• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Umum

Metodologi adalah suatu proses, prinsip dan prosedur yang akan digunakan untuk mendeteksi masalah dalam mencari jawaban. Metodologi adalah pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. Metodologi dipengaruhi oleh persfektif teoritis yang di gunakan untuk melakukan penelitian. Persfektif teoritis adalah suatu kerangka pemikiran atau interpretasi untuk memperoleh pemahaman terhadap data dan menghubungkan dengan situasi lainnya. Metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya dan tidak dapat dinilai apakah suatu metode benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam penelitian.

III.2 Tahapan Penelitian

Metode penelitian untuk studi ini diperlihatkan melalui bagan alir pada gambar III.1

Mulai

Kesimpulan dan Saran

Pengumpulan Data Sekunder Peta jaringan jalan

Panjang ruas jalan

Kondisi perkerasan jalan, bahu jalan dan saluran samping jalan

Data lalu lintas,data kecepatan kenderaan Status, fungsi, dan kelas jalan

Data kependudukan (populasi dan strukturnya)

Data luas wilayah dan penggunaan lahan Data populasi kendaraan berdasarkan

jenisnya

Data PDRB Kabupaten Labuhan Batu Selatan Pengumpulan Data Primer

Wawancara Diskusi

Pengisian kuisioner untuk pembobotan variabel IPJ

Studi Pustaka

Sistem jaringan jalan

Hasil guna dan daya guna jaringan jalan

Kinerja jaringan jalan

Kesimpulan dan Saran Pengolahan dan Analisis Data Analisa nilai IPJ

Analisa nilai SPM

Selesai

III.3 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah kondisi kinerja jaringan jalan kabupaten yang terdapat di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Pihak yang menjadi sumber utama adalah Kepala Bidang dan Kepala Seksi dari tiga instansi pemerintah Kabupaten Labuhan Batu Selatan yaitu Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

III.4 Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian terapan, yaitu mengimplementasikan indikator-indikator penilaian terhadap kinerja jaringan jalan, seperti IPJ dan SPM. Untuk mengkaji gambaran kinerja maka metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data dari data primer dan data sekunder yang kemudian dilakukan analisis.

III.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu cara atau proses yang sistematis dalam pengumpulan, pencatatan, dan penyajian fakta untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh faktor-faktor untuk melakukan evaluasi kinerja jaringan jalan dan mengkaji pengembangan infrastruktur jalan dalam menunjang perekonomian di kabupaten.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :

• Data Primer

Data yang dikumpulkan langsung dari obyek yang diteliti dan berasal dari pengamatan langsung dimana peristiwa terjadi. Data primer diperoleh melalui kunjungan, wawancara, pengisisan kuisioner, untuk mendapatkan persepsi tentang kualifikasi variabel IPJ dan bobot kepentingan antar variabel IPJ yang akan digunakan dalam estimasi IPJ wilayah Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

Terdapat 30 (tiga puluh) kuisioner yang diisi oleh tiga instansi pemerintah yaitu Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) di Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

- Uji kecukupan data

Uji statistik ini harus dilakukan untuk menentukan jumlah data minimum yang harus tersedia. Semakin tinggi tingkat akurasi yang diingkan, semakin banyak data yang dibutuhkan (Sumber : Tamin O.Z, 2000). Jumlah data minimum dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut

N = CV22/E2 Dimana :

CV = koefisien variasi E = tingkat akurasi

Zα = nilai variansi untuk tingkat kepercayaan α yang diinginkan

Sehingga dalam penelitian ini, dengkat tingkat akurasi E (20%) dengan tingkat

Jadi dibutuhkan data minimum sebanyak 26 buah untuk tingkat akurasi 20% dengan tingkat kepercayaan 95%.

• Data Sekunder

Data yang diperlukan dari pihak ketiga atau dari sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian ini dilakukan.

