• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian adalah model persamaan simultan yang bersifat dinamik dan dirumuskan dalam persamaan linear additive. Digunakan persamaan simultan karena dalam suatu variabel terdapat hubungan mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh variabel lainnya. Model dinamik adalah model yang diantara variabel eksogen dan atau variabel endogennya terdapat beda kala (lag).

Distributed lag merupakan efek dari perubahan variabel bebas yang menyebar kepada periode sekarang dan beberapa periode mendatang. Penyebab terjadinya peristiwa lag antara lain (Koutsoyiannis, 1977):

1. Psikologis (fenomena kebiasaan). Kebiasaan mempunyai kelembaman yang

tidak mudah segera dapat berubah. Misalnya pola konsumsi yang sudah mapan, biasanya akan sulit berubah meskipun sudah terjadi perubahan dalam pendapatan dan kekayaan.

2. Pengaruh teknologi. Contohnya jika harga relatif dari input berubah, maka

untuk melakukan substitusi input memerlukan waktu agar tindakan tersebut “layak” secara ekonomis.

3. Antara penentuan keputusan dan pelaksanaannya memang membutuhkan

waktu. Suatu perusahaan akan memerlukan waktu untuk mendeteksi terjadinya perubahan permintaan, pada awalnya harus meyakini bahwa perubahan tersebut bersifat permanen. Setelah itu akan membutuhkan waktu untuk merumuskan proyek investasi yang harus melalui proses evaluasi sebelum akhirnya proyek yang disetujui itu dilaksanakan.

4. Kekakuan institusional. Karena ada kontrak jangka panjang, sulit beralih

kepada penggunaan barang dasar lain yang lebih baik atau murah.

Berdasarkan tinjauan studi terdahulu (Bagian 2.2), kerangka teoritis pada Bab III, kerangka pemikiran (Bagian 4.1) dan hubungan antar variabel pada Gambar 4, maka formulasi dari persamaan-persamaan simultan tersebut adalah sebagai berikut:

4.3.1. Produk Domestik Regional Bruto

PDRB dalam penelitian ini dipengaruhi oleh PMDN riil, perubahan PMA

riil, perubahan tenaga kerja, dummy otda, tren waktu dan PDRB tahun

sebelumnya.

Model Solow menunjukkan bahwa pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja dan kemajuan teknologi dapat berinteraksi dalam perekonomian dan mempengaruhi output barang dan jasa (PDRB) suatu wilayah. Oleh sebab itu dengan adanya interaksi pertumbuhan investasi PMDN, PMA dan tenaga kerja yang tinggi diharapkan dapat memperbesar output barang dan jasa

atau PDRB Jawa Timur. Kemajuan teknologi dalam penelitian ini direpresentasikan oleh tren waktu.

Selain itu, dengan adanya otonomi daerah yang dilaksanakan pada tahun 2001 memungkinkan daerah untuk menambah penerimaannya dari dana bagi hasil dan DAU. Dengan bertambahnya penerimaan daerah berarti bertambah juga pengeluaran daerah baik untuk keperluan rutin maupun pembangunan. Pengeluaran pemerintah yang lebih besar akan meningkatkan permintaan agregat yang pada gilirannya akan meningkatkan transaksi ekonomi yang bermuara pada meningkatnya PDRB atau pendapatan masyarakat.

Bentuk persamaan PDRB adalah sebagai berikut:

PDRBt = a0 + a1PMDNRt + a2(PMARt-PMARt-1) + a3(TK t-TK t-1)

+ a4T + a5DD + a6PDRBt-1 + U1 ………... (4.5) dimana:

PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto tahun t (Rp milyar)

PMDNRt = Penanaman Modal Dalam Negeri Riil tahun t (Rp juta)

PMARt = Penanaman Modal Asing Riil tahun t (US$ ribu)

PMARt-1 = Penanaman Modal Asing Riil tahun sebelumnya

(US$ ribu)

TKt = Jumlah tenaga kerja tahun t (Jiwa)

TK t-1 = Jumlah tenaga kerja tahun sebelumnya (Jiwa)

PDRBt-1 = Produk Domestik Regional Bruto tahun sebelumnya (Rp milyar)

DD = Dummy otda

T = Tren waktu

U1 = Peubah pengganggu

Diharapkan bahwa a1, a2, a3, a4, a5 > 0 dan 0 < a6 <1

4.3.2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja (TKt) merupakan persamaan identitas, dimana tenaga kerja adalah angkatan kerja dikurangi pengangguran. Bentuk persamaan tenaga kerja adalah sebagai berikut:

TKt = AKt - UNt………..…….………... (4.6)

dimana:

TKt = Tenaga kerja tahun t (Jiwa)

AKt = Angkatan kerja tahun t (Jiwa)

UNt = Pengangguran tahun t (Jiwa)

4.3.3. Penanaman Modal Dalam Negeri

Persamaan PMDN dipengaruhi oleh PDRB, suku bunga riil, upah minimum provinsi riil, produksi listrik yang dibangkitkan, panjang jalan, tren waktu dan PMDN tahun sebelumnya.

