalan, sarana air bersih, listrik, jembatan, pelabuhan, sarana komunikasi, ketersediaan pos keamanan, dan ketersediaan kantor administrasi pemerintah.

Beberapa infrastruktur yang tersedia di PPK dapat dijadikan parameter dalam melakukan penilaian pengembangan investasi yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Berbagai parameter dari kriteria infrastruktur ditentukan indikator untuk menentukan skor dari 1 sampai 5. Secara umum semakin lengkap dan semakin baiknya setiap parameter yang ada di PPK, maka semakin tinggi skor yang akan diperoleh.

(30)

12

deskripsi beberapa parameter dan indikator dari kriteria infrastruktur dalam pengembangan investasi di PPK yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

5. Kriteria dan Indikator dari Socio-Economic Index (SI)

Kriteria socio-economic index (SI) ditentukan berdasarkan beberapa

parameter yang menggambarkan nilai PPK dari aspek sosial, ekonomi dan budaya. Parameter tersebut diantaranya adalah: nilai sejarah PPK, jumlah penduduk, kepadatan penduduk, potensi luas daratan pulau untuk pengembangan investasi, potensi ekonomi lokal, tingkat pendapatan penduduk, nilai ekonomi sumberdaya PPK, keamanan PPK, budaya dan adat istiadat, persentase tingkat pendidikan.

Masing-masing PPK mempunyai nilai sejarah sendiri-sendiri, oleh sebab itu sejarah yang merupakan catatan perkembangan daerah sekitar memberikan gambaran nilai penting dari keberadaan pulau itu sendiri. Nilai sejarah merupakan salah satu parameter penting dalam penentuan status kelayakan pengembangan investasi sebuah pulau, karena semakin besar nilai sejarah yang dimiliki PPK, maka semakin besar perhatian rakyat dan pemerintah untuk mengembangkan dan menjaga keberlangsungan pulau tersebut.

Pengelolaan investasi pulau yang berpenduduk berbeda dengan pengelolaan pada yang tidak berpenduduk. Pulau tidak berpenduduk akan lebih mudah dibandingkan dengan pulau yang berpenduduk, karena pulau yang berpenduduk mempunyai banyak kepentingan didalamnya. Bila pulau yang akan dikembangkan berpenduduk, maka batasan jumlah penduduk yang memungkinkan ada disekitar pulau dapat dijadikan sebagai indikator kelayakan pulau untuk aspek sosekbud dalam penentuan pulau kecil yang bernilai ekonomi tinggi untuk mendukung investasi.

Salah satu kebutuhan pengembangan investasi adalah adanya ketersediaan lahan yang dapat digunakan untuk kegiatan investasi. Penting membuat kriteria yang dapat menunjukkan ketersediaan lahan. Dengan menghitung potensi luas area untuk pengembangan (luas daratan pulau) dan juga kepadatan penduduk dapat memberikan gambaran ketersediaan lahan. Secara umum, investasi sangat penting bagi perkembangan ekonomi lokal pulau kecil melalui kebijakan pengembangan kerajinan yang sesuai, mengingat masyarakat pulau kecil memiliki keterbatasan sumberdaya alam (Camilleri dan Falzon, 2013). Sebuah pulau harus mempunyai komoditas yang spesial, tetapi pulau kecil mempunyai kekurangan dalam perdagangan karena terisolasi (Poirin, 2014). Potensi ekonomi lokal adalah salah satu parameter yang dinilai dalam menentukan PPK bernilai ekonomi tinggi. Banyaknya peluang pemanfaatan disekitar pulau berpotensi menurunkan tekanan terhadap sumber daya, karena adanya ketersediaan alternatif income generating.

Tingkat pendapatan penduduk merupakan kriteria penting untuk melihat kelayakan hidup penduduk, semakin tinggi tingkat pendapatan penduduk, semakin tinggi tingkat kepentingan penduduk terhadap keberadaan sumber daya alam dan lingkungan di sekitar pulau.

(31)

13 Nilai ekosistem PPK minimal tercermin dari adanya nilai ekosistem hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang, sedangkan nilai lahan PPK didekati dengan menggunakan pendekatan nilai jual objek pajak (NJOP) dalam penentuan pajak bumi dan bangunan (PBB). Nilai ekonomi ekosistem utama diwilayah pesisir dan laut, seperti hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang berdasarkan hasil kajian KLH (1999) dalam Direktorat Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil (2011). Nilai tersebut digunakan sebagai basis perhitungan nilai ekonomi ketiga ekosistem utama tersebut, yaitu berturut-turut sebesar US$ 15 877.42 persatuan hektar hutan mangrove, US$ 48 620.13 per satuan hektar padang lamun dan US$ 140 770.52 persatuan hektar terumbu karang.

