• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah penduduk di Kecamatan Malangbong pada tahun 2011 sebesar 110 802 jiwa. Dengan luas wilayah sekitar 92.6 km2 menjadikan setiap km2nya rata-rata didiami lebih dari 1 282 dengan sebaran yang tidak merata pada setiap desanya yang terakumulasi di desa Sukaratu dengan tingkat kepadatan penduduk setiap km2nya mencapai 3 533 jiwa sedangkan tingkat kepadatan terendah terdapat di desa Cilampuyang yang didiami oleh sekitar 342 jiwa setiap km2. Kecamatan Malangbong memiliki jumlah rumah tangga sebanyak 28 195 rumah tangga, dengan banykanya jiwa atau anggota setiap rumah tangga rata-rata lebih dari 4 orang. Hal ini mempengaruhi beban dari setiap rumah tangga, karena dengan semakin banyaknya anggota rumah tangga jelas akan semakin meningkatkan beban tanggungan dari rumah tangga tersebut.

Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 56 641 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 54 161 jiwa. Jumlah penduduk di Kecamatan Malangbong sebesar 4.53 persen dari total penduduk di Kabupaten Garut yang pada tahun 2011 sebesar 2 445 911 jiwa, dengan laju pertambahan penduduk di Kecamatan Malangbong sebesar 1.64 jiwa per tahun.

33 Tabel 14 Demografi di Kecamatan Malangbong

Uraian Keterangan

Jumlah Penduduk 110 802

- Penduduk Laki-laki (Jiwa) 56 641

- Penduduk Perempuan (Jiwa) 54 161

Laju Pertambahan Penduduk (LPP) 1.64

Jumlah Rumah Tangga 24 737

Kepadatan Penduduk

- Jiwa per km2 1 199.42

- Jiwa per desa 4 817

Mata Pencaharian Agribisnis, Perdagangan

Agama Islam : 107 397

Sumber: Profil Kecamatan Malangbong 2011 5.3.1 Karakteristik Peternak

Total usia peternak responden di daerah penelitian berkisar antara 21-61 tahun dengan rataan usia sebesar 44 tahun. Berdasarkan kajian, usia peternak tersebut masuk dalam katagori usia yang relatif produkif yaitu antara 16-60 tahun. Hal ini membuktikan bahwa usia peternak saat ini dalam mengelola usaha ternak sapi potong berpotensi menjadi besar.

Tingkat pengalaman beternak menurut hasil penelitian berkisar antara 2-30 tahun dengan rataan 14 tahun. Pengalaman tersebut biasanya diperoleh secara turun-menurun dari orangtua maupun kerabat peternak. Semakin lama pengalaman beternak, semakin banyak pula pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap sistem pemeliharaan ternak yang lebih baik.

Berdasarkan tingkat pendidikan peternak sapi, lama pendidikan yang ditempuh menyebar antara 6-9 tahun dengan rataan 7 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan peternak masih tergolong rendah dengan kisaran hanya tamat sekolah dasar. Oleh karena itu, diperlukan tenaga teknis lapangan untuk memberikan penyuluhan lapangan dari dinas terkait di daerah tersebut yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dalam usaha ternak yang dijalankan.

Jumlah tanggungan keluarga peternak berkisar antara 0-5 orang dengan rataan sebesar 3 orang. Berdasarkan data di daerah penelitian tersebut bahwa jumlah tanggungan masih relatif sedang. Biasanya anggota keluarga dapat berperan memelihara ternak sapi, sehingga dalam beternak dapat lebih mudah mengelola ternak dengan bantuan keluarga.

34

Berdasarkan hasil kuesioner di daerah penelitian menunjukkan bahwa motivasi beternak peternak memiliki rentang skor 0-1, dimana kriteria (0) merupakan motivasi dari alasan lain misalnya karena dorongan orang lain sedangkan (1) merupakan motivasi dari diri sendiri. Rata-rata motivasi sebesar 0.8 menyatakan bahwa peternak di daerah penelitian umumnya memiliki motivasi sendiri dalam usaha ternak.

