• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Adaptasi Nelayan terhadap Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Misool Selatan, KKPD Raja Ampat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Adaptasi Nelayan terhadap Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Misool Selatan, KKPD Raja Ampat"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI ADAPTASI NELAYAN TERHADAP PENETAPAN

KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH DI MISOOL

SELATAN, KKPD RAJA AMPAT

RICI TRI HARPIN PRANATA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Adaptasi Nelayan terhadap Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Misool Selatan, KKPD Raja Ampat adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

(4)
(5)

ABSTRAK

RICI TRI HARPIN PRANATA. Strategi Adaptasi Nelayan terhadap Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Misool Selatan, KKPD Raja Ampat. Dibimbing oleh ARIF SATRIA.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik masyarakat nelayan di Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD), strategi adaptasi nelayan, dan hubungan karakteristik rumah tangga nelayan dengan strategi adaptasi nelayan dalam menghadapi penetapan KKPD. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif dan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik masyarakat nelayan terdiri dari interaksi sosial nelayan, organisasi kerja, gaya hidup, manajemen keuangan, diversifikasi pekerjaan, dan adaptasi teknologi. Strategi adaptasi nelayan menghadapi penetapan KKPD meliputi diversifikasi kegiatan ekonomi, investasi, jaringan sosial, dan migrasi. Strategi adaptasi nelayan memiliki kategori tinggi pada investasi dan jaringan sosial, sedangkan diversifikasi kegiatan ekonomi dan migrasi termasuk kategori sedang. Secara umum tidak terdapat hubungan antara karakteristik rumah tangga nelayan dengan strategi adaptasi yang dilakukan.

Kata kunci: karakteristik masyarakat nelayan, strategi adaptasi, karakteristik rumah tangga nelayan, KKPD

ABSTRACT

RICI TRI HARPIN PRANATA. Fishers Adaptation Strategy towards The Determination of Regional Marine Conservation Area in South Misool, KKPD Raja Ampat. Supervised by ARIF SATRIA.

This research aims to analyze the characteristics of fishers communities in Regional Marine Conservation Area, adaptation strategies of fishers, and relationship characteristics of fishers household with adaptation strategies in facing of determination of KKPD. This research uses quantitative and qualitative methods. The results shows the characteristics of fishers communities consists of social interaction, organization of work, lifestyle, financial management, occupational diversification, and technological adaptations. The fishers adaptation strategy in facing the determination of KKPD are diversification in economic activities, investment, social networks, and migration. The adaptation strategies of fishers are in high category on investment and social networks, while the diversification of economic activities and migration are in middle category. In general there is no relationship between the characteristics of fishers household with adaptation strategies that fishers do.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

STRATEGI ADAPTASI NELAYAN TERHADAP PENETAPAN

KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH DI MISOOL

SELATAN, KKPD RAJA AMPAT

RICI TRI HARPIN PRANATA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Strategi Adaptasi Nelayan terhadap Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Misool Selatan, KKPD Raja Ampat

Nama : Rici Tri Harpin Pranata NIM : I34100038

Disetujui oleh

Dr Arif Satria, SP MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan skripsi yang berjudul “Strategi Adaptasi Nelayan terhadap Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Misool Selatan, KKPD Raja Ampat” dapat terselesaikan dengan baik. Laporan skripsi ini ditujukan untuk mendapat gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Arif Satria, SP MSi, dosen pembimbing yang senantiasa memberikan saran, kritik, dan motivasi selama proses penulisan skripsi ini. Dosen penguji utama, Dr Ir Ekawati S. Wahyuni, MS dan Dosen penguji akademik, Dr Ir Anna Fatchiya, MSi yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi. Keluarga tercinta, Ibunda Supinah, Alm. Ayahanda Kukuh Harmanto, Alm. Kakak Rico Dwi Tirta Perkasa, Kakakku Haryanti Rica Sulistyorini, dan Adik-adikku Rekzy Oktavian Harmanto Saputro dan Raca Dio Harnando yang dengan segenap jiwa dan raganya selalu memberikan semangat, doa, dukungan, dan kasih sayang kepada penulis. Keluarga Pakde Budi dan Bude Yati, Kakak Sepupu Mita dan dua keponakan Irsyad dan Ojan yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penulis berada di perantauan. Sahabat-sahabatku atas persahabatan luar biasa yang kalian berikan. Teman-teman sebimbingan atas bantuan dan motivasinya selama ini. Keluarga organisasi KASOSKEMAH BEM FEMA 2011-2012, BPH BEM FEMA TRILOGI 2012-2013 dan KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEILMUAN BEM KM 2013-2014 yang selalu memberikan motivasi kepada penulis. Keluarga Besar BEM FEMA 2012-2013 dan BEM KM IPB 2013-2014, yang memacu penulis untuk memunculkan ide-ide baru dan menularkan semangat baru. Keluarga Besar Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) angkatan 47 dan OMDA IKAMATETA yang dengan segala kemurahan hatinya selalu bisa menerima penulis apa adanya untuk menjadi bagian dari mereka. Semua pihak yang telah memberikan dorongan, doa, semangat, bantuan, dan kerja sama yang selama ini diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Oktober 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Lokasi dan Waktu Penelitian 21

Teknik Pemilihan Responden dan Informan 21

Teknik Pengumpulan Data 22

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 22

KARAKTERISTIK RESPONDEN 25

Usia Responden 25

Tingkat Pendidikan Responden 25

Pengalaman sebagai Nelayan 26

Jumlah Anggota Rumah Tangga 27

Status Kependudukan 27

Ikhtisar 28

GAMBARAN UMUM DISTRIK MISOOL SELATAN 31

Kondisi Geografi dan Demografi Distrik Misool Selatan 31 Kondisi Sosial dan Ekonomi Distrik Misool Selatan 32

Kondisi Kampung di Distrik Misool Selatan 34

Ikhtisar 42

KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH RAJA AMPAT 43

Kawasan Konservasi Perairan Daerah Raja Ampat 43

Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Distrik Misool Selatan 45

Zonasi di KKPD Misool Selatan Raja Ampat 46

Sistem Sasi di KKPD Misool Selatan 48

Ikhtisar 50

KARAKTERISTIK SOSIAL-BUDAYA DAN EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) DI

MISOOL SELATAN 53

Karakteristik Sosial Masyarakat Nelayan KKPD di Misool Selatan 53 Karakteristik Budaya Masyarakat Nelayan KKPD di Misool Selatan 56 Karakteristik Ekonomi Masyarakat Nelayan KKPD di Misool Selatan 58

(14)
(15)

STRATEGI ADAPTASI NELAYAN TERHADAP PENETAPAN KAWASAN

KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) 65

Strategi Adaptasi Nelayan 65

Ikhtisar 76

ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK NELAYAN DENGAN

STRATEGI ADAPTASI 79

Hubungan Karakteristik Nelayan dengan Strategi Adaptasi 79

Hubungan Usia dengan Strategi Adaptasi 80

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Strategi Adaptasi 81 Hubungan Pengalaman sebagai Nelayan dengan Strategi Adaptasi 82 Hubungan Jumlah Anggota Rumah Tangga dengan Strategi Adaptasi 83 Hubungan Status Kependudukan dengan Strategi Adaptasi 85

Ikhtisar 86

SIMPULAN DAN SARAN 89

Simpulan 89

Saran 90

DAFTAR PUSTAKA 91

LAMPIRAN 94

(16)
(17)

DAFTAR TABEL

1 Definisi kawasan konservasi laut 5

2 Peraturan perundangan tentang konservasi 6

3 Zonasi di kawasan konservasi perairan daerah 7 4 Matriks aktivitas sosial-budaya dan ekonomi nelayan 10 5 Matriks dampak KKPD terhadap aktivitas nelayan 11

6 Matriks kategori dampak KKPD 12

7 Matriks strategi adaptasi nelayan menghadapi penetapan kawasan

konservasi perairan daerah 14

8 Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia 25 9 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan 26 10 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengalaman sebagai

nelayan 26

11 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah anggota rumah

tangga 27

12 Jumlah dan persentase responden berdasarkan status kependudukan 28 13 Matriks pemangku kepentingan dan kepentingannya pada

pengelolaan wilayah KKPD Distrik Misool Selatan 32 14 Jumlah pemeluk agama di Distrik Misool Selatan 32 15 Jumlah produksi tanaman perkebunan di Distrik Misool Selatan 33 16 Jumlah ternak dengan produksi daging dan telur ternak 34