Peluang investasi dapat dimanfaatkan menjadi motor devisa ketika keamanan dan konduktifitas terjamin. Jaminan keamanan ini mutlak diperlukan untuk memberikan rasa nyaman terhadap besarnya dana yang diinvestasikan terhadap pulau kecil tersebut. Sehingga, investasi besar yang dilakukan dapat terus berlangsung. Parameter keamanan dilihat dari ketersediaan institusi atau lembaga pertahanan, keamanan dan ketertiban.

Budaya dan adat istiadat masyarakat lokal pulau merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan PPK. Kearifan lokal merupakan warisan budaya masyarakat dalam konteks pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang penting dalam menjaga keberlanjutan PPK. Dalam implementasi pengelolaaan sumberdaya alam dan lingkungan, di PPK berbasis komunitas lokal harus selalu mengedepankan keseimbangan antara pelestarian sumber daya alam dan lingkungan dengan pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, parameter budaya dan adat istiadat menjadi salah satu parameter penting dalam penentuan kriteria PPK bernilai ekonomi tinggi intuk mendukung investasi.

Ketersediaan tenaga kerja lokal menjadi salah satu faktor yang dapat mendorong keberhasilan pengembangan investasi. Salah satu kriteria yang dapat menunjukkan ketersediaan tenaga kerja terdidik adalah adanya masyarakat terdidik di pulau tersebut. Kriteria presentase tingkat pendidikan diperlukan dalam penentuan pulau kecil yang bernilai ekonomi tinggi. Secara lengkap kiteria dan indikator dari masing-masing parameter penentu PPK bernilai ekonomi tinggi untuk mendukung investasi ditinjau dari aspek Socio economic and culture index

(SI) dapat dilihat pada Lampiran 6. 6. Evaluasi Kualitatif

(32)

14

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pulau Pari

1. Gambaran Umum

Pulau Pari merupakan salah satu pulau di gugusan Kepulauan Seribu di wilayah DKI Jakarta. Pulau ini secara administrasi berada di wilayah Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Namun demikian, ibukota kelurahan berada di Pulau Lancang Besar. Berdasarkan sejarahnya, Pulau Pari awalnya merupakan tempat mencari ikan bagi nelayan Pulau Tidung yang lama kelamaan akhirnya menetap di Pulau Pari hingga turun temurun sampai sekarang. Menurut Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta no 1 Tahun 2004 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi, Pulau Pari difungsikan sebagai zona perumahan, zona terbuka hijau budidaya, zona perdagangan dan jasa serta zona sarana pendidikan, walaupun sekarang pengembangan Pulau Pari lebih ke arah wisata mengingat usaha budidaya rumput laut yang merupakan mata pencaharian utama masyarakat Pulau Pari sudah mengalami penurunan.

Pulau Pari dilihat dari letak geografis berada pada koordinat 5o 50’ 20” – 5o 50’ 25” LS dan 106o 34’ 30” – 106o 38’ 20” BT dengan batas-batas wilayah,

sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Pulau Kongsi

 Sebelah Selatan : Pulau Lancang Besar, Lancang Kecil, dan Bokor

 Sebelah Barat : Pulau Burung dan Pulau Tengah

 Sebelah Timur : Laut Jawa

Status Pulau Pari adalah milik PT. Pari Asih, sebagian milik UPT Loka Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia Oseanografi, dan milik masyarakat. Pulau Pari memiliki topografi yang berbentuk datar dengan tipe pantai berpasir putih dan bervegetasi mangrove (bagian utara dan barat). Menurut Salim dan Ahmad (2013), landuse dan land cover Pulau Pari terdiri dari

alang-alang yang penyebarannya menempati sisi utara, sisi barat, dan sisi utara pulau. Daerah pemukiman menempati sisi tengah sepanjang pantai barat pulau terkonsentrasi sekitar dermaga pulau, sisi barat merupakan daerah stasiun riset Pusat penelitian Oseanografi LIPI, hutan mangrove penyebarannya sangat luas mulai dari sisi tengah pulau sampai sepanjang sisi barat pulau. Pulau Pari merupakan pulau karang timbul yang jika dilihat dari citra satelit, pulau ini memiliki perairan yang dangkal dengan substrat pasir. Penutupan lahan pulau masih didominasi oleh semak belukar dan pepohonan. Wilayah Pulau Pari dimiliki oleh pihak swasta secara sah sehingga status penduduk Pulau Pari hanya menumpang dan tidak boleh membuka lahan baru.

