• Tidak ada hasil yang ditemukan

Intensitas Pemeriksaan Kehamilan

Seseorang yang sedang menjalani masa kehamilan perlu melakukan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara teratur. Hal ini juga diperlukan untuk mengantisipasi segala gangguan yang dapat membahayakan kesehatan ibu maupun bayi yang dikandungnya sedini mungkin. Menurut Rachmawati (2004) apabila kesehatan merupakan hak asasi manusia, maka mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai adalah hak setiap orang dalam hal ini terkait pula dengan ibu hamil.

Pemeriksaan kehamilan dianjurkan dilakukan oleh ibu hamil minimal sebanyak empat kali selama kehamilan. Pemeriksaan pertama atau kunjungan pertama dilakukan sebelum usia kehamilan mencapai empat bulan atau antara 0-3 bulan (trimester 1). Kunjungan kedua pada usia kehamilan 4-6 bulan (trimester 2). Sedangkan untuk kunjungan ketiga dan keempat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan (trimester 3). Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan di posyandu, pondok bersalin, puskesmas, rumah sakit, tempat praktek dokter atau bidan swasta (Depkes RI 1993).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan ibu hamil dalam memilih tempat periksa kehamilan antara lain adalah biaya, jarak dan faktor kepercayaan. Besarnya biaya sangat mempengaruhi pilihan dan keputusan tempat pemeriksaan kehamilan. Dalam hal ini biaya yang dimaksud adalah biaya pelayanan yang diterima, biaya transportasi, biaya tenaga kesehatan dan harga pengobatan. Jarak rumah dengan tempat pelayanan juga menjadi pertimbangan dalam memilih tempat pemeriksaan kehamilan. Pertimbangan ini juga terkait dengan biaya transportasi yang harus dikeluarkan untuk menuju tempat pemeriksaan kesehatan. Namun kadang bagi sebagian ibu hamil, jarak yang jauh dan biaya yang dikeluarkan menjadi tidak berarti ketika senioritas dan pengalaman menjadi pilihan. Dengan demikian faktor kepercayaan juga menjadi salah satu penentu pemilihan tempat pemeriksaan kesehatan (Rachmawati 2004).

Cakupan kunjungan ibu hamil adalah kunjungan ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal dibandingkan dengan jumlah ibu hamil yang ada. Cakupan kunjungan ibu hamil ini menggambarkan kesadaran ibu hamil akan kesehatan dan keselamatan bayinya. Hal ini juga memiliki kaitan yang sangat erat dengan risiko saat melahirkan (Hartoyo etal 2003).

Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) (1998) diacu dalam Rachmawati (2004) menyebutkan bahwa antenatal care atau pemeriksaan kehamilan meliputi (1) pemeriksaan tekanan darah, (2) memperhatikan tanda-tanda tubuh sehat, (3) pengukuran berat dan tinggi badan, (4) pemeriksaan konjungtiva atau selaput yang melapisi permukaan dalam kelopak mata dan bola mata serta pemeriksaan kuku, (5) pemeriksaan adanya pembengkakan pada tangan, wajah dan mata kaki (untuk mengetahui gejala pre-eklampsia), (6) melakukan tes refleks lutut (untuk mengetahui gejala pre eklampsia), (7) pemeriksaan punggung di bagian ginjal, (8) melihat dan meraba payudara, tinggi fundus dan mendengarkan denyut jantung janin, (9) pemeriksaan vulva (untuk melihat kemungkinan terjadinya pembengkakan, luka, pembesaran kelenjar atau nyeri pada kandung kencing) dan (10) pemeriksaan tes laboratorium sederhana untuk pemeriksaan Hb. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) (2004) pemeriksaan kesehatan yang lebih umum dilakukan oleh tenaga kesehatan di kalangan masyarakat adalah pengukuran berat badan dan tinggi badan, pengukuran tekanan darah (tensi), pemeriksaan tinggi fundus uteri (bagian atas punggung rahim), suntikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT), serta pemberian tablet besi.

Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Tetanus Neonatorum adalah penyakit pada bayi baru lahir yang disebabkan karena masuknya kuman tetanus melalui luka tali pusat akibat pemotongan dan perawatan luka tali pusat yang tidak bersih atau ditaburi ramuan. Tetanus dapat terjadi karena ketika ibu sedang dalam masa kehamilan tidak mendapat imunisasi TT lengkap, sehingga ibu dan bayi yang dikandungnya tidak kebal terhadap kuman tetanus. Tetanus mengakibatkan sebagian besar bayi yang menderita tetanus neonatorum akan meninggal dalam beberapa hari saja.

Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil dilakukan sebanyak dua kali. Hal ini bertujuan agar ibu dan bayinya menjadi kebal terhadap tetanus. Pemberian imunisasi TT sebanyak dua kali dimaksudkan karena suntikan pertama belum menjadikan bayi dalam kandungan kebal sepenuhnya terhadap tetanus sehingga pada waktu lahir bayi masih mungkin terkena tetanus bila ada kuman tetanus yang masuk ke dalam tubuh melalui luka tali pusat.

Imunisasi TT diperuntukkan bagi ibu hamil, calon pengantin wanita dan anak usia sekolah kelas enam SD. Pada ibu hamil imunisasi ini diberikan dua kali. Imunisasi pertama dilakukan segera pada saat terlihatnya tanda-tanda kehamilan. Kemudian suntikan kedua diberikan setelah suntikan pertama dengan jeda waktu minimal selama satu bulan. Imunisasi TT dapat diberikan oleh tempat pelayanan kesehatan yang terdapat di masyarakat seperti posyandu, pondok bersalin, puskesmas, rumah sakit, praktek dokter atau bidan swasta. Ibu hamil selambat-lambatnya harus sudah mendapatkan imunisasi TT pada usia kehamilan delapan bulan (Depkes RI 1993).

Pemberian Tablet Besi

Suplementasi tablet besi diperuntukkan bagi ibu hamil, ibu nifas, anak usia sekolah, remaja putri dan wanita usia subur (WUS). Ibu hamil mendapat prioritas utama karena kelompok ini mempunyai prevalensi anemia tertinggi yaitu 51 persen (SKRT 1995 diacu dalam Darlina 2003). Kelompok ibu hamil juga dianggap paling rentan karena anemia dapat membahayakan ibu dan bayinya (Darlina 2003). Fauzi (2002) diacu dalam Wijianto (2002) menyatakan bahwa program suplementasi tablet besi (dalam hal ini berupa pemberian tablet besi) untuk ibu hamil di Indonesia masih kurang efektif. Hal ini terutama disebabkan oleh masalah distribusi (cakupan) dan kepatuhan ibu hamil untuk mengonsumsi tablet besi.

Suplementasi tablet besi diberikan dengan maksud menghindari ibu hamil dari risiko anemia. Konsumsi tablet besi sangat dipengaruhi oleh kesadaran dan kepatuhan ibu hamil. Kesadaran merupakan faktor pendukung bagi ibu untuk patuh mengonsumsi secara baik. Namun demikian, kepatuhan juga dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor diantaranya adalah bentuk tablet, warna, rasa dan efek samping. Efek samping dari tablet besi antara lain mengakibatkan nyeri lambung, mual, muntah, konstipasi dan diare (WHO 1986 diacu dalam Wijianto 2002). Pemberian tablet besi setiap hari dalam jangka waktu tiga bulan seperti yang dilakukan sekarang seringkali menimbulkan kebosanan, terutama dibarengi dengan adanya efek samping yang negatif dari tablet besi tersebut (Wijianto 2002). Konsumsi tablet besi untuk ibu hamil minimal sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan. Namun sebaiknya tablet besi diminum secara teratur satu tablet setiap hari (Depkes RI 1993).

Riwayat Kesehatan Ibu Hamil

Masa kehamilan bukan hanya merupakan masa-masa yang rawan akan gangguan kesehatan. Masa kehamilan juga merupakan masa-masa yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia di masa depan. Hal ini disebabkan karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh kondisinya pada saat masa janin dalam kandungan. Jika keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil baik, maka janin yang dikandungnya akan baik pula serta keselamatan ibu waktu melahirkan akan terjamin. Kondisi ini dapat direalisasikan dengan memenuhi kecukupan gizi bagi ibu hamil. Apabila kecukupan akan energi dan protein telah terpenuhi, maka kecukupan zat-zat gizi lain umumnya akan terpenuhi atau setidaknya tidak terlalu sukar untuk memenuhinya (Khumaidi 1994).

Rachmawati (2004) menyatakan bahwa banyak faktor yang menentukan kesehatan kehamilan seseorang. Salah satu dari faktor-faktor tersebut adalah riwayat kehamilan. Kehamilan seseorang yang pernah dilalui sangat menentukan kualitas kehamilan berikutnya. Namun rupanya banyak dari ibu hamil di Indonesia yang mengabaikan hal tersebut.

