• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Daya Guna dan Hasil Guna Jaringan Jalan Kabupaten (Studi Kasus : Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Daya Guna dan Hasil Guna Jaringan Jalan Kabupaten (Studi Kasus : Kabupaten Labuhanbatu Selatan)"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu Selatan. 2011. Labusel Dalam Angka 2011

Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu Selatan. 2012.Labusel Dalam Angka 2012

Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu Selatan. 2013.Labusel Dalam Angka 2013

Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu Selatan. 2014. Labusel Dalam Angka 2014

Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu Selatan. 2015.Labusel Dalam Angka 2015

Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah Sekretariat Jenderal. 2004. Laporan Akhir Pengembangan Indikator Efektifitas Pellaksanaan Program Prasaran Wilayah.

Hermawan, Ebby. 2005. Kajian Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Jalan di Jawa Barat. Tesis Program Magister Teknik Sipil Pengutamaan Rekayasa dan Manajemen Infrastruktur ITB. Bandung. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah. Nomor

534/KPTS/M/2001

Napitupulu, Muktar. Dkk. 2011. Dampak Infrastruktur Jalan Terhadap Perekonomian Pulau Jawa-Bali dan Sumatera. Ditjen Bina Marga, Institut Pertanian Bogor.

Maulina, Febriyanti. 2007. Evaluasi Kinerja Jaringan Jalan Kabupaten di Wilayah Kabupaten Serang. Tesis Program Magister Teknik Sipil Pengutamaan Rekayasa dan Manajemen Infrastruktur ITB. Bandung. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Standar Pelayanan Minimal Bidang

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Nomor 01/PRT/M/2014

Pinarika, Putri. 2012. Studi Kinerja Jaringan Jalan di Wilayah Kota Padangsidimpuan. Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Medan.

(2)

Surya, Adhi. 2007. Kajian Dampak Rencana Pembangunan Jaringan Jalan Lingkar dan Jalan Poros Terhadap Kinerja Jaringan Jalan Kota Banjarmasin. Tesis Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota ITB. Bandung.

Tamin O.Z., Tamin, R.Z., Karsa, J.T. 2006. Kajian Pengembangan Indikator Kinerja Untuk Mengevaluasi Tingkat Efektivitas dan Efisiensi Jaringan Jalan Kabupaten (Studi Kasus Provinsi Sulawesi Selatan).

(3)

Studi Pustaka

• Sistem jaringan jalan

• Hasil guna dan daya guna jaringan jalan

• Kinerja jaringan jalan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Umum

Metodologi adalah suatu proses, prinsip dan prosedur yang akan digunakan untuk mendeteksi masalah dalam mencari jawaban. Metodologi adalah pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. Metodologi dipengaruhi oleh persfektif teoritis yang di gunakan untuk melakukan penelitian. Persfektif teoritis adalah suatu kerangka pemikiran atau interpretasi untuk memperoleh pemahaman terhadap data dan menghubungkan dengan situasi lainnya. Metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya dan tidak dapat dinilai apakah suatu metode benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam penelitian.

III.2 Tahapan Penelitian

Metode penelitian untuk studi ini diperlihatkan melalui bagan alir pada gambar III.1

Mulai

(4)

Kesimpulan dan Saran

Pengumpulan Data Sekunder • Peta jaringan jalan

• Panjang ruas jalan

• Kondisi perkerasan jalan, bahu jalan dan saluran samping jalan

• Data lalu lintas,data kecepatan kenderaan • Status, fungsi, dan kelas jalan

• Data kependudukan (populasi dan strukturnya)

• Data luas wilayah dan penggunaan lahan • Data populasi kendaraan berdasarkan

jenisnya

• Data PDRB Kabupaten Labuhan Batu Selatan Pengumpulan Data Primer

• Hasil guna dan daya guna jaringan jalan

• Kinerja jaringan jalan

(5)

III.3 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah kondisi kinerja jaringan jalan kabupaten yang terdapat di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Pihak yang menjadi sumber utama adalah Kepala Bidang dan Kepala Seksi dari tiga instansi pemerintah Kabupaten Labuhan Batu Selatan yaitu Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

III.4 Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian terapan, yaitu mengimplementasikan indikator-indikator penilaian terhadap kinerja jaringan jalan, seperti IPJ dan SPM. Untuk mengkaji gambaran kinerja maka metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data dari data primer dan data sekunder yang kemudian dilakukan analisis.

III.5 Metode Pengumpulan Data

(6)

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :

• Data Primer

Data yang dikumpulkan langsung dari obyek yang diteliti dan berasal dari pengamatan langsung dimana peristiwa terjadi. Data primer diperoleh melalui kunjungan, wawancara, pengisisan kuisioner, untuk mendapatkan persepsi tentang kualifikasi variabel IPJ dan bobot kepentingan antar variabel IPJ yang akan digunakan dalam estimasi IPJ wilayah Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

Terdapat 30 (tiga puluh) kuisioner yang diisi oleh tiga instansi pemerintah yaitu Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) di Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

- Uji kecukupan data

Uji statistik ini harus dilakukan untuk menentukan jumlah data minimum yang harus tersedia. Semakin tinggi tingkat akurasi yang diingkan, semakin banyak data yang dibutuhkan (Sumber : Tamin O.Z, 2000). Jumlah data minimum dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut

N = CV22/E2 Dimana :

CV = koefisien variasi E = tingkat akurasi

Zα = nilai variansi untuk tingkat kepercayaan α yang diinginkan

Sehingga dalam penelitian ini, dengkat tingkat akurasi E (20%) dengan tingkat

(7)

Jadi dibutuhkan data minimum sebanyak 26 buah untuk tingkat akurasi 20% dengan tingkat kepercayaan 95%.

• Data Sekunder

Data yang diperlukan dari pihak ketiga atau dari sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian ini dilakukan.

Data yang diperlukan adalah : 1. Peta jaringan jalan

2. Panjang ruas jalan

3. Kondisi perkerasan jalan, bahu jalan dan saluran samping jalan 4. Data lalu lintas,data kecepatan kenderaan

5. Status, fungsi, dan kelas jalan

6. Data kependudukan (populasi dan strukturnya) 7. Data luas wilayah dan penggunaan lahan 8. Data populasi kendaraan berdasarkan jenisnya 9. Data PDRB Kabupaten Labuhan Batu Selatan

III.6 Indeks Prasarana Jalan

(8)

Tabel III.1 Defenisi dan Dimensi Variabel IPJ

Variabel Defenisi Notasi Dimensi

Ketersediaan prasarana jalan

Panjang total jaringan jalan

per luas wilayah Ktj

Km/km2

Kinerja jaringan jalan

Panjang jalan mantap per

total panjang jaringan jalan Knj

(%)

Beban lalu lintas Panjang total jaringan jalan

per jumlah kendaraan Bln

(km/1000 smp)

Pelayanan prasarana jalan

Panjang total jaringan jalan

per jumlah penduduk Pyp

(km/1000 orang)

III.6.1 Kualifikasi Variabel IPJ

Untuk membuat suatu indeks penilaian maka umumnya nilai setiap variabel (dimensional) akan dikualifikasi dengan suatu kaidah penilaian yang dimensionless sehingga hasilnya dapat mengindikasikan tingkat kondisi relatif suatu obyek yang digambarkan melalui suatu nilai indeks hasil kualifikasi dari variabel tersebut. Sehingga antar obyek dapat diperbandingkan kondisinya (dengan single maupun multiple variable). Kaidah kualifikasi yang digunakan dalam studi ini adalah skoring dengan rentang penilaian antara 1-10, dengan kualifikasi sebagaimana disampaikan pada Tabel III.2.

Tabel III.2 Rentang Skor dan Kualifikasi Variabel IPJ

Rentang Skor Kualifikasi

(9)

Adapun kualifikasi suatu variabel IPJ ditentukan dari hasil survey lapangan (pengisian kuisioner) yang dilakukan responden di daerah studi. Prinsip dari kualifikasi ini adalah menyodorkan suatu nilai variabel IPJ (Misalnya: Ktj= ... km/km2,Knj= ... %,Bln= ... km/1000 smp, Pyp= ... km/1000 penduduk) kepada para responden untuk kualifikasi apakah nilai variabel tersebut masuk dalam kualifikasi sangat kurang, kurang, sedang, tinggi, ataupun sangat tinggi dengan skor sesuai dengan rentang yang disampaikan pada Tabel III.2

III.6.2 Bobot Kepentingan Antar Variabel IPJ

Sebagaimana disampaikan dalam rumusan umum IPJ yang disampaikan sebelumnya bahwa IPJ merupakan hasil penjumlahan dari skor setiap variabel yang terbobotkan. Bobot variabel IPJ (auntuk Ktj,buntukKnj,cuntuk Bln, dan d untukPyp) merupakan representasi tingkat kepentingan dari setiap variabel IPJ (relatif terhadap variabel IPJ lainnya) menurut perspektif stakeholders/responden. Secara umum suatu variabel IPJ akan dinilai bobot tingkat kepentingannya dengan kaidah pembobotan sebagaimana disampaikan pada Tabel III.3.