Data yang diperlukan adalah : 1. Peta jaringan jalan

2. Panjang ruas jalan

3. Kondisi perkerasan jalan, bahu jalan dan saluran samping jalan 4. Data lalu lintas,data kecepatan kenderaan

5. Status, fungsi, dan kelas jalan

6. Data kependudukan (populasi dan strukturnya) 7. Data luas wilayah dan penggunaan lahan 8. Data populasi kendaraan berdasarkan jenisnya 9. Data PDRB Kabupaten Labuhan Batu Selatan

III.6 Indeks Prasarana Jalan

Pada Tabel III.1 terlihat bahwa dimensi dari setiap variabel IPJ berbeda-beda, sehingga untuk menghitung IPJ dengan rumus maka sebaiknya dilakukan kualifikasi terlebih dahulu terhadap nilai variabel tersebut (scoring) sehingga diperoleh platformpenilaian yang sama diantara setiap variabel IPJ. Dengan cara ini akan dapat dilakukan proses pembobotan (weighting) terhadap variabel IPJ tersebut.

Tabel III.1 Defenisi dan Dimensi Variabel IPJ

Variabel Defenisi Notasi Dimensi

Ketersediaan prasarana jalan

Panjang total jaringan jalan

per luas wilayah Ktj

Km/km2 Kinerja jaringan

jalan

Panjang jalan mantap per

total panjang jaringan jalan Knj

(%) Beban lalu lintas Panjang total jaringan jalan

per jumlah kendaraan Bln

(km/1000 smp) Pelayanan

prasarana jalan

Panjang total jaringan jalan

per jumlah penduduk Pyp

(km/1000 orang)

III.6.1 Kualifikasi Variabel IPJ

Untuk membuat suatu indeks penilaian maka umumnya nilai setiap variabel (dimensional) akan dikualifikasi dengan suatu kaidah penilaian yang dimensionless sehingga hasilnya dapat mengindikasikan tingkat kondisi relatif suatu obyek yang digambarkan melalui suatu nilai indeks hasil kualifikasi dari variabel tersebut. Sehingga antar obyek dapat diperbandingkan kondisinya (dengan single maupun multiple variable). Kaidah kualifikasi yang digunakan dalam studi ini adalah skoring dengan rentang penilaian antara 1-10, dengan kualifikasi sebagaimana disampaikan pada Tabel III.2.

Tabel III.2 Rentang Skor dan Kualifikasi Variabel IPJ

Rentang Skor Kualifikasi

1-2 Sangat Kurang

3-4 Kurang

5-6 Sedang

7-8 Tinggi

9-10 Sangat Tinggi

Adapun kualifikasi suatu variabel IPJ ditentukan dari hasil survey lapangan (pengisian kuisioner) yang dilakukan responden di daerah studi. Prinsip dari kualifikasi ini adalah menyodorkan suatu nilai variabel IPJ (Misalnya: Ktj= ... km/km2,Knj= ... %,Bln= ... km/1000 smp, Pyp= ... km/1000 penduduk) kepada para responden untuk kualifikasi apakah nilai variabel tersebut masuk dalam kualifikasi sangat kurang, kurang, sedang, tinggi, ataupun sangat tinggi dengan skor sesuai dengan rentang yang disampaikan pada Tabel III.2

III.6.2 Bobot Kepentingan Antar Variabel IPJ

Sebagaimana disampaikan dalam rumusan umum IPJ yang disampaikan sebelumnya bahwa IPJ merupakan hasil penjumlahan dari skor setiap variabel yang terbobotkan. Bobot variabel IPJ (auntuk Ktj,buntukKnj,cuntuk Bln, dan d untukPyp) merupakan representasi tingkat kepentingan dari setiap variabel IPJ (relatif terhadap variabel IPJ lainnya) menurut perspektif stakeholders/responden. Secara umum suatu variabel IPJ akan dinilai bobot tingkat kepentingannya dengan kaidah pembobotan sebagaimana disampaikan pada Tabel III.3.

Tabel III.3 Kaidah Penilaian Bobot Tingkat Kepentingan Variabel

Rentang Skor Kualifikasi

1-2 Sangat Kurang

3-4 Kurang

5-6 Sedang

7-8 Tinggi

Setiap responden akan memberikan bobot a, b, c, dan d untuk setiap variabel IPJ, sehingga secara rata-rata akan dapat disimpulkan bobot setiap variabel dengan metoda sebagaimana disampaikan pada Tabel III.4. Bobot yang diperoleh dapat menyatakan perpektif umum mengenai kepentingan setiap variabel IPJ dalam kebijakan penanganan/penyelenggaraan prasarana jalan.

