BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II. 4.1.5.4 Interpretasi Skor IPJ
II.5. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Prasarana Jalan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Prasarana Jalan adalah suatu spesifikasi teknis penyediaan prasarana jalan yang sekurang kurangnya disediakan pada suatu wilayah untuk keperluan lalu lintas agar fungsi dari jaringan jalan
dalam memberikan dukungan pelayanan bagi kegiatan masyarakat dapat dilaksanakan dengan baik.
SPM dibidang jalan di Indonesia dikembangkan dalam sudut pandang publik sebagai pengguna jalan, dimana ukurannya merupakan indikator yang diinginkan oleh pengguna. Basis SPM dikembangkan dari 3 keinginan dasar para pengguna jalan, yaitu :
a) Konsisi jalan yang baik (tidak ada lubang) b) Tidak macet (lancar sepanjang tahun)
c) Dapat digunakan sepanjang tahun (tidak banjir saat musim hujan)
Dalam kaitan ini penyelenggara jalan harus mengakomodir tuntutan publik terhadap SPM dengan mengikuti kaidah/norma/aspek di bidang investasi jalan yang meliputi aspek : efisiensi,efektifitas, ekonomi investasi, dan aspek kesinambungan.
II.5.1 Standar Pelayanan Minimal (SPM) oleh Kepmenkimpraswil No.534/KPTS/M/2001
Pada tahun 2001, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah mengeluarkan suatu peraturan tentang pedoman penyusunan dan penerapan standar pelayanan minimal di bidang jalan. Standar tersebut terbagi menjadi dua yakni untuk jaringan jalan dan ruas jalan. Konsep untuk jaringan jalan adalah sebuah kondisi pelayanan prasaran jalan secara sistem untuk suatu wilayah tertentu, sedangkan untuk ruas jalan tinjauan dilakukan secara individual ruas per ruas.
Ada 3 (tiga) parameter kinerja SPM jaringan jalan, yaitu : 1. Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah suatu ukuran kemudahan bagi pengguna jalan untuk mencapai suatu pusat kegiatan atau simpul-simpul kegiatan di dalam wilayah yang dilayani jalan. Dievaluasi dari keterhubungan antar pusat kegiatan oleh jalan dalam wilayah yang dilayani jalan dan diperhitungkan nilainya terhadap luas wilayah yang dilayani. Dengan indikator “tersedianya jaringan jalan yang mudah diakses oleh masyarakat”.
Nilai indeks aksesibilitas dihitung dengan rumus : panjang jalan/ luas wilayah (km/km2), sedangkan besaran parameter kinerja SPM untuk indeks aksesibilitas terbagi atas tingkat pelayanannya yang didasarkan pada kepadatan penduduk (jiwa/km2).
Tabel II.7 Besaran Parameter Kinerja SPM untuk Indeks Aksesibilitas Kepadatan penduduk (jiwa/km2) Nilai Indeks
Aksesibilitas Kategori Besaran Sangat tinggi > 5.000 > 5,00 Tinggi > 1.000 > 1,50 Sedang > 500 > 0,50 Rendah > 100 > 0,15 Sangat rendah < 100 > 0,05 Sumber : Kepmenkimpraswil No.534/KPTS/M/2001
2. Mobilitas
Mobilitas adalah ukuran kualitas pelayanan jalan yang diukur oleh kemudahan per individu masyarakat melakukan perjalanan melalui jalan untuk
mencapai tujuannya. Dengan indikator “tersedianya jaringan jalan yang dapat
Nilai indeks mobilitas dihitung dengan rumus : panjang jalan / 1000 penduduk (km/ 1000 penduduk), sedangkan besaran parameter kinerja SPM untuk indeks mobilitas terbagi atas tingkat pelayanannya yang didasarkan pada PDRB perkapita (juta Rp/ tahun).
Tabel II.8 Besaran Parameter Kinerja SPM untuk Indeks Mobilitas PDRB per kapita (juta Rp/Kap/Tahun) Nilai Indeks
Mobilitas Kategori Besaran Sangat tinggi > 10 > 5,00 Tinggi > 5 > 2,50 Sedang > 2 > 1,00 Rendah > 1 > 0,50 Sangat rendah < 1 > 0,20
Sumber : Kepmenkimpraswil No.534/KPTS/M/2001
3. Kecelakaan
Dengan indikator “tersedianya jaringan jalan yang dapat melayani
pemakai jalan dengan aman”. Nilai indeks kecelakaan 1 dihitung dengan rumus :
kecelakaan / 100.000 km kendaraan, untuk nilai indeks kecelakaan 2 dihitung dengan rumus : kecelakaan/km/tahun. Sedangkan besaran parameter kinerja SPM untuk indeks kecelakaan, baik untuk indeks kecelakaan 1 maupun indeks kecelakaan 2 dalam pedoman yang ada belum ditetapkan nilainya.