Tenaga kerja yang digunakan peternak di daerah penelitian biasanya dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga yang tidak dibayar. Akan tetapi tenaga diluar keluarga (upahan) menjadi alternatif apabila tenaga kerja dalam keluarga berhalangan tidak dapat mengerjakan rutinitas peternakan. Pada umumnya tenaga upahan bekerja mencari hijauan pakan yang diberi upah sebesar Rp 250-300 per kilogram.

Jumlah ternak yang dipelihara di daerah penelitian berkisar 1-6 ekor. Rataan jumlah ternak sebesar 3 ekor dengan luas kandang sapi yang menyebar antara 5- 24 m² dengan rataan luas kandang sebesar 13.65 m². Sehingga rata-rata luas kandang per ekor sebesar 4.5 m2/ekor. Karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Karakteristik responden di daerah penelitian

Karakteristik Peternak Satuan Rentang Rataan

Usia tahun 21 -61 44.05

Pengalaman Beternak tahun 2 – 30 13.65

Tingkat Pendidikan tahun 6 – 9 6.6

Jumlah Tanggungan Keluarga orang 0 – 5 3.15

Motivasi Beternak orang 0 – 1 0.8

Jumlah Ternak ekor 1 – 6 2.5

Luas Kandang m² 5 – 24 13.65

Sumber: Data primer diolah (2013)

5.3.2 Sistem Pemeliharaan Ternak

Sistem pemeliharaan sapi di Kecamatan Malangbong umumnya sudah bersifat intensif dimana ternak dikandangkan tidak lagi digembalakan. Seluruh kebutuhan hidup ternak diatur oleh manusia. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan peternak sapi potong yang terdapat di daerah penelitian sebagai berikut :

35 1. Pemberian Pakan dan Minum

Pakan merupakan unsur yang sangat vital dalam usaha peternakan. Ketersediaan pakan dan volume pakan yang cukup dan bergizi akan membuat sapi akan tumbuh sehat dan produktif dalam menghasilkan bobot yang ideal dalam menghasilkan daging. Jenis pakan sapi yaitu pakan pokok terdiri dari hijauan (rumput dan limbah pertanian) dan pakan penguat (konsentrat dan vitamin). Selain pakan ketersediaan air untuk minum ternak juga mempunyai fungsi yang vital untuk proses pertumbuhan dan perkembangan ternak.

Pemberian pakan dan minum di daerah penelitian dilakukan oleh peternak sendiri dan dibantu oleh keluarga seperti istri dan anak-anaknya. Peternak umumnya memberikan pakan rumput-rumputan yang diarit dari lahan hijauan sekitar tempat mereka tinggal. Rumput yang diberikan ke ternak sapi diberi sedikit garam yang dilarutkan dengan air. Garam diperlukan untuk menyimpan air dan sebagai sumber mineral di dalam tubuh ternak serta mempermudah proses pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan. Selama penelitian tidak ada responden peternak yang memeberikan pakan konsentrat pada ternaknya, seluruh responden penelitian memberikan pakan hijauan berupa rumut benggala, rumput lapangan dan juga hasil limbah pertanian. Pemberian pakan hijauan biasanya diberikan sebanyak 20-40 kg untuk setiap 1 ekor ternak.

2. Pembersihan Kandang

Kandang merupakan tempat tinggal ternak sehingga kebersihannya harus diperhatikan untuk kenyamanan dan menghindari ternak dari serangan penyakit. Kandang sangat berpengaruh terhadap kesehatan sapi. Di daerah penelitian letak kandang berdekatan dengan rumah peternak.

Pembersihan kandang di daerah penelitian dilakukan setiap hari pagi dan sore dengan menggunakan sapu lidi dan sekop. Terkadang peternak menggunakan air untuk membersihkan kandang. Kotoran sapi dikumpulkan di lubang sementara yang biasanya terdapat di sekitar kandang. Bagi beberapa peternak, setelah kotoran dikumpulkan beberapa hari, feses akan dijual sebagai pupuk kandang. Adapula peternak yang membuang kotorannya di lahan pertanian mereka supaya lahannya subur. Pada umumnya peternak jarang menggunakan desinfektan untuk membersihkan kandangnya.

