• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

TOTAL 50 100.00 50 100.00 100 100.00 Status Ekonomi Keluarga

Miskin 15 30.00 11 22.00 26 26.00

Tidak miskin 35 70.00 39 78.00 74 74.00 TOTAL 50 100.00 50 100.00 100 100.00

Umur responden pada saat kehamilan baik di Kelurahan Kramat Jati maupun di Kelurahan Ragunan sebagian besar berada pada umur yang tidak rawan untuk menjalani kehamilan yaitu pada umur 20 hingga 35 tahun. Di Kelurahan Kramat Jati sebesar 86,00 persen responden berada pada kategori umur kehamilan yang dianggap aman untuk menjalani kehamilan. Sedangkan selebihnya (14,00%) berada pada kategori umur yang dianggap lebih berisiko dalam menjalani kehamilan yaitu umur 35 tahun keatas.

Secara umum gambaran serupa juga terlihat di Kelurahan Ragunan. Umur responden pada saat menjalani kehamilan hampir seluruhnya berada pada kategori yang aman untuk menjalani kehamilan. Sebesar 96,00 persen responden berada pada kategori umur 20 hingga 35 tahun dan hanya 4,00 persen responden saja yang berada pada kategori umur yang dianggap berisiko untuk menjalani kehamilan yaitu kategori umur lebih dari 35 tahun.

Sebaran umur responden baik di Kelurahan Kramat Jati maupun di Kelurahan Ragunan hampir seluruhnya (91,00%) berada pada kategori yang dianggap aman untuk menjalani kehamilan. Hanya sebagian kecil (9,00%) responden saja yang termasuk ke dalam kategori umur kehamilan yang dianggap berisiko dalam menjalani kehamilan.

Tingkat pendidikan responden di Kelurahan Kramat Jati tersebar antara tidak tamat SD hingga S2. Tingkat pendidikan terendah di Kelurahan Kramat Jati adalah tidak tamat SD sedangkan tingkat pendidikan tertingginya adalah S2. Persentase terbesar tingkat pendidikan di Kelurahan Kramat Jati berada pada tingkat pendidikan sedang (SLTP dan SLTA) dimana lebih dari separuh (68,00%) responden menyatakan telah menyelesaikan pendidikan pada tingkat ini. Selain itu masih terdapat pula responden yang tersebar pada tingkat pendidikan lain yaitu tingkat pendidikan rendah dan tinggi. Terdapat 20,00 persen responden yang tersebar pada tingkat pendidikan rendah dan 12,00 persen responden yang tersebar pada tingkat pendidikan tinggi.

Sebaran responden di Kelurahan Ragunan memiliki perbedaan dengan sebaran responden di Kelurahan Kramat Jati. Pada responden di Kelurahan Ragunan tingkat pendidikan tersebar antara SD hingga S1. Lebih dari separuh (62,00%) responden berada pada tingkat pendidikan sedang. Selain itu sebanyak 18,00 persen responden tersebar pada tingkat pendidikan rendah dan 20,00 persen responden berada pada tingkat pendidikan tinggi.

Secara keseluruhan persentase terbesar untuk tingkat pendidikan baik di Kelurahan Kramat Jati maupun di Kelurahan Ragunan berada pada tingkat pendidikan sedang dimana lebih dari separuh (65,00 %) responden berada pada tingkat pendidikan ini. Persentase terkecil berada pada tingkat pendidikan tinggi, dimana hanya sebesar 16,00 persen responden saja yang tersebar pada tingkat pendidikan ini. Tingkat pendidikan rendah memiliki jumlah sebaran responden sebanyak 19,00 persen.

Tingkat pendidikan suami responden dapat mempengaruhi pengetahuan gizi dan kesehatan responden. Dimana suami yang memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden memiliki akses yang lebih baik terhadap pengetahuan akan gizi dan kesehatan. Hal ini yang kemudian akan mempengaruhi pula tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan responden.

Sebagian besar (78,00%) suami responden di Kelurahan Kramat jati berada pada tingkat pendidikan sedang. Tingkat pendidikan rendah memiliki sebaran suami responden sebanyak 16,00 persen. Tingkat pendidikan tinggi memiliki sebaran suami responden 6,00 persen.