Tabel III.3 Kaidah Penilaian Bobot Tingkat Kepentingan Variabel

Rentang Skor Kualifikasi

1-2 Sangat Kurang

3-4 Kurang

5-6 Sedang

7-8 Tinggi

(10)

Setiap responden akan memberikan bobot a, b, c, dan d untuk setiap variabel IPJ, sehingga secara rata-rata akan dapat disimpulkan bobot setiap variabel dengan metoda sebagaimana disampaikan pada Tabel III.4. Bobot yang diperoleh dapat menyatakan perpektif umum mengenai kepentingan setiap variabel IPJ dalam kebijakan penanganan/penyelenggaraan prasarana jalan.

Tabel III.4 Proses Penentuan Bobot Variabel IPJ

Variabel Responden 1 Responden 2 ... Responden n Total

Ktj a1 a2 ... an ∑a

Knj b1 b2 bn ∑b

Bln c1 c2 cn ∑c

Pyp d1 d2 dn ∑d

Total ∑a+∑a+∑a+∑a

arata–rata=Σa/( Σa+Σ b+Σ c+Σ d) brata–rata=Σb/( Σa+Σ b+Σ c+Σ d) crata–rata=Σc/( Σa+Σ b+Σ c+Σ d) drata–rata=Σd/( Σa+Σ b+Σ c+Σ d)

III.6.3 Estimasi Skor IPJ (Scoring and Weighting)

Proses estimasi skor IPJ untuk suatu wilayah dilakukan dengan 2 tahapan berikut: 1.Scoring: Dengan menggunakan hasil kualifikasi setiap variabel IPJ, nilai setiap variabel IPJ dari setiap Kab dapat dikonversi menjadi skor 0 s.d 10,

(11)

III.6.4 Interpretasi Skor IPJ

Setelah diperoleh skor IPJ, maka nilai tersebut dapat diinterpretasikan untuk membandingkan kondisi prasarana jalan di dua atau lebih wilayah. Kaidah umum dalam menginterpretasi hasil estimasi skor IPJ adalah sebagai berikut :

a. Skor IPJ merepresentasikan kondisi umum penyediaan prasarana jalan di suatu wilayah, terkait dengan kuantitas relatif terhadap luas wilayah, jumlah kendaraan, dan jumlah penduduk, serta kondisi fisik jalan,

b. Semakin tinggi skor IPJ di suatu wilayah maka kondisi umum penyediaan prasarana jalan di wilayah tersebut semakin baik,

c. Skor IPJ merupakan hasil pembobotan dari beberapa skor variabel (Ktj, Knj, Bln, dan Pyp), sehingga untuk mengidentifikasi permasalahan dari skor IPJ tertentu harus dilihat/di-breakdownke level variabel untuk dapat mengetahui akar permasalahannya.

III.7 Metode Pengolahan dan Analisa Data

III.7.1 Indeks Prasarana Jalan (IPJ)

Indeks Prasarana Jalan (IPJ) merupakan salah satu cara untuk menilai jaringan jalan yang ada. Data yang diperlukan untuk analisis ini adalah

• Luas wilayah secara keseluruhan

• Total panjang jalan yang ada di wilayah tersebut

• Jumlah penduduk

• Panjang jalan dengan kondisi mantap (baik sampai sedang)

(12)

III.7.2 Standar Pelayanan Minimum (SPM) Jalan

Data yang diperlukan untuk melakukan analisis ini adalah

•Luas wilayah secara keseluruhan

•Total panjang jalan yang ada di wilayah tersebut

•Jumlah penduduk

•PDRB/kapita

(13)

BAB IV

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

IV.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Secara geografis Kabupaten Labuhanbatu Selatan terletak diantara koordinat 10 26’ 00’’ sampai dengan 20 12’ 55’’ Lintang Utara dan 990 40’ 00’’

sampai dengan 1000 26’ 00’’ Bujur Timur. Batas wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau dan Kabupaten Padang Lawas Utara

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas Utara

(14)
(15)

Tabel IV.1 Luas Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan

No Kecamatan Ibu Kota

Kecamatan Kelurahan Desa

Luas / Area (Km2)

Persentase (%)

1. Sungai Kanan Langga Payung 1 8 484,35 15,54

2. Torgamba Cikampak - 14 1136,40 36,46

3. Kotapinang Kotapinang 1 9 482,40 15,48

4. Silangkitang Silangkitang - 6 303,70 9,74

5. Kampung Rakyat Tanjung Medan - 15 709,15 22,75

Jumlah 2 52 3.116,00 100,00

Sumber : Labuhanbatu Selatan dalam Angka Tahun 2015

IV.2 Sosio–Ekonomi

(16)

Tabel IV.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

No. Tahun Jumlah Kepadatan (jiwa/km2)

1. 2010 277.673 89

2. 2011 280.269 90

3. 2012 284.809 91

4. 2013 289.655 93

5. 2014 307.171 98,5

Sumber : Labuhanbatu Selatan dalam Angka Tahun 2015

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran kinerja makro kegiatan ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan struktur ekonomi daerah, peranan sektor-sektor ekonomi dan pergeserannya yang didasarkan pada PDRB atas dasar harga berlaku. Disamping itu PDRB menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi baik secara total maupun per sektor dengan membandingkan PDRB tahun berjalan terhadap PDRB tahun sebelumnya menggunakan atas dasar harga konstan tahun 2010.

(17)

Konstan (ADHK). Berdasarkan harga konstan tahun 2010, PDRB Kabupaten Labuhanbatu Selatan pada tahun 2014 sebesar 14.548.316,1 juta rupiah.

Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010, sektor jasa keuangan dan asuransi mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 9,21 %; diikuti sektor penyediaan akomodasi dan konsumsi sebesar 7,97 %; sektor administrasi pemerintahan sebesar 7,16%; sektor jasa pendidikan sebesar 6,82 %; sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 6,23%; sektor konstruksi sebesar 6,21%; sektor transportasi dan pergudangan sebesar 5,89%; sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 5,86%; serta sektor real estate sebesar 5,79%. Secara keseluruhan, perekonomian di x pada tahun 2014 naik sebesar 5,33 % bila dibandingkan pada tahun 2013.

Apabila PDRB dikaitkan dengan jumlah penduduk akan menggambarkan tingkat pendapatan per kapita suatu wilayah. PDRB Perkapita Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2014 Atas Dasar Harga Berlaku sebesar 57.119.470,88 ribu rupiah, meningkat dari 53.136.015,68 rupiah pada tahun 2013. Sedangkan berdasarkan harga konstan 2010, PDRB perkapita tahun 2014 sebesar 47.362.270,79 ribu rupiah, meningkat dari tahun 2013 yang sebesar 45.977.153,96 ribu rupiah.

Tabel IV.3 PDRB Kabupaten Labuhanbatu Selatan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (juta rupiah)

2010 2011 2012 2013 2014

11 554 525,1 13 066 066,1 14 380 763,3 15 962 696,7 17 545 445,0 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (juta rupiah)

2010 2011 2012 2013 2014

(18)

Tabel IV.4 PDRB per Kapita Kabupaten Labuhanbatu Selatan

PDRB Atas Dasar Harga Konstan (rupiah)

2010 2011 2012 2013 2014

41 384 995,25 45 608 680,84 44 360 748,40 45 977 153,96 47 362 270,79 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (rupiah)

2010 2011 2012 2013 2014

41 384 995,25 45 608 680,84 48 980 140,82 53 136 015,68 57 119 470,88 Sumber : Labuhanbatu Selatan dalam Angka Tahun 2015

IV.3 Prasaran dan Sarana Transportasi Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Panjang jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2014 terdiri dari 60 km jalan negara; 45 km jalan provinsi dan 984,301 km jalan kabupaten. Panjang jalan kabupaten yang sepanjang 984,301 km dapat dibedakan menurut jenis permukaannya, terdiri dari 8,134 km jalan beton; 262,262 km jalan aspal; 324,330 km jalan kerikil; 381,589 km jalan tanah dan 7,986 km jalan lainnya. Sedangkan apabila dibedakan menurut kondisi jalan terdiri dari 460,16 km kondisi baik; 124,735 km kondisi sedang; 340,16 km kondisi rusak dan 59,245 km dengan kondisi rusak berat.

Tabel IV.5 Panjang Jalan Kabupaten Menurut Kondisi Jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Kondisi Jalan (km) 2010 2011 2012 2013 2014

Baik 113,49 195,90 234,93 268,18 460,16

Sedang 88,64 81,62 84,40 82,61 124,735

Rusak 244,13 166,24 140,99 112,79 340,16

(19)

Tabel IV.6 Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Jenis Permukaan (km) 2010 2011 2012 2013 2014

Aspal 207,67 223,92 251,44 270,62 262,262

Kerikil 152,25 207,63 190,90 197,53 324,330

Tanah 167,90 95,53 100,78 77,62 381,589

Lainnya 3,38 4,12 3,98 4,59 7,986

Sumber : Labuhanbatu Selatan dalam Angka Tahun 2015

Jalan merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar dan mendorong kegiatan perekonomian. Semakin meningkatnya usaha pembangunan menuntut pula peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari suatu daerah ke daerah lain.

Jumlah kendaraan bermotor yang ada pada Kab. Labuhanbatu Selatan pada tahun 2014 ada sebanyak 1.307 truk, 2.271 mobil penumpang dan 43.421 sepeda motor sehingga secara keseluruhan terdapat 45.978 kendaraan bermotor yang terdaftar. Pada Tabel IV.7 akan diperlihatkan banyaknya kendaraan bermotor di Kab. Labuhanbatu Selatan.