36

3. Pembersihan Ternak Sapi

Pembersihan ternak sapi bertujuan untuk mencegah timbulnya penyakit dan parasit yang terdapat di tubuh ternak sapi. Parasit dapat menurunkan produktivitas ternak. Di daerah penelitian pembersihan ternak dilakukan dengan cara memandikan ternak apabila ternak sudah kelihatan kotor. Namun ada beberapa peternak yang tetap membiarkan ternaknya dalam keadaan kotor. Hal ini dapat mengakibatkan ternak dapat terserang penyakit.

4. Pengendalian Penyakit

Masalah penyakit dapat menghambat pertumbuhan ternak sehingga dapat merugikan peternak. Penyakit yang sering menyerang ternak sapi di daerah penelitian adalah sakit perut. Selain itu ada penyakit lain seperti batuk, masuk angin dan cacingan. Untuk mengatasi penyakit biasanya peternak menggunakan ramuan alami seperti campuran daun pisang di bahan pakan ternak. Apabila ternak tidak sembuh juga dan penyakit semakin parah, maka peternak biasanya memanggil petugas dari Dinas Peternakan yang diwakili oleh inseminator untuk mengobati sakit pada ternak.

5. Pemasaran Ternak Sapi

Penjualan ternak sapi di daerah penelitian dilakukan saat sapi masih hidup. Pada umumnya peternak menjual ternaknya kepada agen ternak atau yang disebut

“belantik” yang langsung datang kerumah peternak atau kepada calon pembelinya langsung. Ternak sapi dijual biasanya saat umur diatas umur 1 tahun dengan bobot 200-300 kg. Nilai dari bobot hidup sapi sebesar Rp 35 000/kg. Apabila penjualan ternak dalam bentuk karkas sebesar Rp 75 000/kg. Bobot hidup sapi potong ideal sebesar 400 kg sehingga setelah dipotong menghasilkan karkas sebesar 200 kg (50% dari bobot hidup) dan menghasilkan daging daging sebesar 140 kg (70% dari Karkas). Penjualan ternak biasanya dilakukan pada saat musim haji (Idul Qurban), musim hajatan (pernikahan, aqiqahan, dan lain-lain), dan untuk kebutuhan-kebutuhan lainnya.

5.3.3 Kepemilikan

Sebagian besar di daerah penelitian hak kepemilikan sapi potong merupakan kepemilikan pribadi. Masyarakat memilih berternak sapi potong karena

37 menganggap usaha tersebut merupakan investasi yang dapat dipakai sewaktu- waktu saat mereka membutuhkan uang. Oleh sebab itu masyarakat memilih membeli sapi potong sebagai usaha sambilan mereka.

Hak kepemilikan sapi potong milik orang lain yang dipelihara oleh peternak juga ditemukan di daerah penelitian. Sapi potong dipelihara oleh peternak dengan perjanjian keuntungan dari penggemukan dibagi dengan pemilik asli sesuai kesepakatan bersama.

5.3.4 Input Produksi Ternak

Input yang digunakan dalam memelihara ternak di daerah penelitian meliputi pembelian bakalan, pemberian pakan, pembuatan kandang dan peralatan. Di daerah penelitian peternak membeli bakalan dari peternak lainnya mempunyai usaha pembibitan sapi potong atau peternak lain yang sedang membutuhkan uang sehingga menjual sapinya. Peternak penjual sapi bakalan untuk penggemukan biasanya juga mendatangkan sapi potong dari daerah jawa timur atau jawa tengah sesuai dengan pemesanan. Peternak dapat membeli bakalan di pasar ternak. Harga sapi potong di nilai dari bobot hidup sapi berkisar Rp 35 000 sampai Rp 37 000 per kilogram. Bangsa sapi yang paling banyak dipelihara di daerah penelitian adalah Sapi Simental, Limousin, Brahman, dan Peranakan Onggole.