Kelurahan Ragunan memiliki hasil yang serupa untuk persentase tingkat pendidikan terbesar. Hampir sebagian besar (72,00%) suami responden tersebar pada tingkat pendidikan sedang. Tingkat pendidikan rendah memiliki sebaran suami responden sebanyak 16,00 persen dan tingkat pendidikan tinggi memiliki sebaran suami responden sebanyak 12,00 persen.

Persentase terbesar tingkat pendidikan suami responden secara keseluruhan pun hasilnya tidak berbeda dengan hasil di kedua kelurahan tersebut. Secara keseluruhan lebih dari separuh (75,00%) suami responden berada pada tingkat pendidikan sedang. Sedangkan untuk persentase terkecil, secara keseluruhan suami responden berada pada tingkat pendidikan tinggi dengan persentase sebesar 9,00 persen.

Hampir seluruh responden (86,00%) di Kelurahan Kramat Jati merupakan ibu rumah tangga. Ibu hamil dengan jenis pekerjaan ibu rumah tangga ini memiliki persentase terbesar di Kelurahan Kramat Jati. Sedangkan untuk jenis pekerjaan wirausaha dan swasta, masing-masing memiliki persentase sebesar 6,00 persen. Persentase terkecil yaitu pada ibu hamil dengan jenis pekerjaan PNS yang hanya sebesar 2,00 persen.

Kelurahan Ragunan memiliki hasil yang tidak terlalu berbeda dengan Kelurahan Kramat Jati. Ibu hamil dengan jenis pekerjaan ibu rumah tangga memiliki persentase terbesar (94,00%) dari total responden di Kelurahan Ragunan, sehingga dapat dikatakan bahwa hampir seluruh responden di Kelurahan Ragunan memiliki jenis pekerjaan ibu rumah tangga. Namun, berbeda halnya dengan hasil di Kelurahan Kramat Jati, jenis pekerjaan wirausaha merupakan jenis pekerjaan dengan persentase terkecil (2,00%) di Kelurahan Ragunan.

Secara umum, dapat dikatakan bahwa ibu rumah tangga merupakan jenis pekerjaan dengan persentase terbesar (90,00%) dimana hampir seluruh responden di kedua kelurahan memiliki jenis pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Jenis pekerjaan dengan persentase terkecil (1,00%) yaitu ibu hamil dengan jenis pekerjaan PNS.

Besar keluarga responden dikelompokkan menjadi dua kategori. Kategori pertama yaitu keluarga dengan jumlah anggota keluarga kurang dari sama dengan empat orang, dikategorikan sebagai keluarga kecil. Kategori kedua yaitu keluarga dengan jumlah anggota keluarga lebih dari empat orang, dikategorikan sebagai keluarga besar. Secara keseluruhan kisaran besar keluarga responden yaitu antara 2-8 orang.

Sebagian besar responden di Kelurahan Kramat Jati merupakan keluarga dengan besar keluarga kurang dari sama dengan empat orang. Sebanyak 76,00 persen responden memiliki keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang kurang dari sama dengan empat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden di Kelurahan Kramat Jati termasuk kedalam kategori keluarga kecil. Sedangkan sebanyak 24,00 persen lainnya termasuk kedalam kategori keluarga dengan jumlah anggota keluarga lebih dari empat.

Kelurahan Ragunan memiliki persentase yang lebih besar untuk besar keluarga dengan jumlah anggota keluarga kurang dari sama dengan empat. Hampir seluruh responden (90,00%) di Kelurahan Ragunan termasuk kedalam kategori keluarga kecil. Sedangkan hanya sebesar 10,00 persen dari total responden di Kelurahan Ragunan yang termasuk kedalam kategori keluarga dengan jumlah anggota keluarga lebih dari empat.

Sebanyak 83,00 persen responden memiliki besar keluarga yang termasuk kedalam kategori keluarga kecil. Hal ini berarti hampir seluruh besar keluarga responden termasuk kedalam kategori keluarga dengan jumlah anggota keluarga kurang dari sama dengan empat. Sedangkan 17,00 persen responden termasuk kedalam kategori besar keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari empat atau dapat dikatakan sebagai keluarga besar.

Pendapatan per kapita keluarga yang tergolong kedalam keluarga miskin adalah keluarga dengan pendapatan per kapita kurang dari Rp. 197.306,00. Dan keluarga dengan pendapatan per kapita lebih dari Rp. 197.306,00 termasuk kedalam kategori keluarga tidak miskin. Tingkat ekonomi keluarga akan dapat menjelaskan banyak hal yang terkait dengan kecukupan gizi. Selain itu, tingkat ekonomi keluarga juga mempengaruhi pemanfaatan pelayanan antenatal yang rendah (Depkes RI 1995 dalam Sutaryanto 2002).