Tabel III.4 Proses Penentuan Bobot Variabel IPJ

Variabel Responden 1 Responden 2 ... Responden n Total

Ktj a1 a2 ... an ∑a

Knj b1 b2 bn ∑b

Bln c1 c2 cn ∑c

Pyp d1 d2 dn ∑d

Total ∑a+∑a+∑a+∑a

arata–rata=Σa/( Σa+Σ b+Σ c+Σ d)

brata–rata=Σb/( Σa+Σ b+Σ c+Σ d)

crata–rata=Σc/( Σa+Σ b+Σ c+Σ d)

dratarata=Σd/( Σa+Σ b+Σ c+Σ d)

III.6.3 Estimasi Skor IPJ (Scoring and Weighting)

Proses estimasi skor IPJ untuk suatu wilayah dilakukan dengan 2 tahapan berikut: 1.Scoring: Dengan menggunakan hasil kualifikasi setiap variabel IPJ, nilai setiap variabel IPJ dari setiap Kab dapat dikonversi menjadi skor 0 s.d 10,

2. Weighting: Dengan menggunakan bobot setiap variabel IPJ, maka hasil skor setiap variabel IPJ (pada tahap 1) dapat dibobotkan dan dijumlahkan menjadi variabel IPJ (dengan rentang nilai IPJ antara 0 s.

III.6.4 Interpretasi Skor IPJ

Setelah diperoleh skor IPJ, maka nilai tersebut dapat diinterpretasikan untuk membandingkan kondisi prasarana jalan di dua atau lebih wilayah. Kaidah umum dalam menginterpretasi hasil estimasi skor IPJ adalah sebagai berikut :

a. Skor IPJ merepresentasikan kondisi umum penyediaan prasarana jalan di suatu wilayah, terkait dengan kuantitas relatif terhadap luas wilayah, jumlah kendaraan, dan jumlah penduduk, serta kondisi fisik jalan,

b. Semakin tinggi skor IPJ di suatu wilayah maka kondisi umum penyediaan prasarana jalan di wilayah tersebut semakin baik,

c. Skor IPJ merupakan hasil pembobotan dari beberapa skor variabel (Ktj, Knj, Bln, dan Pyp), sehingga untuk mengidentifikasi permasalahan dari skor IPJ tertentu harus dilihat/di-breakdownke level variabel untuk dapat mengetahui akar permasalahannya.

III.7 Metode Pengolahan dan Analisa Data

III.7.1 Indeks Prasarana Jalan (IPJ)

Indeks Prasarana Jalan (IPJ) merupakan salah satu cara untuk menilai jaringan jalan yang ada. Data yang diperlukan untuk analisis ini adalah

• Luas wilayah secara keseluruhan

• Total panjang jalan yang ada di wilayah tersebut

• Jumlah penduduk

• Panjang jalan dengan kondisi mantap (baik sampai sedang)

III.7.2 Standar Pelayanan Minimum (SPM) Jalan

Data yang diperlukan untuk melakukan analisis ini adalah

•Luas wilayah secara keseluruhan

•Total panjang jalan yang ada di wilayah tersebut

•Jumlah penduduk

•PDRB/kapita

Data 1-4 merupakan data minimum iyang harus dimiliki untuk melakukan analisis jaringan jalan terhadap Standar Pelayanan Minimum. Jika hasil yang diperoleh dari perhitungan data saat ini telah berada di atas nilai minimum yang disyaratkan, berarti jaringan jalan yang ada telah memenuhi kebutuhan aksesibilitas dan mobilitas secara umum. Jika hasil perhitungan menunjukan angka di bawah syarat minimum, maka jaringan jalan yang ada belum memenuhi kebutuhan aksesibilitas dan mobilitas yang berarti panjang jalan yang ada belum memenuhi.

