• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.3 Spesifikasi Model Simultan

Model merupakan suatu penjelas dari fenomena aktual sebagai suatu sistem atau proses. Salah satu model yang sering digunakan dalam menganalisis masalah ekonomi adalah model ekonometrika. Model ekonometrika adalah suatu model statistika yang menghubungkan peubah-peubah ekonomi dari suatu fenomena yang mencakup unsur stokastik. Unsur stokastik ini biasanya diabaikan dalam model ekonomi lainnya yang pada umumnya mengasumsikan adanya hubungan-hubungan secara deterministik (Koutsoyiannis, 1977).

Suatu model dikatakan baik jika model tersebut memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :

1. Kriteria Ekonomi

Kriteria ini ditentukan oleh dasar-dasar teori ekonomi dan berhubungan dengan tanda dan besar parameter dari hubungan ekonomi. Model yang diperoleh akan dievaluasi berdasarkan teori-teori ekonomi yang ada.

2. Kriteria Statistik

Kriteria ini menyangkut uji statistik untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel eksogen terhadap variabel

endogen pada masing-masing persamaan, kemampuan variabel eksogen dalam menjelaskan variasi atau keragaman variabel endogen.

3. Kriteria Ekonometrik

Kriteria ekonometrik didasari oleh asumsi-asumsi dari model regresi berganda sebagai berikut :

¾ E (ei) = 0 untuk setiap i, artinya nilai yang diharapkan bersyarat dari ei tergantung pada Xi tertentu adalah nol.

¾ Cov (ei,ej) = 0 untuk setiap i ≠ j (asumsi non autokorelasi), artinya gangguan ei dan ej tidak berkorelasi.

¾ Var (ei) = δ2 untuk setiap i (asumsi homoskedastisitas), artinya varians ei untuk setiap i (yaitu varians bersyarat untuk ei) adalah suatu angka konstan positif yang sama dengan δ2.

¾ Cov (ei,X2i) = Cov (ei,X3i) = 0, artinya gangguan ei dan varians yang menjelaskan X tidak berkorelasi.

Sementara itu, pendekatan ekonometrika dibedakan atas persamaan tunggal dan persamaan simultan. Persamaan tunggal merupakan persamaan dimana variabel terikat (dependent variable), dinyatakan sebagai sebuah fungsi linier dari satu atau lebih variabel bebas (independent variable), sehingga hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas merupakan hubungan satu arah. Sedangkan persamaan simultan adalah suatu persamaan yang membentuk sistem persamaan yang menggambarkan ketergantungan diantara berbagai variabel dalam persamaan tersebut, sehingga model ini tidak mungkin

menaksir hanya pada satu persamaan dengan mengabaikan informasi yang ada pada persamaan-persamaan lainnya.

Dalam penelitian ini, perumusan model mencakup aspek penawaran ekspor CPO Indonesia, faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor CPO Indonesia, penawaran minyak goreng sawit Indonesia, impor minyak goreng sawit Indonesia, produksi minyak goreng sawit Indonesia, permintaan minyak goreng sawit Indonesia, harga minyak goreng sawit Indonesia, dan keseimbangan penawaran dan permintaan minyak goreng sawit di Indonesia. Agar tujuan penelitian sesuai dengan yang ditentukan, maka model dispesifikasi dalam bentuk persamaan simultan yang yang terdiri dari lima persamaan struktural dan tiga persamaan identitas.

4.3.1 Penawaran Ekspor Minyak Sawit (CPO) Indonesia

Ekspor minyak sawit merupakan kelebihan penawaran minyak sawit domestik atau produksi minyak sawit yang tidak dikonsumsi oleh konsumen Indonesia, sehingga persamaannya dapat ditulis :

XCPO = QCPO – CCPO (4.1) Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi ekspor CPO Indonesia antara lain adalah harga riil ekspor CPO Indonesia, nilai tukar rupiah, pajak ekspor CPO Indonesia, produksi CPO Indonesia dan ekspor CPO Indonesia tahun sebelumnya, sehingga penawaran ekspor CPO Indonesia dapat dirumuskan sebagai berikut :

XCPOt = a0 + a1 HXCPOt + a2 XRRt + a3 PEt + a4 QCPOt + a5 POP + a6 XCPOt-1 + U1 (4.2)

Dimana :

