• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status Gizi IMT/U Anak Autisme Berdasarkan Tindakan Ibu dalam

BAB V PEMBAHASAN

5.10. Status Gizi IMT/U Anak Autisme Berdasarkan Tindakan Ibu dalam

Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa secara umum tindakan ibu berada dalam kategori cukup yaitu sebanyak 14 orang. Dimana dari 14 ibu yang memiliki tindakan cukup terdapat 71,4% anak autisme yang status gizi TB/U berada dalam karegori normal dan terdapat masing-masing 14,3% yang status gizi TB/U berada dalam kategori pendek dan sangat pendek. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tindakan ibu yang berada dalam kategori cukup tidak membuat status gizi TB/U anak autisme terganggu, meskipun masih terdapat masing-masing 2 orang yang status gizi TB/U berada dalam kategori pendek dan sangat pendek.

Tindakan ibu yang tidak memberikan diet/pola khusus pada anak autisme memang tidak berdampak pada status gizi TB/U, namun anak autisme akan mengalami kemajuan yang lambat dalam kesembuhannya. Menurut Budhiman, dkk dalam Ratnadewi (2008) untuk menanggulangi autisme maka yang harus dibenahi adalah metabolisme tubuh penyandang autisme tersebut. Yaitu dengan mengatur pola makannya dan suplementasi bila diperlukan. Jika tidak maka dirasa percuma untuk melakukan terapi perilaku, terapi berbicara ataupun terapi lainnya, sementara metabolisme dalam tubuh anak autisme masih bermasalah.

5.10. Status Gizi (IMT/U) Anak Autisme Berdasarkan Tindakan Ibu dalam Pemberian Makan pada Anak Autisme

Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa secara umum tindakan ibu berada dalam kategori cukup yaitu sebanyak 14 orang. Dimana dari 14 orang yang memiliki tindakan cukup terdapat 78,7% anak autisme yang status gizi IMT/U berada dalam

kategori normal dan terdapat masing-masing 7,1% anak autisme yang berada pada kategori gemuk, kurus dan sangat kurus. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki tindakan cukup tidak membuat status gizi IMT/U anak autisme terganggu, hal ini dapat dilihat bahwa pada umumnya status gizi IMT/U anak autisme berada dalam kategori normal. Meskipun masih terdapat sebagian kecil yang status gizinya berada pada kategori yang tidak normal seperti gemuk, kurus dan sangat kurus.

Tindakan ibu yang tidak memberikan diet/pola khusus pada anak autisme memang tidak berdampak pada status gizi IMT/U, namun anak autisme akan lambat mengalami kemajuan, jika hal ini dibiarkan secara terus-menerus maka dapat dipastikan anak autisme tidak dapat sembuh, intervensi diet pada anak autisme harus dilakukan sedini mungkin agar anak autisme dapat sembuh, artinya anak dapat berkomunikasi dengan baik, perilaku hiperaktifnya berkurang dan mampu bersosialisasi dengan lingkungannya (Judarwanto,2009).

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat dikemukakan mengenai perilaku ibu tentang pemberian makan dan status gizi anak autisme di Kota Binjai adalah :

1. Pengetahuan ibu tentang pemberian makan pada anak autisme sebagian besar berada pada kategori cukup yaitu sebesar 68,8%, sebab dari pertanyaan tentang pemberian makan secara umum banyak ibu yang mampu menjawab benar, namun untuk pertanyaan tentang pemberian makan secara khusus (diet) pada anak autisme kebanyakan ibu menjawab salah

2. Sikap ibu tentang pemberian makan pada anak autisme sebagian besar berada pada kategori cukup yaitu sebesar 59,4%, sebab ibu telah menunjukkan pernyataan yang setuju untuk memberikan makanan yang baik dan sesuai diet pada anak autisme, walaupun masih ada beberapa jenis makanan yang setuju untuk diberikan kepada anak autisme dimana makanan tersebut seharusnya tidak boleh dikonsumsi oleh anak autisme.

3. Tindakan ibu tentang pemberian makan pada anak autisme dikategorikan cukup yaitu sebesar 43,8%, dan tidak berbeda jauh dengan tindakan ibu yang berada dalam kategori kurang yaitu sebesar 40,6%, hal ini karena tindakan ibu untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari sudah cukup baik, namun ibu

tidak memberikan makanan yang sesuai dengan diet/pola makan pada anak autisme dan di khawatirkan akan berdampak pada kesehatan anak.

4. Status gizi TB/U pada anak autisme yang bersekolah dan mengikuti terapi autisme di Kota Binjai sebagian besar berada dalam kategori normal yaitu 62,5%, hal tersebut karena ibu sudah cukup baik dalam frekuensi dan susunan makanan yang sehat, walaupun ibu tidak melakukan diet khusus pada anak autisme hal ini tidak berdampak pada pertumbuhan anak, hanya sebagian kecil anak yang masuk dalam kategori pendek atau sangat pendek.