Tabel IV.7 Jumlah Kendaraan Bermotor Yang Terdaftar Tahun 2010-2014

Tahun Jumlah Kendaraan

2010 44.276

2011 44.941

2012 45.616

2013 46.301

2014 46.999

(20)

Jalan sebagai prasarana perhubungan darat yang utama untuk melayani pergerakan arus barang dan manusia apabila dikaitkan dengan perkembangan kenderaan sebagai srana perhubungan yang begitu pesat baik jumlah maupun jenisnya, tentunya membawa konsekuensi kemungkinan terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan raya, baik yang disebabkan oleh faktor manusia, kenderaan kondisi jalan, maupun lingkunan alam atau kondisi geografi.

Jumlah kecelakaan lalu lintas selama tahun 2014 di Kabupaten Labuhanbatu Selatan ada sebanyak 120 kecelakaan yang menelan korban sebanyak 75 orang meninggal, 95 orang luka berat dan 71 orang luka ringan. Kerugian secara material mencapai 849,975 juta rupiah. Berikut dalam Tabel IV.5 akan diperlihatkan jumlah kecelakaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Tabel IV.8 Kecelakaan Lalu Lintas dan Kerugian di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Tahun Jumlah Kecelakaan

Kerugian Materi (Rp)

Korban Meninggal Luka

Berat Luka Ringan

2010 130 522 200 000 168 94 47

2011 175 959 200 000 167 159 98

2012 212 1 166 850 000 303 156 77

2013 152 - 121 101 92

2014 120 849 975 000 75 95 71

(21)

BAB V

ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN

V.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ)

V.1.1 Kualifikasi dan Pembobotan Variabel Indeks Prasarana Jalan

Untuk mengestimasi skor IPJ di suatu wilayah diperlukan adanya proses kualifikasi dan pembobotan variabel penyusun IPJ sehingga diperoleh suatu skor IPJ yang mampu menggambarkan kondisi umum penyediaan prasarana jalan di suatu wilayah.

Kualifikasi dan bobot variabel IPJ diperoleh dari analisis persepsi para responden terhadap kualifikasi nilai/ besaran dan tingkat kepentingan dari masing–masing variabel, yakni: Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj). Kinerja Prasarana Jalan

(Knj), Beban Lalulintas (Bln) dan Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp).

Bentuk kuisioner yang digunakan dalam studi ini disampaikan dalam lampiran. Secara umum kuisioner tersebut berisi penjelasan mengenai maksud dan tujuan studi serta pelaksanaan survey, deskripsi wilayah pembanding serta daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden.

(22)

Sedangkan untuk pembobotan antar variabel, responden dihadapkan pada pertanyaan mengenai seberapa penting setiap variabel IPJ (Ktj, Knj, Bln, Pyp) untuk dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan dalam menyusun kebijakan penyelenggaraan jalan.

Responden dipilih dari para pengambil keputusan di dinas/instansi terkait dengan penyelenggaraan jalan di daerah yakni wakil dari Dinas Pekerjaan Umum, Bappeda dan Dinas Perhubungan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang dipilih menjadi wilayah studi. Dalam studi ini jumlah responden bukanlah penentu keabsahan data namun kualitas/kapasitas responden yang lebih menentukan, sehingga dalam hal ini responden dipilih dari para penentu kebijakan penanganan jalan di daerah.

V.1.1.1 Kualifikasi Variabel Ketersediaan Prasarana Jalan(Ktj)

Dalam rumusan IPJ yang digunakan pada studi ini variabel ketersediaan prasarana jalan (Ktj) didefinisikan sebagai “panjang total jaringan jalan per luas wilayah” dengan satuan km/km2. Terdapat 2 definisi yang perlu dijelaskan terlebih dahulu untuk menghitung nilai variabel ini, yakni tentang:

- Definisi panjang total jaringan jalan yang merepresentasikan penyediaan jaringan jalan di suatu wilayah: apakah hanya jalan Kab/Kota saja, jalan Propinsi saja, jalan Nasional saja dan lain sebagainya.

(23)

No. NilaiKtj Keterangan Skor Rata - rata 1 0,05 km/km2 1 km jalan melayani 20 km² wilayah 2,57 2 0,25 km/km2 1 km jalan melayani 4 km² wilayah 3,83 3 1,25 km/km2 1 km jalan melayani 0,8 km² wilayah 5,03 4 2,00 km/km2 1 km jalan melayani 0,5 km² wilayah 6,17 5 5,00 km/km2 1 km jalan melayani 0,2 km² wilayah 7,17

y = 0.9847ln(x) + 5.3189

R² = 0.9696

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

0 1 2 3 4 5 6

S

k

or

Ktj (km/km²)

(24)

Jawaban para responden memberikan spektrum penilaian pada kualifikasi variabel Ktj yang tidak linier. Hasil analisis menyatakan bahwa fungsi yang paling tepat untuk mendekati perilaku kualifikasi para responden tersebut adalah dengan pendekatan fungsi logaritmik.

Adapun hasil kalibrasi menghasilkan fungsi kualifikasi / skoring variabel sebagai berikut :

(Skor Ktj) = 0,9847 ln (nilai Ktj) + 5,3189...(R2= 0,9696)...(5.1)

V.1.1.2 Kualifikasi Variabel Kinerja Jaringan Jalan (Knj)

Dalam rumusan IPJ yang digunakan pada studi ini variabel Kinerja Jaringan Jalan (Knj) didefinisikan sebagai “panjang jalan kota mantap per total panjang jaringan jalan kabupaten“ yang dimensinya berupa proporsi atau persentase (%) jumlah panjang jalan yang mantap. Jalan mantap merupakan jalan dengan kondisi sedang sampai dengan baik. Distribusi jawaban kualifikasi dari para responden mengenai beberapa nilai Knj yang disodorkan dalam kuisioner disampaikan pada Tabel V.2. Adapun bentuk model dari skoring/kualifikasi jawaban responden dalam bentuk grafis disampaikan pada Gambar V.2.

Tabel V.2 Rata–Rata Skor Kualifikasi Responden Terhadap VariabelKnj

No. NilaiKnj Keterangan Skor Rata - rata

(25)

y = 7,745x + 0,189

R² = 0,997 0.00

1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

0% 20% 40% 60% 80% 100%

S

k

or

Knj (%jalan mantap)

(26)

No. Nilai Bln Keterangan Skor Rata - rata

1 5 km/1000 smp 1 km jalan melayani 200 kendaraan 5,70 2 10 km/1000 smp 1 km jalan melayani 100 kendaraan 5,40 3 25 km/1000 smp 1 km jalan melayani 40 kendaraan 5,10 4 40 km/1000 smp 1 km jalan melayani 25 kendaraan 4,67 5 60 km/1000 smp 1 km jalan melayani 17 kendaraan 4,50

y = -0,49ln(x) + 6,521

R² = 0,994

1.00

2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

0 10 20 30 40 50 60 70

S

k

or

Bln (km/1000smp)

(27)

Jawaban para responden memberikan spektrum penilaian pada kualifikasi variabel Bln yang tidak linier. Hasil analisis menyatakan bahwa fungsi yang paling tepat untuk mendekati perilaku kualifikasi para responden tersebut adalah dengan pendekatan fungsi logaritmik.

Adapun hasil kalibrasi menghasilkan fungsi kualifikasi / skoring variabel sebagai berikut :

(Skor Bln) = - 0,49 ln(nilai Bln) + 6,521...(R2=0,994)...(5.3)

V.1.1.4 Kualifikasi Variabel Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp)

Dalam rumusan IPJ yang digunakan pada studi ini variabel Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp) didefinisikan sebagai “panjang total jaringan jalan kota per jumlah penduduk” yang dimensinya berupa (km/penduduk). Variabel ini diharapkan memberikan proporsi penyediaan jalan terhadap populasi penduduk di suatu wilayah sebagaimana determinan utama pelaku perjalanan maupun yang menghasilkan kebutuhan barang. Meskipun dalam sejumlah studi dibuktikan bahwa tingkat produktivitas penduduk (PDRB perkapita) juga sangat mempengaruhi besarnya kebutuhan perjalanan, namun jika pengembangan prasarana jalan diharapkan memberikan kesempatan yang sama terhadap semua penduduk, maka berapapun produktivitasnya harus memiliki akses yang sama terhadap jalan.

(28)

y = 0.212ln(x) + 4.793 R² = 0.934

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

0 1 2 3 4 5 6

S

k

o

r

Pyp (km/1000 orang)

Model Kualifikasi Variabel Pyp

No. NilaiPyp Keterangan Skor Rata - rata

(29)

V.1.1.5 Bobot Kepentingan antar Variabel IPJ

Sebagaimana disampaikan dalam rumusan IPJ, skor variabel IPJ yang dikualifikasi dengan model yang disampaikan pada Sub Bab V.1.1.1. sampai Sub Bab V.1.1.4 harus terlebih dahulu dikalikan dengan bobotnya masing–masing untuk mendapatkan nilai IPJ secara keseluruhan.

Pembobotan terhadap variabel IPJ ini menunjukkan adanya perspektif mengenai perbedaan tingkat kepentingan antar variabel IPJ sesuai dengan pendapat para responden yang dipilih sebagai wakil stakeholders. Perbedaan tingkat kepentingan ini mempresentasikan bobot pertimbangan setiap variabel IPJ dalam pengambilan keputusan penanganan jalan. Dengan bobot yang representatif diharapkan bahwa indikator IPJ yang diperoleh mampu menggambarkan kondisi umum yang dapat mewakili perspektif setiap wilayah dalam pengambilan keputusan.