Selain itu, kebutuhan gizi antara orang sehat dan orang sakit terutama yang baru sembuh dari sakit berat tidak bisa disamakan. Sel-sel tubuh orang sakit sebagian telah mengalami kerusakan dan perlu digantikan. Oleh karena itu orang tersebut membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan gizi yang biasanya. Selain untuk membangun kembali sel-sel tubuh yang telah rusak, kelebihan zat gizi tersebut diperlukan untuk memulihkan tenaga (Apriadji 1986).

Suhardjo (1989) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang saling menguntungkan antara pendapatan dengan keadaan gizi. Namun, perlu diperhatikan bahwa pada kenyataannya peningkatan pendapatan untuk tiap golongan penduduk seringkali berbeda tingkatnya. Melalui hal ini dapat diasumsikan bahwa pendapatan turut menunjang keadaan atau status gizi.

Jenis Penyakit selama Kehamilan

Selama masa kehamilan banyak penyakit yang menyerang terkait dengan kesehatan kehamilan seorang ibu hamil. Penyakit ini muncul dan meresahkan seiring berkembangnya kehamilan. Menurut Thompson (2004) penyakit yang umum muncul selama masa kehamilan adalah anemia, hipertensi, diabetes dan ambeien.

Anemia pada Ibu Hamil

Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pengangkut oksigen) di bawah normal (Nurcahyo 2007). Zat besi memiliki fungsi dalam mengangkut oksigen ke sel-sel tubuh, membantu pembentukan serta meningkatkan produksi sel-sel darah merah yang dapat menurunkan risiko anemia dan merupakan salah satu komponen dalam fermen sitokrom. Di samping itu, zat besi merupakan zat gizi yang mampu meningkatkan efisiensi transmisi saraf pada otak manusia dan sangat penting untuk menjaga keseimbangan serta kelengkapan gizi yang diperlukan otak (Soehardi 2004). Menurut Wirakusumah (1999) zat besi pada saat kehamilan tidak hanya dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan ibu hamil akan zat besi saja namun juga dibutuhkan untuk proses pembentukan sel-sel darah merah yang semakin banyak dalam tubuh ibu hamil tersebut serta janin dan plasentanya. Seiring dengan usia kehamilan yang semakin bertambah kebutuhan akan zat besi pun semakin meningkat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa risiko anemia pun semakin meningkat.

Anemia besi pada ibu hamil dapat disebabkan oleh banyak faktor, yaitu faktor yang langsung, tidak langsung dan mendasar. Secara langsung anemia disebabkan oleh seringnya ibu hamil mengonsumsi zat penghambat absorbsi zat besi, kurangnya mengonsumsi promotor absorbsi zat besi non heme dan adanya infeksi parasit. Adapun kurang diperhatikannya keadaan ibu pada waktu hamil merupakan faktor yang tidak langsung. Namun, secara mendasar anemia pada ibu hamil disebabkan oleh rendahnya pendidikan dan pengetahuan ibu serta faktor ekonomi yang masih rendah (Djunaidi 1995 diacu dalam Darlina 2003).

Namun menurut Soehardi (2004) pada umumnya penyebab anemia adalah sama, yaitu karena kurangnya sel darah merah (hemoglobin). Untuk memproduksi sel darah merah, tubuh memerlukan serangkaian zat gizi. Zat gizi yang paling dibutuhkan dalam memproduksi sel darah merah adalah zat besi, asam folat dan vitamin B12 (cyanocobalamine). Selain itu diperlukan juga zat gizi lain seperti protein, vitamin B6 (pyridoxine), asam askorbat (bahan dasar vitamin C), vitamin E serta tembaga.

Kebutuhan zat besi pada setiap trimester kehamilan tidak sama. Pada trimester pertama (usia kehamilan 0-3 bulan) kebutuhan zat besi justru akan lebih rendah dibandingkan dengan sebelum hamil. Hal ini dikarenakan ibu hamil tidak mengalami menstruasi dan janin yang dikandung belum begitu banyak

