• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Pengembangan Akses Keuangan dan

UMKM

Pada akhir triwulan I 2019, posisi DPK perbankan Kalimantan Barat

tumbuh 7,96% (yoy) dengan total nominal sebesar Rp56,63 triliun, dibandingkan

dengan posisi DPK pada akhir triwulan IV 2018 yang sebesar Rp55,26 triliun. Posisi

kredit berdasarkan lokasi di Kalimantan Barat pada akhir triwulan I 2018 tumbuh

5,91% (yoy) dengan posisi baki debet sebesar Rp75,56 triliun. Kualitas kredit

sedikit menurun, tercermin dari meningkatnya rasio NPL yaitu dari 1,57% pada

akhir triwulan IV 2018 menjadi 1,62% pada akhir triwulan I 2019.

Perkembangan Perbankan Secara Umum

5

4.1.1 Dana Pihak Ketiga (DPK)

Posisi dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh perbankan Kalimantan Barat pada akhir triwulan I 2019 adalah sebesar Rp56,63 triliun. Jumlah tersebut hanya sekitar 1,00% dari total DPK Nasional yang mencapai Rp5.672 triliun. Di wilayah Kalimantan, jumlah nominal DPK perbankan Kalimantan Barat berada di posisi kedua setelah Kalimantan Timur. Namun tingkat pertumbuhan DPK perbankan Kalimantan Barat berada di posisi ketiga di antara provinsi lainnya di Kalimantan. DPK perbankan Kalimantan Barat pada akhir triwulan laporan tumbuh sebesar 7,96% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan dengan akhir triwulan IV 2018 (6,55%, yoy), namun lebih rendah dibandingkan triwulan I 2018 (11,23%, yoy).

Tabel 4. 1 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam Rp Triliun*

*) Data DPK Kalimantan Utara masih terhitung di dalam DPK Kalimantan Timur

DPK perbankan Kalimantan Barat tersebut terdiri dari sebesar 97,72% (Rp55,34 triliun) dalam jenis valuta Rupiah dan sisanya sebesar 2,28% (Rp1,29 triliun) berbentuk valas. Kontribusi perbankan konvensional terhadap pengumpulan DPK adalah sebesar 95,37% (Rp54,01 triliun) yang tumbuh sebesar 7,82% (yoy). Sedangkan kontribusi perbankan syariah hanya sebesar 4,63% (Rp2,62 triliun) yang tumbuh sebesar 3,77% (yoy).

Grafik 4. 1 Posisi Valuta DPK Perbankan Akhir Triwulan I 2019 (Rp triliun)

Grafik 4. 2 Perkembangan DPK Perbankan Berdasarkan Kegiatan Bank

Dari sisi jenis DPK, tabungan masih mendominasi dengan pangsa sebesar 51,47% diikuti oleh deposito dan giro dengan pangsa masing-masing 33,69% dan 14,83%. Tabungan mengalami pertumbuhan pada level 2,30% (yoy), sedangkan deposito mengalami pertumbuhan pada level 16,14% (yoy) dan giro tumbuh 9,17% (yoy). Suku bunga tertimbang (SBT) tabungan dan giro cenderung stabil. SBT Deposito sebesar 6,50% dan hanya mengalami sedikit peningkatan sebesar 0.06% dibandingkan triwulan IV 2018. Tertahannya peningkatan

5 Hanya menggunakan data bank umum, data bank perkreditan rakyat (BPR) tidak dimasukkan.

2019 I II III IV I II III IV III IV I Nasional 4,468.95 4,574.67 4,604.58 4,837.13 4,916.67 5,045.62 5,142.89 5,285.73 5,293.10 5,398.82 5,482.49 5,630.45 5,672.89 Kalbar 43.69 45.85 45.74 46.38 47.30 49.63 51.19 51.87 52.45 53.61 54.62 55.26 56.63 Kaltim 83.28 86.74 82.43 83.78 85.41 87.37 87.59 77.81 79.23 80.60 83.71 88.60 88.46 Kalsel 40.02 43.24 42.28 41.95 43.18 46.00 47.22 44.62 47.43 47.68 48.86 50.18 50.94 Kalteng 19.82 20.65 19.49 19.95 21.67 24.06 23.18 22.48 23.39 25.10 24.81 25.47 26.28 2018 II I Cakupan 2016 2017

SBT tersebut dikarenakan stabilnya suku bunga acuan Bank Indonesia 7-day (Reverse) Repo Rate (BI 7DRR) selama triwulan I 2019. BI 7-DRR selama triwulan I 2019 sebesar 6,00% tidak mengalami perubahan sejak bulan Oktober 2018 sebesar 5,75%.