2. Potensi Sumber Daya dan Strategi Geografis

(33)

15 Pulau Pari mempunyai kerentanan yang rendah. Menurut informasi dari masyarakat setempat, di Pulau Pari belum pernah terjadi bencana. Pulau tersebut juga mempunyai tingkat sensitifitas terhadap pencemaran yang rendah. Hal ini disebabkan karena pantai disusun oleh material pasir yang kasar sehingga mempunyai rongga yang besar. Salim dan Ahmad (2013), menyatakan bahwa Pulau Pari materialnya didominasi oleh material pasir dan krikilan.

Posisi strategis sebuah pulau kecil terhadap daratan sebagai pusat kegiatan ekonomi akan berpengaruh pada masa depan dan kesejahteraan masyarakat suatu pulau. Posisi geografis yang sama dapat menentukan nilai strategis dengan perkembangan rute perjalanan dari waktu ke waktu (Godenau, 2012). Elroy dan Lucas (2014), menyatakan bahwa setengah dari kesejahteraan masyarakat pulau ditentukan oleh kedekatan ke pasar dan status politik yang berafiliasi. Ini menunjukkan jarak berperan dalam eksplorasi masa depan ekonomi pulau. Secara geografis berdasarkan peta Allos tahun 2010 Pulau Pari terletak di sebelah utara Jakarta atau Pulau Jawa yang merupakan daratan besar dengan jarak 8.73 mill laut. Pulau ini dapat ditempuh dari Pelabuhan Muara Angke, Pelabuhan Marina Ancol maupun pelabuhan Rawa Saban Kabupaten Tangerang. Dari data lapangan diperoleh bahwa untuk menuju Pulau Pari dapat dicapai dengan menggunakan kapal reguler milik Dinas Perhubungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dari pelabuhan Kali Adem, Muara Angke dengan biaya Rp. 55.000.00 maupun dengan menggunakan kapal kayu dengan biaya Rp. 40.000.00.

Pusat administrasi pemerintahan berada di Pulau Pramuka dengan jarak 6.36 mil laut. Berdasarkan informasi dari masyarakat, aktifitas ekonomi masyarakat pulau banyak dilakukan di pelabuhan Rawa Saban Kabupaten Tangerang. Hal ini karena jarak dengan pelabuhan tersebut lebih dekat daripada jarak ke Jakarta. Jarak Pelabuhan Rawa Saban menurut analisa peta Alos tahun 2010 adalah 10.29 mil laut.

Pulau Pari merupakan pulau datar yang tidak mempunyai teluk. Jenis substrat pantainya adalah pantai berpasir dengan slope datar dengan lebar 5.3 meter dan kemiringan pantai 70. Menurut Salim dan Ahmad (2013), kemiringan pantai di Pulau Pari bervariasi dari 4o sampai 8o dan lebar pantai 3.5 hingga 8 meter. Kondisi lahan pulau ditumbuhi dengan pohon sukun, cemara laut, kelapa dan mangrove. Ketiga pulau ini juga mempunyai cadangan penyimpanan air tawar yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pulau.

Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Pertanian provinsi DKI Jakarta tahun 2013 perairan Pulau Pari memiliki kecerahan 4.9 meter dengan kecepatan arus 9.56 cm/dt. Dari pengamatan peta citra Bingmap tahun 2012 dan Allos tahun 2010, pulau ini mempunyai potensi terumbu karang dengan lebar hamparan datar karang mencapai 441 078 meter dan mempunyai 13 jenis lifeform. Fadli et al.

(2013) menyatakan bahwa karang di Kepulauan Seribu direkrut dan menetap di substrat puing-puing di kedalaman 6 dan 10 meter. Tidak ada perbedaan jumlah total merekrut karang antara 6 dan 10 meter.

(34)

16

sebesar 23.60 hektar dan budidaya 7.6 hektar sehingga luas seluruhnya untuk areal pemanfaatan di Pulau Pari adalah 31.20 hektar.