Responden di Kelurahan Kramat Jati yang tergolong kedalam kategori keluarga tidak miskin memiliki persentase terbesar. Lebih dari separuh (70,00%) responden di kelurahan ini termasuk kedalam kategori keluarga tidak miskin. Hanya sebagian kecil (30,00%) responden saja yang termasuk kedalam kategori keluarga miskin.

Perbedaan hasil terdapat pada keluarga dengan kategori keluarga tidak miskin di Kelurahan Ragunan. Persentase keluarga yang termasuk kedalam kategori keluarga tidak miskin memiliki persentase yang sedikit lebih banyak dibandingkan dengan keluarga yang termasuk kedalam kategori yang sama di Kelurahan Kramat Jati. Sebagian besar keluarga (78,00%) di Kelurahan Ragunan termasuk kedalam kategori keluarga tidak miskin. Hanya sebagian kecil keluarga saja yang termasuk kedalam kategori keluarga miskin.

Secara keseluruhan hampir sebagian besar (74,00%) responden termasuk kedalam kategori keluarga dengan tingkat pendapatan per kapita lebih dari Rp. 197.306,00. Hal ini menggambarkan bahwa hampir sebagian besar keluarga responden termasuk kedalam kategori keluarga tidak miskin. Sebanyak 26,00% dari total responden di kedua kelurahan tersebut tergolong kedalam keluarga miskin. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil dari total keluarga responden di kedua kelurahan yang memiliki tingkat pendapatan per kapita dibawah Rp. 197.306,00.

Berikut ini disajikan sebaran responden berdasarkan usia kehamilan dan paritas. Berdasarkan paritas responden di Kelurahan Ragunan memiliki faktor risiko yang lebih aman bila dibandingkan dengan responden di Kelurahan Kramat Jati.

Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan usia kehamilan dan paritas

Variabel Kramat Jati Ragunan TOTAL

n % n % n % Usia Kehamilan Trimester I 26 52.00 34 68.00 60 60.00 Trimester II 20 40.00 14 28.00 34 34.00 Trimester III 4 8.00 2 4.00 6 6.00 TOTAL 50 100 50 100 100 100 Paritas ≤ 5 46 92.00 48 96.00 94 94.00 > 5 4 8.00 2 4.00 6 6.00 TOTAL 50 100.00 50 100.00 100 100.00

Paritas merupakan salah satu faktor risiko kehamilan yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan semasa kehamilan maupun pendarahan pada saat persalinan (Depkes RI 1995 dalam Sutaryanto 2002). Ibu hamil dengan tingkat paritas yang telah mencapai 5 kali persalinan atau lebih dapat dikatakan memiliki risiko kehamilan yang lebih besar dibandingkan ibu hamil dengan tingkat paritas yang lebih rendah. Pengelompokkan paritas dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tingkat paritas yang kurang dari sama dengan lima dan tingkat paritas lebih dari lima kali persalinan. Pengelompokkan tingkat paritas berdasarkan kepada risiko kehamilan yang akan dialami, dimana ibu hamil dengan paritas yang lebih tinggi memiliki risiko kehamilan yang lebih besar.

Hampir seluruh ibu hamil di Kelurahan Kramat Jati yang menjadi responden pada penelitian ini berada pada tingkat paritas yang tidak berisiko terhadap kehamilan sebagaimana disajikan dalam Tabel 7. Sebanyak 92,00 persen responden termasuk kedalam tingkat paritas kurang dari sama dengan lima. Sedangkan ibu hamil dengan tingkat paritas lebih dari lima adalah sebanyak 8,00 persen responden.

Kelurahan Ragunan memiliki hasil yang tidak jauh berbeda dengan hasil dari Kelurahan Kramat Jati. Pada Kelurahan Ragunan hampir seluruh responden berada pada tingkat paritas kurang dari sama dengan lima. Persentase ibu hamil dengan tingkat paritas yang tidak berisiko terhadap kehamilan di Kelurahan

Ragunan ini sedikit lebih baik dibandingkan dengan persentase di Kelurahan Kramat Jati. Persentase ibu hamil dengan tingkat paritas kurang dari sama dengan lima yaitu sebesar 96,00 persen. Kemudian 4,00 persen ibu hamil lainnya berada pada tingkat paritas lebih dari lima.