memerlukan zat besi. Pada trimester kedua (usia kehamilan 4-6 bulan) kebutuhan zat besi mulai meningkat dibandingkan sebelum hamil. Pada trimester ini terjadi pertambahan sel-sel darah merah dan hal ini akan terus berlanjut hingga pada trimester ketiga (usia kehamilan 7-9 bulan). Dalam hal ini, jumlah sel darah merah yang bertambah dapat mencapai 35 persen seiring dengan meningkatnya kebutuhan zat besi yang sebanyak 450mg. Pertambahan sel darah merah disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan oksigen dari janin. Pada trimester kedua dan ketiga seorang ibu hamil memerlukan zat besi dalam jumlah yang banyak. Peningkatan kebutuhan akan zat besi ini tidak bisa didapat hanya melalui makanan saja. Oleh karena itu, ibu hamil yang sudah menginjak usia kehamilan 4 bulan membutuhkan tambahan zat besi yang berupa suplementasi zat besi pun ketika ibu hamil tersebut sudah mengonsumsi banyak makanan yang mengandung zat besi dan bioavailabilitasnya tinggi. Namun, terdapat pengecualian dalam hal ini yaitu pada ibu hamil yang sejak awal telah mempunyai cadangan zat besi sebesar 500mg. Pada ibu hamil ini tidak dibutuhkan suplementasi lagi (Wirakusumah 1999). Pada Tabel 1 disajikan pertambahan kebutuhan zat besi tiap trimester.

Tabel 1 Pertambahan kebutuhan zat besi pada ibu hamil Trimester

Kebutuhan Zat Besi (mg/hari)

Kebutuhan untuk Sel Darah Merah (mg) Kebutuhan Conceptus (mg) I ± 1 30-40 II ± 5 300 115 III ± 5 150 223

Anemia pada saat kehamilan dapat ditanggulangi dengan mengonsumsi tablet besi secara teratur satu tablet setiap hari atau minimal sebanyak 90 tablet selama kehamilan. Setiap tablet besi mengandung 200mg Sulfat Ferosus (setara dengan 60mg besi elemental) dan 0.25 mg asam folat (BPS 2004). Kedua senyawa kimia tersebut berfungsi mensuplai kebutuhan mineral Fe dan membantu metabolisme tubuh selama kehamilan.

Hipertensi

Menurut Nurcahyo (2007), hipertensi terbagi menjadi tiga kategori, yaitu hipertensi dengan tekanan darah agak tinggi (140/90-150/110mmHg), hipertensi sedang (dengan tekanan darah 150/90-180-/110mmHg) serta hipertensi berat (dengan tekanan darah di atas 180/110mmHg).

Dokter biasanya menghentikan pemakaian obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah bagi ibu hamil dengan tekanan darah agak tinggi. Hal ini dikarenakan oleh kerugian yang ditimbulkan terhadap janin lebih tinggi dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh ibu. Sedangkan untuk membantu mengontrol tekanan darahnya, ibu hamil dengan tekanan darah yang agak tinggi ini dianjurkan untuk membatasi asupan garam serta mengurangi aktivitas fisik.

Ibu hamil dengan tingkat hipertensi sedang seringkali harus mengonsumsi obat anti-hipertensi. Obat anti-hipertensi yang diberikan kepada ibu hamil biasanya adalah metildopa dan hidralazin. Diuretik (obat yang dapat membuang kelebihan cairan dalam tubuh) tidak dianjurkan kepada ibu hamil karena obat jenis ini dapat menghambat pertumbuhan janin. Pada ibu hamil dengan tingkat hipertensi sedang dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal dan

pemantauan pertumbuhan janin melalui USG (ultrasonografi) setiap bulan.

Perawatan yang lebih khusus diperlukan bagi ibu hamil yang menderita hipertensi berat. Hal ini disebabkan karena kehamilan bisa memperburuk hipertensi dan memungkinkan ibu hamil tersebut menderita pembengkakan otak (stroke). Abrupsio plasenta (pelepasan plasenta sebelum waktunya) lebih sering terjadi pada ibu hamil yang menderita hipertensi berat. Hal ini menyebabkan terputusnya pasukan oksigen serta zat gizi ke janin yang mengakibatkan kematian janin. Bahkan, meskipun tidak terjadi abrupsio plasenta hipertensi dapat menyebabkan berkurangnya pasokan darah ke janin sehingga memperlambat pertumbuhan janin. Namun, apabila ibu hamil bersikeras untuk melanjutkan kehamilan dokter akan memberikan obat anti-hipertensi yang lebih kuat dan untuk melindungi ibu dan janin penderita harus dirawat di rumah sakit. Ketika kondisi ibu hamil semakin memburuk, mengakhiri kehamilan sangat dianjurkan untuk menyelamatkan jiwa ibu. Hal ini juga diperkuat dengan penyataan Sadiq (2002) bahwa sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh faktor Trias Klasik dimana salah satunya adalah hipertensi.