5. Status gizi IMT/U pada anak autisme yang bersekolah dan mengikuti terapi di Kota Binjai sebagian besar berada dalam kategori normal yaitu 87,5%, meskipun ibu tidak memperhatikan pola makan/diet khusus pada anak autisme, namun hal ini tidak berdampak pada ukuran fisik tubuhnya.

6.2. Saran

1. Kepada Puskesmas Kota Binjai diharapkan untuk melakukan promosi kesehatan dan penyuluhan kepada orangtua tentang pemberian makan pada anak autisme, dengan melakukan kerjasama pada pihak sekolah atau tempat terapi autisme di Kota Binjai.

2. Kepada guru/tenaga terapis hendaknya memberikan informasi-informasi yang terkait dengan pola makan anak autisme kepada orangtua ataupun keluarga dari anak autisme.

3. Kepada orangtua khususnya ibu untuk lebih aktif dalam mencari informasi terkait tentang pemberian makan pada anak autisme agar dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Kepada mahasiswa dari Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya pada departemen gizi agar dapat membantu dalam meningkatkan pengetahuan ibu yang memiliki anak autisme, yaitu dengan memberikan penyuluhan kepada ibu terkait dengan pola pemberian makan pada anak autisme.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2004. Prinsip dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Umum: Jakarta. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V.

PT Rineka Cipta : Jakarta.

Avenue, A. 2008. Parent Ratings of Behaviorial Effects of Biomedical Intervension. Autism Research Institute: San Diego. http://www.autism.com. Diakses pada tanggal 16 Maret 2011.

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Fandinna L. . Hubungan Sarapan Pagi dengan Prestasi Belajar SDN Sungelebak Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan. Ginanjar, AS. 2007. Memahami Spektrum Autistik secara Holistik. Disertasi Fakultas

Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta pada tanggal 11 April 2011.

Herminingsih, A. . Manfaat Serat dalam Menu Makanan. FMA Universitas Mercu Buana.

Ivana, SC. 2009. Faktor-faktor yang Mempengahuri Motivasi Ibu Terhadap Terapi Autisme di Yayasan Tali Kasih Medan. Skripsi Gizi Kesehatan Masyarakat USU. Medan.

Judarwanto, W. 2009. Kesulitan Makan Pada Penyandang Autis. http://www.autis.info. Diakses pada tanggal 28 Januari 2011.

Khomsan, A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Gramedia: Jakarta.

Lestiani, L. . Nutrisi Pada Autisme. http://www.autis.info. Diakses pada tanggal 9 Maret 2011.

Mangunharjana, 1997. Definisi Autisme.

tanggal 9 Maret 2011.

Mashabi, NA dan Nur RT. 2009. Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Ibu dengan Pola Makan Anak Autisme. Makara Kesehatan, Vol. 13, No. 2, Desember 2009: 84-86. Diakses pada tanggal 28 Januari 2011.

Melilea Indonesia. 2010. Nutrisi Penting untuk Terapi Autisme dan Jenis Makanan

yang Harus dihindari

Maret 2011.

Messwati, D dan Evy R. 2008. Boom! Autisme Terus Meningkat. http://kibm.or.id. Diakses pada tanggal 7 Maret 2011.

Nahendra, M. 2006. Pengukuran Antropometri pada Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak. http://www.docstoc.com. Diakses pada tanggal 9 Maret 2011. Notoatmodjo, S. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Kesehatan. PT. Rineka Cipta : Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta: Jakarta.

Nugraheni, SA. . Anak Autisme Tidak Boleh Sembarang Makan. http://www. autis.info. Diakses pada tanggal 12 Maret 2011.

Prasetya. 2009. Seminar Sehari Autisme di Universitas Brawijaya.

Ratnadewi. 2008. Peran Orangtua dalam Terapi Biomedis untuk Anak Autis.

Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

pada tanggal 28 Januari 2011.

Sinung. 2006. YCKK & Jerit Pilu Orang Tua Penderita Autis. http://rumahautis.blogspot.com. Diakses pada tenggal 7 Maret 2011.

Siregar, J. 2010. Perilaku Lansia dalam Mengonsumsi Makanan Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Horpak Kecamatan Tantom Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2011. Skripsi Gizi Kesehatan Masyarakat USU. Medan.

Sunarti, E. 2004. Mengasuh dengan Hati. PT. Elex Media Komputindo Kelompok Media : Jakarta.

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. EGC: Jakarta.

Supariasa, ID, Bachyar B, Ibnu F. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC: Jakarta.

Sutardi, R dkk, 2003. Penatalaksanaan Holistik Autisme. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Widodo, R. 2010. Pemberian Makan, Suplemen, & Obat pada Anak. EGC: Jakarta. Wijayakusuma, H. 2004. Psikoterapi Anak Autisma. Teknik Bermain Kreatif Verbal

Winarno,FG dan Widya A. 2008. Pangan dan Autisme. Diakses pada tanggal 28 Januari 2011.

Wirakusumah, E S. 1995. Buah dan Sayur untuk Terapi. Jakarta.

Yanti. 2009. Terapi Diet Pada Gangguan Autisme. http://www.autis.info. Diakses pada tanggal 28 Januari 2011.

Dokumen terkait