Hasil penilaian kriteria investasi berdasarkan sumber daya alam dan strategi geografi, Pulau Pari mempunyai nilai masing-masing 3.79 untuk ketersediaan jasa lingkungan, 4.04 untuk ketersediaan sumberdaya hayati, dan 3.64 untuk ketersediaan sumberdaya non hayati yang disajikan pada Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 2 Hasil penilaian investasi berbasis ketersediaan jasa lingkungan di Pulau Pari.

No Parameter Bobot Indikator Skor Bobot x Skor 1 Luas daratan pulau kecil

(km2)

0.03 0.1 – 1 2 0.06 2 Ketinggian pulau kecil

(mdpl)

0.02 <2 1 0.02

3 Tingkat kerentanan pulau

kecil (frekuensi bencana) 0.05 Sangat rendah (lebih dari satu decade)

5 0.25

4 Posisi pulau 0.01 4 – 12 mill laut 4 0.04 5 Jarak ke pusat aktifitas

ekonomi 0.03 4 – 12 mill laut 4 0.12 6 Jarak ke administrasi

pemerintahan (kabupaten)

0.02 4 – 12 mill laut 4 0.08 7 Kemudahan mencapai PPK 0.05 Sangat Mudah

(reguler 1- 2 jam)

5 0.25

8 Moda transportasi 0.05 Kapal Pelni/Ferry

Speadboat 3 0.15 9 Kondisi moda tranportasi 0.04 Baik (ada

perlengkapan safety)

5 0.20

10 Waktu tempuh rata-rata 0.03 <2 jam 5 0.15 11 Tingkat ketersediaan

transportasi

0.04 Selalu ada banyak pilihan (regular dan banyak jenis)

5 0.20

12 Frekuensi perjalanan 0.04 >1 kali perhari 5 0.20 13 Biaya transportasi 0.02 Murah (< Rp.

50 000,-/trip)

5 0.10 14 Ketersediaan sumber air

tawar

0.05 Tersedia sepanjang tahun, hanya cukup untuk kebutuhan penduduk pulau

4 0.20

15 Jenis substrat pantai 0.05 Pantai berpasir

sangat baik 5 0.25 16 Tipologi pantai 0.05 Memiliki slope

datar (flat) yang luas

(35)

17

17 Kondisi ekosistem (tutupan karang hidup (%))

0.07 >40-60 3 0.21

18 Lebar hamparan datar karang

(m) 0.07 300-500 4 0.28

19 Struktur fisik pulau 0.03 Tidak memiliki teluk

1 0.03 20 Biota unit sebagai obyek

pemanfaatan

0.05 1 spesies 1 0.05

21 Jumlah lokasi pemanfaatan 0.05 2 – 4 lokasi di satu pulau

3 0.15 22 Daya dukung lokasi

pemanfaatan PPK

Modifikasi dari : Yulianda (2007); Adrianto et al. (2011)

Tabel 3 Hasil penilaian investasi berbasis ketersediaan sumber daya hayati di Pulau Pari.

No Parameter Bobot Indikator Skor Bobot x Skor 1 Luas daratan pulau kecil

(km2)

0.03 0.1 – 1 2 0.06 2 Ketinggian pulau kecil

(mdpl) 0.02 <2 1 0.02

3 Tingkat kerentanan pulau kecil (frekuensi bencana)

0.04 Sangat rendah (lebih dari satu decade)

5 0.20

4 Jarak ke pusat aktifitas ekonomi

0.04 4 – 12 mill laut 4 0.16 5 Jarak ke administrasi

pemerintahan (kabupaten)

0.04 4 12 mill laut 4 0.16 6 Kemudahan mencapai PPK 0.05 Sangat Mudah

(reguler 1- 2 jam)

5 0.25 7 Moda transportasi 0.04 Kapal Pelni/Ferry

Speadboat

3 0.12

8 Kondisi moda tranportasi 0.04 Baik (ada perlengkapan safety)

5 0.20

9 Waktu tempuh rata-rata 0.05 <2 jam 5 0.25 10 Tingkat ketersediaan

transportasi

0.04 Selalu ada banyak pilihan (regular dan banyak jenis)

5 0.20

11 Biaya transportasi 0.05 Murah (< Rp. 50 000,-/trip)

5 0.25

12 Ketersediaan air tawar (tingkat kecukupan)

0.05 Tersedia sepanjang tahun, hanya cukup untuk

(36)