Subyektivitas penilaian kemungkinan tidak dapat dihindarkan, karena perspektif yang berkembang di suatu daerah akan berbeda dengan daerah yang lain, sesuai dengan kondisi dan tantangan yang ada. Namun dengan menggabungkan perspektif tingkat kepentingan variabel IPJ dari semua wilayah studi diharapkan diperoleh perspektif tingkat kepentingan yang unik dan dapat digunakan sebagai acuan yang fair dalam penghitungan IPJ sebagai alat bantu dalam penyusunan kebijakan penanganan jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

(30)

Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj) dengan dukungan 67% responden. Sedangkan untuk urutan tingkat kepentingan no.2 suara terbanyak diperoleh variabel Beban Lalulintas (Bln) dengan dukungan sebanyak 53% responden. Untuk urutan tingkat kepentingan no.3 suara terbanyak diperoleh variabel Kinerja Jaringan Jalan (Knj) dengan dukungan 60% responden. Dan terakhir, untuk urutan tingkat kepentingan no.4 suara terbanyak diperoleh variabel Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp) dengan dukungan dari responden sebanyak 53%.

Tabel V.5 Distribusi Urutan Tingkat Kepentingan Variabel IPJ

Variabel IPJ Urutan Tingkat Kepentingan

1 2 3 4

Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj) 67% 23% 3% 7%

Kinerja Jaringan Jalan (Knj) 3% 23% 60% 13%

Beban Lalu Lintas (Bln) 17% 53% 17% 13%

Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp) 10% 20% 17% 53%

Dari tabel tersebut terlihat sudah ada polarisasi urutan tingkat kepentingan yang dilakukan oleh para responden, dimana urutan kepentingan tertinggi (no.1) paling banyak diperoleh variabel Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj), dan seterusnya sampai dengan urutan kepentingan terendah (no.4) yang paling banyak diperoleh variabel Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp).

(31)

Untuk lebih mengkuantitatifkan hasil pengurutan tingkat kepentingan variabel IPJ, maka dilakukan proses pembobotan dengan metodologi yang disampaikan pada Sub Bab III.5.2. Kualifikasi dilakukan untuk setiap variabel IPJ dengan rentang nilai 1-10, dimana nilai 1 diberikan kepada variabel IPJ yang

dianggap “sangat tidak penting” dan seterusnya sampai dengan nilai 10 yang

diberikan kepada variabel IPJ yang dianggap responden “sangat penting”. Hasil

kualifikasi pembobotan yang dilakukan para responden kemudian dijumlahkan dan dirata–ratakan untuk setiap variabel IPJ sebagaimana disampaikan pada Tabel V.6 berikut ini.

Tabel V.6 Bobot Kepentingan Variabel IPJ

Variabel IPJ Urutan

Kepentingan

Bobot Kepentingan Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj) 1 0,27

Beban Lalu Lintas (Bln) 2 0,26

Kinerja Jaringan Jalan (Knj) 3 0,24

Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp) 4 0,23

Total 1,00

Interpretasi dari bobot kepentingan variabel IPJ yang disampaikan pada Tabel V.5 tersebut dalam menghitung variabel IPJ dicontohkan sebagai berikut :

• Bobot kepentingan variabel Ktj = 0,28 dan bobot kepentingan variabel Bln = 0,26, sehingga perbandingan kepentingan antara kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut :Ktj/ Bln= 0,27/0,26 = 1,03

• Artinya, dalam penyusunan IPJ bobot kepentingan variabelKtj sekitar 1,07 kali lebih besar dibandingkan dengan bobot kepentingan variabelBln.

(32)

dengan variabel Ktj (panjang jalan vs luas wilayah) 1,07 kali lebih penting/diprioritaskan dibandingkan dengan pertimbangan terkait dengan variabel Bln(beban lalu lintas).

• Perbandingan tersebut juga berlaku untuk variabel–variabel IPJ lainnya.

V.1.1.6 Model Estimasi Indikator IPJ

Dari hasil kualifikasi variabel IPJ sampai dengan pembobotan variabel IPJ yang disampikan pada Sub Bab V.1.1 dapat disusun estimasi IPJ yang digunakan pada studi ini, yakni sebagai berikut :

IPJ = 0,27*skor(Ktj) + 0,26*skor(Bln) + 0,24*skor(Knj) + 0,23*skor(Pyp)...(5.6) Dengan :

(Skor Ktj) = 0,9847 ln (nilai Ktj) + 5,3189 (Skor Bln) = - 0,49 ln(nilai Bln) + 6,521

(Skor Knj) = 7,745 (nilai Knj) + 0,189 (Skor Pyp) = 0,2121 ln (nilai Pyp) + 4,793

Dalam hal ini satuan untuk masing–masing nilai adalah

• (NilaiKtj) dalam km/km2

• (NilaiBln) dalam km / 1000 smp

• (NilaiKnj) dalam % jalan mantap

(33)

V.1.2 Perhitungan Indeks Prasarana Jalan (IPJ)

Dengan terumuskannya model estimasi IPJ sebagaimana disampaikan pada Sub Bab V.1.1 , maka untuk Kabupaten Labuhanbatu Selatan dapat dilakukan perhitungan estimasi skor IPJ sebagai representasi kondisi umum dari penyelenggaraan prasarana jalan di kabupaten tersebut. Data data pendukung yang diperlukan dalam perhitungan IPJ adalah data sosial ekonomi dan data penyediaan jalan. Berikut dilampirkan perhitungan Indeks Prasarana Jalan untuk tahun 2014.

Menghitung nilai Ktj

Nilai Ktj = ℎ .

ℎ .

= ,

. = 0,31

Menghitung nilai Bln

Nilai Bln = ℎ . 1000

ℎ .

= , = 20,94

Menghitung nilai Knj

Nilai Knj = .

.

= ,

, = 0,59

Menghitung nilai Pyp

Nilai Pyp = ℎ . 1000

.

= ,

(34)

Menghitung Skor Ktj

Skor Ktj =0,9847 ln (nilai Ktj) + 5,3189 = 0,9847 ln(0,31) + 5,3189 = 4,16

Menghitung Skor Bln

Skor Bln =- 0,49 ln(nilai Bln) + 6,521 = -0,49 ln(20,94) + 6,521 = 5,03

Menghitung Skor Knj

Skor Knj =7,745 (nilai Knj) + 0,189 = 7,745 (0,59) + 0,189 = 4,75

Menghitung Skor Pyp

Skor Pyp =0,2121 ln (nilai Pyp) + 4,793 = 0,2121 ln (3,20) + 4,973 = 5,21

Menghitung IPJ Kab. Labuhanbatu Selatan :

IPJ = 0,27*skor(Ktj) + 0,26*skor(Bln) + 0,24*skor(Knj) + 0,23*skor(Pyp) = 0,27(4,16) + 0,26(5,03) +0,24(4,75) + 0,23(5,21)

(35)

Hasil perhitungan Indeks Prasarana Jalan (IPJ) dapat dilihat pada Tabel V.8. Pada studi Pengembangan Indikator Efektifitas Pelaksanaan Program Prasarana Wilayah Tahun 2004, dicoba digunakan rentang skor untuk mengkualifikasikan suatu nilai IPJ.

Tabel V.7 Rentang Skor dan Kualifikasi Variabel IPJ Rentang Skor Kualifikasi

1–2 Sangat Kurang

3–4 Kurang

5–6 Sedang

7–8 Tinggi

8 - 10 Sangat Tinggi

Dari data pada Tabel V. 8 Hasil Perhitungan Indeks Prasarana Jalan (IPJ) Kabupaten Labuhanbatu Selatan disi\mpulkan beberapa kondisi dasar dalam penyediaan prasarana jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, yaitu :

a. Skor IPJ pada tahun 2014 di Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah 4,77 dinyatakan bahwa kuantitas/jumlah dan kualitas/kondisi fisik prasarana jalan Kabupaten tersebut adalah”kurang”(skor antara 3-4)

b. Dari skor yang ditunjukkan oleh setiap variabel IPJ di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, skor terendah ditunjukkan oleh variabel Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj) dalam km/km2dengan skor 4,16. c. Ketersediaan jalan yang minim di Kabupaten Labuhanbatu Selatan sangat

(36)

Tabel V.8 Hasil Perhitungan Indeks Prasarana Jalan (IPJ) di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

2010 0,27 0,26 0,24 0,23 0,17 3,57 12,00 5,30 0,38 3,13 1,91 5,11 4,27

2011 0,27 0,26 0,24 0,23 0,17 3,57 11,82 5,31 0,52 4,23 1,90 5,11 4,54

2012 0,27 0,26 0,24 0,23 0,18 3,60 11,99 5,30 0,58 4,70 1,92 5,11 4,66

2013 0,27 0,26 0,24 0,23 0,18 3,61 11,89 5,31 0,64 5,12 1,90 5,11 4,76

(37)

Indikator Aspek Indikator Kinerja Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Masukan

(Input) Finansial

Pengeluaran pemerintah untuk sub sektor jalan

(Rp) - 83.852.849.800 79.271.269.900 175.673.704.250 119.979.105.675

Keluaran

(Output) Aset

Panjang jalan nasional (km) 60 60 60 60 60

Panjang jalan provinsi (km) 45 45 45 45 45

Panjang jalan kabupaten (km) 531,20 531,20 547,10 550,36 984,301

Hasil (Outcome)

