• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI ADAPTASI NELAYAN TERHADAP PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

DAERAH (KKPD)

Strategi Adaptasi Nelayan

Masyarakat nelayan di Distrik Misool Selatan mengatakan bahwa di Kawasan pesisir Distrik Misool Selatan telah terjadi perubahan status kawasan. Hal ini terlihat dari sejarah yang dulunya dikelola secara tradisional, berganti menjadi kawasan konservasi laut daerah, dan selanjutnya adalah kawasan konservasi perairan daerah. Berbagai bentuk perubahan yang terjadi di kawasan Distrik Misool Selatan akibat penetapan kawasan telah menimbulkan dampak yang cukup besar bagi kegiatan nelayan. Hal ini yang mengharuskan nelayan untuk beradaptasi dengan kondisi yang terjadi agar mampu bertahan hidup. Strategi adaptasi yang dimaksud dalam bahasan ini adalah bagaimana nelayan Distrik Misool Selatan melakukan tindakan tertentu sebagai bentuk respon terhadap perubahan yang ada di kawasan perairan yang ada di sekitarnya. Beberapa strategi adaptasi yang dilakukan berupa diversifikasi kegiatan ekonomi, melakukan investasi, membangun jaringan sosial, dan menerapkan sistem migrasi dalam hubungannya dengan penghasilan keluarga yang secara nyata dilakukan oleh masyarakat Misool Selatan. Hal tersebut terlihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Jenis dan persentase strategi adaptasi yang dilakukan nelayan Sebanyak 22.2 persen responden memilih untuk melakukan diversifikasi kegiatan ekonomi. Bentuk diversifikasi kegiatan ekonomi dilakukan dengan membudidaya rumput laut, mengubah penjualan hasil laut ke orang yang bukan menjadi pembeli seperti biasanya, bekerja sebagai kuli bangunan, mengikutsertakan anggota keluarga untuk bekerja, membeli dan memelihara ternak, dan bekerja di perusahaan. Selain itu, sebanyak 57.8 persen nelayan

0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% Diversifikasi kegiatan ekonomi

Investasi Jaringan sosial Migrasi

22.2%

57.8%

48.9%

66

Distrik Misool Selatan melakukan adaptasi berupa investasi dengan membeli perhiasan, membeli mesin perahu, menambah jenis alat tangkap yang ada, dan menambah armada perahu. Bentuk strategi lain yang dilakukan nelayan Distrik Misool Selatan adalah membangun jaringan sosial. Kegiatan yang dilakukan dalam membangun jaringan sosial antara lain meminta bantuan tetangga jika sedang kesulitan, meminta bantuan plasma jika sedang dilanda kesulitan, meminta bantuan saudara, dan meminta bantuan aparat pemerintahan kampung. Strategi adaptasi dengan migrasi dilakukan oleh 6.7 persen responden.

Diversifikasi Kegiatan Ekonomi

Sumber penghasilan nelayan Distrik Misool Selatan tidak hanya berasal dari hasil laut yang mereka dapatkan. Sumber penghasilan itu berasal dari berbagai kegiatan lain di luar bidang perikanan. Hasil pengolahan data pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat strategi-strategi adaptasi yang dilakukan nelayan Misool Selatan dalam menghadapi penetapan kawasan laut menjadi kawasan konservasi perairan daerah. Kombinasi pekerjaan lain yang dilakukan nelayan Misool Selatan menjadikan hal ini sebagai bentuk penganekaragaman sumber penghasilan dan menjadi bentuk adaptasi.

Gambar 12 Persentase kegiatan ekonomi nelayan pada bidang perikanan dan non perikanan

Sejak tahun 2007 nelayan Misool Selatan melakukan diversifikasi kegiatan ekonomi pada kegiatan di bidang perikanan dan non-perikanan. Selain mencari ikan, nelayan mengusahakan budi daya rumput laut. Namun karena keterbatasan pengetahuan tentang budi daya rumput laut, usaha ini kurang memberikan hasil dan berhenti. Selain itu, nelayan mengubah penjualan hasil laut ke orang yang bukan menjadi pembeli seperti biasanya. Kegiatan ini mereka lakukan untuk mendapatkan pembeli lain dan membuat hasil laut mereka terjual.