18 16 Keterlindungan lokasi

pemanfaatan

0.06 Terlindung 2 pada waktu musim

5 0.30

17 Tingkat sensitivitas lokasi terhadap pencemaran dari luar

0.06 Tidak sensitive

(pantai berpasir) 5 0.30

18 Kondisi oseanografi

(kecepatan arus (cm/dt)) 0.06 Sangat baik (0 15) 5 0.30 19 Penutupan lahan pulau 0.05 Hutan bakau,

pemukiman

2 0.10

20 Kedalaman terumbu karang

(m) 0.05 >10-17 4 0.20

21 Jenis lifeform 0.05 >12 5 0.25

Total 4.12

Modifikasi dari : Yulianda (2007); Adrianto et al. (2011)

Tabel 4 Hasil penilaian investasi berbasis ketersediaan sumber daya non hayati di Pulau Pari.

No Parameter Bobot Indikator Skor x Skor Bobot 1 Luas daratan pulau kecil

(km2) 0.07 0.1 – 1 2 0.14 2 Ketinggian pulau kecil

(mdpl)

0.07 <2 1 0.07 3 Tingkat kerentanan pulau

kecil (frekuensi bencana)

0.07 Sangat rendah (lebih dari satu dekade)

5 0.35

4 Jarak ke pusat aktifitas

ekonomi 0.05 4 – 12 mill laut 4 0.20 5 Jarak ke administrasi

pemerintahan (kabupaten)

0.05 4 – 12 mill laut 4 0.20 6 Kemudahan mencapai PPK 0.05 Sangat mudah

(reguler 1- 2 jam)

5 0.25

7 Moda transportasi 0.05 Kapal Pelni/Ferry

Speadboat 3 0.15 8 Kondisi moda tranportasi 0.04 Baik (ada

perlengkapan safety)

5 0.20

9 Waktu tempuh rata-rata 0.04 <2 jam 5 0.20 10 Tingkat ketersediaan

transportasi

0.05 Selalu ada banyak pilihan (regular dan banyak jenis)

(37)

19

11 Biaya transportasi 0.05 Murah (< Rp. 50 000,-/trip)

5 0.25

12 Ketersediaan air tawar

(tingkat kecukupan) 0.06 Tersedia sepanjang tahun, hanya cukup untuk kebutuhan penduduk pulau

2 0.12

13 Potensi dan jenis pemanfaatan

0.05 5 jenis/sangat baik 5 0.25

14 Kecerahan perairan (%) 0.06 40 – 60 sedang –

baik 3 0.18

15 Luas areal pemanfaatan 0.06 3 – 10 ha 2 0.12 16 Keterlindungan lokasi

pemanfaatan 0.06 Terlindung 2 pada waktu musim 5 0.30 17 Tingkat sensitivitas lokasi

terhadap pencemaran dari luar

0.03 Tidak sensitive (pantai berpasir)

5 0.15

18 Kondisi oseanografi (kecepatan arus (cm/dt))

0.06 Sangat baik (0 – 15)

5 0.30

19 Penutupan lahan pulau 0.03 Hutan bakau,

pemukiman 2 0.06

Total 3.74

Modifikasi dari : Yulianda (2007); Adrianto et al. (2011)

3. Tata kelola Pemerintahan

Pengembangan obyek fisik wisata di pulau kecil, tata guna dan kepemilikan lahan perlu mendapatkan perhatian (Umardiono, 2011). Menurut Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta No. 1 Tahun 2014 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi (RDTRPZ), Pulau Pari terbagi dalam tiga zona, yaitu zona perkantoran, perdagangan, dan jasa di wilayah pulau, zona perumahan pulau di wilayah pulau, dan zona terbuka hijau budidaya di pulau.

Keterangan penduduk setempat menyatakan bahwa status lahan pulau sebagian besar dikuasai oleh pihak swasta dan penduduk lokal pulau. Sistem perijinan investasi dalam pengelolaan pulau dilaksanakan oleh pemerintah daerah Provinsi DKI Jakarta secara terpusat sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 57 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, UU no. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan Perda Provinsi DKI Jakarta no. 3 tahun 2012 tentang Retribusi Daerah. Dalam memberi kenyamanan pada investor, pemerintah daerah memberikan insentif berupa keringanan retribusi dan penangguhan penarikan retribusi pada homestay yang dimiliki masyarakat.