PDRB atau output yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat yang berarti memperbesar permintaan terhadap barang-barang dan jasa. Semakin besar permintaan barang dan jasa maka semakin besar keuntungan perusahaan. Hal ini akan mendorong perusahaan melakukan investasi yang lebih banyak (Sukirno, 2006).

Selanjutnya, kenaikan tingkat bunga riil akan menurunkan jumlah investasi yang diminta. Karena tingkat bunga riil mengukur biaya pinjaman yang sebenarnya sehingga menentukan jumlah investasi.

Upah merupakan salah satu komponen biaya dalam produksi. Apabila upah riil meningkat maka dapat mempengaruhi minat investor untuk berinvestasi sehingga dapat menurunkan jumlah investasi.

Adanya ketersediaan infrastruktur yang memadai khususnya ketersediaan listrik dan panjang jalan yang memadai dapat menarik minat investor untuk berinvestasi sehingga dapat meningkatkan invesasi di suatu daerah. Dengan kata lain semakin tinggi ketersediaan listrik dan panjang jalan dapat meningkatkan

investasi. Oleh karena data ketersediaan listrik tidak tersedia maka data tersebut diproksi dengan data produksi listrik yang dibangkitkan.

Selain itu, teknologi juga berperan penting dalam investasi. Semakin tinggi teknologi maka semakin tinggi investasi. Dalam penelitian ini teknologi direpresentasikan oleh tren waktu.

Berdasarkan uraian di atas maka bentuk persamaan PMDN adalah: PMDNRt = b0 + b1(PDRBt-PDRBt-1) + b2(IRRt-IRRt-1) + b3UMPR1t

+ b4LISt-1 + b5(JLNt-JLNt-1) + b6T + b7PMDNRt-1

+ U2 ... (4.7) dimana:

PMDNRt = Penanaman Modal Dalam Negeri riil tahun t (Rp juta)

PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto tahun t (Rp milyar)

PDRBt-1 = Produk Domestik Regional Bruto tahun sebelumnya

(Rp milyar)

IRRt = Suku bunga riil tahun t (Persen/tahun)

IRRt-1 = Suku bunga riil tahun sebelumnya (Persen/tahun)

UMPR1t = Rasio Upah Minimum Provinsi riil per tenaga kerja dengan total upah tahun t (Rp/tahun)

LISt-1 = Produksi listrik yang dibangkitkan tahun sebelumnya

(Kwh)

JLNt = Panjang jalan tahun t (Km2)

JLNt-1 = Panjang jalan tahun seblumnya (Km2)

PMDNRt-1 = Penanaman Modal Dalam Negeri riil tahun sebelumnya (Rp juta)

U2 = Peubah pengganggu

Diharapkan bahwa b1, b4, b5, b6 > 0; b2, b3 < 0 dan 0 < b7 < 1

4.3.4. Penanaman Modal Asing

Sama halnya dengan PMDN, PMA juga dipengaruhi oleh PDRB, suku bunga bank riil, Upah Minimum Provinsi riil, produksi listrik yang dibangkitkan,

panjang jalan, dummy otonomi daerah, tren waktu dan PMA tahun sebelumnya.

Alasan penggunaan variabel dummy otonomi daerah karena untuk melihat

daerah diduga berpengaruh positif terhadap investasi PMA karena dengan adanya otonomi daerah memungkinkan para investor untuk mengajukan ijin investasi langsung ke daerah. Kemudahan ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah investasi yang masuk ke Jawa Timur.

Selain itu besarnya PMA juga dipengaruhi oleh nilai tukar riil. Semakin tinggi nilai tukar riil maka investasi makin menurun. Formula untuk memperoleh niai tukar riil adalah (Mankiw, 2003):

Nilai tukar riil = Nilai tukar nominal x IHK Indonesia ... (4.8) IHK Amerika Serikat

Bentuk persamaan dari PMA adalah sebagai berikut:

PMARt = c0 + c1PDRBt-1 + c2IRRt + c3ERRt + c4UMPRt + c5LISt

+ c6JLNt + c7DD + c8T + c9PMARt-1 + U3 ... (4.9) dimana:

PMARt = Penanaman Modal Asing riil tahun t (US$ ribu)