BAB IV

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

IV.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Secara geografis Kabupaten Labuhanbatu Selatan terletak diantara koordinat 10 26’ 00’’ sampai dengan 20 12’ 55’’ Lintang Utara dan 990 40’ 00’’

sampai dengan 1000 26’ 00’’ Bujur Timur. Batas wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau dan Kabupaten Padang Lawas Utara

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas Utara

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau Kabupaten Labuhanbatu Selatan memiliki luas wilayah sekitar 3.116,00 Km2 (311.600 Ha) yang terdiri dari 5 Kecamatan dan 52 Desa dan 2 Kelurahan. Kecamatan yang memiliki wilayah paling luas adalah Kecamatan Torgamba yaitu seluas 113.640 Ha atau sekitar 36,47% dari luas total Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Kecamatan Sungai Kanan dengan luas area 484,35 km2 atau sekitar 15,54% dari total luas wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Kecamatan Kota Pinang memiliki luas wilayah 482,40 km2atau sekitar 15,48% dari luas wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Sedangkan kecamatan yang memiliki wilayah paling kecil adalah Kecamatan Silangkitang yaitu hanya seluas 303,70 km2 atau sekitar 9,75% dari luas total Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Tabel IV.1 Luas Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan

No Kecamatan Ibu Kota

Kecamatan Kelurahan Desa

Luas / Area (Km2)

Persentase (%)

1. Sungai Kanan Langga Payung 1 8 484,35 15,54

2. Torgamba Cikampak - 14 1136,40 36,46

3. Kotapinang Kotapinang 1 9 482,40 15,48

4. Silangkitang Silangkitang - 6 303,70 9,74

5. Kampung Rakyat Tanjung Medan - 15 709,15 22,75

Jumlah 2 52 3.116,00 100,00

Sumber : Labuhanbatu Selatan dalam Angka Tahun 2015 IV.2 Sosio–Ekonomi

Pada tahun 2014, penduduk Kabupaten Labuhanbatu Selatan berjumlah 307.171 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 98,57 jiwa/km². Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Torgamba yaitu sebanyak 109.788 jiwa dengan kepadatan penduduk 96,61 jiwa/km², sedangkan penduduk paling sedikit berada da di Kecamatan Silangkitang sebanyak 30.673 jiwa dengan kepadatan penduduk 101 jiwa/km². Kecamatan Kotapinang merupakan Kecamatan yang paling padat penduduknya dengan kepadatan 122,49 jiwa/km² dan Kecamatan Kampung Rakyat merupakan Kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebesar 80,25 jiwa/km².

Tabel IV.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

No. Tahun Jumlah Kepadatan (jiwa/km2)

1. 2010 277.673 89

2. 2011 280.269 90

3. 2012 284.809 91

4. 2013 289.655 93

5. 2014 307.171 98,5

Sumber : Labuhanbatu Selatan dalam Angka Tahun 2015

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran kinerja makro kegiatan ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan struktur ekonomi daerah, peranan sektor-sektor ekonomi dan pergeserannya yang didasarkan pada PDRB atas dasar harga berlaku. Disamping itu PDRB menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi baik secara total maupun per sektor dengan membandingkan PDRB tahun berjalan terhadap PDRB tahun sebelumnya menggunakan atas dasar harga konstan tahun 2010.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Labuhanbatu Selatan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada tahun 2014 sebesar 17.545.445 juta rupiah. Sektor industri pengolahan merupakan kontributor utama dengan peranan mencapai 40,93 %. Selanjutnya diikuti oleh sektor pertanian sebesar 30,59 % serta sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 12,80 %. Sementara sektor-sektor lainnya hanya memberikan total kontribusi sebesar 15,68 % terhadap perekonomian di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Untuk melihat produktivitas ekonomi (dengan mengabaikan inflasi) maka digunakan PDRB Atas Harga

Konstan (ADHK). Berdasarkan harga konstan tahun 2010, PDRB Kabupaten Labuhanbatu Selatan pada tahun 2014 sebesar 14.548.316,1 juta rupiah.

Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010, sektor jasa keuangan dan asuransi mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 9,21 %; diikuti sektor penyediaan akomodasi dan konsumsi sebesar 7,97 %; sektor administrasi pemerintahan sebesar 7,16%; sektor jasa pendidikan sebesar 6,82 %; sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 6,23%; sektor konstruksi sebesar 6,21%; sektor transportasi dan pergudangan sebesar 5,89%; sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 5,86%; serta sektor real estate sebesar 5,79%. Secara keseluruhan, perekonomian di x pada tahun 2014 naik sebesar 5,33 % bila dibandingkan pada tahun 2013.