Grafik 4. 3 Perkembangan Jenis DPK Perbankan Grafik 4. 4 Perkembangan SBT DPK Perbankan Secara spasial, DPK Kalimantan Barat masih terpusat di Kota Pontianak baik secara nominal maupun jumlah rekeningnya. Pada triwulan I 2019, pangsa DPK secara nominal untuk kota Pontianak mencapai 50,78% (Rp28,76 triliun). Selanjutnya Kabupaten Mempawah menjadi kota dengan jumlah nominal DPK terbesar kedua dengan pangsa sekitar 8,36% (Rp4,74 triliun) dan disusul oleh Kota Singkawang dengan pangsa sebesar 7,66% (Rp4,34 triliun). Ketiga daerah tersebut menjadi pusat konsentrasi DPK karena merupakan pusat aktivitas bisnis dan keuangan di Kalimantan Barat. Dari sisi pertumbuhan spasial, pada triwulan berjalan, Kabupaten Kubu Raya mencatatkan pertumbuhan nominal DPK tertinggi dengan tumbuh sebesar 20,02% (yoy), disusul oleh Kota Pontianak dan Kabupaten Melawi yang masing-masing tumbuh sebesar 10,60% (yoy) dan 9,19% (yoy). Secara umum, hal ini mengindikasikan tingginya kinerja dan upaya perbankan dalam menjangkau daerah Kabupaten/Kota dan semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk menyimpan dana di perbankan.

Tabel 4. 2 Perkembangan DPK Kalimantan Barat Per Kabupaten/Kota (Rp Triliun)

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

Kalimantan Barat 39.73 42.08 43.33 43.94 43.58 45.69 45.74 46.38 47.30 49.63 51.19 51.87 52.61 53.61 54.62 55.26 56.63 Kab. Mempawah 3.97 4.08 4.14 4.26 4.44 4.14 4.41 4.39 4.59 4.14 4.22 4.30 4.42 4.26 4.46 4.56 4.74 Kab. Sambas 1.94 2.09 2.17 2.06 2.15 2.31 2.42 2.43 2.48 2.66 2.72 2.86 2.88 2.91 3.00 3.07 3.01 Kab. Ketapang 2.41 2.78 2.79 2.64 2.75 2.90 2.76 2.78 2.98 3.16 3.10 3.15 3.55 3.58 3.51 3.55 3.53 Kab. Sanggau 2.08 2.24 2.36 2.40 2.41 2.45 2.74 2.58 2.69 2.74 2.84 2.81 2.81 2.83 2.89 2.84 2.80 Kab. Sintang 1.62 1.80 1.82 1.77 1.94 1.97 1.90 1.89 2.00 2.16 2.17 2.32 2.60 2.69 2.63 2.66 2.75 Kab. Kapuas Hulu 1.05 1.19 1.31 1.11 1.18 1.26 1.27 1.24 1.25 1.39 1.43 1.35 1.49 1.58 1.57 1.47 1.56 Kab. Bengkayang 0.62 0.76 0.86 0.69 0.73 0.86 1.02 0.86 0.88 1.03 0.91 0.88 0.98 1.04 1.06 0.98 0.94 Kab. Landak 0.77 0.84 0.93 0.70 0.77 0.95 0.90 0.79 0.87 1.04 0.99 0.87 1.01 1.09 1.08 0.89 0.98 Kab. Sekadau 0.51 0.60 0.63 0.51 0.55 0.63 0.60 0.52 0.60 0.65 0.65 0.60 0.70 0.79 0.77 0.72 0.76 Kab. Melawi 0.62 0.70 0.76 0.59 0.68 0.77 0.72 0.62 0.73 0.85 0.77 0.74 0.81 0.90 0.87 0.84 0.89 Kab. Kayong Utara 0.24 0.29 0.31 0.18 0.24 0.24 0.24 0.17 0.24 0.25 0.28 0.20 0.30 0.29 0.29 0.25 0.32 Kab. Kubu Raya 0.53 0.68 0.73 0.47 0.59 0.62 0.67 0.61 0.75 0.87 1.10 1.21 1.05 1.24 1.23 1.26 1.27 Kota Pontianak 20.58 21.07 21.41 23.45 21.96 23.22 22.68 24.10 23.81 25.06 26.17 26.72 26.00 26.25 27.06 27.93 28.76 Kota Singkawang 2.78 2.97 3.10 3.12 3.18 3.37 3.43 3.42 3.43 3.62 3.84 3.85 4.01 4.16 4.20 4.25 4.34 2019

penyaluran kredit perbankan Nasional yang mencapai Rp5.350 triliun. Bila dibandingkan dengan wilayah lainnya di Kalimantan, maka nilai penyaluran kredit di Kalimantan Barat berada di bawah Kalimantan Timur. Sedangkan tingkat pertumbuhan kredit, Kalimantan Barat berada di posisi terakhir se-Kalimantan. Pertumbuhan kredit perbankan di Kalimantan Barat tumbuh melambat sebesar 5,91% (yoy) pada triwulan berjalan dibandingkan dengan pertumbuhan pada akhir triwulan sebelumnya (9,81% yoy), serta pada akhir triwulan IV 2018 (11,27% yoy).

