• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV METODE PENELITIAN

4.4 Spesifikasi Model Simultan

Spesifikasi model merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian yang menggunakan model ekonometrika (koutsoyiannis, 1977).

Dimana hubungan antara peubah yang digunakan dirumuskan dalam bentuk model. Spesifikasi model ekonomi pada teori ekonomi dan adanya informasi yang berhubungan dengan fenomena yang diteliti.

Suatu model dikatakan baik jika model tersebut memenuhi kriteria-keriteria sebagai berikut:

1. Kriteria Ekonomi

Kriteria ini ditentukan oleh dasar-dasar teori ekonomi dan berhubungan dengan tanda dan besar parameter dari hubungan ekonomi. Model yang diperoleh akan dievaluasi berdasarkan teori-teori ekonomi yang ada.

2. Kriteria Statistik

Kriteria ini menyangkut uji statistik untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel eksogen terhadap variabel endogen pada masing-masing persamaan, kemampuan variabel eksogen dalam menjelaskan variasi atau keragaman variabel endogen. Uji statistik dibantu dengan software statistik seperti STATA dan SAS. Kemudian hasil dari pengujian diinterpretasikan.

3. Kriteria Ekonometrik

Kriteria ekonometrik didasari oleh asumsi-asumsi dari model regresi berganda sebagai berikut:

a. E(ei) = 0 untuk setiap i, artinya nilai yang diharapkan bersyarat dari ei tergantung pada Xi tertentu adalah nol

b. Cov (ei,ej) = 0 untuk setiap i ≠ j (asumsi non autokorelasi), artinya gangguan ei dan ej tak berkorelasi

c. Var (ei) = δ2 untuk setiap i (asumsi homokedastisitas), artinya varians ei untuk setiap i (yaitu varians bersyarat untuk ei) adalah suatu angka konstan positif yang sama dengan δ2.

d. Cov (ei, X2i) = Cov (ei,X3i) = 0, artinya gangguan ei dan varians yang menjelaskan X tidak berkorelasi.

Pendekatan ekonometrika dibedakan atas persamaan tunggal dan persamaan simultan. Persamaan tunggal merupakan persamaan dimana variabel terikat (dependent variable), dinyatakan sebagai sebuah fungsi linier dari satu atau lebih variabel bebas (independent variable), sehingga hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas merupakan hubungan satu arah, sedangka persmaan simultan adalah suatu persamaan membentuk sistem persamaan yang menggambarkan ketergantungan diatara berbagai variabel dalam persamaan tersebut, sehingga model ini tidak mungkin menaksir hanya pada satu persamaan dengan mengabaikan informasi yang ada pada persamaan-persamaan lainnya.

Persamaan yang digunakan adalah persamaan simultan recursive. Dimana terdapat tiga persamaan model yaitu persamaan penawaran ekspor CPO Indonesia, persamaan penawaran domestik dan harga CPO domestik. Penawaran ekspor CPO akan mempengaruhi penawaran CPO domestik yang kemudian akan mempengaruhi harga CPO domestik Indonesia.

Penggunaan model ini dimaksudkan untuk menghitung besarnya pengaruh dari hubungan antara variabel tidak bebas (dependent variable) dengan variabel

bebas (independent variable) yang diamati, yang secara teoritis dianggap mempunyai pengaruh terhadap naik turunnya kegiatan ekspor CPO Indonesia.

Maka model persamaan simultan ditulis sebagai berikut:

4.4.1 Penawaran Ekspor CPO Indonesia

Peubah-peubah yang diduga mempengaruhi penawaran ekspor CPO Indonesia antara lain: Produksi CPO pada periode saat ini (a1), harga ekspor CPO (a2), pajak ekspor (a3) dan nilai tukar (a4). Dengan demikian model yang digunakan adalah model persamaan Penawaran Ekspor CPO yaitu:

XCPO = a 0 + a1 YCPO + a2 PCPO + a3 D + a4 ER + a4 PCPO1 ei

Hipotesis : a1, a2, a4 > 0 a3 < 0

Variabel pertama yaitu produksi CPO pada periode saat ini (a1). Variabel ini diharapkan memiliki tanda positif dengan penawaran ekspor CPO Indonesia.

Semakin tinggi produksi CPO akan mengakibatkan penawaran di pasar akan semakin tinggi.

Variabel kedua yaitu harga ekspor CPO (a2). Variabel ini diharapkan memiliki tanda positif terhadap penawaran ekspor CPO Indonesia. Apabila harga ekspor CPO Indonesia semakin tinggi, maka barang yang akan ditawarkan akan semakin banyak. Hal ini karena adanya perbedaan harga sehingga dengan tingginya harga pasar, maka semakin tinggi penawaran ekspor.

Variabel ketiga yaitu Pajak Ekspor (a3). Variabel ini diharapkan memiliki tanda negatif dengan penawaran ekspor CPO Indonesia. Kondisi harga pasar internasional saat ini lebih tinggi dibandingkan dengan harga domestik, maka

untuk menekan laju ekspor pemerintah menerapkan kebijakan pajak ekspor. Pajak ekspor ini diharapkan akan mengurangi penawaran ekspor CPO Indonesia dengan tujuan menjamin tersedianya pasokan dalam negeri.

Variabel keempat yaitu nilai tukar (a4). Variabel ini diharapkan memiliki tanda positif terhadap penawaran ekspor CPO Indonesia. Semakin tinggi nilai tukar maka akan harga dipasaran akan semakin tinggi sehingga penawaran di pasar akan semakin tinggi.

