• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Statistik (Reliability dan Validitas)

Reliabilitas statistik diperlukan untuk memastikan validitas dan

ketepatan analisis statistik. Reliabilitas mengacu pada kemampuan untuk mereproduksi hasil lagi dan lagi sesuai kebutuhan. Hal ini penting karena akan membangun tingkat kepercayaan dalam analisis statistik dan hasil yang diperoleh. Misalnya, jika sedang meneliti tentang loyalitas konsumen terhadap produk susu merk tertentu. Pasti ingin melakukan sejumlah survey terhadap pelanggan, dan jika hasil yang ditemukan menunjukkan bahwa konsumen bersikap loyal, mungkin kita akan mendapatkan

gambaran pasti bahwa produk lain yang dikeluarkan oleh perusahaan susu tersebut akan tetap laku di pasaran.

Sebaliknya, jika nilai reliabilitas statistik loyalitas konsumen rendah, maka konsumen tidak akan percaya dengan produk-produk yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut.

Reliabel (terandal) adalah kemampuan kuesioner memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Reliabilitas adalah sejauh mana suatu variabel atau himpunan variabel adalah konsisten dalam apa yang dimaksudkan untuk mengukur. Mengukur sejauh mana kuesioner, diberikan kepada orang yang sama akan menghasilkan hasil yang sama.

Keterandalan merupakan rasio dari dua hal, atau ditulisakan sebagai berikut :

π‘…π‘’π‘™π‘–π‘Žπ‘π‘–π‘™π‘–π‘‘π‘¦ = π‘›π‘–π‘™π‘Žπ‘– π‘ π‘’π‘π‘’π‘›π‘Žπ‘Ÿπ‘›π‘¦π‘Ž π‘›π‘–π‘™π‘Žπ‘– π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘‘π‘–π‘π‘’π‘Ÿπ‘œπ‘™π‘’β„Ž

Dengan kata lain, reliabilitas sebagai proporsi β€œkebenaran” dari

hasil pengukuran. Dengan demikian , reliabilitas bisa kita tulis ulang sebagai π‘…π‘’π‘™π‘–π‘Žπ‘π‘–π‘™π‘–π‘‘π‘¦ = π‘Ÿπ‘Žπ‘”π‘Žπ‘š π‘›π‘–π‘™π‘Žπ‘– π‘ π‘’π‘π‘’π‘›π‘Žπ‘Ÿπ‘›π‘¦π‘Ž π‘Ÿπ‘Žπ‘”π‘Žπ‘š π‘›π‘–π‘™π‘Žπ‘– β„Žπ‘Žπ‘ π‘–π‘™ π‘π‘’π‘›π‘”π‘’π‘˜π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘› Atau π‘…π‘’π‘™π‘–π‘Žπ‘π‘–π‘™π‘–π‘‘π‘¦ = π‘£π‘Žπ‘Ÿ (𝑇) π‘£π‘Žπ‘Ÿ (π‘₯)

2.4.2 Validitas

Istilah Validasi pertama kali dicetuskan oleh Dr. Bernard T. Loftus, Direktur Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat pada akhir tahun 1970-an, sebagai bagian penting dari upaya untuk meningkatkan mutu produk industri farmasi.

Terdapat banyak definisi dan pengertian tentang validasi. US FDA (Badan pengawasan Obat dan Makanan, Amerika Serikat) dalam The FDA’s 1987 Guideline mendefinisikan validasi sebagai. ”Establishing

documented evidence, which provides a high degree of assurance that a spesific process will consistently produce a product meeting its pre-determined spesifications and quality characteristics.”

Salah satu ukuran validitas untuk kuesioner adalah apa yang disebut validitas konstruk (construct validity). Dalam pemahaman ini, sebuah kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan untuk mengukur suatu hal, dikatakan valid jika setiap butir pertanyaan yang menyusun kuesioner tersebut memiliki keterkaitan yang tinggi.

Ukuran keterkaitan antar butir pertanyaan ini umumnya dicerminkan oleh korelasi jawaban pertanyaan. Pertanyaan yang memiliki korelasi rendah dengan butir pertanyaan yang lain, dinyatakan sebagai pertanyaan yang tidak valid. Metode yang digunakan untuk memberikan penilaian terhadap validitas kuesioner adalah korelasi produk momen (momment product correlation, pearson correlation) antara Mean butir

pertanyaan dengan Mean total, sehingga sering disebut sebagai inter

item-total correlation.

Dalam membuat keputusan valid atau tidaknya sebuah pertanyaan. Yang digunakan nilai ri, semakin besar ri (nilai ri berskisar antara -1 dan 1), maka semakin valid pertanyaan tersebut. Sebaliknya jika ri semakin kecil maka pertanyaan tersebut menjadi semakin tidak valid.