Gambar 12 menunjukkan nelayan Misool Selatan yang melakukan kegiatan ekonomi melalui bidang perikanan sebesar 37.1 persen dan non

Perikanan, 37.1%

Non perikanan, 62.9%

67 perikanan sebesar 62.9 persen. Hal ini diungkapkan oleh Satria (2009) bahwa terdapat dua macam strategi nafkah ganda yang dilakukan nelayan, yaitu di bidang perikanan dan non-perikanan. Nelayan Misool Selatan menerapkan kegiatan ekonomi di bidang perikanan dengan membudidaya rumput laut (22.8%) dan mengubah penjualan hasil laut ke orang yang bukan menjadi pembeli seperti biasanya (77.2%).

Gambar 13 Jenis dan persentase kegiatan ekonomi di bidang perikanan Kegiatan pada bidang non perikanan yang dilakukan nelayan adalah bekerja sebagai kuli bangunan (29.9%), mengikutsertakan anggota keluarga untuk bekerja (30.9%), membeli dan memelihara ternak (8.3%), dan bekerja di perusahaan (30.9%).

Bekerja di perusahaan menjadi kegiatan yang paling banyak dilakukan oleh nelayan Misool Selatan. Walaupun hanya menjadi karyawan, pendapatan dari bekerja di perusahaan menjadi salah satu sumber penghasilan dan tumpuan kebutuhan hidup nelayan. Sebagian besar masyarakat nelayan Misool Selatan pernah dan sedang menjadi karyawan perusahaan budi daya mutiara. Nelayan merasa pekerjaan ini memberikan penghasilan yang pasti di setiap bulannya. Tidak hanya kepala rumah tangga, ibu rumah tangga pun menjadi salah satu pelaku strategi adaptasi nelayan pada bidang ini.

Membudi daya rumput laut, 22.8% Mengubah penjualan hasil laut ke orang yang bukan menjadi pembeli seperti biasanya , 77.2%

68

Gambar 14 Jenis dan persentase kegiatan ekonomi di bidang non perikanan Tabel 25 menunjukkan strategi adaptasi menggunakan diversifikasi kegiatan ekonomi termasuk respon masyarakat yang tergolong sedang. Hanya satu responden nelayan Misool Selatan melakukan diversifikasi kegiatan ekonomi pada tingkat rendah. Hal tersebut menunjukkan sebesar 2.2 persen dari seluruh responden tidak terlalu menggunakan pilihan strategi ini. Hal berbeda ditunjukkan 34 responden lainnya. Responden tersebut melakukan diversifikasi kegiatan ekonomi tingkat sedang. Persentase tingkat sedang menunjukkan sebanyak 2 sampai 4 jenis kegiatan dilakukan oleh nelayan Misool Selatan. Sebanyak 10 responden atau 22.2 persen responden menganggap strategi diversifikasi kegiatan ekonomi pada kategori tinggi.

Tabel 25 Tingkat strategi diversifikasi kegiatan ekonomi responden

Diversifikasi Kegiatan Ekonomi Responden

n % Rendah 1 2.2 Sedang 34 75.6 Tinggi 10 22.2 Jumlah 45 100 Investasi

Strategi selanjutnya yang dilakukan oleh nelayan Misool Selatan adalah investasi. Investasi menjadi salah satu bentuk pengalokasian dana yang dimiliki nelayan ke bentuk lain. Pada penelitian ini investasi dibedakan menjadi investasi pada bidang perikanan dan non perikanan. Gambar 15 menunjukkan persentase investasi pada bidang perikanan menjadi kegiatan utama (65.8%). Sedangkan investasi pada bidang non perikanan dilakukan oleh 34.2 persen responden nelayan.

Investasi pada bidang perikanan dilakukan oleh masyarakat nelayan dengan menambah jenis alat tangkap (51.9%), membeli mesin perahu (28.6%),

Kuli bangunan, 29.9% Membuka kebun, 30.9% Membeli dan memelihara ternak, 8.3% Kerja di perusahaan, 30.9%

69 dan menambah armada perahu (19.5%). Gambar 16 menunjukkan kegiatan menambah jenis alat tangkap adalah kegiatan yang paling banyak dilakukan oleh nelayan. Menambah alat tangkap dilakukan dengan menambah ukuran salah satu jenis alat tangkap yang sering digunakan untuk menangkap ikan, seperti pancing timah dengan berbagai ukuran.

