Prof DR H Soedijarto, MA Guru Besar UNJ
A TREND PERKEMBANGAN PENDIDIKAN NASIONAL
D. STRATEGI DALAM REDISAIN SISTEM PENGELOLAAN NASIONAL PENDIDIKAN INDONESIA
Pertanyaan mendasar yang mengemuka adalah: apa yang harus di redisian itu? Tujuan dan sasaran apa yang harus dicapai? Strategi apa yang perlu dan harus dibangun dalam proses redisain tersebut sehingga tujuan dan sasaran yang diharapkan dapat terwujud?
1. Tuntutan Perlunya Redisain
Pengelolaan Pendidikan secara disentralistik telah dilaksanakan selama 10 tahun. Dalam kurun waktu yang cukup lama itu ditemukan berbagai permasalahan yang secara rinci telah diuraikan pada bagian sebelumnya. Permaslahan yang berkaitan dengan keorganisasian, kepemimpinan, proses pengelolaan,
aspek strtagik pendidikan nasional yang memiliki fungsi strtegik , membuktikan diperlukannya kaji ulang dan evaluasi menyeluruh tentang sistem pengelolaan pendidikan secara nasional dalam era otonomi daerah. Persoalan mendasar yang ditemukan menentukan masa depan pendidikan nasional Indonesia yang mengandung implikasi penentuan terhadap‐ masa depan bangsa dan negara.Tanpa adanya peninjauan ulang terhadap proses dan hasil penerapan pengelolaan pendidikan secara nasional ini mengharuskan kita untuk menata ulang sistem pengelalolaan yang diberlakukan hingga saat ini. The needs for redesigning national system of managing Indonesian Education” itu benar‐benar real atau nyata. Bila perubahan kearah penyempurnaan tidak diberlakukan maka kerugian yang tiada ternilai akan dihadapi oleh kita. Perubahan dalam arti redesigning the total system in managing Indonesian Education tidak dapat dihindarkan dan ditunggu lagi karena resiko yang amat tinggi yang pada waktu yang akan datang menimpa bangsa Indonesia,
2. Tujuan dan Sasaran Redisain
Tujuan redisain adalah untuk mewujudkan sebuah sistem pengelolaan nasional pendidikan yang terintegrasi dan membentuk satu keutuhan sistem dari pusat hingga daerah yang dapat bertfungsi efisien dan efektif dalam mewujudkan tujuan nasional pendidikan sesuai dengan UU Sisdiknas N0. 20/2003 pasal 3 sebagai berikut: “Pendidikan nsional befungsi………, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.“ Sasaran redisain ini adalah: a. Undang‐undang otonomi daerah N0.32/2007 b. Peratura –peraturan yang merupakan turunannya c. Substansi sususnan organisasi Sisdiknas dari pusat hingga daerah kabupaten/kota dan satuan pendidikan d. Distribusi tugas, tanggung jawab dan kewenangan yang jelas antar pusat , propinsi dan kabupaten/kota yang berada dalam koridor satu kesatuan sistem yang utuh dan tidak terpotong‐potong e. Sistem kepemimpinan yang menyatu dalam satu kesatuan hirarkis yang fleksibel dan membentuk satu entity sistem pengelolaan nasional pendidikan 3. Reposisi Aspek‐Aspek Strategik Pendidikan Nasional
Aspek strategik pendidikan yang mempunyai makna dan fungsi nasional harus diletakkan didalam kewenangan dan tanggung jawab Pusat. Adapun aspek strategik ini adalah : guru, dosen, kurikulum, standard mutu, pendanaan dan akreditasi.