(38)

20

yang bisa menghambat adanya investor masuk. Tabel 5 menunjukkan hasil penilaian parameter dan indikator governance index di Pulau Pari.

Tabel 5 Hasil penilaian parameter dan indikator governance index (GI) di Pulau

Pari.

No Parameter Bobot Indikator Skor Bobot x Skor 1 Perijinan 0.21 Jika sistem

perijinan terpusat dan peruntukannya tersentral dan terintegrasi

5 1.05

2 Peruntukan PPK dalam RTRW

0.17 Jika peruntukan PPK untuk kawasan budidaya dan terdapat dalam RTRWN atau RTRWP atau RTRWK

5 0.85

3 Kewenangan pengelolaan PPK kelompok atau adat

1 0.19

4 Sistem insentif dan

disinsentif investasi di PPK

0.21 Jika hanya terdapat system insentif dan disinsentif pada tingkat pemerintah daerah saja

3 0.63

5 Kepemilikan lahan atau tanah di PPK

0.22 Jika lahan atau tanah di PPK berstatus dan dikuasai oleh pihak

dermaga yang dibangun oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Untuk ketersediaan listrik di pulau, pemerintah DKI Jakarta sudah membuat aliran listrik dari daratan ke pulau melalui jaringan kabel bawah laut. Hal ini membuat kebutuhan listrik di pulau tersebut terpenuhi selama 24 jam.

(39)

21 Sarana komunikasi merupakan sarana yang penting dalam menunjang masuknya investasi di PPK. Melalui berbagai teknologi telekomunikasi dan sarana virtual, PPK di seluruh dunia bisa terhubung secara langsung (Bjarnason, 2010). Untuk memenuhi sarana komunikasi, di Pulau Pari telah dibangun tiga menara relay.

Keberadaan fasilitas umum dan fasilitas sosial sangat penting untuk menunjang kegiatan ekowisata. Di Pulau Pari sudah dibangun fasilitas umum dan fasilitas sosial yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat dan pengunjung. Berdasarkan observasi, Pulau Pari sudah memiliki puskesmas pembantu, masjid, MCK umum, fasilitas olah raga, dan sekolah.

Kemudahan dalam memperoleh bahan bakar sangat diperlukan untuk menunjang aktifitas transportasi dan kegiatan ekowisata. Untuk kebutuhan bahan bakar, masyarakat Pulau Pari harus membeli di pelabuhan Rawa Saban, Tangerang.

Hasil penilaian kriteria investasi berdasarkan infrastruktur, Pulau Pari mempunyai infrastruktur yang cukup lengkap dengan nilai indeks mencapai 3.5. Tabel 6 menunjukkan hasil penilaian parameter dan indikator infrastruktur index

Pulau Pari.

Tabel 6 Hasil penilaian parameter dan indikator infrastruktur index (II) di Pulau

Pari.

No Parameter Bobot Indikator Skor Bobot x Skor 1 Jenis jalan 0.06 Jalan propinsi 4 0.24 2 Kualitas jalan 0.14 Jalan beraspal 5 0.70 3 Ketersediaan sarana air

bersih

0.16 Jika ada sumber air tawar yang berasal dari air tanah atau sungai serta sudah ada sarana air bersihnya

5 0.80

4 Ketersediaan listrik 0.17 Jika listrik tersedia dari salah satu jenis energi dan berasal dari luar PPK itu sendiri dan mencukupi untuk pengembangan kegiatan ekonomi

3 0.51

5 Pelabuhan/dermaga/jetty 0.14 Jika hanya ada salah satu pelabuhan laut atau udara serta terletak di PPK

2 0.28

6 Sarana komunikasi 0.14 Jika tersedia sarana komunikasi nirkabel yang menggunakan menara riley

3 0.42

(40)

22

umum dan fasilitas sosial di PPK dan atau pulau sekitarnya

tersedia dengan sangat baik di PPK dan atau di pulau sekitarnya dan tertata dengan baik serta memenuhi kebutuhan

masyarakat setempat dan pendatang 8 Ketersediaan sarana

penyediaa BBM di PPK dan atau pulau sekitarnya

0.1 Jika sarana penyedia BBM tidak tersedia di pulau sekitarnya

1 0.10

Total 3.50

Modifikasi dari : Adrianto et al. (2011)

5. Sosial Ekonomi Dan Budaya

Pulau Pari merupakan pulau yang berpenduduk dengan jumlah penduduk sebanyak 1.012 jiwa yang terbagi dalam 300 kepala keluarga. Kepadatan penduduk hanya mencapai 24 orang/hektar. Saat ini marak dikembangkan homestay oleh warga untuk mendukung kegiatan wisata. Dari usaha tersebut, penduduk Pulau Pari memperoleh pendapatan rata-rata Rp. 280.000.00 per hari per kepala keluarga. Katalingga (2013), menyatakan bahwa dengan rata-rata jumlah pengguna pariwisata perbulan saat ini, maka penduduk pulau berpotensi memperoleh penghasilan sebanyak Rp. 8.400.000.00 perbulan.