17 Kondisi iklim di Kampung Yellu 35

18 Orientasi lokasi belanja Penduduk Kampung Dabatan 37

19 Kondisi iklim di Kampung Dabatan 37

20 Kondisi iklim di Kampung Fafanlap 38

21 Kondisi iklim di Kampung Kayerepop 40

22 Kondisi iklim di Kampung Harapan Jaya 42

23 Kegiatan di Daerah KKPD 44

24 Perbedaan aktivitas dan kondisi yang terjadi sebelum dan sesudah di

sekitar KKPD Misool Selatan 45

25 Tingkat strategi diversifikasi kegiatan ekonomi responden 68

26 Tingkat strategi investasi responden 71

27 Tingkat strategi adaptasi membangun jaringan sosial 73

28 Tingkat strategi migrasi oleh responden 76

29 Sebaran strategi adaptasi nelayan berdasarkan usia 80 30 Sebaran strategi adaptasi nelayan berdasarkan tingkat pendidikan 81 31 Sebaran strategi adaptasi nelayan berdasarkan pengalaman sebagai

nelayan 82

32 Sebaran strategi adaptasi nelayan berdasarkan jumlah anggota rumah

tangga nelayan 84

33 Sebaran strategi adaptasi nelayan berdasarkan status kependudukan

(18)
(19)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran 15

2 Lokasi penelitian Distrik Misool Selatan, KKPD Raja Ampat 31

3 Peta zonasi KKPD Misool Selatan Raja Ampat 47

4 Siklus sasi di Misool Selatan 49

5 Jenis dan persentase interaksi sosial masyarakat nelayan KKPD di

Misool Selatan 54

6 Jenis dan persentase organisasi kerja masyarakat nelayan KKPD di

Misool Selatan 56

7 Jenis dan persentase kebiasaan hidup masyarakat nelayan KKPD di

Misool Selatan 58

8 Jenis dan persentase penggunaan keuangan masyarakat nelayan KKPD

di Misool Selatan 59

9 Jenis dan persentase diversifikasi pekerjaan masyarakat nelayan

KKPD di Misool Selatan 60

10 Jenis dan persentase adaptasi teknologi masyarakat nelayan KKPD di

Misool Selatan 61

11 Jenis dan persentase strategi adaptasi yang dilakukan nelayan 65 12 Persentase kegiatan ekonomi nelayan pada bidang perikanan dan non

perikanan 66

13 Jenis dan persentase kegiatan ekonomi di bidang perikanan 67 14 Jenis dan persentase kegiatan ekonomi di bidang non perikanan 68 15 Persentase investasi pada bidang perikanan dan non perikanan 69 16 Jenis dan persentase investasi kegiatan ekonomi di bidang perikanan 70 17 Jenis dan persentase hubungan sosial nelayan dengan pihak lain 72 18 Persentase migrasi pada bidang perikanan dan non perikanan 74 19 Jenis dan persentase migrasi berdasarkan waktu 75 20 Jenis dan persentase migrasi berdasarkan keikutsertaan anggota

keluarga 76

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta Kawasan Konservasi Perairan Daerah Raja Ampat di Distrik

Misool Selatan 94

2 Kerangka sampling 95

3 Kuesioner penelitian 98

4 Pedoman wawancara mendalam 103

5 Hasil uji hubungan antar variabel (Chi Square) 105

(20)
(21)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia dengan jumlah pulau yang mencapai sekitar 17 504 buah. Data Kelautan dan Perikanan dalam Angka (2011) menyebutkan bahwa Indonesia juga menjadi salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia setelah Amerika Serikat, diikuti Kanada dan Rusia, dengan panjang mencapai lebih dari 95 181 000 meter. Keanekaragaman hayati yang beragam membuat wilayah pesisir Indonesia memiliki potensi yang besar untuk ditingkatkan baik secara kualitas lingkungan dan secara kuantitas jumlah keanekaragaman hayati melalui preservasi dan konservasi.

Potensi yang dimiliki oleh wilayah pesisir Indonesia tidak lepas dari masyarakat pesisir pantai yang hidup dari sumber daya di sekitarnya. Satria (2002) menyatakan bahwa secara sosiologis masyarakat pesisir memiliki karakteristik sosial yang berbeda dengan masyarakat lainnya, karena perbedaan karakteristik sumber daya yang dihadapi. Kesejahteraan secara ekonomi masyarakat pesisir sangat bergantung pada sumber daya perikanan baik perikanan tangkap di laut maupun secara budi daya, yang secara de facto bersifat terbuka (open access), sehingga kondisi lingkungan wilayah pesisir dan laut menentukan keberlanjutan kondisi sosial ekonomi mereka.

Data KKP (2013) menyebutkan bahwa jumlah nelayan yang ada di Indonesia sekitar 2 265 213 jiwa. Dari 2.2 juta jiwa nelayan, mayoritas merupakan nelayan miskin dikarenakan mereka nelayan atau dikenal dengan kemiskinan endemik, artinya apapun yang dikerjakan oleh nelayan, mereka tetap miskin (Bailey 1998 dikutip Muflikhati 2010). Kemiskinan ini dapat dilihat dari kepemilikan kapal yang digunakan nelayan untuk mencari ikan di laut. Hal ini didukung dengan laporan KKP (2013) yang menyatakan bahwa terdapat 4 310 unit kapal (kurang dari 1%) nelayan yang tergolong modern dari 589 424 kapal ikan yang ada di Indonesia. Kapal motor yang beroperasi sebanyak 192 700 unit dan sebanyak 225 786 unit berupa perahu motor tempel, serta 170 938 unit berupa perahu tanpa motor yang menggunakan layar dan dayung. Berdasarkan data tersebut, mayoritas nelayan Indonesia merupakan nelayan tradisional yang dihadapkan pada persaingan ekonomi dalam hal pemanfaatan sumber daya perairan yang ada. Perlu adanya kegiatan bersama antara nelayan (masyarakat) dan pemerintah, serta pihak terkait untuk memperbaiki kondisi nelayan beserta lingkungannnya, salah satunya adalah konservasi.

(22)

2

Prinsip pengelolaan kawasan konservasi perairan yang diterapkan kawasan konservasi perairan berdasarkan Design Principles of Resources Management (Ruddle 1999 dikutip KKJI 2013) menyebutkan bahwa tinjauan kritis adopsi kelembagaan lokal/adat dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan sebagai sebuah manajemen dilakukan terhadap unsur-unsur berikut: (1) definisi batas sistem kawasan dan kawasan; (2) sistem hak bagi pengguna kawasan dan sumber daya; (3) aturan main yang diterapkan bagi keberlanjutan kegiatan pemanfaatan kawasan dan sumber daya; (4) sistem penegakan hukum bagi aturan main yang telah disepakati; (5) monitoring dan evaluasi bagi implementasi pengelolaan kawasan dan sumber daya itu sendiri; (6) otoritas pengelolaan kawasan dan sumber daya sebagai institusi yang bertanggung jawab terhadap proses dan mekanisme implementasi dari pengelolaan perikanan. Pada batasan sistem kawasan dan sumber daya sangat penting untuk melihat pengetahuan lokal dari masyarakat pengguna sumber daya. Keterlibatan mereka dalam menentukan batasan wilayah perairan yang menjadi obyek kegiatan konservasi. Sistem hak bagi pengguna kawasan dan sumber daya akan menjamin keadilan dan keberlanjutan perikanan. Selain itu, perangkat pengelolaan dalam sistem aturan main muncul sebagai alat bagi implementasi pengelolaan perikanan.

Pemaparan kondisi masyarakat nelayan Indonesia dan adanya konservasi sebagai bentuk solusi dalam memberikan daya dukung terhadap masyarakat dan lingkungan, perlu adanya kajian khusus yang tepat bagi masyarakat dalam beradaptasi dengan pelaksanaan konservasi. Persiapan dan pelaksanaan strategi adaptasi yang tepat dalam menghadapi penetapan kawasan konservasi harus dilakukan, sehingga masyarakat tidak rentan dengan kondisi yang baru ini. Berbagai bentuk strategi adaptasi yang tepat dalam menanggapi adanya penetapan kawasan konservasi perairan daerah yang ditetapkan oleh pemerintah sangat diperlukan.

Salah satu wilayah yang ditetapkan sebagai bagian dari KKPD Raja Ampat adalah Distrik Misool Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Lokasi ini menjadi salah satu penerima penghargaan atas pengelolaan kawasan konservasi yang menjadi percontohan tingkat nasional. KKPD Raja Ampat telah ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) pada 3 September 2009 melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor Kep.64/Men/2009. Keputusan ini menetapkan perairan Kepulauan Raja Ampat dan Laut di sekitarnya sebagai Suaka Alam Perairan (SAP). Nelayan Misool Selatan-Raja Ampat merupakan nelayan dengan mata pencaharian pokok mencari ikan di laut. Pekerjaan ini yang dianggap memberikan hasil bagi penduduk setempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan uraian di atas, penting untuk menganalisis strategi adaptasi yang diterapkan nelayan dalam menghadapi penetapan kawasan konservasi perairan daerah.