Sebelum adanya penetapan kawasan konservasi perairan daerah, nelayan masih menggunakan alat tangkap yang merusak, seperti bom, bius, kompressor, pukat harimau, bubu, jaring hanyut, jaring insang dan pancing rawal. Namun, setelah adanya penetapan kawasan konservasi perairan daerah, nelayan meninggalkan kebiasaan mengambil hasil laut yang merusak. Alat penangkapan yang masih digunakan hingga sekarang adalah berbagai ukuran pancing. Adaptasi yang dilakukan nelayan adalah dengan menambah ukuran pancing yang digunakan.

“... Sekarang sa pakai pancing timah, banyak ukuran. Ada ukuran 5, 10, 15, sampai 60. Tergantung sa melaut dimana...” (ILU, nelayan dari Kampung Fafanlap)

-“... Sekarang saya memakai pancing timah, dengan bermacam-

macam ukuran. Ada ukuran 5, 10, 15, dampai 60. Tergantung saya akan melaut dimana...” (ILU, nelayan dari Kampung Fafanlap)

Gambar 15 Persentase investasi pada bidang perikanan dan non perikanan Masyarakat mengetahui penggunaan alat tangkap yang dapat merusak laut, terutama terumbu karang yang menjadi tempat bertelur dan pemijahan ikan. Hal ini didapatkan nelayan melalui sosialisasi penggunaan alat tangkap ramah lingkungan yang dilakukan oleh pemerintah bersama LSM. Walaupun masih ada masyarakat yang tidak mengerti manfaat yang akan didapatkan, pelaksanaan KKPD mengurangi penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Salah satu hasilnya adalah kondisi terumbu karang semakin yang membaik.

Perikanan, 65.8% Non perikanan,

70

“... Iya Mas, sekarang terumbu karang su mulai bagus. Kalau siang-

siang kitorang lewat, itu kitorang bisa lihat dasar laut. Terumbu karang, ikan-ikan, bintang laut, kitorang bisa lihat di sana...” (RTS, nelayan dari Kampung Harapan Jaya)

-“... Iya Mas, sekarang terumbu karang sudah mulai bagus. Kalau di

siang hari kita melewati laut, kita dapat melihat dasar laut. Terumbu karang, berbagai jenis ikan, dan bintang laut, dapat kita lihat di

sana...” (RTS, nelayan dari Kampung Harapan Jaya)

Kegiatan yang paling sedikit dilakukan oleh nelayan adalah menambah armada perahu. Kegiatan menambah armada perahu merupakan penggantian jenis perahu yang dimiliki nelayan. Daerah tangkapan yang semakin jauh membuat nelayan beralih dari perahu tradisional ke perahu bermotor. Kondisi daerah tangkapan ini membuat sebagian nelayan yang lain memiliki lebih dari satu perahu. Nelayan mendapatkan perahu-perahu tersebut dengan membeli sendiri atau dari bantuan pemerintah.

“... Ada dua (perahu), yang satu sa beli yang satu bantuan

pemerintah...” (AHR, nelayan dari Kampung Harapan Jaya)

-“... Ada dua perahu, yang satu saya membeli sendiri dan yang satu

lagi dari bantuan yang diberikan pemerintah...” (AHR, nelayan dari Kampung Harapan Jaya)

Pada bidang non perikanan, nelayan hanya melakukan investasi dengan membeli perhiasan.