Nilai ekonomi sumber daya Pulau Pari dihitung berdasarkan NJOP atas tanah dan nilai ekonomi sumber daya alam yang ada. Berdasarkan Pemerintah DKI Jakarta (2015), NJOP tanah di pulau sebesar Rp. 285.000.00 per meter persegi. Menurut Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (2012), luasan mangrove di Pulau Pari sebesar 1,73 ha, terumbu karang seluas 3.497 ha, dan padang lamun seluas 3.216 ha, sehingga didapatkan total nilai ekonomi sumber daya di Pulau Pari sebesar Rp. 8.500.190.000.000,-

Berdasarkan luas areal dan peruntukan lahan pulau, potensi rasio areal pengembangan investasi di Pulau Pari hanya 57 persen, hal ini disebabkan karena peruntukan pulau pari yang sebagian luas arealnya sebagai permukiman penduduk.

Keamanan dan kenyamanan merupakan jaminan investasi di suatu tempat. Salah satu faktor berkembangnya suatu masyarakat di pulau kecil dikarenakan terciptanya keamanan. Baldacchino dan Pleijel (2010), menyatakan bahwa kunci untuk menarik dan mempertahankan populasi di pulau kecil adalah tergantung pada kemampuan untuk mempertahankan suasana damai, tenang dan aman. Menurut informasi dari penduduk setempat, situasi pulau yang berpenduduk sangat mendukung terjadinya investasi. Hal ini ditunjukkan dari jaminan keamanan yang diberikan oleh penduduk setempat. Sampai saat ini di Pulau Pari belum pernah terjadi tindak kejahatan atau kerusuhan.

(41)

23 pulau terutama pada PPK yang telah cukup lama terisolasi akan menghasilkan bentuk budaya yang unik (Pungeti, 2012). Berdasarkan informasi dari masyarakat, tidak terdapat kearifan lokal di Pulau Pari.

Hasil penilaian kriteria investasi berdasarkan sosial ekonomi dan budaya, Pulau Pari mempunyai nilai yang cukup tinggi, yaitu 3.63. Hal ini dikarenakan Pulau Pari merupakan pulau berpenduduk yang berkembang. Tabel 7 menunjukkan hasil penilaian parameter dan indikator sosio economic and culture

di Pulau Pari.

Tabel 7 Hasil penilaian parameter dan indikator sosio economic and culture (SI)

di Pulau Pari.

No Parameter Bobot Indikator Skor Bobot x Skor 1 Nilai sejarah PPK 0.10 Tidak mempunyai

nilai strategis

1 0.10

2 Jumlah penduduk (jiwa) 0.09 Antara 1 000 hingga

9 999 4 0.36

3 Kepadatan penduduk (orang/hektar)

0.10 Kurang dari 25 5 0.50 4 Potensi rasio luas area

untuk pengembangan investassi dengan luas pulau (persen)

0.12 Antara 51 70 persen

4 0.48

5 Potensi ekonomi local 0.10 Lebih dari 3 sektor ekonomi berbasis sumberdaya lokal

5 0.50

6 Tingkat pendapatan penduduk pulau (USD per hari per KK)

0.08 Lebih dari 10 5 0.40

7 Nilai ekonomi sumber daya PPK

0.10 Nilai total ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan (SDAL) PPK lebih dari Rp. 5 milyar

5 0.50

8 Keamanan PPK 0.12 Keamanan terjamin yang ditunjukkan dengan tidak ada tindak kejahatan dan atau kerusuhan

5 0.60

9 Budaya dan adat istiadat 0.07 Tidak ada kearifan local

1 0.07

(42)

24

Pulau Payung Besar

1. Gambaran Umum

Secara administratif, Pulau Payung Besar terletak di Kelurahan Pulau Tidung, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, pada titik koordinat 5o 49’ 16” LS dan 106o 33’ 11” BT. Perairan pulau ini dikelilingi Laut Jawa, di sebelah utara berbatasan dengan Pulau Payung Kecil. Perairan sebelah selatan Pulau Payung merupakan lalu lintas laut yang cukup ramai karena merupakan alur kapal yang menuju pelabuhan Tanjung Priuk. Dari segi kepemilikan, seperti halnya Pulau Pari, sebagian daratan Pulau Payung Besar dikuasai oleh swasta dan hanya sebagian kecil tanah dikuasai oleh masyarakat.