Perumusan Masalah

(23)

3 Kawasan Konservasi Perairan Daerah yang telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Raja Ampat No. 27 tahun 2008 tentang KKLD Raja Ampat. Sumber daya laut menjadi salah satu tumpuan hidup masyarakat pesisir atau nelayan dan telah berlangsung turun temurun dalam pengelolaannya. Terkadang penetapan KKPD memunculkan kegiatan-kegiatan berbeda yang terjadi dalam berbagai bidang, terutama aktivitas yang dilakukan nelayan sekitar kawasan konservasi. Aktivitas yang dilakukan inilah yang membentuk karakteristik masyarakat nelayan. Oleh karena itu, penting untuk dianalisis bagaimana karakteristik masyarakat nelayan di kawasan konservasi perairan daerah?

Strategi adaptasi menjadi bentuk respon masyarakat menanggapi perubahan yang terjadi pada suatu hal. Adanya penetapan kawasan perairan Misool Selatan menjadi kawasan konservasi perairan daerah memunculkan respon pada nelayan yang hidup dan bergantung pada sumber daya di kawasan konservasi tersebut. Respon nelayan terjadi terutama karena perubahan penetapan kawasan konservasi. Nelayan yang tidak melakukan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi dapat membuat mereka tidak mampu bertahan dengan kondisi yang ada, maka penting untuk dianalisis bagaimana strategi adaptasi yang dilakukan nelayan dalam menghadapi penetapan kawasan konservasi perairan daerah?

Nelayan yang hidup bergantung di kawasan pesisir memiliki karakteristik yang berbeda di setiap kawasan. Karakteristik nelayan merupakan ciri-ciri yang melekat pada setiap nelayan. Pada nelayan Misool Selatan karakteristik yang ada meliputi usia, tingkat pendidikan, pengalaman sebagai nelayan, jumlah anggota keluarga, dan status kependudukan. Setiap rumah tangga nelayan akan memiliki respon yang berbeda dengan karakteristik setiap nelayan yang juga berbeda. Oleh karena itu penting dianalisis bagaimana hubungan karakteristik rumah tangga nelayan dengan strategi adaptasi nelayan dalam menghadapi penetapan kawasan konservasi perairan daerah?

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis:

1. Karakteristik masyarakat nelayan di kawasan konservasi perairan daerah; 2. Strategi adaptasi yang dilakukan nelayan dalam menghadapi penetapan

kawasan konservasi perairan daerah;

3. Hubungan karakteristik rumah tangga nelayan dengan strategi adaptasi nelayan dalam menghadapi penetapan kawasan konservasi perairan daerah.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai strategi adaptasi yang diterapkan nelayan dalam menghadapi penetapan kawasan konservasi perairan daerah. Secara lebih khusus, penelitian ini dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, yakni:

(24)

4

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pihak swasta mengenai pelaksanaan konservasi yang ada di daerah dengan aktivitas nelayan yang ada di dalamnya, sehingga timbul kerja sama diantara swasta, nelayan dan pihak yang terlibat dalam pengelolaan kawasan konservasi.

2. Bagi kalangan akademisi dan peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pustaka/literatur/sumber informasi dan pengetahuan mengenai pengaruh penetapan kawasan konservasi daerah terhadap strategi adaptasi yang diterapkan oleh nelayan.

3. Bagi pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam mengelola kawasan konservasi yang relevan dengan kondisi nelayan yang ada di sekitar.

4. Bagi masyarakat

(25)

5

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka Kawasan Konservasi Perairan

Pasal 1(8) dari PP No. 60 tahun 2007 menyatakan bahwa kawasan konservasi perairan didefinisikan sebagai kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Lebih lanjut, pengelolaan kawasan konservasi perairan dilakukan oleh pemerintah/pemerintah daerah, seperti disebutkan dalam Pasal 15(1) PP No. 60 tahun 2007. Pada Pasal 18(1) PP No. 60 tahun 2007 terkait pengelolaan, pemerintah daerah dapat melibatkan masyarakat melalui kemitraan antara unit organisasi pengelola dengan kelompok masyarakat dan/atau masyarakat adat, lembaga swadaya masyarakat, korporasi, lembaga penelitian, maupun perguruan tinggi. Tabel 1 menunjukkan berbagai macam definisi kawasan konservasi diartikan oleh beberapa sumber.

Tabel 1 Definisi kawasan konservasi laut

Sumber Pengertian Kawasan Konservasi

UU No. 1 Tahun 2014

 Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah upaya pelindungan, pelestarian, dan pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan

keanekaragamannya. Direktorat Konsevasi dan

Taman Nasional Laut Ditjen KP3K, DKP (2006)

 Wilayah perairan laut termasuk pesisir dan pulau-pulau kecil yang mencakup tumbuhan dan hewan di dalamnya, serta/atau termasuk bukti peninggalan sejarah dan sosial budaya di dalamnya yang dilindungi secara hukum atau cara lain yang efektif, baik dengan melindungi seluruh atau sebagian wilayah tersebut.

IUCN (1988) dikutip Supriharyono (2007)

 Suatu kawasan laut atau paparan subtidal, termasuk perairan yang menutupinya, flora, fauna, sisi sejarah dan budaya, yang terkait di dalamnya, dan telah dilindungi oleh hukum dan peraturan lainnya untuk melindungi sebagian atau seluruhnya lingkungan tersebut.

Berdasarkan berbagai definisi di atas, pengertian kawasan konservasi adalah sebuah kawasan yang ditetapkan sebagai upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya alam yang ada di dalamnya dengan tetap memperhatikan kondisi sumber daya manusia yang ada di sekitar kawasan. Unsur-unsur sumber daya yang ada dalam kawasan konservasi meliputi: (1) tumbuhan (flora) dan hewan (fauna); (2) sejarah dan kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat; (3) hukum/peraturan yang melindungi.

(26)

6

melindungi dan mengelola sistem laut dan estuaria supaya dapat dimanfaatkan secara terus menerus dalam jangka panjang dan mempertahankan keanekaragaman genetik; (2) untuk melindungi penurunan, tekanan, populasi dan spesies langka, terutama pengawetan habitat untuk kelangsungan hidup mereka; (3) mencegah aktivitas luar yang memungkinkan kerusakan kawasan konservasi laut; (4) memberikan kesejahteraan yang terus menerus kepada masyarakat dengan menciptakan konservasi laut; (5) menyediakan pengelolaan yang sesuai, yang mempunyai spektrum luas bagi aktivitas manusia dengan tujuan utamanya adalah penataan laut dan estuaria.

Saat ini sudah banyak peraturan perundangan ataupun turunannya yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengembangkan dan mengelola kawasan konservasi perairan, diantaranya yang disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Peraturan perundangan tentang konservasi

Peraturan Bahasan

UU No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No. 27 Tahun 2007

 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

UU No. 31 tahun 2004 telah diubah dengan UU No. 45 Tahun 2009

 Perikanan

UU No. 32 Tahun 2009  Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup UU No. 32 Tahun 2004 diubah dengan

UU No. 12 Tahun 2008

 Pemerintahan Daerah

UU No. 5 Tahun 1990  Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun

2007

 Konservasi Sumber Daya Ikan

Permen KP No. Per.03/Men/2010  Tata Cara Penetapan Perlindungan Jenis Ikan Permen KP No. Per.04/Men/2010  Pemanfataan Jenis dan Genetika Ikan Permen KP No. Per.30/Men/2010  Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan

Konservasi Perairan

Permen KP No. Per.02/Men/2009  Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan

Permen KP No. Per.17/Men/2008  Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Sistem Zonasi Kawasan Konservasi

(27)

7 Tetapi pengecualian di kawasan konservasi perairan daerah (KKPD), pengaturan zonasi menjadi upaya memenuhi hak masyarakat, khususnya nelayan. Menurut Burke et al. (2012), KKPD adalah wilayah laut yang “sebagian besar atau seluruhnya dikelola di tingkat daerah” oleh perseorangan atau kelompok yang tinggal di dekatnya. Manfaat utama dari KKPD adalah masyarakat dapat menetapkan dan menyesuaikan pendekatan pengelolaan untuk memenuhi kebutuhan mendesak dan menangani sumber daya dan kegiatan tertentu.

Tabel 3 Zonasi di kawasan konservasi perairan daerah

Zonasi Karakteristik Fungsi Aktivitas Nelayan

Zona inti (core

(Sumber: Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan)

(28)

8

pemanfaatan, dan zona lainnya. Tabel 3 menunjukkan penjelasan tentang pengelolaan KKP dengan sistem zonasi.

Karakteristik Nelayan

Secara geografis, kawasan pesisir terletak pada wilayah transisi antara laut dan darat yang sebagian besar masyarakat yang hidup di wilayah ini adalah nelayan. Masyarakat nelayan didefinisikan sebagai kesatuan sosial kolektif masyarakat yang hidup di kawasan pesisir dengan mata pencaharian menangkap ikan di laut dan pola-pola perilakunya diikat oleh sistem nilai budaya yang berlaku, memiliki identitas bersama dan batas-batas kesatuan sosial, struktur sosial yang mantap, dan masyarakat terbentuk karena sejarah sosial yang sama. Sebagai sebuah sistem budaya yang tersendiri dan berbeda dengan masyarakat lain yang hidup di pegunungan, lembah dan perkotaan (Kusnadi 2009).

