• Tidak ada hasil yang ditemukan

S

esuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional (Sislatkernas) salah satu tujuannya adalah mewujudkan pelatihan kerja nasional yang efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga kerja yang kompeten. Prinsip dasar pelatihan kerja adalah berorientasi pada kebutuhan pasar kerja dan pengembangan SDM, berbasis pada kompetensi kerja, dan merupakan bagian dari pengembangan profesionalisme sepanjang hajat hidup manusia.

Untuk mencapai tujuan pelatihan kerja nasional, maka keterkaitan dan keterpaduan berbagai komponen pelatihan kerja nasional dalam sislatkernas perlu diperhatikan; seperti standar kompetensi, program pelatihan berbasis kompetensi, lembaga pelatihan kerja yang terakreditasi dan lembaga sertifikasi.

a. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat SKKNI, adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Proses dan siklus pengembangan SKKNI seperti pada

Gambar 20 di bawah.

Penerapan SKKNI di bidang pelatihan kerja dilakukan dalam rangka pengembangan program pelatihan, pengembangan kurikulum, silabus dan modul, akreditasi lembaga pelatihan kerja dan sebagai persyaratan penetapan lingkup program pelatihan berbasis kompetensi. Penerapan SKKNI sebagaimana dimaksud di atas, dapat disusun dalam kemasan kualifikasi nasional sebagaimana ketentuan pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), okupasi atau jabatan nasional, klaster kompetensi dan/atau unit kompetensi.

Penerapan SKKNI di bidang sertifikasi kompetensi dilakukan dalam rangka pemberian lisensi lembaga sertifikasi profesi, pengembangan skema sertifikasi yang digunakan untuk asesmen kompetensi, surveilans pemegang sertifikat kompetensi.

SKKNI dapat digunakan oleh perusahaan atau organisasi untuk acuan / pedoman evaluasi dan asesmen kompetensi tenaga kerja, baik dalam kaitannya dengan rekrutmen pegawai, pengembangan karier maupun remunerasi pegawai.

Peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan dengan SKKNI yaitu :1) Peraturan Presiden RI Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia ( KKNI ); 2) Peraturan Menakertrans RI Nomor 5 Tahun 2012 tentang Sistem Standardisasi

2. Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan

26

Bagian 2

STANDARDISASI KOMPETENSI DAN PROGRAM PELATIHAN

S

esuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional (Sislatkernas) salah satu tujuannya adalah mewujudkan pelatihan kerja nasional yang efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga kerja yang kompeten. Prinsip dasar pelatihan kerja adalah berorientasi pada kebutuhan pasar kerja dan pengembangan SDM, berbasis pada kompetensi kerja, dan merupakan bagian dari pengembangan profesionalisme sepanjang hajat hidup manusia.

Untuk mencapai tujuan pelatihan kerja nasional, maka keterkaitan dan keterpaduan berbagai komponen pelatihan kerja nasional dalam sislatkernas perlu diperhatikan; seperti standar kompetensi, program pelatihan berbasis kompetensi, lembaga pelatihan kerja yang terakreditasi dan lembaga sertifikasi.

a. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat SKKNI, adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Proses dan siklus pengembangan SKKNI seperti pada

Gambar 20 di bawah.

Penerapan SKKNI di bidang pelatihan kerja dilakukan dalam rangka pengembangan program pelatihan, pengembangan kurikulum, silabus dan modul, akreditasi lembaga pelatihan kerja dan sebagai persyaratan penetapan lingkup program pelatihan berbasis kompetensi. Penerapan SKKNI sebagaimana dimaksud di atas, dapat disusun dalam kemasan kualifikasi nasional sebagaimana ketentuan pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), okupasi atau jabatan nasional, klaster kompetensi dan/atau unit kompetensi.

Penerapan SKKNI di bidang sertifikasi kompetensi dilakukan dalam rangka pemberian lisensi lembaga sertifikasi profesi, pengembangan skema sertifikasi yang digunakan untuk asesmen kompetensi, surveilans pemegang sertifikat kompetensi.

SKKNI dapat digunakan oleh perusahaan atau organisasi untuk acuan / pedoman evaluasi dan asesmen kompetensi tenaga kerja, baik dalam kaitannya dengan rekrutmen pegawai, pengembangan karier maupun remunerasi pegawai.

Peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan dengan SKKNI yaitu :1) Peraturan Presiden RI Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia ( KKNI ); 2) Peraturan Menakertrans RI Nomor 5 Tahun 2012 tentang Sistem Standardisasi

2. Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan

27 Kompetensi Kerja Nasional; 3) Peraturan Menakertrans RI Nomor 8 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan SKKNI; dan 4) Peraturan Menakertrans RI Nomor 21 Tahun 2014 tentang Pedoman Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia ( KKNI ).