Tabel 4. 3 Perkembangan Kredit Perbankan (Rp Triliun)*

*) Data DPK Kalimantan Utara masih terhitung di dalam DPK Kalimantan Timur

Dari total penyaluran kredit di Kalimantan Barat, sekitar Rp47,25 triliun (62,53%) yang dipenuhi oleh perbankan yang berlokasi di Kalimantan Barat. Jumlah tersebut menurun dibandingkan dengan akhir triwulan lalu yang sebesar Rp47,47 triliun. Sisanya merupakan pembiayaan perbankan yang berlokasi di provinsi lain terutama Jakarta yang mencapai Rp19,55 triliun (25,87%) atau meningkat Rp0,29 triliun dibandingkan dengan akhir triwulan IV 2018. Namun sebaliknya, perbankan berlokasi di Kalimantan Barat menyalurkan kredit sebesar Rp2,02

triliun ke provinsi lain atau sekitar 4,09% dari total kredit yang disalurkan oleh perbankan yang

berlokasi di Kalimantan Barat yang sebesar Rp49,27 triliun. Porsi terbesar disalurkan ke DKI Jakarta sebesar Rp633,38 miliar dan Kalimantan Tengah sebesar Rp488,65 miliar.

Grafik 4. 5 Lokasi Bank Asal Penyalur Kredit ke Kalimantan Barat

Grafik 4. 6 Lokasi Penyaluran Kredit oleh Perbankan Asal Kalimantan Barat

Perbankan konvensional mendominasi penyaluran kredit di Kalimantan Barat. Total penyaluran kredit perbankan konvensional Rp70,09 triliun (92,76%) jauh di atas perbankan syariah yang hanya menyalurkan sebesar Rp5,47 triliun (7,24%). Secara pertumbuhan, kredit perbankan konvensional tumbuh melambat 5,38% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada akhir triwulan sebelumnya (9,46% yoy). Sama halnya dengan kredit perbankan syariah yang tumbuh melambat sebesar 13,22% (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (14,53% yoy).

2019

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

Kalimantan Barat 47.78 50.38 52.57 55.15 56.06 60.81 63.84 63.38 64.12 65.86 66.40 68.29 71.35 72.88 74.76 74.99 75.56 Kalimantan Tengah 33.71 33.95 35.46 34.30 32.82 33.74 34.18 34.61 39.91 41.74 41.78 47.90 46.14 50.88 51.21 53.02 53.94 Kalimantan Selatan 48.79 49.61 50.40 51.17 51.07 48.57 49.05 50.70 52.08 54.76 56.51 59.10 60.28 62.31 64.74 65.57 64.94 Kalimantan Timur 103.00 102.79 105.53 104.61 103.32 105.90 107.34 107.53 108.09 106.40 105.85 94.76 100.67 104.50 107.61 110.60 107.18 Nasional 3,713.54 3,861.17 3,990.46 4,092.33 4,029.92 4,200.21 4,243.80 4,413.46 4,402.97 4,526.61 4,580.52 4,777.76 4,788.78 5,028.75 5,175.05 5,358.01 5,350.34 Wilayah 2015 2016 2017 2018

Kredit produktif mendominasi dari sisi jenis penggunaan kredit. Total sebesar Rp52,04 triliun (68,87%) merupakan kredit produktif yang terdiri dari kredit investasi sebesar Rp31,92 triliun (42,25%) serta Rp20,12 triliun (26,63%) merupakan kredit modal kerja. Adapun penyaluran kredit konsumsi adalah sebesar Rp23,52 triliun (31,13%). Lebih lanjut, dapat diperbandingkan Suku Bunga Tertimbang (SBT) kredit berdasarkan jenis penggunaan adalah kredit investasi, kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing sebesar 10,27%, 11,04% dan 11,15%. SBT kredit secara total mengalami sedikit peningkatan bila dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,12% sejalan dengan peningkatan BI 7DRR yang meningkat pada triwulan IV 2018.

Grafik 4. 7 Kredit Perbankan di Kalimantan Grafik 4. 8 SBT Kredit Perbankan di Kalimantan Barat

Dari sisi kinerja, jumlah aset perbankan Kalimantan Barat mencapai sebesar Rp73,50 triliun, yakni tumbuh 6,24% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,37% (yoy). Salah satu indikator yang dapat

merepresentasikan intermediasi perbankan adalah indikator tingkat loan to deposit ratio (LDR)

yang pada akhir triwulan I 2019 berada pada level 87,00%, mengalami penurunan bila dibandingkan LDR pada akhir triwulan sebelumnya yang sebesar 89,31%.

Tingkat risiko kredit di Kalimantan Barat yang dicerminkan dari rasio non performing

loans (NPL) masih berada di bawah batas aman. NPL kredit perbankan di Kalimantan Barat pada akhir triwulan I 2019 tercatat sebesar 1,62%, sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 1,57%. Secara berturut-turut tingkat NPL untuk kredit investasi, kredit modal kerja dan kredit konsumsi adalah 0,93%, 3,37% dan 1,06%. NPL Investasi dan konsumsi mengalami peningkatan dibandingkan NPL triwulan sebelumnya yang masing-masing adalah sebesar 0,87% dan 0,94%. Sedangkan NPL modal kerja mengalami penurunan bila dibandingkan NPL triwulan sebelumnya sebesar 4,25%.