Satria (2002) mendefinisikan secara sosiologis karakteristik nelayan yang berbeda dengan karakteristik masyarakat agraris, seiring dengan perbedaan karakteristik sumber daya yang dimanfaatkan. Karakteristik sumber daya yang bersifat terbuka (open access) membuat nelayan harus berpindah-pindah untuk memperoleh hasil yang maksimal sehingga memiliki elemen resiko yang tinggi. Kondisi sumber daya yang beresiko ini yang menyebabkan masyarakat nelayan memiliki karakter yang berbeda dengan masyarakat lain. Tidak jarang masyarakat yang bukan nelayan mengartikan nelayan sebagai kelompok masyarakat yang memiliki karakter yang keras, tegas dan terbuka.

Lebih lanjut Satria (2002) menjelaskan berbagai aspek yang mereprentasikan masyarakat pesisir, antara lain:

1. Sistem pengetahuan; Pengetahuan tentang teknik penangkapan ikan umumnya diperoleh secara turun temurun berdasarkan pengalaman empirik. Kuatnya pengetahuan lokal inilah yang menjadikan terjaminnya kelangsungan hidup sebagai nelayan.

2. Sistem kepercayaan; Secara teologi nelayan masih memiliki kepercayaan yang kuat bahwa laut memiliki kekuatan magic dalam melakukan aktivitas penangkapan ikan agar keselamatan dan hasil tangkapan semakin terjamin. Namun, seiring berjalannya waktu berbagai tradisi di lingkungan mereka hanya sebagai salah satu alat stabilitas sosial nelayan.

3. Peran wanita; Umumnya selain banyak bergelut dalam urusan domestik rumah tangga, istri nelayan tetap menjalankan aktivitas ekonomi dalam kegiatan penangkapan di perairan dangkal, pengolahan ikan, maupun kegiatan jasa dan perdagangan. Selain itu pengaturan aktivitas ekonomi rumah tangga banyak dilakukan oleh istri nelayan.

4. Struktur sosial; Struktur yang terbentuk dalam hubungan produksi pada usaha perikanan, perikanan tangkap maupun budi daya dicirikan dengan kuatnya ikatan patron-klien.

5. Stratifikasi sosial; Bentuk stratifikasi sosial masyarakat pesisir ditunjukkan dengan semakin bertambahnya jumlah posisi sosial atau jenis pekerjaan yang bersifat horizontal maupun vertikal dan berjenjang berdasarkan ukuran ekonomi, prestise dan kekuasaan.

(29)

9 masyarakat non-nelayan tidak mengetahui kehidupan nelayan. Alokasi waktu untuk berinteraksi dan letak geografis yang relatif jauh menjadi faktor kuat yang menyebabkan kurangnya hubungan sosial nelayan dengan masyarakat lain.

Berdasarkan karakteristik masyarakat nelayan di atas, kelompok masyarakat ini juga identik dengan kemiskinan. Data KKP Dalam Angka (2013) menunjukkan pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin Indonesia di wilayah pedesaan mencapai 18.97 juta jiwa atau 15.72 persen yang di dalamnya termasuk masyarakat yang hidup di kawasan pesisir. Berdasarkan laporan Lembaga swadaya masyarakat Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) pada Harian Republika tanggal 13 April 2012 menyebutkan bahwa jumlah nelayan di tanah air saat ini tersisa 2.2 juta nelayan dari total jumlah penduduk Indonesia (Purwadi 2012).

Aktivitas Sosial-Budaya dan Ekonomi Nelayan

Westmacott et al. (2000) dikutip Sudiono (2008) mengatakan bahwa tindakan-tindakan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan adalah suatu tantangan, dengan banyaknya jumlah orang yang terlibat, banyak diantaranya tanpa sumber pendapatan atau protein alternatif. Banyak komunitas lokal yang memiliki sedikit pilihan mata pencaharian dan kecil kemungkinan untuk beradaptasi dengan kondisi baru ini. Meningkatnya pengertian, kerja sama dan perasaan memiliki dalam komunitas setempat adalah amat penting. Mengembangkan mata pencaharian pilihan bagi komunitas nelayan sangat mungkin bila diperlukan.

Aspek-aspek dari variabel sosial budaya dan ekonomi berpengaruh penting terhadap pengelolaan kawasan konservasi. Berbagai aktivitas manusia yang tinggal di wilayah pesisir berpotensi menyebab terjadinya degradasi lingkungan, khususnya aktivitas masyarakat dalam memanfaat sumber daya laut untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Secara umum, perkembangan penduduk yang cukup pesat di wilayah pesisir dan masalah kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan adalah isu sosial yang sering ditemukan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Isu-isu sosial ini jika tidak ditangani memberikan tekanan yang besar terhadap kondisi lingkungan dan sumber daya pesisir.

(30)

10

Tabel 4 Matriks aktivitas sosial-budaya dan ekonomi nelayan

Aspek Bentuk Penjelasan

Sosial-Budaya

 Hubungan

sosial

 Masyarakat heterogen, interaksi struktur relasi patron-klien sangat kuat (Kusnadi 2009; Mugni 2006).  Organisasi

kerja

 Nelayan buruh yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain, nelayan juragan yang memiliki alat tangkap dan dioperasikan orang lain, dan nelayan perorangan yang memiliki alat tangkap sendiri dan pengoperasian juga sendiri (Mulyadi 2007).

 Gaya hidup  Boros dalam menggunakan uang dengan

menghabiskan banyak uang untuk merokok dan jajan (Muflikhati 2010).

Ekonomi  Pemanfaatan

terhadap sumber daya

 Bergantung pada pemanfaatan sumber daya pesisir (Satria 2002).

 Bergantung langsung pada hasil laut (Imron 2003 dikutip Mulyadi 2007).

 Memanfaatkan langsung sumber daya lingkungan pesisir, mengolah hasil ikan atau laut, menunjang ekonomi perikanan seperti tukang perahu, pemilik toko atau warung (Kusnadi 2009).

 Bergantung pada kondisi lingkungan, musim, dan pasar (Kusumastanto 2000).

 Adaptasi Teknologi

 Menggunakan kapal bermotor tempel sebagai usaha meningkatkan hasil tangkapan (Herdian 2003).  Melakukan modifikasi alat tangkap sesuai kondisi

perairan (Sihombing 2003).

 Tenaga Kerja  Diversifikasi pekerjaan pada musim paceklik (Mugni 2006; Muflikhati 2010).

 Pengalokasian keuangan

 Lebih dari 50 persen untuk konsumsi pangan (Pancasasti 2008).

 Untuk jajan dan merokok (Muflikhati 2010).

Aktivitas masyakat nelayan dapat juga dilihat pada aspek ekonomi. Pada pemanfaatan sumber daya laut nelayan bergantung pada sumber daya pesisir (Satria 2002). Selain itu, hal yang sama dikemukakan oleh Imron (2003) dikutip Mulyadi (2007) bahwa aktivitas ekonomi nelayan sangat bergantung langsung pada hasil laut. Kusnadi (2009) pun menyebutkan aktivitas nelayan dengan pemanfaatan langsung sumber daya lingkungan pesisir, mengolah hasil ikan atau laut, tukang perahu, dan pemilik toko atau warung. Pada aspek pengalokasian keuangan lebih dari 50 persen nelayan untuk mengonsumsi pangan (Pancasasti 2008). Berbeda dengan hal yang ditemukan oleh Muflikhati (2010) yang menyebutkan bahwa pengalokasian keuangan digunakan untuk jajan dan merokok. Aktivitas-aktivitas tersebut ditunjukkan dalam Tabel 4.

Dampak KKPD terhadap Aktivitas Nelayan

(31)

11 Konservasi Sumber Daya Ikan, penetapan kawasan konservasi perairan dilakukan berdasarkan kriteria ekologi, sosial dan budaya, dan ekonomi. Di sisi lain, aktivitas nelayan selalu tidak jauh diartikan hanya kegiatan di sekitar laut saja. Seperti dijelaskan oleh Undang-undang Nomor 45 tahun 2009 tentang Perikanan, bahwa nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Aktivitas penangkapan ikan inilah yang berkorelasi dengan wilayah tangkapan nelayan. Namun, adanya penetapan kawasan konservasi membuat nelayan harus melakukan kegiatan yang sebelumnya tidak pernah mereka lakukan atau mengembangkan kegiatan yang sudah ada. Kegiatan ini dapat mengubah kebiasaan yang sudah lama dilakukan oleh nelayan.