Apabila PDRB dikaitkan dengan jumlah penduduk akan menggambarkan tingkat pendapatan per kapita suatu wilayah. PDRB Perkapita Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2014 Atas Dasar Harga Berlaku sebesar 57.119.470,88 ribu rupiah, meningkat dari 53.136.015,68 rupiah pada tahun 2013. Sedangkan berdasarkan harga konstan 2010, PDRB perkapita tahun 2014 sebesar 47.362.270,79 ribu rupiah, meningkat dari tahun 2013 yang sebesar 45.977.153,96 ribu rupiah.

Tabel IV.3 PDRB Kabupaten Labuhanbatu Selatan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (juta rupiah)

2010 2011 2012 2013 2014

11 554 525,1 13 066 066,1 14 380 763,3 15 962 696,7 17 545 445,0 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (juta rupiah)

2010 2011 2012 2013 2014

11 554 525,1 12 249 545,5 13 024 493,2 13 812 088,8 14 548 316,1 Sumber : Labuhanbatu Selatan dalam Angka Tahun 2015

Tabel IV.4 PDRB per Kapita Kabupaten Labuhanbatu Selatan

PDRB Atas Dasar Harga Konstan (rupiah)

2010 2011 2012 2013 2014

41 384 995,25 45 608 680,84 44 360 748,40 45 977 153,96 47 362 270,79 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (rupiah)

2010 2011 2012 2013 2014

41 384 995,25 45 608 680,84 48 980 140,82 53 136 015,68 57 119 470,88 Sumber : Labuhanbatu Selatan dalam Angka Tahun 2015

IV.3 Prasaran dan Sarana Transportasi Kabupaten Labuhanbatu Selatan Panjang jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2014 terdiri dari 60 km jalan negara; 45 km jalan provinsi dan 984,301 km jalan kabupaten. Panjang jalan kabupaten yang sepanjang 984,301 km dapat dibedakan menurut jenis permukaannya, terdiri dari 8,134 km jalan beton; 262,262 km jalan aspal; 324,330 km jalan kerikil; 381,589 km jalan tanah dan 7,986 km jalan lainnya. Sedangkan apabila dibedakan menurut kondisi jalan terdiri dari 460,16 km kondisi baik; 124,735 km kondisi sedang; 340,16 km kondisi rusak dan 59,245 km dengan kondisi rusak berat.

Tabel IV.5 Panjang Jalan Kabupaten Menurut Kondisi Jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Kondisi Jalan (km) 2010 2011 2012 2013 2014

Baik 113,49 195,90 234,93 268,18 460,16

Sedang 88,64 81,62 84,40 82,61 124,735

Rusak 244,13 166,24 140,99 112,79 340,16

Tabel IV.6 Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Jenis Permukaan (km) 2010 2011 2012 2013 2014

Aspal 207,67 223,92 251,44 270,62 262,262

Kerikil 152,25 207,63 190,90 197,53 324,330

Tanah 167,90 95,53 100,78 77,62 381,589

Lainnya 3,38 4,12 3,98 4,59 7,986

Sumber : Labuhanbatu Selatan dalam Angka Tahun 2015

Jalan merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar dan mendorong kegiatan perekonomian. Semakin meningkatnya usaha pembangunan menuntut pula peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari suatu daerah ke daerah lain.

Jumlah kendaraan bermotor yang ada pada Kab. Labuhanbatu Selatan pada tahun 2014 ada sebanyak 1.307 truk, 2.271 mobil penumpang dan 43.421 sepeda motor sehingga secara keseluruhan terdapat 45.978 kendaraan bermotor yang terdaftar. Pada Tabel IV.7 akan diperlihatkan banyaknya kendaraan bermotor di Kab. Labuhanbatu Selatan.

Tabel IV.7 Jumlah Kendaraan Bermotor Yang Terdaftar Tahun 2010-2014

Tahun Jumlah Kendaraan

2010 44.276

2011 44.941

2012 45.616

2013 46.301

2014 46.999

Jalan sebagai prasarana perhubungan darat yang utama untuk melayani pergerakan arus barang dan manusia apabila dikaitkan dengan perkembangan kenderaan sebagai srana perhubungan yang begitu pesat baik jumlah maupun jenisnya, tentunya membawa konsekuensi kemungkinan terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan raya, baik yang disebabkan oleh faktor manusia, kenderaan kondisi jalan, maupun lingkunan alam atau kondisi geografi.