Grafik 4. 9 Perkembangan LDR dan Rasio NPL Perbankan

Grafik 4. 10 Perkembangan Rasio NPL Perbankan Berdasarkan Jenis Penggunaan

Secara spasial, dari 14 kota/kabupaten yang ada di Kalimantan Barat lebih dari seperempat penyaluran kredit disalurkan ke Kota Pontianak yakni sebesar Rp19,75 triliun (26,14%). Daerah lain yang memiliki pangsa di atas 10% hanya Kabupaten Mempawah dan Kabupaten Ketapang masing masing sebesar Rp11,74 triliun (15,55%) dan Rp9,90 triliun (13,11%). Adapun daerah dengan pangsa penyaluran kredit terendah di Kalimantan Barat pada akhir triwulan I 2019 adalah Kabupaten Sekadau dan Kabupaten Melawi, dengan besaran kredit masing-masing Rp856 miliar (1,13%) dan Rp1.33 triliun (1,76%).

Dari sisi pertumbuhan kredit, Kabupaten Kubu Raya dan Melawi merupakan daerah yang paling tinggi pertumbuhannya yakni masing-masing sebesar 38,98% (yoy) dan 28,15% (yoy). Penyumbang terbesar pertumbuhan di Kabupaten Kubu Raya adalah lapangan usaha pertanian, sedangkan lapangan usaha perdagangan menyumbang pertumbuhan kredit

terbesar di Kabupaten Melawi. Lebih lanjut, Kabupaten Kayong Utara, dan Kota Singkawang,

Kabupaten Mempawah, serta Kabupaten Sekadau menjadi daerah dengan pertumbuhan kredit negatif yakni masing-masing sebesar -6,18% (yoy), -2,54% (yoy), -0,35% (yoy), serta -0,19% (yoy).

Tabel 4. 4 Perkembangan Nominal Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp Miliar)

2019

I II III IV I II III IV I II III IV I

Kalimantan Barat 56,057.84 60,805.02 63,835.23 63,376.50 64,119.25 65,858.35 66,401.70 68,291.16 71,345.46 72,876.72 74,761.88 74,991.24 75,561.73 Kab. Mempawah 8,433.97 10,286.63 11,423.77 11,489.97 11,373.54 11,327.57 11,187.30 11,492.70 11,790.53 12,084.19 13,805.68 12,023.98 11,748.69 Kab. Sambas 2,100.51 2,686.61 2,622.82 2,707.29 2,471.89 2,574.56 2,402.25 2,738.42 2,828.19 2,912.05 2,953.35 3,079.28 3,047.76 Kab. Ketapang 6,704.88 7,077.47 7,092.73 7,061.13 7,185.35 7,684.98 7,801.67 8,417.16 9,344.45 9,380.75 9,248.53 9,572.54 9,902.46 Kab. Sanggau 4,116.39 4,111.36 4,320.32 4,159.73 4,130.67 4,181.64 4,184.26 4,383.97 4,472.06 4,566.84 4,480.96 5,004.83 4,947.25 Kab. Sintang 5,590.07 5,819.65 5,916.84 5,675.41 5,652.97 5,610.76 5,654.37 5,547.35 5,558.25 5,611.15 5,235.47 5,665.74 5,692.71 Kab. Kapuas Hulu 2,059.34 2,315.64 2,124.31 2,460.12 2,672.35 2,734.63 2,772.68 2,521.42 2,413.80 2,458.57 2,512.01 2,573.76 2,558.34 Kab. Bengkayang 1,133.74 1,318.50 2,653.24 2,205.80 2,158.72 1,742.53 1,695.66 1,634.54 3,096.86 3,155.06 3,107.66 3,148.88 3,168.43 Kab. Landak 1,375.11 1,831.07 1,820.03 1,811.82 1,832.02 1,838.41 1,852.39 1,709.99 1,864.12 2,035.94 2,039.63 2,028.56 1,979.72 Kab. Sekadau 673.12 681.94 717.47 696.77 702.18 723.29 754.74 778.69 858.63 893.24 907.28 900.76 856.96 Kab. Melawi 690.44 716.58 733.93 738.93 796.56 820.27 841.47 944.61 1,039.28 1,073.68 1,224.96 1,315.70 1,331.88 Kab. Kayong Utara 1,411.03 1,492.40 1,526.27 1,539.66 1,549.73 1,389.78 1,386.49 1,412.05 1,442.75 1,432.34 1,421.25 1,397.41 1,353.56 Kab. Kubu Raya 1,613.27 2,302.20 2,687.16 3,061.02 3,635.56 4,119.53 4,513.74 4,578.45 4,718.61 5,127.12 5,514.94 6,256.55 6,558.02 Kota Pontianak 15,514.26 15,483.89 15,493.86 16,467.77 16,686.96 18,291.97 18,674.07 19,382.83 19,187.95 19,404.37 19,498.14 19,347.47 19,755.30 Kota Singkawang 4,641.72 4,681.08 4,702.48 3,301.08 3,270.72 2,818.41 2,680.60 2,748.99 2,729.99 2,741.42 2,812.01 2,675.77 2,660.65