Tabel 5 Matriks dampak KKPD terhadap aktivitas nelayan

Aktivitas Kondisi Nelayan

 Adanya hubungan yang lebih dengan pemangku kepentingan dan prasarana kampung. Selain itu masyarakat dilibatkan dalam pengawasan dan pengelolaan DPL (Randan 2011).

Hak (bundles of right) Nelayan

 Memiliki hak akses, hak pemanfaatan, hak

 Menyesuaikan sistem sasi

menjadi sistem zonasi (DPL).Namun larangan dalam

sasi tetap diterapkan karena terdapat dalam peraturan kampung (Randan 2011).

Konflik  Nelayan memanfaatkan

laut dengan kearifan lokal, sehingga sangat minim adanya konflik (Randan 2011).

 Terjadi konflik kecil terkait ketidaksetujuan dengan DPL yang telah ditetapkan. Namun seiring berjalannya penerapan DPL, pihak kontra semakin memahami tujuan DPL (Randan 2011).

Wilayah tangkapan  Bebas dimanapun area penangkapan hasil laut (Randan 2011).

 Melarang aktivitas penangkapan khusus pada zona inti karena dilindungi (Satria 2009).

(32)

12

perubahan pada ketiga aspek tersebut. Ketergantungan pada kondisi lingkungan sangat erat hubungannya dengan kondisi wilayah penangkapan. Keberhasilan atau keberlanjutan usaha perikanan sangat bergantung pada kondisi lingkungan khususnya perairan dan sangat peka pada kerusakan khususnya pencemaran atau degradasi kualitas lingkungan.

Tabel 6 Matriks kategori dampak KKPD

Aspek Bentuk Kegiatan Kategori

Sosial  Membangun hubungan yang lebih dengan pemangku

kepentingan lain, seperti sosialisasi, pendidikan lingkungan hidup, pengawasan, monitoring terumbu karang, membangun pondok informasi, dan

memberikan bantuan bagi pembangunan sarana dan prasarana kampung. Selain itu masyarakat dilibatkan dalam pengawasan dan pengelolaan DPL,

penyesuaian sistem sasi menjadi sistem zonasi (DPL).Namun larangan dalam sasi tetap diterapkan karena terdapat dalam peraturan kampung (Randan 2011).

Positif

 Menimbulkan kelompok pro dan kontra dengan KKPD. Namun, pihak pro menjadi yang mayoritas mendominasi dan lambat laun pihak kontra beralih ke kelompok yang mendukung konservasi (Randan 2011).

Negatif

Ekonomi  Meningkatkan hasil tangkapan nelayan tradisional antara 40 persen sampai 90 persen (McClanahan & Arthur 2001 dikutip Ilham 2009).

Positif

Lingkungan  Meningkatkan dan mempertahankan populasi ikan dan satwa lain (Gell & Roberts 2003 dikutip Ilham 2009).

Positif

 Menambah tutupan karang hidup dan indeks kemerataan karang batu (Ilham 2009).

Positif

Manusia (hak akses)

 Membatasi hak pemanfaatan, melarang aktivitas penangkapan khusus pada zona inti karena dilindungi (Satria 2009).

Negatif

Kelembagaan  Belum memaksimalkan peran lembaga pada lembaga pengelolaan, terutama lembaga lokal, belum

sinkronnya kegiatan lintas sektor di pulau atau daerah yang masuk wilayah konservasi (Ilham 2009).

Negatif

Kebijakan penetapan kawasan konservasi mengundang dua pemahaman keberpihakan yaitu pihak pro konservasi dan kontra konservasi terutama berkaitan dengan kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan (Randan 2011). Sebagian nelayan menganggap bahwa dengan adanya penetapan kawasan konservasi, khususnya Daerah Perlindungan Laut (DPL) akan berdampak terhadap menurunnya pendapatan nelayan karena tertutupnya sebagian area penangkapan ikan (fishing ground) mereka dan hak-hak mereka menjadi terbatas untuk memanfaatkan sumber daya yang ada.

(33)

13 nelayan harus peka terhadap fluktuasi harga di pasar. Komoditas yang dijual pun harus dalam kondisi segar. Namun, wilayah tangkapan yang selama ini berada lebih dekat dengan daerah tangkapan harus mereka pindahkan dengan adanya sistem zonasi yang telah ditetapkan dalam kawasan konservasi perairan daerah. Kondisi-kondisi di atas sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 5.

Beberapa penelitian telah menunjukkan dampak yang terjadi ketika sebuah kawasan ditetapkan sebagai kawasan konservasi. Dampak pada Tabel 5 di atas dapat dikategorikan dalam beberapa aspek dengan kategori penilaian positif dan negatif dari penetapan sebuah kawasan menjadi kawasan konservasi. Pengkategorian tersebut dapat dilihat dalam Tabel 6.

Strategi Adaptasi Nelayan

Konsep adaptasi yang dinyatakan oleh Mulyadi (2007) dikutip Helmi (2012) adalah salah satu bagian dari proses evolusi kebudayaan, yakni proses yang mencakup rangkaian usaha-usaha manusia untuk menyesuaikan diri atau memberi respon terhadap perubahan lingkungan fisik maupun sosial yang terjadi secara temporal. Hal ini di dukung oleh pernyataan Bennet (1976) dan Pandey (1993) dikutip Helmi (2012) yang memandang adaptasi sebagai suatu perilaku responsif manusia terhadap perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi. Perilaku responsif tersebut memungkinkan mereka dapat menata sistem-sistem tertentu bagi tindakan atau tingkah lakunya, agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada. Perilaku tersebut di atas berkaitan dengan kebutuhan hidup, setelah sebelumnya melewati keadaan-keadaan tertentu dan kemudian membangun suatu strategi serta keputusan tertentu untuk menghadapi keadaan-keadaan selanjutnya.

Strategi diartikan oleh Bennett (1976) dikutip Helmi (2012) adalah suatu tindakan spesifik yang dipilih oleh individu atau masyarakat di dalam proses pengambilan keputusan, dengan suatu derajat yang dapat diprediksi. Selain itu, strategi diartikan juga sebagai suatu pilihan yang digunakan terhadap beberapa alternatif pilihan yang tersedia. Aspek-aspek penting dari konsep strategi menurut Crows (1989) dikutip Dharmawan (2001) dan Wisdaningtyas (2011), adalah:

1. Harus ada pilihan yang dapat seseorang pilih sebagai tindakan alternatif; 2. Kemampuan melatih “kekuatan”;

3. Merencanakan strategi yang mantap, ketidakpastian (posisi) yang dihadapi seseorang dapat dieliminir;

4. Strategi dibangun sebagai respon terhadap tekanan yang hebat yang menerpa seseorang;

5. Harus ada sumber daya dan pengetahuan sehingga seseorang bisa membentuk dan mengikuti berbagai strategi yang berbeda.

(34)

14

Tabel 7 Matriks strategi adaptasi nelayan menghadapi penetapan kawasan konservasi perairan daerah

Aspek Bentuk Strategi Adaptasi

Diversifikasi kegiatan ekonomi  Mendiversifikasikan mata pencaharian dengan perluasan alternatif pilihan (Wahyono dkk. 2001; Kusnadi 2000).

 Memobilisasi peran istri dan anak-anak untuk ikut mencari nafkah keluarga, menggadaikan atau menjual barang-barang rumah tangga yang dimiliki, melakukan konversi pekerjaan bagi nelayan, bermigrasi ke kota bagi istri untuk menjadi pembantu rumah tangga (Kusnadi 2000).

 Mengembangkan strategi nafkah ganda agar nelayan tidak bergantung pada hasil tangkapan saja,

mendorong ke arah laut lepas, problem yang ada tidak hanya semata teknologi, tetapi modal dan budaya, mengembangkan diversifikasi alat tangkap untuk mengantisipasi variasi musim (Satria 2009).

Investasi  Menginvestasikan uang pada teknologi penangkapan

dan melakukan penangkapan jauh dari tampat pemukiman (Wahyono dkk. 2001).

Jaringan Sosial  Melakukan hubungan baik dan kerja sama dengan

nelayan lain (Kusnadi 2000).

Migrasi Nelayan  Mencari daerah tangkapan baru, membuka lapangan

(35)

15

Karakteristik Rumah Tangga Nelayan  Usia

 Tingkat pendidikan

 Pengalaman sebagai nelayan  Jumlah anggota rumah tangga  Status kependudukan

Kerangka Pemikiran

Kawasan konservasi laut yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dikelola oleh pemerintah daerah bersama masyarakat dan pihak berkepentingan lain menghasilkan pengelolaan kawasan konservasi perairan daerah (KKPD). Contoh pengelolaan KKPD yang menjadi sorotan utama adalah KKPD Raja Ampat terutama di Distrik Misool Selatan. Nelayan yang berada di sekitar wilayah KKPD Misool Selatan memiliki aktivitas yang sudah lama mereka lakukan. Aktivitas tersebut dapat berupa kegiatan yang baru dilakukan setelah adanya penetapan KKPD maupun kegiatan yang lama nelayan lakukan sebelum adanya penetapan KKPD. Aktivitas ini membentuk karakteristik nelayan yang sudah ada sejak sebelum KKPD ditetapkan. Strategi adaptasi menjadi respon masyarakat nelayan sehingga mampu menjadikan diri mereka beradaptasi. Karakteristik rumah tangga nelayan juga menjadi faktor penentu strategi adaptasi yang selama ini dilakukan oleh nelayan.