Gambar 19: Sistem Standardisasi Kompetensi Nasional

2. Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan

2. Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan

26

Bagian 2

STANDARDISASI KOMPETENSI DAN PROGRAM PELATIHAN

S

esuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional (Sislatkernas) salah satu tujuannya adalah mewujudkan pelatihan kerja nasional yang efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga kerja yang kompeten. Prinsip dasar pelatihan kerja adalah berorientasi pada kebutuhan pasar kerja dan pengembangan SDM, berbasis pada kompetensi kerja, dan merupakan bagian dari pengembangan profesionalisme sepanjang hajat hidup manusia.

Untuk mencapai tujuan pelatihan kerja nasional, maka keterkaitan dan keterpaduan berbagai komponen pelatihan kerja nasional dalam sislatkernas perlu diperhatikan; seperti standar kompetensi, program pelatihan berbasis kompetensi, lembaga pelatihan kerja yang terakreditasi dan lembaga sertifikasi.

a. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat SKKNI, adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Proses dan siklus pengembangan SKKNI seperti pada

Gambar 20 di bawah.

Penerapan SKKNI di bidang pelatihan kerja dilakukan dalam rangka pengembangan program pelatihan, pengembangan kurikulum, silabus dan modul, akreditasi lembaga pelatihan kerja dan sebagai persyaratan penetapan lingkup program pelatihan berbasis kompetensi. Penerapan SKKNI sebagaimana dimaksud di atas, dapat disusun dalam kemasan kualifikasi nasional sebagaimana ketentuan pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), okupasi atau jabatan nasional, klaster kompetensi dan/atau unit kompetensi.

Penerapan SKKNI di bidang sertifikasi kompetensi dilakukan dalam rangka pemberian lisensi lembaga sertifikasi profesi, pengembangan skema sertifikasi yang digunakan untuk asesmen kompetensi, surveilans pemegang sertifikat kompetensi.

SKKNI dapat digunakan oleh perusahaan atau organisasi untuk acuan / pedoman evaluasi dan asesmen kompetensi tenaga kerja, baik dalam kaitannya dengan rekrutmen pegawai, pengembangan karier maupun remunerasi pegawai.

Peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan dengan SKKNI yaitu :1) Peraturan Presiden RI Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia ( KKNI ); 2) Peraturan Menakertrans RI Nomor 5 Tahun 2012 tentang Sistem Standardisasi

2. Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan

27 Kompetensi Kerja Nasional; 3) Peraturan Menakertrans RI Nomor 8 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan SKKNI; dan 4) Peraturan Menakertrans RI Nomor 21 Tahun 2014 tentang Pedoman Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia ( KKNI ).

Gambar 19: Sistem Standardisasi Kompetensi Nasional

2. Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan

2. Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan

28

Gambar 20: Proses Pengembangan SKKNI

b. Pelatihan Kerja Berbasis Kompetensi

Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberikan, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan. Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu kepada standar kompetensi kerja yang selanjutnya dikenal dengan Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based Training / CBT). Pelatihan Kerja Berbasis Kompetensi menitik beratkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan standar yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja.

P R O S E S P E N G E M B A N G A N S K K N I

P R O S E S P E N G E M B A N G A N S K K N I 1. PEMETAAN

KEBUTUHAN SKKNI

7. PENETAPAN SKKNI

6. KONVENSI NASIONAL RSKKNI 5. VERIFIKASI

2. PERUMUSAN RSKKNI

3. VERIFIKASI RSKKNI

4. PRA-KONVENSI 8. PENERAPAN SKKNI

9. KAJI ULANG SKKNI

K O M IT E S K K N I

KOMITE STANKOM Sektor/Lap-Usaha

2. Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan

29 Pedoman yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pelatihan Berbasis Kompetensi yaitu : 1) Peraturan Menakertrans RI Nomor 11 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraaan Sistem Pelatihan Kerja Nasional di Daerah; 2) Peraturan Menakertrans RI Nomor 8 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Berbasis Kompetensi;

1. Program Pelatihan Berbasis Kompetensi

Program Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) adalah suatu rumusan tertulis yang memuat secara sistematis tentang pemaketan unit-unit kompetensi sesuai dengan area kompetensi jabatan pada area pekerjaan sebagai acuan dalam penyelenggaraan PBK. Pola penyusunan program pelatihan berbasis kompetensi dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan antara lain dengan analisis standar kompetensi, analisis jabatan dan analisis kompetensi yang dibutuhkan. Kurikulum dan silabus dalam program pelatihan berbasis kompetensi terdiri mata latihan teori dan praktek tiap-tiap unit kompetensi ( UK ) yang akan dilaksanakan dan perkiraan waktu untuk mencapainya.