Sedangkan untuk parameter kinerja SPM ruas jalan terdapat 2 parameter,yaitu : 1. Kondisi jalan
Dengan indikator “tersedianya ruas jalan yang dapatmemberikan
untuk kondisi jalan terbagi atas cakupan lebar minimum jalan dan tingkat pelayannnya yang didasrkan pada volume lalu lintas (LHR) dapat dilihat pada Tabel II.9
Tabel II.9 Besaran Parameter Kinerja SPM untuk Kondisi Jalan Lebar minimum jalan Vol. Lalu lintas (LHR) Kondisi IRI/RCI
2 x 7,0 m 20.000 IR<6,0/RCI> 6,5 7,0 m 8.000-20.000 IR<6,0/RCI> 6,5 6,0 m 3.000-8.000 IR<8,0/RCI> 5,5 4,5 m < 3.000 IR<8,0/RCI> 5,5 Sumber : Kepmenkimpraswil No.534/KPTS/M/2001
2. Kondisi Pelayanan
Dengan indikator, “tersedianya ruas jalan yang dapat memberikan
kelancaran pemakai jalan”. Nilai indeks kondisi pelayanan didasarkan pada
kecepatan tempuh minimum masing-masing ruas jalan, sedangkan standar besaran parameter kinerja SPM untuk kondisi pelayanan didasarkan pada fungsi ruas jalan dapat dilihat pada Tabel II.10
Tabel II.10 Besaran Parameter Kinerja SPM untuk Kondisi Pelayanan Fungsi Jalan Kecepatan tempuh minimum Arteri primer Lalin reg.jarak jauh > 25 km/jam
Kolektor primer Lalin reg.jarak sedang > 20 km/jam Lokal primer Lalin reg.jarak dekat > 20 km/jam Arteri sekunder Lalin kota jarak jauh > 25 km/jam Kolektor sekunder Lalin kota jarak sedang > 20 km/jam Lokal sekunder Lalin kota jarak dekat > 20 km/jam
II.5.2 Standar Pelayanan Minimal oleh Menteri Pekerjaan Umum No.1/PRT/M/2014
Pada tahun 2014, Kementerian Pekerjaan Umum mengeluarkan suatu peraturan tentang pedoman penyusunan dan penerapan standar pelayanan minimal di bidang jalan. Jenis pelayanan dasar untuk sub bidang jalan yang terdapat pada
Permen PU No.1/PRT/M/2014 adalah “penyediaan jalan untuk melayani
kebutuhan masyarakat”.
Terdapat 2 (dua) sasaran yang ditetapkan pada SPM No.1,PRT/M2014 yaitu: 1. Meningkatnya Kualitas Layanan Jalan Kabupaten
Dengan indikator persentase tingkat kondisi jalan kabupaten baik dan sedang (%). Tingkat kondisi jalan dinilai berdasarkan nilaiInternational Roughness Index (IRI) yang diperoleh menggunakan alat (Naasra/ Romdas/ Roughometer) atau metode visual (Road Condition Index/ RCI).
Berdasarkan tingkat IRI, kondisi jalan terbagi atas 4 kondisi. Nilai IRI dapat dilihat pada Tabel II.11
Tabel II.11 Tingkat Kondisi Jalan Berdasarkan Nilai IRI
Jenis Perkerasan Kondisi IRI
Baik Sedang Rusak Ringan Rusak Berat
Aspal(paved) IRI≤ 4 IRI > 4 dan IRI≤ 8 IRI > 8 dan IRI≤12 IRI > 12 penmac(paved) IRI≤ 8 IRI > 8 dan IRI≤ 10 IRI >10 dan IRI≤ 12 IRI > 12 Tanah/kerikil
(unpaved) IRI≤ 10 IRI > 10 dan
IRI≤ 12
IRI > 12 dan
IRI≤ 16 IRI > 16
2. Tersedianya Konektivitas Wilayah Kabupaten
Konektivitas wilayah yang dimaksud dalam sasaran penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan masyarakat pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
menghubungkan pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi di wilayah provinsi/kabupaten/ kota.
II.6. Pengertian Umum tentang Kondisi Jalan