Keterangan:

KKPD Misool Selatan, Raja Ampat

(36)

16

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian ini meliputi:

1) Hipotesis pengarah

Diduga penetapan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) memengaruhi strategi adaptasi nelayan.

2) Hipotesis uji:

Diduga terdapat hubungan antara karakteristik rumah tangga nelayan dengan strategi adaptasi nelayan dalam menghadapi penetapan kawasan konservasi perairan daerah.

Definisi Konseptual

1) Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Daerah adalah perubahan pengelolaan kawasan konservasi yang diberikan kepada pemerintah daerah dengan berkolaborasi bersama masyarakat sekitar.

2) Strategi adaptasi nelayan adalah pilihan tindakan nelayan yang menunjukkan respon dalam menyiasati dampak dari perubahan penetapan kawasan konservasi.

Definisi Operasional

Penelitian ini terdiri atas beberapa variabel yang terbagi menjadi beberapa indikator. Masing-masing variabel dan indikator diberi batasan terlebih dahulu sehingga dapat ditemukan skala pengukurannya. Definisi operasional untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut.

1) Karakteristik rumah tangga nelayan merupakan ciri-ciri yang melekat pada rumah tangga nelayan—rumah tangga dengan kepala keluarga bermatapencaharian sebagai nelayan—yang direpresentasikan oleh ciri yang melekat pada kepala rumah tangga meliputi: usia, tingkat pendidikan, pengalaman sebagai nelayan, jumlah anggota rumah tangga dan status kependudukan.

a) Usia adalah selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada saat dilaksanakan penelitian. Havighurst dan Acherman dikutip Sugiah dan Helmi (2012) membagi usia menjadi tiga kategori:

i) Muda (18-30 tahun) ii)Dewasa (31-50 tahun) iii) Tua (>50 tahun)

b) Pendidikan adalah jenis pendidikan/sekolah tertinggi yang pernah diikuti oleh responden, yang dibedakan ke dalam kategori:

i) Rendah (jika tidak sekolah, tidak tamat dan tamat SD/sederajat) ii) Sedang (Jika tamat SMP/sederajat)

(37)

17

c) Pengalaman sebagai nelayan adalah lama responden menjadi nelayan yang dihitung dalam satuan waktu (tahun), sejak pertama kali menjadi nelayan sampai dengan penelitian ini dilakukan yang dinyatakan dalam kategori:

i) Rendah (6-14 tahun) ii) Sedang (15-27 tahun) iii) Tinggi (lebih dari 28 tahun)

d) Jumlah anggota rumah tangga adalah banyaknya orang yang menetap dalam satu rumah dimana nelayan itu tinggal. Jumlah anggota rumah tangga dibedakan menjadi:

i) Kecil (jika anggota rumah tangga berjumlah 1-3 orang) ii) Menengah (jika anggota rumah tangga berjumlah 4-6 orang) iii) Besar (jika anggota rumah tangga berjumlah lebih dari 7 orang) e) Status Kependudukan adalah status yang melekat pada diri nelayan

karena daerah asalnya. Status kependudukan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:

i) Asli (nelayan yang mulai lahir ada di lokasi penelitian)

ii) Pendatang (nelayan yang berasal dari daerah lain dan sudah tinggal bertahun-tahun di lokasi penelitian ketika penelitian dilakukan)

2) Karakteristik Sosial-Budaya dan Ekonomi Masyarakat Nelayan adalah karakteristik yang ada pada masyarakat nelayan KKPD di Misool Selatan dalam tiga bidang yaitu sosial, budaya dan ekonomi. Karakteristik tersebut antara lain:

a) Karakteristik sosial adalah karakteristik yang melekat pada masyarakat nelayan karena hubungan pihak lain yang ada di sekitar kawasan konservasi, dilihat dari:

1. Interaksi sosial adalah interaksi yang dilakukan nelayan dengan pihak lain terkait dengan ketahanan hidup mereka, yaitu:

a. Sering berinteraksi dengan plasma

b. Melakukan peminjaman uang kepada tetangga c. Sering menjadi berhutang ke toko/kios terdekat

2. Organisasi kerja adalah kumpulan nelayan yang berhubungan dengan sejumlah nelayan lain, yaitu:

a. Mengikuti perkumpulan nelayan b. Mengikut dengan pemilik kapal

c. Saya menjadi salah satu pemimpin sementara di kelompok nelayan

b) Karakteristik budaya adalah karakteristik yang melekat pada masyarakat nelayan KKPD di Misool Selatan yang tercermin dari kebiasaan yang dilakukan, yaitu:

1. Gaya hidup nelayan adalah perilaku yang berhubungan dengan tradisi atau kebiasaan nelayan, meliputi:

a. Sering merokok ketika tidak melaut b. Sering jajan ketika tidak melaut

(38)

18

d. Membawa minuman keras ketika melaut

c) Karakteristik ekonomi adalah karakteristik yang melekat pada masyarakat nelayan KKPD di Misool Selatan pada kegiatan yang berhubungan dengan keuangan nelayan, yaitu:

1. Manajemen keuangan adalah penggunaan keuangan yang dilakukan nelayan untuk memenuhi kebutuhannya, antara lain: a. Banyak menggunakan uang untuk kebutuhan makan

b. Banyak menggunakan uang untuk jajan dan merokok c. Banyak menggunakan uang untuk merawat perahu

d. Banyak menggunakan uang untuk menambah alat tangkap 2. Diversifikasi pekerjaan adalah berbagai pekerjaan di luar sebagai

nelayan yang dilakukan oleh masyarakat nelayan, antara lain: a. Membuka kebun di dekat rumah ketika tidak melaut b. Bekerja di perusahaan

c. Membudidaya rumput laut d. Membeli dan memelihara ternak e. Memiliki kios/toko untuk berjualan

3. Adaptasi teknologi adalah penggunaan teknologi yang disesuaikan dengan kondisi yang terjadi, antara lain:

a. Memodifikasi alat tangkap

b. Memakai motor tempel pada perahu tradisional c. Beralih ke perahu bermotor/johnson

3) Strategi adaptasi merupakan tindakan yang dilakukan nelayan dalam merespon penetapan kawasan konservasi perairan daerah yang dibagi menjadi diversifikasi kegiatan ekonomi, investasi, jaringan sosial, dan migrasi nelayan.

a) Diversifikasi kegiatan ekonomi adalah kegiatan yang dilakukan oleh rumah tangga nelayan dalam menambah penghasilannya (skor 1 jika tidak ada, skor 2 jika ada).

i) Rendah (jika total skor antara 6-7) ii) Sedang (jika total skor antara 8-10) iii) Tinggi (jika total skor antara 11-12)

b) Investasi adalah pengalokasian keuangan yang dimiliki nelayan dalam bentuk lain (skor 1 jika tidak ada, skor 2 jika ada).

i) Rendah (jika total skor antara 4-5) ii) Sedang (jika total skor 6)

iii) Tinggi (jika total skor antara 7-8)

c) Jaringan sosial adalah hubungan yang dijalin nelayan dalam menghadapi penetapan kawasan konservasi perairan daerah (skor 1 jika tidak ada, skor 2 jika ada).

i) Rendah (jika total skor antara 4-5) ii) Sedang (jika total skor 6)

iii) Tinggi (jika total skor antara 7-8)

(39)

19

(40)
(41)

21

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif untuk memperkaya analisis. Pendekatan kuantitatif yang digunakan adalah penelitian survai kepada responden. Menurut Singarimbun dan Effendi (2008), penelitian survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data primer. Metode kuantitatif digunakan untuk mencari informasi hubungan karakteristik nelayan dengan strategi adaptasi. Sedangkan metode penelitian kualitatif digunakan untuk menggali informasi mengenai KKPD Misool Selatan, karakteristik sosial-budaya dan ekonomi nelayan nelayan di sekitar KKPD dan strategi adaptasi yang dilakukan nelayan. Pendekatan kualitatif dan kuantitatif dikombinasikan dalam upaya memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diteliti.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Raja Ampat, Papua Barat, tepatnya di Distrik Misool Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) mempertimbangkan kondisi KKPD yang ada di Indonesia, diantaranya ialah:

1. KKPD Raja Ampat, salah satunya Distrik Misool Selatan merupakan kawasan konservasi yang menjadi percontohan pada tingkat nasional. 2. Pelaksanaan KKPD Raja Ampat melibatkan masyarakat dalam

pengelolaannya.