Jumlah kecelakaan lalu lintas selama tahun 2014 di Kabupaten Labuhanbatu Selatan ada sebanyak 120 kecelakaan yang menelan korban sebanyak 75 orang meninggal, 95 orang luka berat dan 71 orang luka ringan. Kerugian secara material mencapai 849,975 juta rupiah. Berikut dalam Tabel IV.5 akan diperlihatkan jumlah kecelakaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Tabel IV.8 Kecelakaan Lalu Lintas dan Kerugian di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Tahun Jumlah Kecelakaan Kerugian Materi (Rp) Korban Meninggal Luka

Berat Luka Ringan

2010 130 522 200 000 168 94 47

2011 175 959 200 000 167 159 98

2012 212 1 166 850 000 303 156 77

2013 152 - 121 101 92

2014 120 849 975 000 75 95 71

BAB V

ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN

V.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ)

V.1.1 Kualifikasi dan Pembobotan Variabel Indeks Prasarana Jalan

Untuk mengestimasi skor IPJ di suatu wilayah diperlukan adanya proses kualifikasi dan pembobotan variabel penyusun IPJ sehingga diperoleh suatu skor IPJ yang mampu menggambarkan kondisi umum penyediaan prasarana jalan di suatu wilayah.

Kualifikasi dan bobot variabel IPJ diperoleh dari analisis persepsi para responden terhadap kualifikasi nilai/ besaran dan tingkat kepentingan dari masing–masing variabel, yakni: Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj). Kinerja Prasarana Jalan

(Knj), Beban Lalulintas (Bln) dan Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp).

Bentuk kuisioner yang digunakan dalam studi ini disampaikan dalam lampiran. Secara umum kuisioner tersebut berisi penjelasan mengenai maksud dan tujuan studi serta pelaksanaan survey, deskripsi wilayah pembanding serta daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden.

Untuk kualifikasi suatu variabel IPJ, responden dihadapkan pada beberapa nilai variabel IPJ (dimensional) untuk dikualifikasi dengan skor 1 s.d 10 (nondimensional). Sebagai gambaran/acuan dalam melakukan kualifikasi responden disodorkan beberapa nilai variabel IPJ di sejumlah kabupaten atau kota di Indonesia yang karakteristiknya berlainan.

Sedangkan untuk pembobotan antar variabel, responden dihadapkan pada pertanyaan mengenai seberapa penting setiap variabel IPJ (Ktj, Knj, Bln, Pyp) untuk dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan dalam menyusun kebijakan penyelenggaraan jalan.

Responden dipilih dari para pengambil keputusan di dinas/instansi terkait dengan penyelenggaraan jalan di daerah yakni wakil dari Dinas Pekerjaan Umum, Bappeda dan Dinas Perhubungan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang dipilih menjadi wilayah studi. Dalam studi ini jumlah responden bukanlah penentu keabsahan data namun kualitas/kapasitas responden yang lebih menentukan, sehingga dalam hal ini responden dipilih dari para penentu kebijakan penanganan jalan di daerah.

V.1.1.1 Kualifikasi Variabel Ketersediaan Prasarana Jalan(Ktj)

Dalam rumusan IPJ yang digunakan pada studi ini variabel ketersediaan prasarana jalan (Ktj) didefinisikan sebagai “panjang total jaringan jalan per luas wilayah” dengan satuan km/km2. Terdapat 2 definisi yang perlu dijelaskan terlebih dahulu untuk menghitung nilai variabel ini, yakni tentang:

- Definisi panjang total jaringan jalan yang merepresentasikan penyediaan jaringan jalan di suatu wilayah: apakah hanya jalan Kab/Kota saja, jalan Propinsi saja, jalan Nasional saja dan lain sebagainya.

- Definisi mengenai luas wilayah yang merepresentasikan cakupan luasan wilayah yang harus dilayani prasarana jalan: apakah hanya luas wilayah terbangun, luas wilayah daratan, atau luas wilayah administrasi secara keseluruhan.