XCPOt = Ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia pada tahun ke-t (ton) HXCPOt = Harga riil ekspor CPO Indonesia pada tahun ke-t (US$/ton)

XRRt = Nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika pada tahun ke-t (Rp/US$)

PEt = Pajak ekspor CPO Indonesia pada tahun ke-t (%/tahun) QCPOt = Produksi CPO domestik pada tahun ke-t (ton)

POP = Jumlah penduduk Indonesia pada tahun ke-t (jiwa) XCPOt-1 = Lag ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia (ton)

a0 = Intersep

ai = Parameter yang diduga (i = 1,2,3…) U1 = Kesalahan Pengganggu (error term) Tanda parameter dugaan yang diharapkan :

a1, a4 > 0 ; a2, a3, a5< 0 ; 0 < a6 < 1

4.3.2 Permintaan Impor Minyak Goreng Sawit Indonesia

Permintaan impor minyak goreng sawit Indonesia merupakan fungsi dari nilai tukar rupiah, harga riil impor minyak goreng sawit, permintaan minyak goreng domestik, pendapatan nasional dan impor minyak goreng sawit tahun sebelumnya. Persamaan permintaan impor minyak goreng sawit Indonesia dirumuskan sebagai berikut :

IMMGt = b0 + b1 XRRt + b2 PIMMGt + b3 QDMGt+ b4 GDPt + b5 IMMGt-1 +U2 (4.3) Dimana :

IMMGt = Jumlah impor minyak goreng sawit Indonesia pada tahun ke-t (ton) PIMMGt = Harga riil impor minyak goreng sawit Indonesia pada tahun ke-t

(US$/ton, CIF Rotterdam)

GDP t = Pendapatan nasional Indonesia pada tahun ke-t (Rupiah) IMMGt-1 = Lag impor minyak goreng sawit Indonesia (ton)

b0 = Intersep

bi = Parameter yang diduga (i = 1,2,3…) U2 = Kesalahan Pengganggu (error term) Tanda parameter dugaan yang diharapkan : b1, b3, b4 > 0 ; b2< 0 ; 0 < b5 < 1

4.3.3 Produksi Minyak Goreng Sawit Indonesia

Jumlah produksi minyak goreng sawit Indonesia ditentukan oleh harga riil minyak goreng sawit domestik, luas areal kelapa sawit, produksi CPO domestik, upah riil tenaga kerja di sektor industri, dummy krisis ekonomi dan produksi minyak goreng sawit tahun sebelumnya. Secara matematis persamaan produksi minyak goreng sawit Indonesia dapat dirumuskan sebagai berikut :

QMGt = c0 + c1 HMGDRt + c2 LAt + c3 QCPOt + c4 DKt + c5 UPRt

+ c6 QMGt-1 + U3 (4.4) Dimana :

QMGt = Produksi minyak goreng sawit Indonesia (ton)

HMGDRt = Harga riil minyak goreng sawit domestik pada tahun ke-t (Rp/kg) DK = Dummy krisis ekonomi Indonesia (D1 = 0 untuk tahun 1990-1996,

dan D1 = 1 untuk tahun 1997-2006)

LA = Luas areal kelapa sawit pada tahun ke-t (Ha)

UPR = Upah riil tenaga kerja di sektor industri pada tahun ke-t (Rp/HOK) QMGt-1 = Lag produksi minyak goreng sawit Indonesia (ton)

c0 = Intersep

ci = Parameter yang diduga (i = 1,2,3…) U3 = Kesalahan Pengganggu (error term) Tanda parameter dugaan yang diharapkan : c1,c2, c3 > 0 ; c4, c5 < 0 ; 0 < c6 < 1

4.3.4 Penawaran Minyak Goreng Sawit Indonesia

Penawaran minyak goreng sawit domestik merupakan penjumlahan antara jumlah impor minyak goreng sawit dengan produksi minyak goreng sawit Indonesia, sehingga persamaannya dapat ditulis :

QSMG = QMG + QIMMG (4.5) Dimana :

4.3.5 Permintaan Minyak Goreng Sawit Indonesia

Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi permintaan minyak goreng sawit Indonesia adalah harga riil minyak goreng sawit domestik, harga riil minyak goreng kelapa domestik sebagai substitusi minyak goreng sawit, pendapatan per kapita dan jumlah permintaan minyak goreng sawit tahun sebelumnya, sehingga persamaan permintaan minyak goreng sawit dapat dirumuskan sebagai berikut :