3. Karakteristik masyarakat nelayan Misool Selatan yang sangat beragam dengan penduduk yang terdiri dari penduduk asli dan pendatang.

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2014 sampai dengan Mei 2014. Kegiatan dalam penelitian ini meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, perbaikan proposal skripsi, pengambilan data lapang, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi. Selama penelitian berlangsung, pengumpulan data dan informasi dilakukan oleh peneliti melalui interaksi langsung dengan nelayan sebagai responden dan berberapa pihak yang menjadi informan.

Teknik Pemilihan Responden dan Informan

(42)

22

nelayan yang melakukan aktivitas di kawasan konservasi perairan daerah. Adapun rumah tangga nelayan yang dimaksud adalah rumah tangga dengan kepala keluarga bermatapencaharian sebagai nelayan. Penentuan jumlah sampel penelitian menggunakan teknik simple random sampling sebanyak 45 responden yang merupakan kepala rumah tangga. Teknik simple random sampling dipilih karena msyarakat khususnya nelayan dianggap mempunyai status yang setara.

Informan dalam penelitian ini meliputi pihak yang berinteraksi dengan kawasan konservasi perairan daerah, yaitu nelayan, pihak kelompok konservasi, aparat kampung, pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Raja Ampat, dan Lembaga Swadaya Masyarakat The Nature Conservancy. Teknik purposive digunakan dalam menentukan informan. Pemilihan secara sengaja (purposive) dilakukan karena informasi yang didapatkan akan lebih banyak dan akurat.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang pengumpulannya dilakukan sendiri oleh peneliti. Artinya, data tersebut diperoleh dari penelitian langsung oleh peneliti, yakni hasil wawancara dengan responden dan informan serta hasil pengukuran peneliti sendiri. Data primer yang diperoleh dari responden dilakukan melalui teknik wawancara dengan instrumen kuesioner (Lampiran 3) yang telah dipersiapkan. Sedangkan pengumpulan data dari informan dilakukan dengan wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara mendalam (Lampiran 4). Pada penelitian ini, responden akan difokuskan untuk melengkapi data pada pendekatan kuantitatif dan informan difokuskan untuk melengkapi data pada pendekatan kualitatif.

Selain data primer, pengumpulan data dalam penelitian ini juga menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pihak lain dan sudah diolah oleh pihak lain. Sumber data sekunder diperoleh dari Kantor Distrik Misool Selatan, Dinas Kelautan dan Perikanan Raja Ampat, LSM terkait, serta buku, internet, jurnal-jurnal penelitian, skripsi, tesis, dan laporan penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif dengan unit analisis pada rumah tangga. Data kuantitatif dari pengisian kuisioner diolah melalui penyusunan data sesuai skor yang ditentukan dan masing-masing variabel menggunakan program komputer Microsoft Excel 2013 dan melalui tabel frekuensi, tabulasi silang, dan uji korelasi menggunakan SPSS 20 for Windows. Uji korelasi pada SPSS 20 for Windows menggunakan Chi Square untuk menghubungkan antara variabel karakteristik nelayan dengan strategi adaptasi. Hasil data kemudian dianalisis secara deskriptif untuk menjelaskan hubungan yang terjadi.

(43)

23

(44)
(45)

25

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Usia Responden

Usia responden adalah selisih antara tahun responden dilahirkan sampai tahun pada saat dilaksanakan penelitian. Usia responden memiliki variasi dari 24 tahun sampai 60 tahun dengan rata-rata usia 36.5 tahun. Variasi dan rata-rata usia responden tergolong ke dalam kelompok usia produktif, yaitu 24 tahun sampai 64 tahun. Berdasarkan hasil penelitian nelayan Misool Selatan dibagi ke dalam tiga kategori yaitu usia muda (18-30 tahun), dewasa (31-50 tahun) dan tua (lebih dari 50 tahun). Usia responden yang tergolong dalam usia muda sebanyak 9 orang (20%), golongan dewasa sebanyak 33 orang (73%), dan golongan tua sebanyak 3 orang (7%). Tabel 8 menunjukkan jumlah dan persentase responden berdasarkan usia.

Tabel 8 Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia

Usia (Tahun) Responden

n %

Muda (18-30) 9 20

Dewasa (31-50) 33 73

Tua (>50) 3 7

Jumlah 45 100

Tabel 8 menunjukkan kondisi usia yang memiliki persentase tertinggi pada kategori usia dewasa. Hal ini terjadi karena mayoritas nelayan adalah pendatang dari berbagai daerah di luar Misool Selatan. Penduduk pendatang berasal dari distrik lain dan penduduk luar kabupaten seperti Maluku, Flores, Buton, Seram dan Ternate. Penduduk pendatang yang kemudian bermukim di Misool Selatan pada dasarnya nelayan dari daerah lain yang datang ke daerah ini untuk bekerja. Sebagian besar usia dewasa (31-50 tahun) memang dimiliki oleh masyarakat pendatang yang telah menetap di Misool Selatan. Sedangkan usia dewasa dari masyarakat asli selain menjadi nelayan lebih banyak memilih untuk bekerja sebagai karyawan perusahaan mutiara ataupun di sektor lain.

Tingkat Pendidikan Responden

(46)

26

Kondisi yang menunjukkan nelayan Misool Selatan memiliki tingkat pendidikan rendah dikarenakan letak sekolah berada di pulau lain, biaya pendidikan yang menjadi mahal, dan sarana transportasi belum memadai. Namun, adanya PNPM Mandiri dari pemerintah daerah, generasi muda yang baru sudah mendapatkan fasilitas pendidikan yang lebih baik. Akan tetapi, faktor sarana transportasi penyeberangan dan tenaga pendidikan yang masih sangat sedikit membuat anak-anak nelayan terkadang merasa malas untuk ke sekolah. Kondisi geografis Misool Selatan yang terdiri dari pulau-pulau, membuat pembangunan sekolah disesuaikan dengan setiap kampung. Gedung SD hampir ada di semua kampung, namun SMP hanya ada di Kampung Dabatan dan SMA hanya ada di Kampung Fafanlap.

Tabel 9 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Responden

n %

Rendah (Tidak Tamat Sekolah dan

SD/Sederajat) 25 56

Sedang (SMP) 15 33

Tinggi (SMA/Sederajat dan PT) 5 11

Jumlah 45 100

Pengalaman sebagai Nelayan

Pengalaman sebagai nelayan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lama responden menjadi nelayan yang dihitung dalam satu satuan waktu (tahun). Bisa dikatakan bahwa pengalaman sebagai nelayan merupakan waktu yang digunakan sejak pertama menjadi nelayan sampai dengan penelitian ini dilakukan. Pada penelitian ini pengalaman sebagai nelayan dikategorikan menjadi tiga, yaitu pengalaman rendah (6-14 tahun), pengalaman sedang (15-27 tahun), pengalaman tinggi (>28 tahun). Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 26 orang (58%) memiliki pengalaman yang rendah sebagai nelayan, 14 orang (31%) berpengalaman sedang, dan 5 orang (11%) memiliki pengalaman yang tinggi sebagai nelayan. Tabel 10 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan pengalaman sebagai nelayan.

Tabel 10 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengalaman sebagai nelayan

Pengalaman sebagai Nelayan (Tahun) Responden

n %

Rendah (6-14) 26 58

Sedang (15-27) 14 31

Tinggi (>28) 5 11

Jumlah 45 100

(47)

27 pendatang menjadi salah satu alasan kuat karena pengalaman mereka sebagai nelayan ada yang baru didapatkan saat menetap di lokasi penelitian. Namun pengalaman sebagai nelayan dengan rentang 6-14 tahun sudah cukup untuk menjadikan mereka nelayan yang sudah mengenal laut yang ada di sekitar daerah penelitian. Sebagian besar dari nelayan dengan pengalaman yang rendah tersebut merupakan nelayan tradisional, nelayan bagan, dan nelayan pembudidaya.

Jumlah Anggota Rumah Tangga

Jumlah anggota rumah tangga nelayan merupakan banyaknya orang yang menetap dalam satu rumah tempat nelayan tinggal. Pada penelitian ini orang yang tinggal satu rumah tetap menjadi perhitungan meskipun bukan anggota keluarga inti. Hal ini diduga akan mempengaruhi pilihan-pilihan adaptasi yang dilakukan oleh nelayan. Tabel 11 menunjukkan Jumlah dan persentase responden berdasarkan banyaknya anggota rumah tangga nelayan.