No. NilaiKtj Keterangan Skor Rata - rata 1 0,05 km/km2 1 km jalan melayani 20 km² wilayah 2,57 2 0,25 km/km2 1 km jalan melayani 4 km² wilayah 3,83 3 1,25 km/km2 1 km jalan melayani 0,8 km² wilayah 5,03 4 2,00 km/km2 1 km jalan melayani 0,5 km² wilayah 6,17 5 5,00 km/km2 1 km jalan melayani 0,2 km² wilayah 7,17

y = 0.9847ln(x) + 5.3189 R² = 0.9696 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 0 1 2 3 4 5 6 S k or Ktj (km/km²)

Jawaban para responden memberikan spektrum penilaian pada kualifikasi variabel Ktj yang tidak linier. Hasil analisis menyatakan bahwa fungsi yang paling tepat untuk mendekati perilaku kualifikasi para responden tersebut adalah dengan pendekatan fungsi logaritmik.

Adapun hasil kalibrasi menghasilkan fungsi kualifikasi / skoring variabel sebagai berikut :

(Skor Ktj) = 0,9847 ln (nilai Ktj) + 5,3189...(R2= 0,9696)...(5.1)

V.1.1.2 Kualifikasi Variabel Kinerja Jaringan Jalan (Knj)

Dalam rumusan IPJ yang digunakan pada studi ini variabel Kinerja Jaringan Jalan (Knj) didefinisikan sebagai “panjang jalan kota mantap per total panjang jaringan jalan kabupaten“ yang dimensinya berupa proporsi atau persentase (%) jumlah panjang jalan yang mantap. Jalan mantap merupakan jalan dengan kondisi sedang sampai dengan baik. Distribusi jawaban kualifikasi dari para responden mengenai beberapa nilai Knj yang disodorkan dalam kuisioner disampaikan pada Tabel V.2. Adapun bentuk model dari skoring/kualifikasi jawaban responden dalam bentuk grafis disampaikan pada Gambar V.2.

Tabel V.2 Rata–Rata Skor Kualifikasi Responden Terhadap VariabelKnj

No. NilaiKnj Keterangan Skor Rata - rata

1 25% 25 % jalan mantap, 75 % jalan tidak mantap 2,20 2 40% 40 % jalan mantap, 60 % jalan tidak mantap 3,23 3 60% 60 % jalan mantap, 40 % jalan tidak mantap 4,70 4 0,75 75 % jalan mantap, 25 % jalan tidak mantap 6,13 5 0,95 95 % jalan mantap, 5 % jalan tidak mantap 7,53

y = 7,745x + 0,189 R² = 0,997 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 0% 20% 40% 60% 80% 100% S k or Knj (%jalan mantap)

No. Nilai Bln Keterangan Skor Rata - rata

1 5 km/1000 smp 1 km jalan melayani 200 kendaraan 5,70 2 10 km/1000 smp 1 km jalan melayani 100 kendaraan 5,40 3 25 km/1000 smp 1 km jalan melayani 40 kendaraan 5,10 4 40 km/1000 smp 1 km jalan melayani 25 kendaraan 4,67 5 60 km/1000 smp 1 km jalan melayani 17 kendaraan 4,50

y = -0,49ln(x) + 6,521

R² = 0,994

1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 0 10 20 30 40 50 60 70 S k or Bln (km/1000smp)

Jawaban para responden memberikan spektrum penilaian pada kualifikasi variabel Bln yang tidak linier. Hasil analisis menyatakan bahwa fungsi yang paling tepat untuk mendekati perilaku kualifikasi para responden tersebut adalah dengan pendekatan fungsi logaritmik.

Adapun hasil kalibrasi menghasilkan fungsi kualifikasi / skoring variabel sebagai berikut :

(Skor Bln) = - 0,49 ln(nilai Bln) + 6,521...(R2=0,994)...(5.3)

V.1.1.4 Kualifikasi Variabel Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp)

Dalam rumusan IPJ yang digunakan pada studi ini variabel Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp) didefinisikan sebagai “panjang total jaringan jalan kota per jumlah penduduk” yang dimensinya berupa (km/penduduk). Variabel ini diharapkan memberikan proporsi penyediaan jalan terhadap populasi penduduk di suatu wilayah sebagaimana determinan utama pelaku perjalanan maupun yang menghasilkan kebutuhan barang. Meskipun dalam sejumlah studi dibuktikan bahwa tingkat produktivitas penduduk (PDRB perkapita) juga sangat mempengaruhi besarnya kebutuhan perjalanan, namun jika pengembangan prasarana jalan diharapkan memberikan kesempatan yang sama terhadap semua penduduk, maka berapapun produktivitasnya harus memiliki akses yang sama terhadap jalan.

Dokumen terkait