QDMGt = d0 + d1 HMGDRt + d2 HMKDt + d3 ICPKt + d4 QDMGt-1 + U4 (4.6) Dimana :

QDMGt = Jumlah permintaan minyak goreng sawit Indonesia pada tahun ke-t (ton)

HMKDt = Harga riil minyak goreng kelapa sebagai substitusi minyak goreng sawit pada tahun ke-t (Rp/kg)

ICPKt = Pendapatan per kapita Indonesia pada tahun ke-t (Rp/kap) QDMGt-1 = Lag permintaan minyak goreng sawit Indonesia (ton) d0 = Intersep

di = Parameter yang diduga (i = 1,2,3…) U4 = Kesalahan Pengganggu (error term) Tanda parameter dugaan yang diharapkan : d2, d3 > 0 ; d1 < 0 ; 0 < d4 < 1

4.3.6 Harga Minyak Goreng Sawit Indonesia

Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi harga minyak goreng sawit domestik antara lain adalah penawaran minyak goreng sawit Indonesia, harga riil CPO domestik, harga riil minyak goreng kelapa, dummy krisis ekonomi dan harga minyak goreng sawit Indonesia tahun sebelumnya, sehingga harga minyak goreng sawit domestik dapat dirumuskan sebagai berikut :

HMGDRt = e0 + e1 QSMGt + e2 HCPOt + e3 HMKD + e4 DK + e5 HMGDRt-1 + U5 (4.7) Dimana :

HMGDRt = Harga riil minyak goreng sawit Indonesia pada tahun ke-t (Rp/kg) QSMGt = Penawaran minyak goreng sawit Indonesia tahun ke-t (ton) HCPO = Harga riil CPO domestik tahun ke-t (Rp/kg )

HMGDRt-1 = Lag harga minyak goreng sawit Indonesia(Rp/kg) e0 = Intersep

ei = Parameter yang diduga (i = 1,2,3…) U5 = Kesalahan Pengganggu (error term) Tanda parameter dugaan yang diharapkan : e2, e3, e4 > 0 ; e1 < 0 ; 0 < e5< 1

4.3.7 Keseimbangan Penawaran dan Permintaan Minyak Goreng Sawit Indonesia

Kondisi keseimbangan penawaran dan permintaan minyak goreng sawit Indonesia dicapai apabila jumlah minyak goreng sawit yang ditawarkan sama

dengan jumlah minyak goreng sawit yang diminta, sehingga persamaan identitas keseimbangan penawaran dan permintaan minyak goreng sawit dapat ditulis sebagai berikut :

QSMGt = QDMGt (4.8)

4.4. Hipotesis

Mengacu pada perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Penawaran Ekspor Minyak Sawit (CPO) Indonesia

Diduga bahwa harga riil ekspor CPO Indonesia dan produksi CPO domestik berpengaruh positif, sedangkan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika, pajak ekspor CPO Indonesia dan jumlah penduduk Indonesia berpengaruh negatif.

2. Permintaan Impor Minyak Goreng Sawit Indonesia

Diduga bahwa nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika, permintaan minyak goreng sawit domestik dan pendapatan nasional Indonesia berpengaruh positif, sedangkan harga riil minyak goreng sawit Indonesia berpengaruh negatif.

3. Produksi Minyak Goreng Sawit Indonesia

Diduga bahwa harga riil minyak goreng sawit domestik, luas areal kelapa sawit dan produksi CPO domestik berpengaruh positif, sedangkan dummy krisis ekonomi Indonesia dan upah riil tenaga kerja di sektor industri berpengaruh negatif.

4. Permintaan Minyak Goreng Sawit Indonesia

Diduga bahwa harga riil minyak goreng kelapa sebagai substitusi dari minyak goreng sawit dan pendapatan per kapita berpengaruh positif, sedangkan harga riil minyak goreng sawit Indonesia berpengaruh negatif.

5. Harga Minyak Goreng Sawit Indonesia

Diduga bahwa harga riil CPO domestik, harga riil minyak goreng kelapa sebagai substitusi dari minyak goreng sawit dan dummy krisis ekonomi Indonesia berpengaruh positif, sedangkan penawaran minyak goreng sawit Indonesia berpengaruh negatif.

Dokumen terkait