Tabel 11 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah anggota rumah tangga

Jumlah Anggota Rumah Tangga (Orang) Responden

n %

Kecil (1-3) 11 24

Menengah (4-6) 23 52

Besar (>7) 11 24

Jumlah 45 100

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 45 orang nelayan responden, diketahui jumlah anggota rumah tangga sebanyak 4-6 orang dimiliki olah sebagian besar nelayan yang ada di Misool Selatan, yaitu 23 orang nelayan atau 52 persen responden. Hal ini terjadi karena masyarakat sendiri kurang membatasi untuk jumlah anak yang mereka miliki. Selain itu, rumah tempat nelayan tinggal tidak hanya dihuni oleh anggota keluarga inti, melainkan saudara yang lain juga tinggal bersama nelayan. Kondisi tersebut menjadikan nelayan dengan jumlah anggota rumah tangga sebanyak 4-6 orang menjadi kategori nelayan yang mayoritas berada di Distrik Misool Selatan.

Status Kependudukan

(48)

28

Tabel 12 Jumlah dan persentase responden berdasarkan status kependudukan

Status Kependudukan Responden

n %

Asli 14 31

Pendatang 31 69

Jumlah 45 100

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Misool Selatan, sebanyak 31 orang atau 69 persen merupakan penduduk pendatang yang menetap di Misool Selatan. Penduduk pendatang yang menetap di lokasi penelitian berasal dari daerah di sekitar Misool selatan, baik dari luar distrik maupun luar kabupaten atau provinsi. Penduduk pendatang didominasi oleh nelayan dari Maluku, Flores, Buton, Seram dan Ternate dengan membawa keluarga ataupun tidak. Lebih banyaknya pendatang terjadi karena mata pencaharian di daerah Distrik Misool Selatan tidak hanya sebagai nelayan, namun terdapat lapangan pekerjaan di bidang industri, seperti menjadi karyawan perusahaan mutiara. Kondisi ini menunjukkan sebagian besar nelayan di Misool Selatan merupakan nelayan pendatang yang bekerja dan menetap di sana.

Ikhtisar

Karakteristik responden merupakan ciri-ciri yang melekat pada individu meliputi usia, tingkat pendidikan, pengalaman sebagai nelayan, jumlah anggota keluarga, dan status kependudukan. Usia diartikan dengan selisih antara tahun responden dilahirkan sampai tahun pada saat dilaksankan penelitian. Usia dikategorikan dengan usia muda (18-30 tahun), dewasa (31-50 tahun) dan tua (lebih dari 50 tahun). Tingkat pendidikan responden merupakan jenis pendidikan/sekotah tertinggi yang pernah diikuti oleh responden. Tingkat pendidikan ini digolongkan dalam kategori rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD/sederajat), sedang (tamat SMP/sederajat), tinggi (tamat SMA/sederajat, dan PT). Pengalaman sebagai nelayan merupakan lama responden menjadi nelayan yang dihitung dalam satu satuan waktu (tahun) atau waktu sejak pertama menjadi nelayan sampai penelitian ini dilakukan. Kategori yang ada antara lain pengalaman rendah (6-14 tahun), pengalaman sedang (15-27 tahun), pengalaman tinggi (>28 tahun). Jumlah anggota rumah tangga adalah banyaknya orang yang menetap dalam satu rumah tempat nelayan tinggal dengan kategori kecil (1-3 orang), menengah (4-6 orang), dan besar (>7 orang). Variabel kelima adalah status kependudukan yang diartikan sebagai status yang melekat pada diri nelayan karena daerah asalnya. Status kependudukan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu penduduk asli dan pendatang.

(49)
(50)
(51)

31

GAMBARAN UMUM DISTRIK MISOOL SELATAN

Kondisi Geografi dan Demografi Distrik Misool Selatan

Secara geografis Distrik Misool Selatan terdiri dari 5 kampung yang berdekatan satu dengan yang lainnya. Secara administratif, Distrik Misool Selatan termasuk dalam Kawasan Konservasi Perairan Daerah Raja Ampat. Pusat Pemerintahan Distrik Misool yang berada di Kampung Dabatan, Kampung Yellu berada di utara distrik, Kampung Harapan Jaya berada di utara Kampung Yellu, Kampung Kayerepop berada di barat laut distrik dan Kampung Fafanlap berada di barat distrik. Batas Distrik Misool Selatan antara lain: 1) sebelah utara berbatasan dengan Pulau Batanme; 2) sebelah selatan berbatasan dengan Laut Halmahera; 3) sebelah barat berbatasan dengan Misool Barat; dan 4) sebelah timur berbatasan dengan Misool Timur.

Luas Distrik Misool Selatan kurang lebih 343 200 ha atau sekitar 619 445 km2. Wilayah seluas itu sebagian besar merupakan bentang laut yang diperuntukan sebagai lahan mata pencaharian masyarakat sekitar, pertambangan, hutan mangrove, dan jalur penyeberangan. Selain itu, kawasan Misool Selatan memiliki keunikan bentang lahan berupa pulau-pulau karst/kapur (line stone) yang sangat unik dan menjadi tempat penting bagi jenis penyu hijau (Eretmocheliy impicate) dan penyu sisik (Humpback turtle) sebagai jalur migrasi dan tempat bertelur. Kawasan ini pun menjadi habitat beberapa jenis mamalia laut, dugong, serta jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi seperti ikan kerap (Grouper) dan napoleon (Wrasse) (Randan 2010).

(52)

32

Kepentingan yang berbeda inilah yang membuat hubungan diantara berbagai pemangku kepentingan. Hubungan yang terjadi berkaitan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perairan yang ada di wilayah KKPD Distrik Misool Selatan.

Tabel 13 Matriks pemangku kepentingan dan kepentingannya pada pengelolaan wilayah KKPD Distrik Misool Selatan

Pemangku kepentingan Kepentingan

Nelayan Menangkap ikan di perairan Distrik Misool Selatan

Plasma Mengumpulkan ikan hidup hasil tangkapan nelayan dan menjual ke kapal besar

Dinas Kelautan dan Perikanan Mengelola dan meningkatkan produktivitas perairan Distrik Misool Selatan

Pengusaha pariwisata Investasi dan melakukan usaha pariwisata di perairan Distrik Misool Selatan

Lembaga Swadaya Masyarakat Mendampingi masyarakat Distrik Misool Selatan dalam mengelola perairan bersama Pemerintah Daerah

Kondisi Sosial dan Ekonomi Distrik Misool Selatan

Berdasarkan Data BPS Raja Ampat 2013, jumlah sekolah yang ada di Distrik Misool Selatan antara lain TK berjumlah 3 buah, SD berjumlah 5 buah, SMP berjumlah 2 buah, dan tidak terdapat SMA/SMK. Tenaga pendidik untuk TK hanya 3 guru dengan 47 murid. Tingkat SMP hanya ada 5 guru dengan 700 murid. Pada tingkat SMP terdapat 8 guru dengan 88 murid. Sarana Prasarana kesehatan sudah terdapat 1 buah Puskemas dan 2 buah Puskemas Pembantu. Namun, tenaga kesehatan khususnya dokter belum tersedia di Distrik ini. Hanya ada seorang bidan, 9 perawat, dan 1 lainnya tenaga pembantu kesehatan. Terdapat juga 5 buah Posyandu sebagai pusat pelayanan masyarakat tentang kesehatan anak.

Tabel 14 Jumlah pemeluk agama di Distrik Misool Selatan

Agama Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Islam 4 416 88

Sumber: Raja Ampat Dalam Angka 2013

Gambar

Tabel 4  Matriks aktivitas sosial-budaya dan ekonomi nelayan
Tabel 5  Matriks dampak KKPD terhadap aktivitas nelayan
Tabel 6  Matriks kategori dampak KKPD
Tabel 7 Matriks strategi adaptasi nelayan menghadapi penetapan kawasan konservasi perairan daerah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa kelimpahan fitoplankton di Perairan Teluk Kodek adalah 6557 ind./l yang terdiri dari 20 spesies yang digolongkan

Kejadian iklim ekstrim yang dominan terjadi di Indonesia dan terkait iklim adalah bencana banjir dan kekeringan.Hasil penelitian Pasaribu (2009) memperlihatkan luas

(1) Untuk terlaksananya Syariat Islam di bidang aqidah, ibadah dan syi’ar Islam, Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota membentuk Wilayatul Hisbah yang berwenang

Menu Skenario Pengujian Hasil yang diharapkan Hasil yang didapat Kesimpulan Realisasi SKP Menginput kan kegiatan tugas jabatan, kuantitas, mutu, waktu, dan

Menurut Hasibun mengatakan pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasian semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang,

Pusat pertanyaan dalam teologi adalah pertanyaan yang diajukan oleh orang yang percaya, “Bagaimana mungkin Yesus bisa menjadi manusia dan Allah pada saat yang sama?” Atau,

selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penulisan laporan Tugas Akhir Kuliah Kerja Media.. Bapak

Haji Mohd Salleh Haji Ahmad, Perkahwinan Dan Perceraian Dalam Islam, Kuala Lumpur: Pustaka Haji Abdul Majid Sdn.. keluarga yang bahagia. Perbedaan agama antara suami