• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V – Situasi Sumber Daya Kesehatan

ANGKA/UMUR HARAPAN HIDUP

D. STATUS GIZI

Gizi adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi individu atau masyarakat, salah satu faktor utama kualitas sumber daya manusia, dan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Persoalan gizi dalam pembangunan kependudukan merupakan persoalan yang masih dianggap menjadi masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia. Di Indonesia sendiri, persoalan gizi merupakan salah satu persoalan utama dalam pembangunan manusia.

Sebagai salah satu Negara dengan kompleksitas kependudukan yang sangat beraneka ragam, Indonesia masih mengalami permasalahan dinamika persoalan gizi terutama kasus gizi buruk pada balita.

Berdasarkan hasil Riskesdas Tahun 2018, terlihat adanya perbaikan status gizi pada balita di Indonesia. Proporsi status gizi sangat pendek dan pendek turun dari 37,2%

(Riskesdas 2013) menjadi 30,8%. Demikian juga proporsi status gizi buruk dan gizi kurang turun dari 19,6% (Riskesdas 2013) menjadi 17,7%.

Kekurangan gizi pada anak balita dapat menyebabkan pertumbuhan fisik dan otak anak tidak optimal, anak menjadi kurus, dan sangat pendek. Apabila dalam jangka panjang hal tersebut tidak diatasi dengan segera maka akan mengakibatkan hilangnya potensi generasi muda yang cerdas dan berkualitas (lost generation) sehingga anak menjadi tidak produktif dan tidak mampu bersaing di masa depan. Sementara itu, kelebihan gizi juga tidak baik bagi anak karena memicu munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, hipertensi, hiperkolestrol dan penyakit jantung.

Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator yaitu status gizi bayi yang diukur dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), status gizi balita, KEP (Kurang Energi Protein) balita dan status gizi ibu hamil KEK (Kurang Energi Kronis) .

1). Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR < 2500 gram)

Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, BBLR

| Profil Kesehatan Kota Palu Tahun 2020 47

| Profil Kesehatan Kota Palu Tahun 2020 48 2). SKDN

SKDN yang dilakukan melalui Posyandu adalah salah satu upaya yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan penimbangan balita berdasarkan indikator SKDN dan indikator lainnya.

Beberapa indikator SKDN diantaranya cakupan program (K/S), tingkat partisipasi masyarakat (D/S), hasil penimbangan balita (N/D), tingkat intensitas masalah gizi (BGM/ cakupan Tahun 2019 (78%), sedangkan untuk tingkat partisipasi masyarakat (D/S) Kota Palu sebesar 33,11% mengalami penurunan 26,42% dibanding Tahun 2019 (59,53%).

| Profil Kesehatan Kota Palu Tahun 2020 49 Forum Kesehatan dan Poskesdes yang terbentuk disetiap kelurahan diharapkan dapat memberi dampak positif pada peningkatan pelayanan di Posyandu, selain itu juga perlu meningkatkan kerjasama dengan lintas program maupun lintas sektor. Tindak lanjut dari hasil penimbangan selain penyuluhan juga pemberian makanan tambahan dan pemberian suplemen gizi.

3). Status Gizi Balita

Peran serta masyarakat dalam penimbangan balita menjadi sangat penting dalam deteksi dini kasus gizi kurang dan gizi buruk. Dengan rajin menimbang balita, maka pertumbuhan balita dapat dipantau secara intensif, sehingga bila berat badan anak tidak naik ataupun jika ditemukan penyakit dapat segera dilakukan upaya pemulihan dan pencegahan supaya tidak menjadi gizi kurang atau gizi buruk.

Salah satu tanda atau indikator kesejahteraan rakyat adalah apabila setiap orang baik laki-laki maupun perempuan, anak, dewasa dan lanjut usia, kaya dan miskin semuanya berstatus gizi baik. Artinya mereka semuanya tercukupi kebutuhan pangannya. Mereka yang keadaan gizinya baik adalah mereka yang terbebas dari masalah gizi.

Secara langsung masalah gizi dipengaruhi oleh kurangnya atau ketidakcukupan konsumsi energi, protein dan zat gizi mikro lainnya. Gizi kurang dapat berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang, dimana anak yang menderita gizi kurang akan mengalami gangguan pertumbuhan fisik dan mental.

Gizi buruk dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi yang perlu diberi perhatian lebih yaitu kelompok bayi dan balita. Usia 0-2 tahun merupakan masa tumbuh kembang yang optimal (golden period) terutama untuk pertumbuhan janin sehingga bila terjadi gangguan pada masa ini tidak dapat dicukupi pada masa berikutnya sehingga akan berpengaruh negatif pada kualitas generasi penerus.