Variabel kelima adalah harga CPO Indonesia periode sebelumnya (a5).

Variabel ini diharapkan memiliki tanda positif terhadap penwaran ekspor CPO Indonesia. Semakin tinggi harga CPO periode sebelumnya maka penwaran ekspor di pasar periode sekarang semakin banyak.

4.4.2 Penawaran Domestik CPO Indonesia

Pada penawaran CPO domestik, peubah-peubah yang diduga mempengaruhi antara lain: penawaran ekspor CPO Indonesia tahun yang sedang dijalankan (b1), produksi CPO Indonesia yang dihasilkan pada periode sekarang (b2) dan impor CPO ke pasar domestik (b3). Variabel ekspor CPO memiliki hubungan yang negatif dengan penawaran domestik sedangkan variabel produksi CPO dan impor CPO ke pasar domestik memiliki hubungan yang positif. Dengan demikian Persamaan Penawaran CPO Domestik yaitu:

SCPOD = b0 + b1 XCPO+ b2 YCPO + b3 IMCPO + ei

Hipotesis:

b1 < 0 b2, b3 > 0

Variabel pertama yaitu penawaran ekspor CPO Indonesia (b1). Variabel ini diharapkan memiliki tanda negatif terhadap penawaran CPO domestik. Penawaran ekspor CPO Indonesia terhadap penawaran CPO domestik memiliki hubungan yang negatif. Apabila penawaran ekspor tinggi maka penawaran domestik akan berkurang, begitu pula sebaliknya.

Variabel kedua yaitu produksi CPO Indonesia yang dihasilkan pada periode sekarang (b2). Variabel ini diharapkan memiliki tanda positif terhadap penawaran CPO domestik. Dengan produksi CPO Indonesia yang semakin tinggi maka akan mengakibatkan penawaran untuk pasar yang semakin tinggi.

Variabel ketiga adalah impor CPO ke pasar domestik Indonesia (b3).

Variabel ini diharapkan memiliki tanda positif terhadap penawaran CPO domestik. Dengan adanya impor CPO ke pasar domestik Indonesia maka kuantitas jumlah komoditi di pasar akan semakin banyak.

4.4.3 Harga Domestik CPO Indonesia

Peubah-peubah yang diduga mempengaruhi harga CPO domestik antara lain: penawaran domestik CPO Indonesia tahun yang sedang dijalankan (c1), produksi CPO Indonesia yang dihasilkan pada periode sekarang (c2), harga CPO tahun sebelumnya (c3) dan harga barang subtitusi (c4). Variabel penawaran domestik CPO Indonesia dan produksi CPO Indonesia memiliki hubungan yang negatif dengan harga domestik, variabel lainnya memiliki hubungan yang positif.

Dengan demikian model Persamaan Harga CPO Domestik yaitu:

PDOM = c0 + c1SCPOD + c2 YCPO + c3 PCPO1 + c4 PCCO+ ei Hipotesis:

c1, c2 < 0 c3, c4 > 0

Variabel pertama yaitu penawaran domestik CPO Indonesia tahun yang sedang dijalankan (c1). Variabel ini diharapkan memiliki hubungan negatif terhadap harga CPO domestik. Semakin banyak penawaran CPO di pasar domestik maka harga pasar akan turun.

Variabel kedua adalah produksi CPO Indonesia yang dihasilkan pada periode sekarang (c2). Variabel ini diharapkan memiliki tanda negatif dengan harga ekspor CPO domestik. Produksi yang semakin meningkat mengakibatkan penawaran di pasar akan semakin banyak. Akibat produksi CPO di pasar yang banyak, maka harga yang ada di pasar akan turun.

Variabel ketiga yaitu harga CPO tahun sebelumnya (c3). Variabel ini diharapkan memiliki tanda positif dengan harga CPO domestik. Harga tahun sebelumnya menjadi acuan harga yang akan diterapkan saat ini. Apabila harga tahun lalu meningkat maka harga saat ini diperkirakan akan meningkat pula.

Variabel keempat yaitu harga barang subtitusi (c4). Variabel ini diharapkan memiliki tanda positif dengan harga CPO domestik. Barang subtitusi untuk CPO adalah minyak kelapa dimana apabila harga CPO naik maka konsumen akan beralih ke barang subtitusi. Ketika barang subtitusi menjadi alternatif maka harga dari barang subtitusi akan naik pula.

Keterangan Variabel-variabel pada model:

Variabel Eksogen:

ER = Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada tahun t PCCO = Harga ekspor minyak kelapa Indonesia pada tahun t

D = Dummy yang menunjukkan perubahan pada kebijakan Pajak Ekspor. Angka 1 mewakili pemberlakuan pajak ekspor dan 0 mewakili tidak adanya pajak ekspor.

YCPO = Produksi CPO Indonesia pada periode sekarang

IMCPO = Impor CPO ke pasar domestik Indonesia periode sekarang

Variabel Endogen:

PDOM = Harga domestik CPO Indonesia pada tahun t

XCPO = Jumlah penawaran ekspor CPO Indonesia pada tahun t SCPOD = Jumlah penawaran domestik CPO Indonesia pada tahun t Lag Variabel:

PCPO1 = Harga ekspor komoditas ke-i pada periode sebelumnya.

ei = error term

Dokumen terkait