Hampir seluruh ibu hamil dari total responden di kedua kelurahan ini berada pada tingkat paritas yang tidak berisiko terhadap kehamilan. Gambaran ini didapat melalui hasil yang menunjukkan bahwa sebanyak 94,00 persen ibu hamil di kedua kelurahan tersebut memiliki tingkat paritas yang kurang dari sama dengan lima. Sedangkan untuk 6,00 persen ibu hamil lain berada pada tingkat paritas yang lebih dari lima. Hal ini menggambarkan bahwa pada kedua kelurahan tersebut hanya sebagian kecil saja ibu hamil yang berisiko tinggi terhadap kehamilannya. Sebaran responden berdasarkan tingkat paritas dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 7.

Usia kehamilan responden dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan standar yang umum digunakan di dunia kesehatan. Pembagian kategori ini yaitu trimester I, trimester II dan trimester III. Usia kehamilan yang termasuk kedalam kategori trimester I adalah kehamilan dengan usia 0-12 minggu. Sedangkan yang termasuk kedalam ketegori trimester II adalah usia kehamilan antara 13-24 minggu. Kemudian ibu hamil dengan usia kehamilan yang lebih dari 24 minggu atau sudah memasuki bulan ketujuh kehamilan termasuk kedalam kategori usia kehamilan trimester III.

Responden di kedua kelurahan baik di Kelurahan Kramat Jati maupun Kelurahan Ragunan tersebar kedalam tiga kategori usia kehamilan tersebut. Sebanyak 52,00 persen responden di Kelurahan Kramat Jati termasuk kedalam usia kehamilan trimester I. Hal ini berarti lebih dari separuh ibu hamil di Kelurahan Kramat Jati dengan usia kehamilan 0-12 minggu. Hampir separuh responden (40,00%) dengan usia kehamilan 13-24 minggu. Dan hanya sebagian kecil responden (8,00%) dengan usia kehamilan lebih dari 24 minggu atau tergolong kedalam trimester III kehamilan.

Kondisi yang tidak jauh berbeda tergambarkan melalui hasil yang didapatkan di Kelurahan Ragunan. Lebih dari separuh responden termasuk kedalam kategori ibu hamil dengan usia kehamilan di bawah 13 minggu. Sebanyak 34,00 persen ibu hamil dengan usia kehamilan antara 13-24 minggu atau termasuk kedalam kategori usia kehamilan pada trimester II. Selain itu, masih terdapat pula 4,00 persen responden dengan usia kehamilan diatas 24

minggu. Hal ini dapat pula digambarkan bahwa masih ada sebagian kecil ibu hamil dengan usia kehamilan yang termasuk kedalam trimester III kehamilan.

Lebih dari separuh responden di kedua kelurahan termasuk kedalam usia kehamilan trimester I atau kurang dari 13 minggu. Kemudian hampir separuh responden dengan usia kehamilan antara 13-24 minggu. Di samping itu, masih terdapat sebagian kecil responden dengan usia kehamilan di atas 24 minggu atau responden dengan usai kehamilan yang termasuk kedalam trimester III kehamilan. Sebaran responden berdasarkan usia kehamilan secara keseluruhan disajikan melalui Tabel 7.

Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil

Responden dikatakan memiliki tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik apabila responden mampu menjawab secara benar pertanyaan mengenai gizi dan kesehatan dengan persentase lebih dari 80,00. Untuk memenuhi tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan agar dapat tergolong baik maka responden harus menjawab secara benar minimal 12 item pertanyaan. Untuk kategori tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang dikatakan sedang, perolehan skor responden harus memenuhi kisaran nilai antara 60,00 hingga 80,00. Dan untuk memenuhi kisaran nilai tersebut responden harus menjawab 9-11 item pertanyaan yang diajukan secara tepat. Sedangkan untuk responden yang memperoleh total skor kurang dari 60,00 tergolong kedalam kategori tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang dianggap buruk. Responden yang termasuk kedalam kategori tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang buruk ini tidak mampu menjawab secara benar lebih dari delapan item pertanyaan dari 14 item pertanyaan yang diajukan.

Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan

Pengetahuan gizi dan kesehatan

Kramat Jati Ragunan Total

n % n % n %

Buruk 15 30.00 11 22.00 26 26.00

Sedang 24 48.00 28 56.00 52 52.00

Baik 11 22.00 11 22.00 22 22.00

Responden di Kelurahan Kramat Jati tidak banyak yang mampu menjawab lebih dari 11 pertanyaan mengenai gizi dan kesehatan secara benar. Hanya sebagian kecil (22,00%) responden saja yang mampu menjawab lebih dari 11 item pertanyaan secara tepat dan termasuk kedalam kategori ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan baik. Persentase terbesar untuk responden di Kelurahan Kramat Jati berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan adalah pada kategori sedang. Pada kategori tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang sedang, hampir separuh (48,00%) responden termasuk kedalam kategori ini dan berhasil menjawab secara tepat 9 – 11 item pertanyaan. Namun, sayangnya persentase ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang tergolong buruk masih lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang tergolong baik. Sebanyak 30,00 persen responden tidak mampu menjawab secara tepat melebihi 9 item pertanyaan.

Pengetahuan akan gizi dan kesehatan yang baik dapat membantu ibu hamil menjalani masa kehamilannya dengan baik pula. Ibu hamil yang menjalani masa kehamilannya dengan baik terkait pada status gizi yang ditunjang dengan pengetahuan yang baik dalam hal gizi dan kesehatan terkait kehamilan. Hal ini tergambar melalui pernyataan Suhardjo (1989) bahwa pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan seseorang dari konsumsi pangan yang salah. Hal ini dapat dikaitkan dengan kondisi ibu hamil selama kehamilan. Ibu hamil tentunya tidak mau kehamilannya berisiko karena mengonsumsi bahan pangan yang dapat membahayakan kehamilannya. Ibu hamil dengan pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik dapat memilah bahan pangan yang akan ia konsumsi. Dengan tingkat pengetahuan yang baik ibu hamil dapat mengetahui bahan pangan apa saja yang dapat membahayakan kehamilannya. Hal ini pun dapat berlaku sebaliknya, dengan pengetahuan akan gizi dan kesehatan yang baik ibu hamil juga dapat memilah bahan pangan apa saja yang dapat menunjang kehamilan sehingga ia dapat menjalani kehamilan dengan baik.

Secara umum, ibu hamil di Kelurahan Ragunan memiliki tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan ibu hamil di Kelurahan Kramat Jati. Gambaran ini tercermin melalui hasil yang didapatkan dari 50 orang responden di Kelurahan Ragunan. Responden di Kelurahan Ragunan dengan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan buruk memiliki persentase yang lebih kecil dibandingkan dengan responden di Kelurahan

Kramat Jati dengan kategori yang sama. Selain itu, lebih dari separuh (56,00%) responden di Kelurahan Ragunan termasuk kedalam kategori tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan sedang. Hal ini menunjukkan bahwa di Kelurahan Ragunan lebih banyak responden yang mampu menjawab secara tepat sebanyak 9-11 item pertanyaan. Untuk kategori tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan baik, terdapat persamaan persentase jumlah responden yang menjawab secara tepat lebih dari 11 item pertanyaan untuk Kelurahan Ragunan dan Kramat Jati.

Lebih dari separuh responden secara keseluruhan di kedua kelurahan mampu menjawab 9-11 item pertanyaan secara tepat. Hal ini juga menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden memiliki tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang tergolong sedang. Namun, jumlah responden dengan tingkat pengetahuan yang tergolong baik masih lebih rendah dibandingkan dengan jumlah responden dengan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang tergolong buruk. Sebanyak 26,00 persen responden secara keseluruhan belum mampu menjawab secara tepat lebih dari 8 item pertanyaan. Sedangkan hanya sebesar 22,00 persen responden saja yang mampu menjawab secara tepat item pertanyaan dengan skor diatas 80,00 atau sebanyak lebih dari 11 item pertanyaan. Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan disajikan pada Tabel 8.

Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengonsumsi Tablet Besi

Sebaran responden berdasarkan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi dibagi menjadi dua kategori. Kategori pertama adalah ibu hamil dengan konsumsi tablet besi kurang dari 80 persen. Pada kategori ini ibu hamil dikatakan tidak patuh dalam mengonsumsi tablet besi karena jumlah yang dikonsumsi kurang dari 80 persen. Kategori kedua ialah ibu hamil dengan konsumsi tablet besi ≥ 80 persen. Ibu hamil yang termasuk kedalam kategori kedua ini dapat dikatakan sebagai ibu hamil yang patuh dalam mengonsumsi tablet besi.

Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi

Konsumsi TTD Kramat Jati Ragunan TOTAL

n % n % n %

< 80% 37 77.08 29 70.73 66 74.16

≥ 80% 11 22.92 12 29.27 23 25.84

Sebagian besar responden di Kelurahan Kramat Jati termasuk kedalam kategori responden yang pertama. Sebanyak 77,08 persen responden tidak patuh dalam mengonsumsi tablet besi karena sebagian besar responden mengonsumsi tablet besi kurang dari 80 persen. Sedangkan di Kelurahan Ragunan persentase responden untuk kategori pertama lebih rendah jumlahnya. Hampir sebagian besar (70,73%) responden tidak patuh dalam mengonsumsi tablet besi.

Persentase responden yang lebih baik untuk kategori kedua terdapat pada responden di Kelurahan Ragunan. Jumlah responden dengan kategori patuh dalam mengonsumsi tablet besi lebih banyak terdapat pada Kelurahan Ragunan. Pada Kelurahan Ragunan terdapat jumlah responden yang patuh mengonsumsi tablet besi yaitu sebanyak 29,27 persen. Sedangkan di Kelurahan Kramat Jati jumlah responden yang termasuk kedalam kategori patuh dalam mengonsumsi tablet besi hanya sebanyak 22,92 persen.

Hampir sebagian besar dari seluruh total responden di kedua kelurahan termasuk kedalam kategori pertama. Hal ini menunjukkan bahwa responden di kedua kelurahan memiliki tingkat kepatuhan yang sangat kurang dalam mengonsumsi tablet besi. Konsumsi tablet besi walaupun sudah difasilitasi oleh pemerintah jumlahnya kurang dari 80 persen. Hasil lengkap tingkat kepatuhan responden dalam mengonsumsi tablet besi disajikan melalui Tabel 9.

Soehardi (2004) menyatakan penyebab anemia pada umumnya adalah karena kurangnya sel darah merah (hemoglobin). Dan untuk memproduksi sel darah merah, tubuh membutuhkan serangkaian zat gizi. Zat gizi yang paling diperlukan dalam memproduksi sel darah merah adalah zat besi, asam folat dan vitamin B12.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan asupan zat gizi untuk memproduksi sel darah merah, ibu hamil membutuhkan suplemen untuk memenuhi kebutuhannya akan zat gizi tersebut khususnya zat gizi yang dibutuhkan untuk memproduksi sel darah merah. Pemerintah memprioritaskan suplementasi tablet besi kepada ibu hamil. Suplementasi tablet besi ini dimaksudkan agar ibu hamil terhindar dari anemia. Menurut SKRT (1995) yang diacu dalam Darlina (2003) selain karena mempunyai prevalensi tertinggi (51%), ibu hamil mendapatkan prioritas dalam program suplementasi tablet besi ini juga karena akibat dari anemia yang tidak hanya membahayakan ibu namun juga janin yang dikandungnya. Selama masa kehamilan tablet besi sebaiknya

diminum minimal sebanyak 90 tablet. Namun, akan lebih baik ketika ibu hamil mengonsumsi tablet besi satu tablet setiap hari.

Konsumsi tablet besi sangat dipengaruhi oleh kesadaran dan kepatuhan ibu hamil. Kesadaran merupakan faktor pendukung bagi ibu hamil untuk patuh mengonsumsi tablet besi secara baik (WHO 1986 diacu dalam Wijianto 2002). Tingkat kepatuhan yang kurang sangat mungkin dipengaruhi oleh rendahnya kesadaran responden dalam mengosumsi tablet besi. Kesadaran untuk mengonsumsi tablet besi ini pun besar kemungkinan mendapat pengaruh melalui tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan responden yang secara umum tergolong sedang. Sebagaimana telah diungkapkan Suhardjo (1989) bahwa konsumsi pangan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan. Responden dengan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik memiliki kesadaran untuk mengonsumsi tablet besi yang lebih tinggi karena responden sadar akan kebutuhan dan manfaat dari tablet besi yang ia konsumsi bagi kehamilannya.

WHO (1986) dalam Wijianto (2002) juga menyatakan bahwa kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi tidak hanya dipengaruhi oleh

Dokumen terkait