IRRt = Suku Bunga riil tahun t (Persen/tahun)

ERRt = Nilai tukar riil tahun t (Rupiah/US$)

UMPRt = Upah Minimum Provinsi riil tahun t (Rp/tahun)

LISt = Produksi listrik yang dibangkitkan tahun t (Kwh)

JLNt = Panjang jalan tahun t (Km)

PMARt-1 = Penanaman Modal Asing riil tahun sebelumnya (US$ ribu)

U3 = Peubah pengganggu

Diharapkan bahwa c1, c5, c6, c7, c8 > 0; c2, c3, c4 < 0 dan 0 < c9 < 1

4.3.5. Inflasi

Besarnya inflasi dipengaruhi oleh tingkat upah riil dan PDRB. Tingkat upah merupakan salah satu komponen biaya produksi. Apabila upah riil meningkat berarti terjadi peningkatan biaya produksi bagi perusahaan. Peningkatan biaya produksi ini akan mendorong meningkatnya harga jual produk sehingga

Sedangkan kenaikan pendapatan atau PDRB akan meningkatkan daya beli masyarakat sehingga masyarakat akan menambah permintaan akan barang dan jasa. Apabila kemampuan memproduksi barang terbatas atau telah mencapai kesempatan kerja penuh maka pertambahan permintaan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga sehingga terjadilah inflasi. Inflasi yang diakibatkan oleh adanya kenaikan permintaan disebut inflasi tarikan permintaan.

Selanjutnya inflasi juga berkaitan erat dengan pengangguran yang disebut

dengan trade-off jangka pendek antara inflasi dan pengangguran. Dalam teori

tersebut dijelaskan bahwa terdapat hubungan negatif antara pengangguran dan

inflasi, apabila pengangguran tinggi maka inflasi rendah. Bentuk persamaan inflasi adalah sebagai berikut:

INFt = d0 + d1PDRBt + d2 (UMPR t/UMPRt -1) + d3UN t + d4T

+ d5INFt -1 + U4 ... (4.10) dimana:

INFt = Inflasi tahun t (Persen/tahun)

UMPRt = Rasio Upah Minimum Provinsi riil tahun t (Rp/tahun)

UMPRt-1 = Rasio Upah Minimum Provinsi riil tahun sebelumnya (Rp/tahun)

UNt = Pengangguran tahun t (Jiwa)

INFt-1 = Inflasi tahun sebelumnya (Persen/tahun)

U4 = Peubah pengganggu

Diharapkan bahwa d1, d2, > 0; d3, d4 < 0 dan 0 < d5 <1

4.3.6. Pengangguran

Pengangguran berhubungan dengan ketersediaan kesempatan kerja dan kesempatan kerja berhubungan dengan investasi. Semakin tinggi investasi terutama investasi PMDN dan PMA yang bersifat padat karya maka diharapkan semakin banyak menyerap tenaga kerja baru. Semakin banyak tenaga kerja yang terserap maka jumlah pengangguran dapat menurun.

Pengangguran juga berkaitan erat dengan tingkat upah riil. Apabila upah riil meningkat akan menyebabkan penurunan permintaan tenaga kerja sedangkan penawaran tenaga kerja meningkat, akibatnya terjadi peningkatan jumlah

pengangguran terpaksa (involuntary unemployment). Sedangkan apabila tingkat

upah turun maka permintaan tenaga kerja meningkat dan penawaran tenaga kerja rendah, sehingga tenaga kerja bersedia menganggur sampai pada tingkat upah

yang diinginkan (voluntary unemployment). Hubungan ini memerlukan suatu

kondisi pasar tertentu yang belum terjadi di Indonesia, karena jumlah penawaran tenaga kerja di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan kesempatan kerja yang ada (Safrida, 1999). Sehingga kenyataan yang terjadi adalah pada tingkat upah berapapun tenaga kerja di Indonesia khususnya Jawa Timur bersedia untuk bekerja.

Bentuk dari persamaan pengangguran adalah sebagai berikut:

UNt = e0 + e1PMDNRt + e2(PMARt-PMARt-1) + e3UMPRt-1 + e4T + e5UNt-1 + U5 ... (4.11) dimana:

UNt = Pengangguran tahun t (Jiwa)

PMARt = Penanaman Modal Asing riil tahun t (US$ ribu )

PMARt-1 = Penanaman Modal Asing riil tahun sebelumnya

(US$ ribu)

UMPR t-1 = Upah Minimum Provinsi riil tahun sebelumnya

(Rp/tahun)

UNt-1 = Pengangguran tahun sebelumnya (Jiwa)

U5 = Peubah pengganggu

Dokumen terkait