Baki Debet Kredit (Rp miliar)

2018

Berdasarkan risiko kreditnya, Kota Singkawang dan Kabupaten Landak merupakan daerah dengan rasio NPL yang berada di atas batas aman. Secara sektoral lapangan usaha, tingginya rasio NPL di Kota Singkawang yang mencapai 5,26% yang terutama disumbangkan oleh lapangan usaha industri pengolahan. Adapun tingginya rasio NPL di Kabupaten Landak 8,41% terutama disumbangkan oleh lapangan usaha pertanian.

Tabel 4. 5 Perkembangan NPL Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp Miliar)

Pangsa perbankan syariah di Kalimantan Barat masih relatif kecil dari sisi aset, perbankan syariah hanya memiliki aset sebesar Rp5,04 triliun atau 6,86% dari keseluruhan aset perbankan di Kalimantan Barat. Pangsa tersebut menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,65%. Penurunan pangsa tersebut juga diikuti oleh melambatnya pertumbuhan aset perbankan syariah. Pada triwulan laporan, aset perbankan syariah hanya tumbuh sebesar 0,66% (yoy) lebih lambat dari pertumbuhan aset perbankan syariah pada periode triwulan sebelumnya yang sebesar 7,87% (yoy).

Grafik 4. 11 Perkembangan Aset Perbankan Syariah Grafik 4. 12 Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah

2019

I II III IV I II III IV I II III IV I

Kalimantan Barat 3.35% 4.37% 4.63% 3.20% 3.37% 2.60% 2.50% 1.87% 1.83% 1.88% 1.80% 1.57% 1.62% Kab. Mempawah 0.93% 0.94% 0.83% 1.06% 1.29% 1.08% 1.10% 0.77% 0.76% 0.76% 0.73% 0.71% 0.72% Kab. Sambas 1.33% 1.13% 1.00% 0.64% 0.85% 0.77% 0.74% 0.52% 0.54% 0.79% 0.55% 0.43% 0.68% Kab. Ketapang 0.39% 0.39% 0.41% 0.38% 0.54% 0.60% 0.55% 0.50% 0.43% 0.44% 0.40% 0.33% 0.61% Kab. Sanggau 1.85% 1.92% 1.99% 1.45% 1.20% 1.25% 1.26% 0.96% 1.00% 0.95% 1.18% 1.18% 1.33% Kab. Sintang 1.30% 1.16% 1.11% 1.03% 1.03% 1.12% 1.19% 0.97% 0.99% 0.99% 0.98% 0.93% 1.10% Kab. Kapuas Hulu 0.82% 0.69% 0.73% 0.82% 0.62% 0.79% 1.09% 1.01% 1.07% 1.07% 1.13% 0.89% 0.88% Kab. Bengkayang 1.70% 1.33% 0.60% 0.44% 0.70% 1.04% 0.63% 0.67% 0.51% 0.67% 0.70% 0.83% 0.89% Kab. Landak 2.64% 1.78% 12.94% 12.69% 16.00% 16.06% 15.85% 8.56% 8.14% 7.79% 7.99% 7.99% 8.41% Kab. Sekadau 0.95% 1.25% 1.26% 1.07% 1.11% 1.28% 1.22% 1.15% 1.04% 0.86% 0.77% 0.86% 1.23% Kab. Melawi 1.80% 2.86% 2.70% 2.13% 1.92% 2.23% 2.17% 1.76% 1.59% 1.75% 1.71% 1.48% 1.38% Kab. Kayong Utara 0.09% 0.11% 0.08% 0.06% 0.08% 0.12% 0.17% 0.11% 0.16% 0.18% 0.16% 0.18% 0.20% Kab. Kubu Raya 0.96% 0.79% 0.64% 0.82% 0.80% 0.46% 0.69% 0.70% 0.85% 0.82% 0.83% 0.75% 0.59% Kota Pontianak 1.46% 1.57% 1.98% 2.28% 2.46% 2.46% 2.84% 2.33% 2.47% 2.65% 2.45% 2.64% 2.55% Kota Singkawang 27.18% 42.71% 43.21% 32.13% 32.26% 20.36% 15.97% 12.62% 11.92% 11.90% 11.31% 5.27% 5.26%

Rasio NPL

2018

pembiayaan tersebut meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp5,39 triliun. Dari sisi pertumbuhan, pada periode triwulan berjalan, laju pertumbuhan pembiayaan syariah di Kalimantan Barat juga tumbuh melambat dari 18,25% (yoy) pada akhir triwulan IV 2018 menjadi 11,26% (yoy).