Pulau Payung Besar merupakan pulau berpenduduk dengan jumlah penduduk 40 kepala keluarga. Mata pencaharian penduduk pulau ini adalah nelayan, walaupun saat ini penduduk pulau mulai mengembangkan sektor pariwisata dengan mengubah tempat tinggal mereka menjadi home stay.

Pariwisata di Pulau Payung Besar kurang maju, hal ini disebabkan karena kurangnya informasi dan sarana di pulau ini. Selama ini wisatawan yang datang ke Pulau Payung Besar merupakan wisatawan yang berkunjung ke Pulau Tidung.

Pulau Payung Besar merupakan pulau datar dengan pasir putih di sekelilingnya. Vegetasi yang tumbuh di pulau ini adalah pohon cemara laut, sukun, waru, ketapang dan tumbuhan pantai lainnya.

2. Potensi Sumber Daya dan Strategi Geografis

Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2012, Pulau Payung Besar mempunyai luas 0.24 km2. Pulau ini tergolong dalam pulau yang datar dengan ketinggian hanya 1.8 mdpl.

Berdasarkan informasi dari masyarakat setempat dan Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta, Pulau Payung Besar belum pernah mengalami bencana alam sehingga pulau ini mempunyai tingkat kerentanan yang rendah. Pulau ini juga mempunyai tingkat sensitifitas terhadap pencemaran yang rendah. Hal ini disebabkan karena pantainya disusun dari material pasir yang kasar, yang mempunyai rongga yang besar sehingga bahan pencemar tidak mengendap di atas pasir dalam waktu yang lama.

Berdasarkan peta Allos tahun 2010, secara geografis Pulau Payung Besar terletak di sebelah utara Jakarta atau Pulau Jawa yang merupakan daratan besar dengan jarak 11.36 mill laut. Pulau ini dapat ditempuh dari Pelabuhan Muara Angke, Pelabuhan Marina Ancol, maupun pelabuhan Rawa Saban Kabupaten Tangerang. Dari data lapangan diperoleh bahwa untuk menuju Pulau Payung Besar dapat dicapai dengan menggunakan kapal regular milik Dinas Perhubungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dari Pelabuhan Kali Adem Muara Angke dengan

biaya Rp. 55.000,00 atau dengan menggunakan kapal kayu dengan biaya Rp. 40.000,00.

Gambar

Gambar 1.  Diagram kerangka pemikiran
Gambar 2.  Peta Lokasi Penelitian
Gambar 3.  Diagram tahapan dalam penelitian
Tabel 1 Kategori penentuan PPK bernilai tinggi untuk mendukung investasi  ekowisata.
+7

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN INSOMNIA DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWI TINGKAT AKHIR PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.. (Dibimbing oleh: Dwi Rosella

Kelompok Kerja (Pokja) Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya Panitia Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Sabu Raijua akan melaksanakan Seleksi Umum

Data yang hasil wawancara menunjukan bahwa para pengguna layanan mempercayai petugas yang ada, hal ini berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada Ibu, Ayidah yang pernah

Refined Kano , identifikasi langkah yang sesuai (dari kerangka kerja 4 langkah Blue Ocean Strategy ) untuk tiap kategori tersebut, dan mengembangkan produk baru yang

Penelitian yuridis normatif dilakukan untuk menjelaskan pengawasan perbankan dengan mengacu pada hukum positif Indonesia, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

Dosis pupuk kandang sapi yang diaplikasikan tidak berpengaruh nyata terhadap dugaan produktivitas pipilan jagung kering per hektar, namun terdapat kecenderungan

Dalam membuka pelajaran, keterampilan yang dikuasai subjek-RK adalah memberikan apersepsi dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang

But in spite of the titles listed written minority Muslim state relations, but not discussed minority in Asian countries such as Indonesia, how the status and rights of