Gambar 16 Jenis dan persentase investasi kegiatan ekonomi di bidang perikanan

Kegiatan-kegiatan pada investasi kemudian dikategorikan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dilakukan nelayan sebagai pilihan strategi investasi. Membeli mesin perahu, 28.6% Menambah jenis alat tangkap, 51.9% Menambah armada perahu, 19.5%

71 Tabel 26 Tingkat strategi investasi responden

Investasi Responden n % Rendah 6 13.3 Sedang 13 28.9 Tinggi 26 57.8 Jumlah 45 100

Sebanyak 6 responden nelayan Misool Selatan melakukan investasi pada kategori rendah. Artinya, sebanyak 13.3 persen dari seluruh responden hanya menggunakan 1 jenis kegiatan pada pilihan strategi ini. Investasi pada kategori sedang dilakukan oleh 13 responden nelayan Misool Selatan dengan memilih menggunakan strategi investasi (28.9%). Hal ini menunjukkan 2 jenis kegiatan yang menjadi pilihan strategi investasi dilakukan oleh nelayan. Sebanyak 26 orang nelayan melakukan strategi investasi pada kategori tinggi (57.8%). Investasi pada kategori tinggi menunjukkan adanya 3 sampai 4 jenis kegiatan investasi yang dilakukan nelayan sebagai bentuk adaptasi terhadap penetapan KKPD.

Jaringan Sosial

Jaringan sosial atau hubungan sosial menjadi salah satu ciri nelayan sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam proses hidupnya. Hal ini merupakan salah satu upaya nelayan untuk bertahan dari perubahan kondisi yang terjadi. Strategi adaptasi dalam bentuk jaringan sosial dilakukan nelayan untuk memenuhi kebutuhan mereka, seperti penguasaan sumber daya, permodalan, memperoleh keterampilan, pemasaran hasil dan pemenuhan kebutuhan pokok (Wahyono dkk. 2001).

Kegiatan yang dilakukan nelayan dalam kerangka jaringan sosial dalam bentuk hubungan dengan tetangga, hubungan dengan plasma, hubungan dengan saudara, dan hubungan dengan aparat pemerintahan kampung. Persentase tersebut menunjukkan hubungan nelayan dengan tetangga adalah jenis kegiatan yang paling banyak dilakukan, yaitu sebesar 31.5 persen. Berdasarkan jaringan yang terjadi di masyarakat nelayan, 27.8 persen responden menunjukkan nelayan berhubungan dengan plasma apabila sedang dilanda kesulitan. Sama halnya pada tingkat keluarga, nelayan memanfaatkan fungsi hubungan keluarga (27.5%). Pemerintahan kampung sebagai pengayom masyarakat nelayan menjadi salah satu jenis hubungan sosial yang dilakukan nelayan (12.9%).

Jaringan sosial nelayan Misool Selatan menunjukkan hubungan sosial yang terbagi menjadi dua jenis, yaitu hubungan sosial secara horizontal dan vertikal. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kusnadi (2000) bahwa status sosial-ekonomi rumah tangga nelayan terbagi menjadi dua jenis hubungan sosial yaitu hubungan sosial bersifat horizontal dan vertikal. Pada penelitian ini hubungan sosial yang bersifat horizontal adalah hubungan nelayan dengan tetangga dan saudara. Hubungan sosial dengan tetangga memiliki status sosial yang sama, walaupun kondisi ekonomi yang berbeda tetapi kondisi ekonomi nelayan di lokasi penelitian secara umum tidak jauh berbeda. Hubungan sosial dengan saudara merupakan hal wajar yang dilakukan oleh nelayan ataupun rumah tangga lain ketika ada salah satu diantaranya membutuhkan bantuan.

72

Hubungan yang bersifat vertikal terwujud dalam bentuk hubungan dengan aparat pemerintahan kampung dan hubungan dengan plasma dalam sistem patron-klien.

Gambar 17 Jenis dan persentase hubungan sosial nelayan dengan pihak lain Aparat pemerintahan kampung memiliki tugas dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Walaupun kondisi ekonomi individu aparat pemerintahan kampung yang relatif sama dengan nelayan lain, status sosial sebagai aparat pemerintahan kampung menjadi faktor utama dalam hubungan sosial nelayan secara vertikal. Kondisi ini diperkuat dengan adanya kepala adat ataupun kerabat yang menjadi bagian dari aparat pemerintahan kampung. Pengaruh kepala adat menentukan keputusan dari setiap musyawarah yang dilakukan masyarakat.