Pada akhir triwulan I 2019, penggunaan untuk hampir sebagian besar pembiayaan syariah adalah untuk tujuan konsumsi. Pangsa pembiayaan konsumsi syariah pada akhir triwulan I 2019 tercatat sebesar 47,14% (Rp2,64 triliun), meningkat secara nominal dari akhir triwulan sebelumnya yang sebesar Rp2,60 triliun, serta meningkat secara pangsa dibanding triwulan sebelumnya sebesar 46,71%. Adapun pangsa pembiayaan investasi dan modal kerja masing-masing sebesar 31,10% dan 21,76%. Secara pertumbuhan, pada akhir triwulan I 2019 pembiayaan syariah untuk investasi mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 34,53% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada akhir triwulan sebelumnya sebesar 30,78% (yoy). Sedangkan pembiayaan modal kerja mengalami kontraksi dari 2,78% (yoy) pada akhir triwulan IV 2018 menjadi -6,59% (yoy) pada akhir triwulan I 2019. Di sisi lain, pembiayaan syariah untuk konsumsi mengalami perlambatan. Pembiayaan syariah untuk konsumsi melambat dari 19,43% (yoy) pada akhir triwulan IV 2018 menjadi 8,45% (yoy) pada akhir triwulan I 2019.

Grafik 4. 13 Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 4. 14 Perkembangan Non Performing Finance (NPF) Pembiayaan Syariah

Secara spasial, pembiayaan syariah di Kalimantan Barat terpusat di Kota Pontianak dan Kabupaten Ketapang. Pembiayaan syariah pada akhir triwulan I 2019 di Kota Pontianak tercatat sebesar Rp1,71 triliun atau setara dengan pangsa 31,30%, sedangkan Kabupaten Ketapang sebesar Rp1,54 triliun (28,09%). Secara kualitas, indikator Non Performing Finance (NPF) pembiayaan syariah di Kalimantan Barat pada akhir triwulan I 2019 menunjukkan bahwa kondisi pembiayaan syariah masih sangat sehat dan berada di bawah level aman 5% yaitu sebesar 1,32%, sedikit naik dibandingkan dengan akhir triwulan lalu yang sebesar 1,26%. Demikian halnya dengan tingkat NPF di seluruh Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat, Hanya Kabupaten Sekadau yang berada di atas batas aman dengan rasio NPF sebesar 7,33% atau meningkat dibandingkan dengan akhir triwulan lalu yang sebesar 0,00%.

Ketahanan Sektor Korporasi

6

Pada akhir triwulan I 2019, hasil likert scale penjualan dari korporasi menunjukkan perlambatan sebesar 1,22 poin dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari -0,33 (triwulan IV 2018) menjadi -0,63 (triwulan I 2019) (Grafik 4.15). Perlambatan tersebut didukung oleh menurunnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) meskipun masih berada di level optimis terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2019. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen triwulan I 2019 turun sebesar 14,3 poin menjadi 116,6 dibandingkan rata-rata triwulan IV 2018 sebesar 130,9. Penurunan tersebut disebabkan oleh menurunnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) masing masing sebesar 24,6 poin dan 4,0 poin dibandingkan triwulan IV 2018.

Grafik 4. 15 Perkembangan Skala Likert Penjualan Domestik

Grafik 4. 16 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Likert Scale sektor industri pengolahan secara keseluruhan (rata-rata domestik dan

ekspor) mengalami penurunan. Penurunan tersebutyaitu dari 1,00 (triwulan IV 2018) menjadi -2,00 poin (triwulan I 2019). Hal tersebut sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) untuk sektor industri pengolahan yang diperkirakan mengalami penurunan pada triwulan I 2019.

Grafik 4. 17 SKDU Industri Pengolahan

Harga pada triwulan I 2019 secara keseluruhan mengalami peningkatan yang tercermin dari nilai LS sebesar 0,80 atau lebih tinggi dibandingkan LS triwulan sebelumnya sebesar -0,33 poin (Grafik 4.21). Peningkatan harga tersebut sejalan dengan kinerja sektor industri pengolahan karet yang mengalami peningkatan pada triwulan I seiring dengan meningkatnya harga komoditas karet meskipun sempat mengalami penurunan pada triwulan IV 2018. Sedangkan pada sektor transportasi dan pergudangan, peningkatan harga jual terjadi pada tarif angkutan udara yang disebabkan oleh lonjakan permintaan tiket angkutan udara pada hari raya besar keagamaan yaitu Imlek dan Cap Go Meh yang diiringi dengan pengurangan frekuensi jadwal pesawat. Peningkatan tersebut menyebabkan Indeks Harga Konsumen khususnya angkutan udara di Kalimantan Barat meningkat cukup signifikan di luar dari pola peningkatan yang biasanya terjadi pada periode Idul Fitri (Grafik 4.22).