Usaha ternak sapi potong diperlukan tempat untuk memelihara ternak yaitu kandang sebagai tempat berteduh sapi potong beserta peralatan pendukung pemeliharaan. Peralatan yang digunakan meliputi tempat minum, sabit, cangkul atau sekop, sarung tangan, sepatu boot. Sapi membutuhkan pakan dan juga obat- obatan untuk kehidupan sapi itu sendiri. Sapi membutuhkan pakan setiap hari agar berat sapi bertambah dan meningkatkan nilai jual sapi potong. Pakan sapi terdiri dari bahan makanan hijauan seperti rumput dan sisa-sisa hasil pertanian serta dapat ditambah dengan konsentrat.

5.3.5 Output

Output yang ingin dicapai peternak dalam usaha penggemukan ternak sapi potong adalah pertambahan bobot sapi yang signifikan. Semakin meningkat berat bobot sapi semakin tinggi pula nilai jual sapi potong. Bobot hidup sapi bakalan

38

rata-rata sebesar 200 kg, setelah dipelihara selama sekitar 4 bulan diharapkan berat sapi bertambah satu kg per hari sehingga berat akan bertambah sebesar 120 kg. Keuntungan usaha ternak sapi potong yang dihasilkan didapat dari pertambahan bobot tersebut. Laba yang dihasilkan adalah selisih penjualan dengan modal yang dikeluarkan. dengan bersih yang dihasilkan dengan pertambahan bobot. Apabila peternak ingin meningkatkan bobot sapi maka sapi harus terus diberi makan sehingga bobot akan terus bertambah dan kesehatan sapi harus terjaga. Berikut adalah perhitungan sederhana (tanpa biaya kandang dan peralatan) usaha penggemukan ternak sapi potong dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Analisis usaha penggemukan ternak sapi potong (1 periode panen=120

hari)

Kebutuhan Modal Volume Satuan Harga Satuan

Jumlah Keterangan Bakalan 1 Ekor 10 500 000 10 500 000 300 Kg x Rp 35 000 (harga

bobot hidup) Pakan Hijauan Makan

Ternak 120 hari (10% bobot hidup)

3 600 Kg 250 900 000 Pemberian Hijauan per hari sebanyak 30 kg selama 120 hari (30 x 120)

Pakan Konsentrat 120 hari (20% dari hijauan=6 Kg/hari)

720 Kg 2 400 1 728 000 Pemberian Konsentrat per hari sebanyak 6 kg selama 120 hari (6 x 120)

Kesehatan Hewan 1 paket 50 000 50 000

TOTAL MODAL 13 178 000

Laba Kotor: Peningkatan Berat Badan (1 Kg/ hari)

420 Kg 14 700 000 Peningkatan berat badan sapi per hari 1 kg x 120 hari x Rp 35 000,-

Laba Bersih /panen 1 522 000

Laba Bersih /bln 380 500

Sumber: Data primer (diolah)

Laba yang dihasilkan dari usaha ternak sapi potong dalam sekali panen perekor sapi sebesar Rp 1 522 000 sehingga apabila dihitung perbulan petani akan memperoleh pendapatan sebesar Rp 380 500. Pendapatan tersebut masih harus dikurangin oleh biaya pengeluaran berupa peralatan dan kandang, sehingga pendapatan peternak masih sangat kecil apabila hanya memelihara 1 ekor ternak saja.

39 Dalam pemeliharaan sapi dibutuhkan keterampilan agar sapi dapat memenuhi kriteria penjualan yang layak dan menguntungkan. Selain itu dalam usaha ternak perlu ditunjang lingkungan beternak yang baik untuk memudahkan dalam mengelola peternakan. Salah satu faktor vital dari lingkungan adalah ketersediaan pakan sebagai penghasil hijauan makanan ternak.

40

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Wilayah Basis dan Non Basis Ternak Sapi Potong di Kabupaten Garut

Dokumen terkait