“...kitorang punya petuanan di Yellu sana. Petuanan punya suara yang kuat di Misool Selatan..” (FRY, nelayan dari Kampung Harapan Jaya)

-“... kita memiliki petuanan (orang yang memiliki wilayah laut secara adat/kepala adat) di Kampung Yellu. Petuanan memiliki suara yang kuat di Misool Selatan ini..” (FRY, nelayan dari Kampung Harapan Jaya)

Jaringan sosial yang dibangun dengan plasma merupakan bentuk sistem patron-klien yang selama ini masih terjadi pada masyarakat nelayan di Indonesia. Plasma yang memerankan sebagai patron adalah pengumpul ikan hidup hasil tangkapan nelayan dan kemudian menjual dalam jumlah besar ke kapal dari negara lain. Klien adalah nelayan-nelayan kecil yang menangkap ikan hidup dan memiliki ketergantungan pada plasma dalam berbagai hal, khususnya dalam bidang sosial ekonomi mereka. Bentuk hubungan yang selama ini dilakukan dalam sistem patron-klien adalah pinjaman uang ketika dalam masa sulit, penyediaan rokok, bantuan keperluan alat tangkap seperti mesin perahu dan alat tangkap lain. Nelayan di Misool Selatan menyadari bahwa mereka harus menjual

Meminta bantuan tetangga jika sedang kesulitan, 31.5% Meminta bantuan plasma jika sedang kesulitan, 27.8% Meminta bantuan saudara jika sedang kesulitan, 27.8% Meminta bantuan aparat pemerintahan kampung jika sedang kesulitan, 12.9%

73 hasil tangkapan ikan hidup kepada plasma, karena selama ini plasma memberikan bantuan. Hal ini menimbulkan ketergantungan nelayan kepada plasma.

“...Dulu sa nelayan melaut sendiri. Tetapi sekarang su dengan plasma. Karena dorang kasih kita bantuan perahu juga pinjam uang.” (FZB, nelayan dari Kampung Fafanlap)

-“...Dahulu saya nelayan yang pergi melaut sendiri. Tetapi sekarang

sudah dengan plasma. Karena dia (plasma) memberi bantuan kepada kita (saya) perahu dan juga pinjaman uang.” (FZB, nelayan dari Kampung Fafanlap)

Hubungan patron-klien semakin menguat manakala nelayan semakin sulit mencari ikan. Alasan utama mereka adalah daerah tangkapan yang telah berubah sejak penetapan KKPD. Hal ini memaksa mereka untuk mencari daerah lain yang cukup jauh agar mendapatkan ikan. Selain itu, kondisi kawasan yang masih dalam tahap pemulihan akibat penangkapan ikan dengan alat yang dilarang, menjadi tantangan nelayan untuk ikut mengawasi wilayah laut mereka.

Tabel 27 menunjukkan strategi adaptasi membangun jaringan sosial termasuk sebagai bentuk adaptasi nelayan yang tergolong tinggi. Sebanyak 22 responden nelayan Misool Selatan melakukan jaringan sosial sebagai bentuk strategi adaptasi pada kategori tinggi (49%). Artinya, sebanyak 3 sampai 4 jenis kegiatan strategi jaringan sosial dilakukan oleh nelayan. Sebanyak 15 responden menganggap strategi membangun jaringan sosial sebagai pilihan strategi adaptasi lain yang selama ini mereka lakukan (33%). Sejumlah 8 responden memilih kategori rendah sebagai strategi adaptasi jaringan sosial yang mereka lakukan (18%).

Tabel 27 Tingkat strategi adaptasi membangun jaringan sosial

Membangun jaringan sosial Responden

n % Rendah 8 18 Sedang 15 33 Tinggi 22 49 Jumlah 45 100 Migrasi

Migrasi secara regional yang selama ini pernah dilakukan menitikberatkan pada peningkatan kepadatan penduduk yang pesat di daerah-daerah tertentu, sebagai distribusi penduduk yang tidak merata. Namun pada penelitian ini migrasi dilakukan karena kebutuhan ekonomi nelayan. Migrasi menjadi salah satu strategi adaptasi yang dilakukan nelayan untuk bertahan dari perubahan pada kawasan konservasi. Penelitian ini terlebih dahulu memisahkan strategi adaptasi pada investasi di bidang perikanan dan non perikanan. Hasil penelitian menunjukkan migrasi pada bidang perikanan sebesar 41.5 persen dengan memperluas daerah tangkapan ikan (Gambar 18).