Grafik 4. 18 Perkembangan Likert Scale Harga Jual dan Margin

Grafik 4. 19 Indeks Harga Konsumen (IHK) Angkutan Udara

Kondisi aset/simpanan dan pinjaman korporasi dari perbankan di Kalimantan Barat juga perlu diperhatikan untuk melihat ketahanan sektor korporasi. Pada akhir triwulan I 2019, jumlah DPK yang berasal dari sektor korporasi pada bank yang KC/KCP-nya berada di Kalbar sebesar Rp8,68 triliun atau tumbuh 7,36% (yoy). Pertumbuhan DPK korporasi tersebut meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan DPK korporasi pada akhir triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,09% (yoy). Berdasarkan golongan pemiliknya, mayoritas DPK tersebut disumbangkan oleh sektor swasta-bukan lembaga keuangan sebesar Rp5,65 triliun, atau tumbuh meningkat sebesar 14,04% (yoy). Pangsa terbesar berikutnya adalah milik sektor swasta-lembaga keuangan non bank dan BUMN dengan nominal masing-masing sebesar Rp1,82 triliun dan Rp0,99 triliun.

Grafik 4. 20Perkembangan DPK Sektor Korporasi pada KC/KCP berlokasi di Kalimantan Barat

Grafik 4. 21 Pangsa DPK Sektor Korporasi pada KC/KCP berlokasi di Kalimantan Barat

Sementara itu, jumlah penyaluran kredit ke sektor korporasi di Kalimantan Barat adalah 4,3 kali nominal DPK-nya. Penyaluran kredit kepada sektor korporasi mencapai Rp37,02 triliun atau tumbuh sebesar 3,93% (yoy), melambat dibandingkan akhir triwulan sebelumnya yang sebesar 7,37% (yoy). Tiga daerah terbesar yang menerima kredit korporasi adalah Kota Pontianak, Kabupaten Mempawah, dan Kabupaten Ketapang masing-masing sebesar Rp8,90 triliun, Rp7,65 triliun dan Rp6,54 triliun. Sedangkan yang terkecil adalah Kabupaten Sekadau yang hanya menerima penyaluran sebesar Rp54,62 miliar. Dari sisi lapangan usaha, mayoritas penyaluran kredit korporasi ke lapangan usaha pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan dengan pangsa 58,81% diikuti oleh lapangan usaha perdagangan, hotel, dan restoran dengan pangsa 11,12% dari total kredit korporasi.

Pada akhir triwulan laporan, rasio NPL untuk kredit kepada sektor korporasi berada di bawah batas aman yakni sebesar 0,70%. NPL tersebut sedikit meningkat dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya yang sebesar 0,67%. Korporasi penyumbang NPL terbesar adalah korporasi yang bergerak di sektor konstruksi sebesar 8,65% (di atas batas aman).

Grafik 4. 22 Penyaluran Kredit kepada Sektor

korporasi dengan pangsa terbesar dalam penyaluran kredit korporasi di Kalimantan Barat. Harga komoditas Kelapa Sawit yang terus turun ditengarai merupakan salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan kredit pada korporasi pertanian.

Ketahanan Sektor Rumah Tangga

Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, tidak cukup hanya melihat ketahanan individu. Interkoneksi yang terjadi antara komponen juga perlu dilihat untuk memitigasi terjadinya risiko sistemik. Di Kalimantan Barat, rumah tangga merupakan salah satu komponen penting dalam perekonomian dan sistem keuangan baik dari sisi kontribusi maupun keterkaitannya dengan perbankan, pemerintah, lembaga keuangan lainnya dan korporasi.

Pada triwulan I 2019, konsumsi rumah tangga merupakan komponen pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat dengan pangsa terbesar. Hasil Survei Konsumen KPwBI Provinsi Kalimantan Barat pada sepanjang triwulan I 2019 mencatat adanya penurunan optimisme terhadap kondisi ekonomi secara umum. Selama periode laporan, rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan I 2019 adalah sebesar 116,6 atau menurun dari rata-rata IKK pada triwulan IV 2018 sebesar 130,9 meskipun masih pada level optimis (>100). Penurunan optimisme konsumen juga tercermin dari penurunan pada komponen pembentuk IKK yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) pada triwulan I 2019 masing-masing sebesar 97,0 dan 136,3 dari sebelumnya sebesar 121,6 dan 140,3.

Optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan mendatang mengalami penurunan. Hal tersebut tercermin dari IEK sepanjang triwulan I 2019 sebesar 136,3 menurun dibandingkan sepanjang triwulan IV 2018 sebesar 140,3. Penurunan optimisme tersebut dikarenakan ekspektasi kondisi kegiatan usaha secara umum pada 6 bulan mendatang (triwulan III 2019) melalui Indeks Perkiraan Kondisi Kegiatan Usaha sepanjang triwulan I 2019 mengalami penurunan menjadi 131,0 dari periode sebelumnya triwulan IV 2018 sebesar 138,5 poin. Meskipun indeks tersebut mengalami penurunan, namun masih berada di level optimis sehingga dapat menjaga ketahanan keuangan rumah tangga dalam sistem keuangan di Kalimantan Barat. Pada triwulan I 2019, keperluan konsumsi masih mendominasi pengeluaran rumah tangga yang secara porsi mencapai 70,0% dari total pengeluaran. Apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya, pengeluaran untuk konsumsi tersebut mengalami peningkatan dari porsi yang sebelumnya sebesar 64,0%. Sebagian penghasilan digunakan untuk tabungan dan pembayaran cicilan yang masing masing mencapai 22,2% dan 7,8%.