Program pelatihan dirancang untuk menjadi pedoman penyelenggaraan pelatihan di lembaga pelatihan kerja, sehingga sasaran yang ditetapkan dalam pelatihan dapat dicapai. Sasaran pelatihan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan industri/pasar kerja yang diperoleh dari kegiatan identifikasi kebutuhan pelatihan yang ada di industri/pasar kerja. Pendekatan teknikal dalam penyusunan program pelatihan berbasis kompetensi dilakukan melalui beberapa tahapan analisis kebutuhan pelatihan. Analisis kebutuhan pelatihan merupakan kegiatan menganalisis guna menentukan program pelatihan yang disusun untuk mencapai suatu standar kompetensi.

Pedoman yang berkaitan dengan penyusunan program pelatihan berbasis kompetensi yaitu : Keputusan Dirjen Binalattas Nomor Kep.138/Lattas/IX/2009 tentang Pedoman Penyusunan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi.

2. Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi adalah uraian materi pelatihan yang disusun berdasarkan unit-unit kompetensi yang dipilih dan lain-lain yang akan diberikan kepada peserta pelatihan yang disusun berdasarkan silabus pelatihan yang telah ditetapkan dalam proses penetapan kurikulum pelatihan. Modul pelatihan berbasis kompetensi merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai media transformasi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja kepada peserta pelatihan untuk mencapai kompetensi tertentu berdasarkan program pelatihan yang mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).

Modul pelatihan berorientasi kepada pelatihan berbasis kompetensi (Competence Based Training) yang diformulasikan menjadi 3 (tiga) buku, yaitu Buku Informasi, Buku Kerja dan Buku Penilaian sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penggunaanya sebagai referensi dalam media pembelajaran bagi peserta pelatihan dan instruktur .

2. Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan

2. Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan

29 Pedoman yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pelatihan Berbasis Kompetensi yaitu : 1) Peraturan Menakertrans RI Nomor 11 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraaan Sistem Pelatihan Kerja Nasional di Daerah; 2) Peraturan Menakertrans RI Nomor 8 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Berbasis Kompetensi;

1. Program Pelatihan Berbasis Kompetensi

Program Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) adalah suatu rumusan tertulis yang memuat secara sistematis tentang pemaketan unit-unit kompetensi sesuai dengan area kompetensi jabatan pada area pekerjaan sebagai acuan dalam penyelenggaraan PBK. Pola penyusunan program pelatihan berbasis kompetensi dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan antara lain dengan analisis standar kompetensi, analisis jabatan dan analisis kompetensi yang dibutuhkan. Kurikulum dan silabus dalam program pelatihan berbasis kompetensi terdiri mata latihan teori dan praktek tiap-tiap unit kompetensi ( UK ) yang akan dilaksanakan dan perkiraan waktu untuk mencapainya.

Program pelatihan dirancang untuk menjadi pedoman penyelenggaraan pelatihan di lembaga pelatihan kerja, sehingga sasaran yang ditetapkan dalam pelatihan dapat dicapai. Sasaran pelatihan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan industri/pasar kerja yang diperoleh dari kegiatan identifikasi kebutuhan pelatihan yang ada di industri/pasar kerja. Pendekatan teknikal dalam penyusunan program pelatihan berbasis kompetensi dilakukan melalui beberapa tahapan analisis kebutuhan pelatihan. Analisis kebutuhan pelatihan merupakan kegiatan menganalisis guna menentukan program pelatihan yang disusun untuk mencapai suatu standar kompetensi.

Pedoman yang berkaitan dengan penyusunan program pelatihan berbasis kompetensi yaitu : Keputusan Dirjen Binalattas Nomor Kep.138/Lattas/IX/2009 tentang Pedoman Penyusunan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi.

2. Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi adalah uraian materi pelatihan yang disusun berdasarkan unit-unit kompetensi yang dipilih dan lain-lain yang akan diberikan kepada peserta pelatihan yang disusun berdasarkan silabus pelatihan yang telah ditetapkan dalam proses penetapan kurikulum pelatihan. Modul pelatihan berbasis kompetensi merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai media transformasi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja kepada peserta pelatihan untuk mencapai kompetensi tertentu berdasarkan program pelatihan yang mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).

Modul pelatihan berorientasi kepada pelatihan berbasis kompetensi (Competence Based Training) yang diformulasikan menjadi 3 (tiga) buku, yaitu Buku Informasi, Buku Kerja dan Buku Penilaian sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penggunaanya sebagai referensi dalam media pembelajaran bagi peserta pelatihan dan instruktur .

2. Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan

2. Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan

31

c. Pelatihan Kerja Bagi Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) di Luar Negeri

Setiap calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan bekerja di luar negeri wajib memiliki kompetensi kerja sesuai dengan persyaratan jabatan, untuk mencapai kompetensi kerja tersebut dapat dilakukan melalui diklat calon TKI. Penyelenggaraan diklat calon TKI dapat dilakukan oleh lembaga pelatihan kerja pemerintah, swasta, perusahaan atau milik Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS).