74

“... Kitorang ini punya laut, kenapa tara boleh menangkap ikan di sana. Kitorang harus cari ikan di laut lain. Bagus kalau dapat banyak kalau tara banyak, BBM su habis banyak...” (DWN, nelayan dari Kampung Yellu)

-“... Kitalah yang mempunyai laut, kenapa tidak boleh menangkap

ikan di sana (di daerah tangkapan yang biasanya). Kita jadi harus mencari ikan di wilayah laut yang lain. Bagus kalau mendapat ikan banyak, kalau tidak, BBM sudah habis banyak juga...” (DWN, nelayan dari Kampung Yellu)

Hasil wawancara di atas menunjukkan nelayan yang memperluas daerah tangkapan. Daerah tangkapan nelayan yang sebelumnya hanya di wilayah kampung sekitar mereka menjadi meluas ke daerah kampung lain. Kondisi tersebut dirasakan oleh hampir semua nelayan responden, namun mereka saling memahami ketika ada nelayan dari kampung lain masuk ke daerah tangkapan mereka. Terkecuali bagi nelayan dari luar Raja Ampat, nelayan sekitar Misool Selatan akan bertindak tegas jika tidak ada ijin tangkap ataupun ijin dari pemerintahan kampung untuk menangkap ikan di daerah tangkapan masing- masing kampung.

Sering kitorang tangkap nelayan dari luar sana. Sering dorang tara bawa ijin ambil ikan. Kitorang usir saja dari sini. Kitorang jaga jaga, dorang dari luar seenaknya ambil ikan seenaknya...” (ASD, nelayan dari Kampung Yellu)

-“Sering kita (nelayan) menangkap nelayan yang berasal dari luar

(Misool) sana. Sering mereka tidak membawa surat ijin mengambil ikan. Kita mengusir mereka dari sini. Kita menjaga ikan di sini,

mereka dengan seenaknya mengambil ikan itu...” (ASD, nelayan dari

Kampung Yellu)

Gambar 18 Persentase migrasi pada bidang perikanan dan non perikanan Perikanan, 41.5%

Non perikanan, 58.5%

75 Gambar 18 menunjukkan sebesar 58.5 persen responden melakukan migrasi non perikanan. Migrasi non perikanan dibedakan dalam dua bentuk yaitu berdasarkan waktu dan keikutsertaan anggota keluarga.

Berdasarkan waktu, migrasi pada penelitian ini dibedakan menjadi 2 kegiatan yaitu berpindah kerja ke daerah lain dan menetap di sana dan berpindah kerja ke tempat lain tetapi setiap hari kembali ke tempat asal (sementara). Gambar 19 menunjukkan kegiatan yang paling banyak dilakukan nelayan adalah berpindah kerja ke daerah lain dan menetap di sana (60.4%) dan berpindah kerja ke tempat lain tetapi hanya sementara waktu sebesar 39.6 persen. Pengamatan di lokasi penelitian juga menunjukkan masyarakat yang menetap dan bermukim bukan nelayan asli dari kampung tersebut. Hal ini diperkuat oleh pengolahan data pada karateristik responden yang sebagian besar adalah nelayan pendatang (Tabel 12).

Gambar 19 Jenis dan persentase migrasi berdasarkan waktu

Migrasi berdasarkan keikutsertaan anggota keluarga dilakukan oleh 71.4 persen nelayan dengan mengajak seluruh anggota keluarga dan 28.6 persen tanpa mengajak keluarga. Keikutsertaan anggota keluarga dengan mengajak seluruh anggota keluarga mendominasi strategi adaptasi migrasi. Hal ini terjadi karena mayoritas penduduk pendatang yang awalnya hanya sendiri bermigrasi mengajak anggota keluarga lain untuk ikut bekerja. Terlihat pada karakteristik rumah tangga responden (nelayan) yang memiliki anggota rumah tangga berjumlah 4-6 orang. Lain halnya dengan migrasi tanpa mengajak keluarga yang mayoritas dilakukan oleh pemuda Misool Selatan.