Secara umum, pada triwulan I 2019 kondisi rumah tangga Kalimantan Barat berada dalam level yang aman. Hal ini ditunjukan dengan indikator Survei Konsumen mengenai kecukupan pendapatan, dimana terdapat 84,2% responden merasa cukup pendapatan rumah

tangga dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga dan pembayaran cicilan/pinjaman. Lebih jauh, sebanyak 7,8% responden menyatakan bahwa pendapatan yang diterima dalam kategori sangat cukup sehingga pendapatan selain digunakan untuk kebutuhan rumah tangga juga dapat digunakan untuk investasi dan rekreasi.

Dari sisi rasio tabungan terhadap pengeluaran rumah tangga, sebagian besar rumah tangga di Kalimantan Barat yang menjadi responden Survei Konsumen telah memiliki tabungan. Tercatat sebanyak 53,7% responden telah memiliki tabungan/simpanan. Hal tersebut mencerminkan relatif tingginya penetrasi perbankan di Kalimantan Barat. Diharapkan dengan kondisi tersebut rumah tangga di Kalimantan Barat memiliki ketahanan keuangan yang membaik. Dalam menjaga ketahanan, dana cadangan merupakan instrumen yang dibutuhkan untuk meredam risiko. Dalam kesehariannya, antisipasi kejadian tak terduga, rumah tangga memiliki dana cadangan. Rumah tangga di Kalimantan Barat memiliki ketahanan akumulasi cadangan dana yang relatif baik, dimana 82,5% responden memiliki dana cadangan dalam bentuk tabungan, deposito maupun uang tunai oleh. Sebagian besar responden (37,8%) memiliki dana cadangan sampai dengan satu bulan pendapatannya dan sisanya 14,5% dan 6,9% responden rumah tangga masing masing memiliki dana cadangan sebesar 1-3 bulan dan 3-6 bulan pendapatannya.

Grafik 4. 24 Persentase Penggunaan Penghasilan RT Grafik 4. 25 Persentase Kepemilikan Produk Perbankan

Secara umum rumah tangga yang menjadi responden Survei Konsumen relatif telah memiliki berbagai produk perbankan. Sebanyak 53,7% responden telah memiliki tabungan di perbankan, 20,2% responden memiliki kartu debit yang merupakan fasilitas standar pendamping tabungan. Sementara dari sisi kredit, instrumen yang paling banyak dimanfaatkan oleh rumah tangga adalah kredit kendaraan yang pangsanya mencapai 11,5% dan kredit rumah mencapai 4,2%. Selain itu dari sisi kepemilikan uang elektronik, sebanyak 4,2% dari responden rumah tangga di Kalimantan Barat telah memanfaatkan instrumen dimaksud. Rendahnya angka

70.0 7.8 22.2 Konsumsi Cicilan pinjaman Tabungan

responden rumah tangga memilih simpanan bank berdasarkan faktor keamanan seperti adanya jaminan pemerintah atau Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Faktor yang kedua sebanyak 87,1% responden memilih kualitas pelayanan berupa keramahan dan kemudahan dalam melakukan transaksi. Faktor yang ketiga sebanyak 75,2% responden memilih lokasi bank yaitu dari sisi jarak tempuh dan aksesibilitas.

Pada akhir triwulan I 2019, pertumbuhan DPK perbankan di Kalimantan Barat yang berasal dari nasabah perseorangan melambat. Pertumbuhan DPK tercatat sebesar 5,59% (yoy), melambat dari 6,12% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Sama halnya secara nominal DPK yang berasal dari nasabah perseorangan mengalami penurunan dari Rp43,56 triliun pada triwulan IV 2018 menjadi Rp42,27 triliun. Berdasarkan jenisnya, DPK perseorangan didominasi oleh tabungan (62,86%) dan deposito (34,99%), dan giro (2,15%).

Grafik 4. 26 Perkembangan Nominal DPK Perseorangan

Grafik 4. 27 Pertumbuhan DPK Perseorangan

Sementara itu, jumlah penyaluran kredit ke debitur perseorangan mencapai Rp38,54 triliun atau turun -0,66% (yoy), kontraksi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (12,18%, yoy). Sebagian besar kredit tersebut tersalurkan untuk kredit konsumsi yakni sebesar Rp23,50 triliun diikuti kredit modal kerja dan kredit investasi masing-masing sebesar Rp8,94 triliun dan Rp6,10 triliun. Secara keseluruhan, risiko kredit perseorangan masih berada di bawah batas aman dengan rasio NPL sebesar 2,50% atau sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,44%. Di sisi lain, NPL pada kredit modal kerja tercatat sebesar 5,08% atau berada di atas batas aman NPL yang sebesar 5%.