Efektivitas preservasi

aset

Panjang jalan kabupaten kondisi baik (km) 113,49 195,9 243,93 268,18 460,16

Panjang jalan kabupaten kondisi sedang (km) 88,64 81,62 84,4 82,61 124,735

Panjang jalan kabupaten kondisi rusak (km) 244,13 166,24 140,99 112,79 340,16

Panjang jalan kabupaten kondisi rusak berat (km) 84,95 87,45 86,79 86,79 59,245

Manfaat (Benefit)

Tingkat Resiko

Jumlah kejadian kecelakaan 130 175 212 152 120

Jumlah kematian akibat kecelakaan dijalan 168 167 303 156 77

Dampak

(Impact) Ekonomi

PDRB (juta Rp) 11.554.525,1 13.066.066,1 14.380.765,3 15.962.696,7 17.545.445,0

(38)

V.1.3 Analisis Hasil Guna dan Daya Guna Kinerja Jaringan Jalan Berdasarkan Indeks Prasarana Jalan (IPJ)

Daya guna suatu jaringan jalan ditunjukkan oleh hubungan antara IPJ dengan dana yang dikeluarkan pemerintah untuk sub sektor jalan, sedangkan hasil guna ditunjukkan oleh hubungan antara IPJ dengan PDRB per Kapita.

Suatu jaringan jalan dikatakan berdaya guna apabila dana yang dikeluarkan pemerintah untuk sub sektor jalan minimal tetapi menghasilkan IPJ yang maksimal. Dengan kata lain, suatu jaringan jalan dikatatakn berdaya guna apabila rasio pengeluaran pemerintah untuk sub sektor jalan dengan IPJ setiap tahunnya mengalami penurunan. Artinya setiap peningkatan dana yang dikeluarkan pemerintah untuk sub sektor jalan idealnya akan meningkatkan IPJ.

(39)

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 Pengeluaran pemerintah untuk

sub sektor jalan (Juta Rupiah)

- 83.852 79.271 175.673 119.979

IPJ 4,27 4,54 4,66 4,76 4,77

Rasio pengeluaran pemerintah untuk sub sektor jalan dengan IPJ

- 18.469 17.010 36.906 25.205

0

4.20 4.30 4.40 4.50 4.60 4.70 4.80

(40)

0 10000000 20000000 30000000 40000000 50000000 60000000 70000000

4.20 4.30 4.40 4.50 4.60 4.70 4.80

P

D

R

B

(R

p

/K

a

p

/T

h

n

Indeks Prasarana Jalan

2010

2011

2012

2013

(41)

Tabel V.11 Rasio PDRB per kapita dengan IPJ Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

PDRB per kapita

(Juta Rp/Kap/Thn) 41,384 45,608 48,980 53,136 57,119

IPJ 4,27 4,54 4,66 4,76 4,77

Rasio PDRB per

kapita dengan IPJ 9,69 10,04 10,51 11,16 11,97

V.2 Analisa Standar Pelayanan Minimum V.2.1 Indeks Aksesibilitas

Aksesisbilitas adalah suatu ukuran kemudahan bagi pengguna jalan untuk mencapai satu pusat kegiatan atau simpul – simpul kegiatan di dalam wilayah yang dijalani jalan, di evaluasi dari keterhubungan antar pusat kegiatan oleh jalan dalam wilayah yang dilayani jalan dan diperhitungkan nilainya terhadap luas wilayah yang dilayani. Dapat disimpulkan aksesibilitas merupakan hasil pembagian jumlah panjang jalan yang baik dibagi dengan jumlah luas wilayah tinjauan studi. Berikut adalah hasil perhitungan aksesibilitas per kecamatan dengan menggunakan data sekunder dari Labuhanbatu Selatan dalam Angka.

Aksesibilitas = ( )

( )

Dimana : panjang jalan yang baik = penjumlahan panjang jalan kondisi baik dan sedang (km)

(42)

Dapat dilihat pada perhitungan berikut :

• Hasil perhitungan nilai aksesibilitas Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Aksesibiltas = ( )

. ( )

= ,

= 0,187 km/km2

Indikator aksesibilitas untuk kinerja jaringan jalan dapat dilihat dari kepadatan penduduk yang dikaitkan dengan nilai aksesibilitas itu sendiri. Nilai kepadatan penduduk di Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah 98,5 penduduk/km2, ini menunjukkan nilai kepadatan penduduk yang sangat rendah < 100 dengan nilai aksesibilitas minimum adalah 0,05 km/km2. Sehingga memenuhi Standar Pelayanan Minimal jaringan jalan yaitu 0,187 > 0,05.

Tabel V.14 Hasil Perhitungan Nilai Aksesibiltas Jaringan Jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

2010 3116 89 202,13 0,064 0,05 M

2011 3116 90 277,52 0,089 0,05 M

2012 3116 91 319,33 0,102 0,05 M

2013 3116 93 350,79 0,112 0,05 M

2014 3116 98,5 584,895 0,187 0,05 M

(43)

V.2.2 Indeks Mobilitas

Mobilitas adalah ukuran kualitas pelayanan jalan yang diukur oleh kemudahan per individu masyarakat melakukan perjalanan melalui jalan untuk mencapai tujuannya. Nilai mobilitas adalah perbandingan antara total panjang jalan yang baik dengan total penduduk yang ada di wilayah yang harus dilayani jaringan jalan sesuai dengan statusnya, dinyatakan dengan km/ 1.000 jiwa.

Dirumuskan sebagai berikut :

Mobilitas = ( ) x 1000 jiwa

Sedangkan nilai indeks mobilitas Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah perbandingan total panjang jalan yang baik dengan total penduduk Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Dapat dilihat pada perhitungan berikut :

• Hasil perhitungan indeks mobilitas di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Mobilitas = ,

. x 1000 jiwa

= 1,904 km/ 1000 jiwa

(44)

Tabel V.16 Hasil Perhitungan Indeks Mobilitas Jaringan Jalan di

2010 41 384 995,25 277.673 202,13 0,727 5 TM

2011 45 608 680,84 280.269 277,52 0,990 5 TM

2012 48 980 140,82 284.809 319,33 1,121 5 TM

2013 53 136 015,68 289.655 350,79 1,211 5 TM

2014 57.119.470,88 307.171 584,895 1,904 5 TM

Keterangan : M = Memenuhi ; TM = Tidak Memenuhi

V.2.3 Indeks Kecelakaaan

Mengingat bahwa faktor terbesar yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalulintas adalah faktor manusia,maka salah satu upaya untuk mengurangi tingkat kecelakaan adalah dengan menambah atau melengkapi perlengkapan jalan, seperti rambu jalan, marka jalan, rel pengaman dan sebagainya. Untuk faktor jalan, walaupun relatif kecil, pada lokasi –lokasi rawan kecelakaan perlu dilakukan kajian penyebabnya, sehingga dapat diambil tindakan penanganan terhadap konstruksi jalan, misalnya apakah perlu dilakukan perbaikan geometrik atau lapisan perkerasannya.

(45)

• Hasil perhitungan indeks kecelakaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Kecelakaan = = 0,0012

Tabel V.17 Hasil Perhitungan Indeks Kecelakaan Jaringan Jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Jumlah Kecelakaan

per Tahun

Kepadatan Penduduk (jiwa/km)

Panjang Jalan yang Baik

(km)

Indeks Kecelakaan

M/TM Eksist Syarat

130 89 202,13 0,0013 -

-175 90 277,52 0,0017 -

-212 91 319,33 0,0021 -

-152 93 350,79 0,0015 -

(46)

-BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil seluruh pembahasan yang telah diuraikan pada penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulann sebagai berikut :

1. Skor Indeks Prasarana Jalan (IPJ) Kabupaten Labuhanbatu Selatan masih tergolong rendah pada tahun 2014 yaitu 4,77

2. Sistem jaringan jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan termasuk berdaya guna. Hal ini terlihat dari setiap tahunnya pengeluaran pemerintah untuk sub sektor jalan yang tidak beraturan tetapi menghasilkan IPJ yang semakin meningkat setiap tahunnya.

3. Sistem jaringan jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan berhasil guna. Hal ini terlihat dari setiap tahunnya IPJ Kabupaten Labuhanbatu Selatan mengalami peningkatan dan menghasilkan PDRB per kapita yang semakin meningkat setiap tahunnya.

(47)

5. Pencapaian SPM jaringan jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, untuk indeks mobilitas sebesar 0,727 pada tahun 2010; 0,990 pada tahun 2011; 1,121 pada tahun 2012; 1,211 pada tahun 2012 dan 1,904 pada tahun 2014. Indeks mobilitas tersebut tidak memenuhi persyaratan untuk kategori PDRB per kapita dengan kategori sangat tinggi dengan besaran > Rp.10 juta/kapita/tahun yaitu > 5,00

6. Pencapaian SPM jaringan jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, untuk indeks kecelakaan sebesar 0,0013 pada tahun 2010; 0,0017 pada tahun 2011; 0,0021 pada tahun 2012; 0,0015 pada tahun 2013 dan 0,0012 pada tahun 2014. Syarat untuk indeks kecelakaan belum ditentukan di dalam Kepmenkimpraswil No.534/KPTS/M/2001.