2.4.3 Langkah-langkah Pelaksanaan Validasi

Begitu luasnya cakupan validasi, terkadang membingungkan kalangan praktisi untuk melaksanakan validasi. FDA dalam β€œGuideline on

General Principles of Process Validation”, memberikan panduan

langkah-langkah dalam pelaksanaan validasi, yang tertuang dalam β€œvalidation life

cycle” berikut ini, yaitu :

1. Membentuk Validation Comitee (Komite Validasi), yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan validasi.

2. Menyusun Validation Master Plan (Rencana Induk Validasi), yaitu dokumen yang menguraikan (secara garis besar) pedoman pelaksanaan. 3. Membuat Dokumen Validasi, yaitu protap (prosedur tetap), protokol

serta laporan validasi. 4. Pelaksanaan validasi.

5. Melaksanakan Peninjauan Periodik, Change Control dan Validasi ulang (revalidation).

2.5 Kansei Engineering

2.5.1 Pengertian Kansei Engineering

Dalam bahasa Jepang kansei memiliki banyak arti yaitu perasaan, kepekaan dan emosi. Ketika seorang konsumen menginginkan produk atau jasa, maka kebutuhan sensorik konsumen akan muncul seperti elegan, murah, unik, dll. Kebutuhan sensorik tersebut yang merupakan suatu

kansei. Dari hal tersebut maka kansei dapat diartikan sebagai rasa

psikologis dan fisiologis konsumen terhadap produk atau jasa yang diinginkan.

Kansei engineering biasanya menggunakan kata sifat atau kata

perasaan yang akan dijadikan parameter. Kata-kata ini menunjukkan keinginan konsumen terhadap produk, serta mewakili perasaan mengenai kebutuhan konsumen. Dalam pengujian menggunakan 5 atau 7 skala SD (Semantic Differential). Hasil analisisnya yaitu berupa kata sifat yang sering digunakan dapat dipilih untuk merancang skala SD (Semantic

Differential). Setelah data SD (Semantic Differential) terkumpul,

kemudian menganalisis secara statistik untuk menemukan elemen desain yang sesuai dengan keinginan konsumen. Tujuan dari Kansei Engineering yaitu:

a. Mengetahui perasaan konsumen tentang produk secara ergonomik dan psikologis. Teknik untuk mengetahui kansei konsumen yaitu dengan Semantic Differential (SD) yang dikembangkan oleh

Osgood. Dibawah ini digambarkan contoh mengenai hubungan

semantic differential untuk mengetahui kansei words berikut:

Gambar 2.1 Semantic Differential For Kansei Words (Sumber: Nagamichi et. Al, 1999)

b. Mengidentifikasi karakteristik dari desain produk berdasarkan kansei konsumen. Langkah pengidentifikasian dapat dilakukan dengan melakukan survei atau melakukan penelitian atau percobaan ergonomi untuk mengamati elemen – elemen yang berkaitan.

c. Membangun Kansei Engineering sebagai sebuah teknologi ergonomik.

d. Menyesuaikan desain produk dengan perubahan dan persepsi sosial yang sedang terjadi dan sesuai dengan keinginan konsumen.

2.5.2 Semantic Differential

Kansei engineering diawali dengan semantic defferensial, dimana

a. Memilih konsep yang berupa kata-kata yang akan dinilai dengan tujuan bipolar (berkutub 2). Kata-kata ini merupakan kata kansei yang berupa kata sifat dari obyek.

b. Memilih kata-kata kansei atau sepasang kata sifat berdasarkan keinginan dengan skala semantic. Semantic differential ini dilakukan dengan menyebarkan kuisoner kepada subyek responden yang memiliki hubungan. Responden dihadapkan pada beberapa kata dan diminta untuk menilai kata dengan beragam kata sifat yang saling berlawanan pada skala dengan poin 5. Pemberian nilai pada skala poin 5 dilakukan pada kata sifat evaluatif yang saling berlawanan, hal ini digunakan untuk mendefinisikan arti sebuah konsep pembagiannya pada poin dalam ruang semantik multidimensi. Keunggulan teknik Semantic Differensial

dibandingkan dengan metode ”pengskalaan” lain adalah:

1. Semantic differential merupakan kombinasi tipe-tipe skala penilaian dengan menggunakan analisa faktor.

2. Metodenya fleksibel dan simpel untuk dilakukan, dikelola dan dinilai.

3. Semantic Differensial (SD) merupakan metode dengan subyek dari semua pembatasan skala-skala penilaian, kemungkinan memalsukan respon, menyetujui (tendensi untuk menempatkan nilai-nilai diposisi tengah) penandaan sebuah konsep diatas skala yang tak berarti.

4. Nilai validitas dan reliabilitas dari skala Semantic Differensial pada umumnya menunjukkan nilai yang valid dan reliabel yaitu menunjukkan koefisien hubungan sebesar 0, 80 antara penilaian

Semantic Differensial dengan skala Thurstone, likert dan

butman.

Dokumen terkait