Diabetes

Diabetes adalah sindroma klinik yang terdiri dari peninggian kadar gula darah, ekskresi gula melalui air seni dan gangguan mekanisme kerja hormon insulin. Kelainan tersebut timbul secara bertahap dan bersifat menahun akibat gangguan metabolisme. Gangguan metabolisme dapat mencakup metabolisme

karbohidrat, protein, lemak, air maupun elektrolit dalam tubuh (Kardjati&Arbai 1986 diacu dalam Marlina 2004).

Menurut Nurcahyo (2007) diabetes yang bermula atau pertama kali muncul pada saat kehamilan (diabetes gestasional) terjadi pada 1-3 persen kehamilan. Ibu hamil biasanya menjalani penyaringan untuk diabetes gestasional secara rutin. Diabetes jenis ini biasanya akan menghilang setelah persalinan.

Selama hamil seorang ibu diberikan suntikan insulin untuk mengontrol diabetes yang dapat membahayakan janin dan jiwa ibu sendiri. Suntikan insulin diberikan karena obat anti-diabetes yang diminum bisa membahayakan janin. Diabetes dapat menyebabkan meningkatnya risiko infeksi pada ibu hamil, persalinan secara dini dan tekanan darah tinggi akibat kehamilan. Namun, jika hipertensi terkendali maka kehamilan tidak akan memperburuk penyakit ginjal yang disebabkan oleh diabetes dan meminimalisir terjadinya komplikasi ginjal.

Kelainan bawaan kemungkinan besar terjadi jika diabetes selama kehamilan enam sampai tujuh minggu tidak terkontrol dengan baik. Ibu hamil yang menderita diabetes biasanya akan melahirkan bayi yang sangat besar meskipun selama kehamilan kadar gula darah ibu hamil normal atau mendekati normal. Selain itu, sebagian besar penderita diabetes bisa melahirkan secara normal. Namun, jika keadaan kesehatannya tidak memungkinkan atau diabetes selama kehamilan tidak terkontrol dengan baik ibu hamil tidak disarankan melahirkan secara normal. Pada kasus seperti ini dilakukan amniosentesis untuk menilai kematangan paru-paru janin sehingga bayi bisa dilahirkan secara dini melalui operasi caesar. Operasi caesar juga dilakukan jika bayi terlalu besar sehingga tidak dapat melewati jalan lahir atau dapat mempersulit persalinan.

Kehamilan yang terlalu lama dapat membahayakan janin. Persalinan yang normal terjadi pada usia kehamilan 40 minggu atau sebelumnya. Jika telah melewati usia 40 minggu seorang ibu hamil yang menderita diabetes belum juga melahirkan maka dilakukan induksi dengan cara memecahkan ketuban dan memberikan oksitosin intravena atau dilakukan operasi caesar. Kehamilan yang terus dibiarkan hingga lebih dari 42 minggu dapat mengakibatkan bayi meninggal dalam kandungan.

Bayi yang lahir dari penderita diabetes memiliki risiko menderita gangguan pernafasan, kadar gula darah dan kalsium yang rendah, sakit kuning serta jumlah sel darah merah yang meningkat. Namun, kelainan-kelainan ini hanya bersifat sementara dan masih dapat diobati.

Ambeien

Ambeien merupakan pembengkakan vena di sekitar dubur (anus). Hal ini umum terjadi pada ibu hamil. Gejala ambeien pada ibu hamil antara lain gatal, sakit, nyeri bila membuka dubur dan berdarah. Ambeien dapat semakin buruk ketika diiringi dengan sembelit. Ambeien dapat menimbulkan rasa nyeri ketika akan buang air besar (Nolan 2004).

Cara mengurangi atau mengantisipasi ambeien dapat dilakukan dengan menghindari sembelit, berhenti merokok, berolahraga teratur diiringi dengan latihan relaksasi, menggunakan air hangat atau tisu basah untuk membasuh dubur, mengompres dengan air dingin atau batu es, menggunakan krim khusus untuk ambeien atau obat pencahar dan memeriksakan diri ke dokter apabila anus berdarah (Thompson 2004). Nolan (2004) menganjurkan kebiasaan diet tinggi serat untuk mengantisipasi ambeien. Bahan pangan yang mengandung serat tinggi antara lain adalah roti dari bijian utuh (roti gandum), kentang yang dikonsumsi bersama dengan kulitnya, beragam sayuran serta buah-buahan. Minum air putih dalam jumlah yang banyak juga dapat membantu mengatasi masalah ambeien. Ambeien dapat ditanggulangi dengan melakukan latihan untuk dasar rongga panggul. Kebiasaan menunda buang air besar dapat memperparah ambeien oleh karena itu hal ini sebaiknya dihindari.