7. Permasalahan utama pada Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah minimnya panjang jalan yang tersedia dan kondisi mantap yang mempengaruhi kinerja jaringan jalan sehingga dibutuhkan penanganan melalui program peningkatan untuk panjang jalan dan pemeliharaan kondisi jalan rusak ringan dan rusak berat.

VI.2 Saran

Adapun dari hasil penelitian ini dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut :

(48)

2. Perlu dilakukan evaluasi secara berkala terhadap penilaian kuantitas dan kualitas hasil pembangunan di bidang jalan, sehingga dapat dirumuskan berbagai upaya peningkatan daya guna dan hasil guna jaringan jalan. 3. Perlu dilakukannya penanganan melalui program peningkatan untuk

(49)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Umum

Transportasi merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan kita. Transportasi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dan fasilitas yang digunakan untuk memindahkannya. Perpindahan atau pergerakan manusia merupakan hal yang sangat penting dipikirkan khususnya daerah perkotaan, sedangkan angkutan barang sangat penting untuk menunjang kehidupan perekonomian.

Transportasi mempunyai karakteristik dan atribut yang menunjukkan arti dan fungsi spesifiknya. Fungsi utamanya dalah untuk menghubungkan manusia dengan tata guna lahan.

II.2 Sistem Jaringan Jalan

(50)

Menurut pasal 7 (2) UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Sistem Jaringan Primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat – pusat kegiatan. Simpul – simpul jasa distribusi adalah pusat – pusat kegiatan yang mempunyai jangkauan pelayanan nasional, wilayah dan lokal.

Adapun jenis-jenis dari sistem jaringan jalan primer adalah :

1. Jalan Arteri Primer yaitu jalan yang secara efisien menghubungkan antar pusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah

2. Jalan Kolektor Primer yaitu jalan yang secara efisien menghubungkan antar pusat kegiatan wilayah atau menghubungkan antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.

3. Jalan Lokal Primer yaitu jalan yang secara efisien menghubungkan pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan dibawahnya, pusat lokal dengan persil, atau pusat kegiatan dibawahnya sampai persil.

(51)

Adapun jenis jenis dari sistem jaringan jalan sekunder adalah :

1. Jalan Arteri Sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.

2. Jalan Kolektor Sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.

3. Jalan Lokal Sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.

II.3 Daya Guna dan Hasil Guna Jaringan Jalan

Pengertian mengenai daya guna dan hasil guna dalam penilaian kinerja jaringan jalan harus diartikan secara komprehensif agar proses evaluasi dan rekomendasi yang disampaikan tepat dan berhasil guna. Indikator dan metoda evaluasi yang dikembangkan harus cukup lengkap namun operasional agar dalam aplikasinya menjadi sederhana namun tetap mampu memenuhi kualitas penilaian yang diinginkan.

(52)

Hasil guna (efektifitas) dapat didefenisikan sebagai ukuran kemampuan suatu obyek sistem untuk memenuhi tujuan tertentu. Dalam hal ini pengertian hasil guna lebih komprehensif dibandingkan dengan daya guna, karena hasil guna tidak hanya dinilai dari segi biaya vs manfaat, tetapi juga kemampuan untuk memenuhi satu atau beberapa tujuan tertentu.

Kajian makro daya guna dan hasil guna kinerja suatau jaringan jalan dilakukan dengan melibatkan faktor – faktor yang terkait dan saling mempengaruhi dengan sistem yang telah dianalisis. Dalam kajian makro aspek evaluasi dilakukan disetiap tahap penyelenggaraan sistem jaringan jalan sesuai dengan urutan siklus :input, impact, output,danoutcome.

Dalam konteks kajian transportasi secara makro, daya guna penyelenggaraan sistem jaringan jalan dapat diartikan sebagai ukuran kinerja yang berkaitan dengan input (dana dan sumber daya) dan output berupa volume kegiatan penanganan, kuantitas dann kualitas sistem jaringan jalan.

(53)

Berikut disampaikan daftar indikator yang dispesifikasi memiliki kaitan dengan pelaksanaan studi ini.

Tabel II.1 Indikator Kinerja Jaringan Jalan Kota

Indikator Satuan

Input Pengeluaran pemerintah untuk sub sektor jalan Rp

Output Panjang jalan kota Km

Outcome

Panjang jalan dalam kondisi baik Km

Panjang jalan dalam kondisi sedang Km Panjang jalan dalam kondisi rusak Km Panjang jalan dalam kondisi rusak berat Km

Benefit / Impact

Jumlah kejadian kecelakaan

Jumlah kematian akibat kecelakaan di jalan Kerugian material akibat kecelakaan di jalan

PDRB Rp

PDRB per kapita Rp / kap/ tahun

Sumber : Laporan Akhir Pengembangan Indikator Efektivitas Pelaksanaan Program Prasarana Wilayah

II.4 Kinerja Jaringan Jalan

(54)

memainkan peran penting sebagai prasarana distribusi lalulintas barang dan manusia maupun sebagai salah satu prasarana pembentuk struktur ruang wilayah.

Untuk lebih mengarahkan pengembangan infrastruktur dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional yang lebih merata dan yang lebih adil, diperlukan upaya menyeimbangkan dan menyerasikan dimensi pertumbuhan dan pemerataan, dengan mengembangkan metode efektifitas pelaksanaan program penanganan prasarana dan sarana bidang Kimpraswil terhadap pengembangan wilayah. Hal tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk mempersiapkan masukan secara konsisiten ke dalam pelaksanaan program tahunan dan program jangka menengah, dengan mengoptimalkan seluruh komponen terkait, guna mendukung pengembangan wilayah di Indonesia.

II.4.1 Indikator Kinerja Sektor Jalan di Indonesia

II.4.1.1 World Bank (1995):Improving Performance Indicators for The Road

Subsector in Indonesia

(55)

Dalam metodologi evaluasi yang digunakan dalam studi ini, diajukan tiga kelompok perspektif untuk mengembangkan indikator penilaian kinerja dari subsektor jalan di Indonesia, yakni: subsektor itu sendiri, penyediaan, dan penggunaan. Tabel II.2 menyajikan daftar indikator yang dikembangkan dalam studi tersebut berikut dimensi yang digunakan.

Daftar indikator yang dikembangkan oleh World Bank untuk subsektor jalan di Indonesia ini terlihat relatif panjang dan tidak semuanya operatif untuk dilaksanakan dalam implementasi evaluasi dan perencanaan program prasarana jalan di Indonesia, apalagi adanya batasan SDM, data dan model estimasi indikator yang tersedia.

Tabel II.2 Indikator Kinerja Subsektor Jalan di Indonesia (World Bank, 1995)

Perspektif Sub perspektif Indikator Kinerja Dimensi

sub sektor

Aset

Panjang jalan km per kelas jalan Panjang jalan per tipe struktur m, per type struktur Kepadatan jaringan km/100 km2, km/cp Kapasitas jaringan lane-km/veh

Lingkungan pengguna

Jumlah armada kendaraan annual registration Tingkat motorisasi kendaraan per kapita Kepemilikan kendaraan publik/komersial/pribadi Perjalanan kendaraan juta kend-km/tahun Perjalanan penumpang juta pnp-km/tahun Perjalanan barang juta ton-km/tahun

Nilai

Nilai penggantian aset trilyun rupiah Nilai penggantian kendaraan trilyun rupiah Nilai depresiasi aset % nilai penggantian Nilai depresiasi kendaraan % nilai penggantian Biaya transportasi jalan trilyun rupiah Pengeluaran jalan trilyun rupiah Biaya subsektor transportasi

jalan

(56)

Tabel II.2 (Lanjutan) Indikator Kinerja Subsektor Jalan di Indonesia (World Bank, 1995)

Perspektif Sub perspektif Indikator Kinerja Dimensi

Ekonomi

Biaya sub umula jalan % GDP Sustainabilitas-luas

jalan/GDP lane-km/juta rupiah Buruh-tenaga kerja jumlah, menurut tipe Kesehatan fatalitas dan

casualties Jumlah Energi : konsumsi energi,

bahan bakar Gjoule, Liter Emisi–total per jenis emisi Nox, Sox, partikel

Finansial

Tingkat pengembalian biaya Pengembalian/pengeluaran(%)

Pinjaman % pengeluaran

Pengeluaran subsektor % pengeluaran pemerintah

Struktur Standar preservasi perkerasan per panjang (%),

jembatan per jumlah (%) Kondisi aset perkerasan per panjang (%),

jembatan per jumlah (%)

macet jalur-km, % luas macet

Pengurangan umulativ substandar

km panjang, % panjang kumulative

Penambahan infrastruktur

stabil km panjang, % penambahan

Efektifitas-Program

Manfaat program NPV, rata-rata NPV/km Penghematan program-rasio

pengeluaran Peghematan pengguna/total Pengembalian ekonomi

program minimum& median IRR

(57)

Tabel II.2 (Lanjutan) Indikator Kinerja Subsektor Jalan di Indonesia (World Bank, 1995)

Perspektif Sub perspektif Indikator Kinerja Dimensi

Efektifitas-kecelakaan %, jumlah per tipe

Penggunaan sumber daya

Material (kualitas batu, aspal, semen) ton Recycling rate ton, % total per jenis material Konsumsi energi-bahan

bakar Liter, Gjoule digunakan

Emisi-dari penggunaan Nox, Sox, partikel Institusional Pengeluaran kontrak Trilyun Rupiah, % total pengguna

Kualitas pelayanan

Surface ride quality % perjalanan kendaraan perRQ level

Kualitas koridor jalan % perjalanan kendaraan per standar

Keberadaanblackspot major spot/km jaringan

Mobilitas

Perjalanan tahunan Km/tahun/kendaraan per kelas kendaraan

Kecepatan perjalanan Sampel per kelas jalan Total tundaan kendaraan-jam

Penutupan jalan fasilitas-hari, per kelas Tingkat Resiko

Kecelakaan

Resiko fatalitas fatalitas/ juta kend-km Resiko dampak kecelakaan dampak/ juta kend-km Resiko kejadian kecelakaan kecelakaan/ juta kend-km

Biaya

Konsumsi bahan bakar tahunan per pengguna (GL/kendaraan)

Emisi Tahunan, per tipe pengguna dan tipe polutan

II.4.1.2 Paket D-7: Penyusunan Performance Indikator Jalan (Eks. Bina Marga, 2000)

(58)

menyempurnakan hasil studi yang telah dilaksanakan oleh World Bank 1995 (meski mungkin pendekatannya berbeda). Tabel II.3 menyajikan indikator kinerja jalan yang dikembangkan dari studi tersebut.