Berpindah kerja ke daerah lain dan menetap disana, 60.4% Berpindah kerja ke tempat lain, tetapi setiap hari

kembali tempat asal (sementara) ,

76

Gambar 20 Jenis dan persentase migrasi berdasarkan keikutsertaan anggota keluarga

Migrasi dengan kategori sedang dilakukan oleh 77.8 persen nelayan. Sedangkan kategori rendah dilakukan oleh 15.6 persen nelayan dan tingkat migrasi nelayan yang tinggi sebesar 6.6 persen dari seluruh responden.

Tabel 28 Tingkat strategi migrasi oleh responden

Migrasi Responden n % Rendah 7 15.6 Sedang 35 77.8 Tinggi 3 6.6 Jumlah 45 100 Ikhtisar

Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Misool Selatan membawa perubahan pada aktivitas nelayan. Aktivitas ini menjadi bentuk respon nelayan terhadap perubahan yang terjdai. Respon tersebut merupakan adaptasi dengan berbagai kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan KKPD ini berjalan. Strategi adaptasi yang dilakukan nelayan antara lain diversifikasi kegiatan ekonomi, melakukan investasi, membangun jaringan sosial, dan menerapkan sistem migrasi. Strategi adaptasi dengan investasi adalah strategi yang paling banyak dilakukan oleh nelayan Misool Selatan, yaitu sebesar 57.8 persen. Selanjutnya, strategi adaptasi yang dilakukan adalah jaringan sosial sebesar 48.9 persen, diversifikasi kegiatan ekonomi sebesar 22.2 persen, dan migrasi sebesar 6.7 persen.

Diversifikasi kegiatan ekonomi (22.2%) dibedakan menjadi dua bidang yaitu diversifikasi kegiatan ekonomi pada bidang perikanan (37.1%) dan non

Berpindah kerja ke daerah lain dengan mengajak seluruh anggota keluarga, 71.4% Berpindah kerja ke daerah lain tanpa mengajak keluarga, 28.6%

77 perikanan (62.9%). Pada bidang perikanan terdapat dua jenis kegiatan yaitu membudidaya rumput laut (22.8%) dan mengubah penjualan hasil laut ke orang yang bukan menjadi pembeli seperti biasanya (77.2%). Sedangkan pada bidang non perikanan meliputi bekerja sebagai kuli bangunan (29.9%), mengikutsertakan anggota keluarga untuk bekerja (30.9%), membeli dan memelihara ternak (8.3%), dan bekerja di perusahaan (30.9%). Ada 2 sampai 4 kegiatan tersebut dilakukan nelayan sehingga membuat strategi adaptasi diversifikasi pada kategori sedang (sebanyak 34 responden atau 75.6% responden). Investasi dibedakan dalam dua bidang yaitu bidang perikanan (65.8%) dan non perikanan (34.2%). Investasi pada bidang perikanan dilakukan oleh masyarakat nelayan dengan menambah jenis alat tangkap (51.9%), membeli mesin perahu (28.6%), dan menambah armada perahu (19.5%). Sedangkan pada bidang non perikanan, nelayan hanya melakukan investasi dengan membeli perhiasan. Ada 3 sampai 4 jenis kegiatan yang dilakukan pada strategi adaptasi investasi, sehingga strategi ini tergolong pada kategori tinggi (sebanyak 26 responden atau 57.8% responden). Membangun jaringan sosial dilakukan nelayan dengan meminta bantuan tetangga (31.5%), meminta bantuan plasma jika sedang kesulitan (27.8%), meminta bantuan saudara jika sedang kesulitan (27.8%), dan meminta bantuan aparat pemerintahan kampung (12.9%). Strategi adaptasi membangun jaringan termasuk pada kategori tinggi, karena 3 sampai 4 jenis kegiatan tersebut dilakukan oleh nelayan (sebanyak 22 responden atau 49% responden). Hal yang berbeda terjadi pada strategi adaptasi dalam bentuk migrasi. Migrasi tergolong kategori sedang dengan 35 responden atau 77.8% responden melakukan 2 sampai 3 jenis kegiatan migrasi. Jenis kegiatan tersebut