Pedoman yang berkaitan dengan pelaksanaan diklat calon TKI yaitu : 1) Permenakertrans RI Nomor PER.23/MEN/IX/2009 tentang Pendidikan dan Pelatihan Kerja bagi calon tenaga kerja Indonesia di luar negeri; 2) Petunjuk Pelaksanaan Pelatihan Kerja Bagi CTKI di Luar Negeri: Keputusan Dirjen Binalattas Nomor Kep.162/Lattas/XI/2009; 3) Keputusan Dirjen Binalattas NomorKep.163/Lattas/XI/2009 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelatihan dan Sertifikasi CTKI-PLRT Penempatan Kawasan Timur Tengah .

d. Target Kinerja Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan Tahun 2014

Tabel 8: Target Kinerja Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan Tahun 2014

NO KEGIATAN TARGET

1 Jumlah SKKNI yang ditetapkan 60 SKKNI

2 Jumlah Program PBK yang disusun 75 Program PBK

3 Jumlah Modul PBK yang disusun 100 Modul PBK

4 Jumlah Pedoman yang disusun 5 Pedoman

2. Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan

30 Pedoman yang berkaitan dengan penyusunan modul pelatihan berbasis kompetensi yaitu : Keputusan Dirjen Binalattas Nomor Kep.164/Lattas/X/2009 tentang Pedoman Penyusunan Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi.

Gambar 21: Pola Penyusunan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi

Analisis Kompetensi yang Dikehendaki Analisis Jabatan/Pekerjaan Analisis Standar Kompetensi (KKNI/SKKNI, internasional, khusus, kualifikasi berjenjang/non jenjang) Kebutuhan Pelatihan Program Pelatihan Skill Audit Identifikasi Kebutuhan / Skill Audit

2. Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan

30 Pedoman yang berkaitan dengan penyusunan modul pelatihan berbasis kompetensi yaitu : Keputusan Dirjen Binalattas Nomor Kep.164/Lattas/X/2009 tentang Pedoman Penyusunan Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi.

Gambar 21: Pola Penyusunan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi

Analisis Kompetensi yang Dikehendaki Analisis Jabatan/Pekerjaan Analisis Standar Kompetensi (KKNI/SKKNI, internasional, khusus, kualifikasi berjenjang/non jenjang) Kebutuhan Pelatihan Program Pelatihan Skill Audit Identifikasi Kebutuhan / Skill Audit

2. Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan

30 Pedoman yang berkaitan dengan penyusunan modul pelatihan berbasis kompetensi yaitu : Keputusan Dirjen Binalattas Nomor Kep.164/Lattas/X/2009 tentang Pedoman Penyusunan Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi.

Gambar 21: Pola Penyusunan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi

Analisis Kompetensi yang Dikehendaki Analisis Jabatan/Pekerjaan Analisis Standar Kompetensi (KKNI/SKKNI, internasional, khusus, kualifikasi berjenjang/non jenjang) Kebutuhan Pelatihan Program Pelatihan Skill Audit Identifikasi Kebutuhan / Skill Audit

2. Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan

2. Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan

31

c. Pelatihan Kerja Bagi Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) di Luar Negeri

Setiap calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan bekerja di luar negeri wajib memiliki kompetensi kerja sesuai dengan persyaratan jabatan, untuk mencapai kompetensi kerja tersebut dapat dilakukan melalui diklat calon TKI. Penyelenggaraan diklat calon TKI dapat dilakukan oleh lembaga pelatihan kerja pemerintah, swasta, perusahaan atau milik Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS).

Pedoman yang berkaitan dengan pelaksanaan diklat calon TKI yaitu : 1) Permenakertrans RI Nomor PER.23/MEN/IX/2009 tentang Pendidikan dan Pelatihan Kerja bagi calon tenaga kerja Indonesia di luar negeri; 2) Petunjuk Pelaksanaan Pelatihan Kerja Bagi CTKI di Luar Negeri: Keputusan Dirjen Binalattas Nomor Kep.162/Lattas/XI/2009; 3) Keputusan Dirjen Binalattas NomorKep.163/Lattas/XI/2009 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelatihan dan Sertifikasi CTKI-PLRT Penempatan Kawasan Timur Tengah .

d. Target Kinerja Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan Tahun 2014

Tabel 8: Target Kinerja Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan Tahun 2014

NO KEGIATAN TARGET

1 Jumlah SKKNI yang ditetapkan 60 SKKNI

2 Jumlah Program PBK yang disusun 75 Program PBK

3 Jumlah Modul PBK yang disusun 100 Modul PBK

4 Jumlah Pedoman yang disusun 5 Pedoman

2. Standardisasi Kompetensi dan Program Pelatihan

3. Lembaga dan Sarana Pelatihan

32

Bagian 3

Dokumen terkait