Tabel II.3 Indikator Kinerja Jalan: Jangka Pendek (Eks. Ditjen Bina Marga, 2000)

Pihak Aspek

Standar preservasi Perkerasan-panjang km, % jumlah jembatan / panjang

Kondisi aset Perkerasan-panjang km, % jumlah jembatan / panjang

kg produksi/th tiap km atau km2 jalan, Rp/th/km atau km2

Nilai lahan Nilai/harga tanah nilai riil, nilai jual obyek pajak Institusional Pengeluaran kontrak Milyar Rp, % total

Pembina

Jalan Aset Panjang jalan km (berdasarkan kelas jalan) Finansial Pengeluaran sub sektor % pengeluaran pemerintah

Struktur

Struktur kepemilikan program berdasarkan tingkat desentralisasi

% program jalan yang dikelola daerah/total program

Pengguna jalan

Mobilitas Waktu perjalanan Sampel dari tiap kelas jalan Tingkat resiko resiko fatalitas Kematian/juta kendaraan-km Biaya

pengguna

Indeks biaya operasi

kendaraan BOK rata-rata

Biaya sumber

daya Konsumsi bahan bakar Liter/kendaraan tahunan Non-user Nilai lahan Nilai/harga tanah nilai riil, nilai jual obyek pajak

(59)

Indikator kinerja tersebut dipisahkan sesuai sudut pandang stakeholders, yakni: penyedia jalan, pembina jalan, pengguna jalan, dan non-user. Beberapa aspek penilaian sudah menyertakan indikator efektifitas dari sisi penyedia jalan, seperti: efektifitas preservasi aset, efektifitas program, dan efektifitas produksi prasarana, dan efektifitas biaya. Masih terlihat sejumlah redundansi antar indikator di setiap kelompok perspektif, karena konteks kebijakan atau cara pandang penyedia dan pembina jalan, dalam hal ini Depkimpraswil, sebenarnya merupakan representasi dari elaborasi kepentingan semua strakeholders sehingga perspektifnya sangat komprehensif.

II.4.1.3 Paket K-5: Pengembangan Indikator Kinerja Manfaat dan Dampak Pembangunan Jalan (Deputi II Bidang PSW, Eks. Kantor Meneg PU, 2000)

Studi ini mencoba menyempurnakan hasil studi terdahulu oleh World Bank (1995) dan Paket-D5 (1999). Konsep ini mengadopsi pendekatan makro dengan indikator yang dibagi ke dalam 5 aspek yakni input, output, outcome, benefit, danimpact.

(60)

Tabel II.4 Indikator Kinerja Manfaat dan Dampak Pembangunan Jalan (Eks. Kantor Meneg PU, 2000)

Aspek Definisi

Finansial Pengeluaran pemerintah untuk sub sektor jalan

Produksi yg terjadi (volume lalu lintas)

Produksi yg terjadi (Nisbah volume thd kapasitas)

Mobilitas Waktu perjalanan (kecepatan rata-rata)

Hankam

Pertahanan Nasional (Aksesibilitas wilayah thd instalasi militer–jarak rata-rata ke sistem jaringan primer) Benefit

(61)

Lebih lanjut, dalam Tahap II studi ini juga merekomendasikan pemanfaatan daftar indikator dalam setiap tahap penyelenggaraan jalan, mulai dari proses kebijakan, perencanaan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan, dan evaluasi dan monitoring. Adapun rekomendasinya disampaikan pada Tabel II.5

Rekomendasi yang disampaikan pada Tabel II.4 sangat relevan dengan indikator efektifitas program prasarana jalan yang dikembangkan dalam studi ini, dimana dalam konteks pemprograman maka rekomendasi yang terkait dengan kegiatan perencanaan strategis serta monitoring dan evaluasi merupakan indikator yang paling cocok untuk dipakai dalam proses evaluasi efektifitas program. Apalagi dengan indikator yang dipisahkan menurut aspek input, output, outcome, benefit/impact akan memudahkan dalam mendefinisikan tingkat efektifitas suatu program.

Tabel II.5 Rekomendasi Penggunaan Indikator Kinerja Manfaat dan Dampak Pembangunan Jalan (Meneg PU, 2000)

Indikator Satuan

& Peningkatan milyar Rp. X X X

Pengeluaran Pemeliharan milyar Rp. X X X

(62)

Tabel II.5 (Lanjutan) Rekomendasi Penggunaan Indikator Kinerja Manfaat dan Dampak Pembangunan Jalan (Meneg PU, 2000)

Indikator Satuan

Panjang jalan arteri Km X X X X

Panjang jalan kolektor Km X X X X

Preservasi perkerasan jalan yg

kendaraan Rp/km X X X

Biaya perjalanan orang Rp/km/orang X X

Biaya perjalanan barang Rp/km/ton X X

Resiko fatalities Kematian/juta

kendaraan-km X X X

Konsumsi bahan bakar Liter/tahun X X

Tingkat polusi suara DB X X

Tingkat polusi udara Nox, Sox,

particulates X X

Ekonomi PDRB X

Pertumbuhan

(63)

II.4.1.4 Paket-3: Pengembangan Efektifitas Pelaksanaan Program Penanganan Prasarana Kimpraswil terhadap Pengembangan Wilayah (Setjen Depkimpraswil, 2003)

Studi ini merupakan studi termutakhir yang mencoba mengembangkan suatu penilaian terhadap efektifitas program prasarana wilayah dalam hal ini adalah jalan. Indikator yang digunakan dalam analisis disampaikan pada Tabel II.6

Tabel II.6 Indikator Efektifitas Pelaksanaan Program Prasarana Kimpraswil (Setjen Depkimpraswil, 2003)

Indikator Notasi Dimensi

Ketersediaan

prasarana jalan Ktj Panjang total jaringan jalan per luas wilayah (km/km2) Kinerja jaringan

jalan Knj Panjang jalan mantap per total panjang jaringan jalan (%) Beban lalulintas Bln Panjang total jaringan jalan per jumlah kendaraan(km/smp) Pelayanan

prasarana jalan Pyp

Panjang total jaringan jalan per jumlah penduduk (km/orang)

Studi ini memunculkan suatu nilai kinerja yang disebut Indeks Prasarana Jalan (IPJ) yang dinilai dengan membobotkan setiap indikator dengan 2 skenario, yakni: setiap indikator diberi bobot yang sama (yakni=1) dan setiap indikator diberikan bobot yang berbeda (Ktj=2, Knj=3, Bln=2,Pyp=2), sehingga IPJ dapat dihitung sbb:

IPJsama= (Ktj+Knj + Bln +Pyp)/4... (2.1)

IPJbeda= (Ktj*2 +Knj*3 +Bln*2 +Pyp*2)/9... (2.2)

(64)

pelayanan prasarana jalan. Pada dasarnya indikator ketersediaan dan pelayanan prasarana jalan ini mirip dengan indikator yang disampaikan dalam SPM (Standar Pelayanan Minimal) Jalan yang disampaikan melalui Kepmenkimpraswil No. 534/KPTS/M/2001.

Dalam SPM prasarana tersebut dengan jelas disampaikan beberapa indikasi mengenai kondisi minimum dari pelayanan prasarana jalan yang harus disediakan pembina jalan di setiap level (Jalan Nasional untuk Pusat, Jalan Provinsi untuk Pemprov, dan Jalan Kab/Kota untuk Jalan Kab/Kota), terutama terkait dengan: aspek aksesibilitas jalan (km/km2), aspek mobilitas (km/1000 penduduk), kondisi jalan (IRI dan RCI), serta kondisi pelayanan (kecepatan, km/jam).

Dalam indikator yang digunakan dalam studi Paket-3 ini tidak secara langsung mengaitkan antara kegiatan program penanganan jalan yang dilaksanakan dengan tampilan indikator yang dihasilkan, meskipun dalam dokumen laporan akhir disampaikan juga mengenai data pendanaan di setiap wilayah studi, baik dana dari Pusat maupun Daerah.