Jenis Keluhan Selama Kehamilan

Thompson (2004) menyatakan bahwa keluhan kehamilan yang paling

umum dijumpai pada masa-masa awal kehamilan (trimester I) adalah morning

sick, yaitu mual dan muntah yang terjadi di pagi hari. Kondisi ini umum ditemui pada sebagian besar wanita hamil, namun dapat juga tidak dialami oleh wanita hamil lainnya. Kondisi ini biasanya akan berlangsung hingga usia kehamilan memasuki minggu ke-12 atau bulan ketiga kehamilan. Gangguan ini diperkirakan terjadi karena peningkatan hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) selama tiga bulan pertama kehamilan. Penyebab lain ialah stress, bau yang menyengat, pengaruh meminum tablet zat besi pada awal kehamilan, sulit menelan serta melihat atau mencium makanan yang tidak disukai.

Keluhan yang dialami ibu hamil selama masa kehamilan bukan hanya

morning sick saja melainkan ada berbagai macam jenis keluhan. Keluhan-keluhan tersebut adalah sakit dan nyeri, sakit punggung, varises, oedema, gatal-gatal, sakit kepala, gangguan kencing dan sembelit.

Sakit dan Nyeri

Gangguan atau keluhan ini disebabkan oleh hormon yang mengendurkan persendian dan jaringan ikat meregang dan tegang akibat membesarnya bayi. Sakit pada iga disebabkan rahim yang membesar menekan tulang iga ke atas (Thompson 2004). Nolan (2004) menjelaskan bahwa nyeri pada ibu hamil dapat terjadi pada payudara dan ulu hati (perut). Nyeri pada payudara lazim dialami ibu hamil karena nyeri payudara merupakan salah satu tanda paling awal dari kehamilan. Payudara akan terasa sangat nyeri dan sakit terhadap apapun kecuali sentuhan yang sangat lembut. Nyeri ulu hati disebabkan oleh hormon-hormon kehamilan yang membuat katup di puncak lambng semakin melemah. Hal ini menyebabkan asam lambung dapat masuk ke kerongkongan dan menyebabkan rasa panas.

Nyeri payudara dapat diatasi dengan meletakkan kompres panas atau kain flanel dingin pada payudara. Ibu hamil juga disarankan untuk lebih sering mandi dengan cara berendam menggunakan air panas. Memijat payudara dengan lembut juga dapat mengurangi nyeri payudara. Kopi dan minuman lain yang mengandung kafein dapat memicu rasa nyeri. Oleh karena itu sebaiknya hindari kopi dan minuman berkafein lain selama kehamilan.

Antisipasi nyeri ulu hati (perut) dapat dilakukan dengan merubah pola makan. Porsi makan yang lebih sedikit tetapi sering lebih dianjurkan. Selain itu, mengonsumsi biskuit jahe, minum teh pepermint, susu dan air hangat juga dianjurkan untuk mengurangi nyeri ulu hati namun hindari bahan pangan yang mengandung banyak lemak seperti keju, mentega, krim dan daging berlemak. Menghindari posisi tubuh membungkuk (terutama sesudah makan) untuk mengambil sesuatu dapat mencegah rasa nyeri pada ulu hati, posisi berjongkok lebih dianjurkan untuk ibu hamil. Kopi dan minuman berkafein lain sebaiknya dihindari seperti halnya pada antisipasi nyeri payudara. Konsultasi dengan dokter akan sangat membantu dalam mengatasi nyeri ulu hati. Umumnya, dokter akan memberikan antasida untuk membantu mengatasi kondisi ini (Nolan 2004).

Sakit Punggung

Sakit punggung pada ibu hamil dapat muncul kapan saja namun dapat semakin mengganggu pada beberapa minggu terakhir sebelum persalinan. Hal ini berkaitan dengan hormon yang mengendurkan persendian panggul dan jaringan ikat untuk persiapan persalinan ditambah dengan tarikan otot punggung karena bayi membesar yang mengubah keseimbangan tubuh. Untuk

menghindari sakit punggung disarankan untuk berjongkok atau menekuk lutut bila mengangkat sesuatu dan usahakan jangan mengangkat benda berat (Thompson 2004).

Sakit Kepala

Keluhan ini dapat muncul lebih sering selama kehamilan dan

Dokumen terkait