Salah satu cara untuk menanggulangi masalah gizi kurang dan gizi buruk adalah dengan menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan. Gizi buruk terjadi akibat dari kekurangan gizi tingkat berat yang jika tidak ditangani secara cepat, tepat dan komprehensif dapat mengakibatkan kematian.

Permasalahan kasus gizi buruk sebagian besar berasal dari keluarga kurang mampu dengan tingkat pendidikan yang rendah, kurangnya pengetahuan ibu tentang pola asuh dan pemberian makanan, sehingga tidak dapat mempertahankan status gizi balita pasca penanganan. Keadaan ini menyebabkan munculnya kasus gizi buruk secara berulang.

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan juga mengamanatkan bahwa seluruh kasus

| Profil Kesehatan Kota Palu Tahun 2020 50 gizi buruk harus mendapat penanganan 100% baik secara rawat inap maupun rawat jalan atau perawatan di rumah.

Selama Tahun 2020, di Kota Palu terjadi 33 kasus gizi buruk (Laki-laki 7 kasus, Perempuan 26 kasus) dan terjadi 551 kasus gizi kurang (Laki-laki 280 kasus, Perempuan 271 kasus). Semua kasus yang ditemukan tersebut ditangani 100%. Gambaran status gizi kurang dan gizi buruk balita di Kota Palu dapat dilihat pada gambar berikut:

Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kota Palu Tahun 2019

4). Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (Bumil KEK)

Salah satu indikator status gizi ibu hamil adalah Bumil KEK. Ibu hamil dikatakan Kurang Energi Kronik apabila dari hasil pengukuran lingkar lengan atas (LILA) ≤23,5 cm.

Pada Tahun 2020 dari 7.808 ibu hamil di Kota Palu terdapat 808 Bumil KEK (10,35%) mengalami peningkatan sebesar 0,15% dibandingkan cakupan Tahun 2019 yaitu 10,20%.

Kendati demikian cakupan bumil KEK Kota Palu selama Tahun 2020 tidak melewati target Renstra Kementrian Kesehatan Tahun 2020 yaitu 16%.

Dari jumlah Bumil KEK yang ada, sebanyak 716 bumil (88,61%) diberikan penanganan melalui pemberian makanan tambahan (PMT) selama 60 hari dengan sumber dana berasal dari APBD II Kota Palu. Selain itu ada beberapa Puskesmas yang memanfaatkan dana BOK untuk membantu penanganan kasus Bumil KEK, dengan keterbatasan ini maka upaya lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan cara melakukan PMT penyuluhan kepada ibu hamil KEK lainnya. Untuk ke depan perlu lebih meningkatkan penyuluhan pada WUS (remaja putri, ibu hamil, ibu menyusui) tentang gizi dan upaya konsumsi tablet tambah darah secara adekuat sehingga prevalensi KEK dan anemia defesiensi besi dapat berkurang.

2,39 2,52 2,75

3,37 3,61

0,16 0,15 0,10 0,16 0,22

0 2,5 5

2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 3.27

Status Gizi Kota Palu Tahun 2016 s/d 2020

Gizi Kurang Gizi Buruk

| Profil Kesehatan Kota Palu Tahun 2020 51 Tabel 3.14

Distribusi Penanganan Kasus Bumil KEK di Kota Palu Tahun 2016 – 2020 Tahun Jumlah Bumil

KEK Bumil KEK yang

Ditangani % 2016

2017 2018 2019 2020

1.107 988 750 793 808

1.107 988 750 607 716

100 100 100 76,54 88,61

Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Sumber : Lap.Tahunan Sie. Gizi Dinkes Kota Palu Tahun 2020

306 326 349

832 840

375 835

617

491 476

1.061 1.078

222 49 67 20 52 56 49 121 76 32 66 95 90 35 0

750 1.500

Gambar 3.28

Jumlah Bumil KEK terhadap Bumil Diperiksa Dirinci Menurut Puskesmas di Kota Palu Tahun 2020

Bumil Baru Bumil KEK

| Profil Kesehatan Kota Palu Tahun 2020 52

| Profil Kesehatan Kota Palu Tahun 2020 53 ecara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama yaitu upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP). Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan.

Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan sesuai dengan Visi dan Misi Departemen Kesehatan maka dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain indikator upaya pelayanan kesehatan dengan memperhatikan data pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pelayanan kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, pencegahan dan pemberantasan penyakit, pelayanan kefarmasian dan berbagai kegiatan lainnya.

Dokumen terkait