Klasifikasi atau pembandingan IPJ antar wilayah dilakukan dengan merelatifkan IPJ suatu wilayah dengan nilai PDRB suatu wilayah, misalnya: IPJ diatas rata-rata dan PDRB diatas rata-rata, atau sebaliknya IPJ di bawah rata-rata dan PDRB di bawah rata-rata.

(65)

jalan yang memungkinkan adanya kebutuhan pembangunan jalan untuk memenuhi tingkatan suplai jalan tertentu.

Dari hasil review ini terdapat beberapa kritik mendasar atas hasil studi Paket-3 ini yang sangat berharga untuk pelaksanaan studi ini, diantaranya:

a. Indikator efektifitas yang terdiri dari 4 variabel (Ktj, Knj, Bln, Pyp) semuanya berasal dari besaran output dalam siklus penyelenggaraan jalan, sehingga belum merepresentasikan indikasi efektifitas dikaitkan dengan definisi efektifitas kinerja program prasarana jalan di mana efektifitas merupakan perbandingan antaraoutputdenganoutcomedan dampak dari prasarana jalan, b. Tidak dispesifikasi secara jelas mengenai tujuan dari program prasarana jalan

yang dievaluasi sehingga indikasi tingkat keberhasilan relatif (sebagai definisi dasar dari efektifitas) program tidak tertunjukkan,

c. Pembobotan dalam penghitungan IPJ sebaiknya ditetapkan berdasarkan perspektif tingkat kepentingan dari masing-masing indikator yang diperoleh dari survey atau kajian terhadap kebijakan prioritas program yang dilaksanakan,

d. Belum ada kualifikasi besaran setiap indikator sehingga perbandingan efektifitas antar wilayah kajian belum tergambarkan: mana wilayah yang lebih efektif pelaksanaan programnya dibandingkan wilayah lainnya,

(66)

II.4.1.5 Studi Pengembangan Indikator Efektifitas Pelaksanaan Program Prasarana Wilayah (Depkimpraswil, 2004)

Dalam melakukan evaluasi kinerja jaringan jalan diperlukan suatu perhitungan yang mewakili kondisi suatu jalan. Evaluasi ini dinyatakan dalam suatu indeks yang dinamakan Indeks Prasarana Jalan (IPJ). Perhitungan IPJ berkaitan dengan empat variabel penting, yaitu(Dir. Jen. Peng. Pras Wil, 2004):

1. Ketersediaan jalan : panjang total jaringan jalan perluas wilayah (km/km2) dengan notasiKtj.

2. Kinerja jaringan jalan : panjang jalan mantap pertotal panjang jaringan jalan (%) dengan notasiKnj.

3. Beban lalulintas : panjang total jaringan jalan per jumlah kendaraan (km/smp) dengan notasiBln.

4. Pelayanan prasarana jalan : panjang total jaringan jalan per jumlah penduduk (km/orang) dengan notasiPyp.

Dalam studi ini terdapat beberapa metode/teknik yang ditelaah, yakni : 1. Metoda kualifikasi variabel / indikator

2. Metoda pembobotan variabel / indikator

Rumusan indikator Indeks Prasarana Jalan yang digunakan dalam studi ini adalah sebagai berikut :

IPJ = a*skor (Ktj) + b*skor (Knj) + c*skor (Bln) +d*skor (Pyp) Dimana :

(67)

Bln : variabel / indikator beban lalulintas jalan Pyp : variabel / indikator pelayanan prasarana jalan a : bobot tingkat kepentingan dari variabelKtj b : bobot tingkat kepentingan dari variabelKnj c : bobot tingkat kepentingan dari variabelBln d : bobot tingkat kepentingan dari variabelPyp

Dimensi dari setiap variabel Indeks Prasarana Jalan (IPJ) berbeda–beda, sehingga untuk menghitung IPJ dengan memakai rumusan di atas dilakukan kualifikasi terlebih dahulu terhadap nilai variabel tersebut (scoring). Dari hasil scoring diperoleh plaform penilaian yang sama diantara setiap variabel Indeks Prasarana Jalan (IPJ), sehingga akan dapat dilakukan proses pembobotan (weighting) terhadap variabel IPJ tersebut.

II.4.1.5.1 Estimasi Skor IPJ (Scoring anad Weighting)

Proses estimasi skor IPJ untuk suatu wilayah dilakukan dengan dua tahapan berikut :

1. Scoring : dengan menggunakan hasil kualifikasi setiap variabel IPJ, nilai variabel IPJ di setiap Kabupaten/Kota dapat dikonversi menjadi skor 0 s.d 10. 2. Weighting : dengan menggunakan bobot setiap variabel IPJ, maka hasil skor

(68)

II.4.1.5.2 Kualifikasi Variabel Indeks Prasarana Jalan

Untuk membuat suatu indeks penilaian, maka setiap variabel (dimensional) dikualifikasikan dengan suatu kaidah non-dimensi, sehingga hasilnya dapat mengidentifikasikan tingkat kondisi relatif suatu obyek yang digambarkan melalui satu nilai indeks hasil kualifikasi dari variabel terssebut. Sehingga antar obyek dapat diperbandingkan kondisinya (dengan single maupun mulitiple variable). Kaidah kualifikasi yang digunakan dalam studi ini adalah skoring dengan rentang penilaian antara 1–10 (sangat kurang menjadi sangat tinggi).

II.4.1.3 Bobot Kepentingan Antar Variabel IPJ

(69)

II.4.1.4 Interpretasi Skor IPJ

Setelah diperoleh skor IPJ, maka nilai tersebut dapat diinterpretasikan untuk membandingkan kondisi prasarana jalan di suatu wilayah. Kaidah umum dalam menginterpretasikan hasil estimasi skor IPJ adalah sebagai berikut :

a) Skor IPJ mempresentasikan kondisi umum penyediaan prasarana jalan di suatu wilayah, terkait dengan kuantitas relatif terhadap luas wilayah, jumlah kenderaan, dan jumlah penduduk, serta kondisi fisik jalan.

b) Semakin tinggi skor IPJ disuatu wilayah maka kondisi umum penyediaan prasarana jalan di wilayah tersebut semakin baik

c) Skor IPJ merupakan hasil pembobotan dari beberapa skor variabel (Ktj, Knj, Bln, Pyp) sehinggga untuk mengidentifikasi permasalahan dari skor IPJ tertentu harus dilihat/di-breakdown ke level variabel untuk dapat mengetahui akar permasalahannya.

Sejak dilakukannya Studi Pengembangan Indikator Efektifitas Pelaksanaan Program Prasarana Wilayah oleh Depkimpraswil tahun 2004, belum ada lagi studi terbaru yang membahas tentang Indikator Efektifitas jaringan jalan, maka dari itu pada kajian ini akan menggunakan pedoman yang berasal dari Depkimpraswil tahun 2004.

II.5 Standar Pelayanan Minimal (SPM) Prasarana Jalan

(70)

dalam memberikan dukungan pelayanan bagi kegiatan masyarakat dapat dilaksanakan dengan baik.

SPM dibidang jalan di Indonesia dikembangkan dalam sudut pandang publik sebagai pengguna jalan, dimana ukurannya merupakan indikator yang diinginkan oleh pengguna. Basis SPM dikembangkan dari 3 keinginan dasar para pengguna jalan, yaitu :

a) Konsisi jalan yang baik (tidak ada lubang) b) Tidak macet (lancar sepanjang tahun)

c) Dapat digunakan sepanjang tahun (tidak banjir saat musim hujan)

Dalam kaitan ini penyelenggara jalan harus mengakomodir tuntutan publik terhadap SPM dengan mengikuti kaidah/norma/aspek di bidang investasi jalan yang meliputi aspek : efisiensi,efektifitas, ekonomi investasi, dan aspek kesinambungan.

II.5.1 Standar Pelayanan Minimal (SPM) oleh Kepmenkimpraswil No.534/KPTS/M/2001

Gambar

Tabel III.4 Proses Penentuan Bobot Variabel IPJ
Gambar IV.1 Peta Jaringan Jalan Yang Menghubungkan Pusat Kegiatan Setiap Kecamatan
Tabel IV.1 Luas Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Tabel IV.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tugas dan fungsi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu adalah memberikan jalan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tugas dan fungsi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu adalah memberikan jalan

Hasil yang diperoleh nilai aksessibilitas kabupaten Labuhanbatu Selatan sebesar 0,058 dimana (0,058) &gt; 0,05(syarat SPM indeks aksessibilitas) , Nilai Mobilitas

Hasil yang diperoleh nilai aksessibilitas kabupaten Labuhanbatu Selatan sebesar 0,058 dimana (0,058) &gt; 0,05(syarat SPM indeks aksessibilitas) , Nilai Mobilitas

Dari analisis regresi linier hubungan geometrik Jalan Lintas Sumatera Kabupaten Labuhan Batu dengan tingkat kecelakaan yang paling berpengaruh adalah derajat

Indeks prasarana jalan menggunakan empat variabel yang juga merupakan indikator dalam penilaian yaitu Ketersediaan Prasarana Jalan ( Ktj) , Kinerja Jaringan Jalan

Studi ini dilakukan untuk menentukan kinerja jaringan jalan Kabupaten Serang sesuai dengan indikator-indikator berdasarkan Indeks Prasarana Jalan (IPJ) dan Standar Pelayanan Minimum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja jaringan jalan di Kota Pekanbaru sesuai dengan indikator-indikator berdasarkan Indeks Prasarana Jalan