Pembangunan karakter dan jati diri bangsa, penanaman sikap cinta bangsa, cinta negara kesatuan, cinta bahasa dan budaya nasional, merupakan tugas yang diemban guru dimanapun guru sebagai pendidik bangsa bertugas. Fungsi Strategik nasional ini harus dikelola secara nasional, yang tidak perlu terikat kepada Propinsi dan Kabupaten/Kota. Rekrutmen, penerimaan, pengangkatan, distribusi dan penempatan, mutasi dari satu daerah ke daerah lain sesuai kebutuhan, penggajian, perlu diletakkan dalam tanggung jawab dan kewenangan nasional.Peran daerah meberikan bantuan dalam hal mengidentifikasi kebutuhan daerah, dan penempatan ditempat yang diperlukan di daerah tersebut.
b. Dosen
Dosen perguruan tinggi juga sama halnya dengan guru sekolah, memiliki tugas dan fungsi nasional dalam membangun kualitas SDM bangsa dimanapun mereka bertugas. Dosen perguruan tinggi memiliki fleksibilitas untuk bertugas di perguruan tinggi manapun di wilayh negara republik Indonesia. Mobilitas seperti ini sangat diperlukan untuk membantu pertumbuhan perguruan tinggi yang tersebar diseluruh propinsi di Indonesia. Pengelolaan dosen perguruan tinggi ini termasuk penggajiannya perlu diletakan dalam tanggung njawab dan kewenangan nasional.
c. Kurikulum
Kurukulum nasional yang diterapkan diseluruh satuan pendidikan di Indonesia merupakan content pendidikan nasional. Karena itu sistem pengembangan termasuk strategi yang diterapkan dan penetapan jenis matapelajaran untuk setiap satuan pendidikan berada didalam tanggung jawab dan kewenangan nasional. Daerah memiliki kewenangan untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan dan karaktersitik sosial budaya setiap daerah untuk memperkaya kurikulum sekolah.
d. Standard Nasional Pendidikan
Standard Nasional Pendidikan ( SNP ) yang diberlakukan untuk setiap satuan pendidikan dan setiap jenis dan jenjang sebagai patokan untuk mengembangkan mutu pembelajaran pada setiap satuan pendidikan. Pengembangan SNP ini berada pada kewenangan dan tanggung jawab nasional, sedangkan implementasi perwujudannya menjadi tugas dan tanggung jawab daerah dan satuan pendidikan.
e. Pendanaan
Pendanaan pendidikan sesuai dengan PP NO 48/2009, disertai dengan berbagai peraturan perundangan lainnya berada dalam kendali kementrian keuangan. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan bertanggung jawab untuk mengembangkan kebijakan yang berkaitan dengan distribusi dan alokasi serta penetapan prioritas program sehingga alokasi yang diberikan kepada sektor pendidikan dipergunakan secara tepat tanpa adanya kebocoran dalam penggunaannya. Pengelolaan dana pendidikan ini harus berada dalam kendali Kemendikbud secara nasional.
Akreditasi yang berfungsi untuk menilai kelayakan dan kemampuan setiap satuan pendidikan dalam memenuhi standard dan kreteria mutu yang telah ditetapkan, menjadi tanggung njawab Badan Akreditasi Nasional. Terdapat tiga badan akreditasi nasional di Indonesia yaitu: BAN PT, BAN S/M dan BAN PNF. Keseluruhan badan akreditasi nasional ini dikelola secara nasional. Khusus untuk BAN S/M, karena besarnya dan luasnya cakupan dan tanggung jawab pelaksanaan akreditasi sekolah /madrasah, maka pada setiap propinsi dibentuk BAP S/M yang bertugas melaksanakan akreditasi di propinsi tersebut dengan berpedoman kepada perangkat akreditasi dan mekanisme akreditasi yang ditetapkan BAN S/M. Dalam implementasi proses akreditasi S/M, pengawasan dan pengendalian berada dalam tanggung jawab dan kewenangan BAN S/M. Sistem manajemen BAN S/M merupakan perpaduan antara sentralisasi dan otonomi yang diatur dan disusun sedemikian rupa sehingga rentang kendali dan line of command jelas tidak terputus dari pusat hingga daerah. Terdapat kerjasama yang efsien dan efektif antara BAN S/M pada tingkat pusat dengan BAP S/M pada tingkat propinsi dan menjangkau tingkat kabupaten dan kota dalam pelaksanaan akreditasi. Penggunaan ICT dalam proses manajemen BAN S/M merupakan faktor yang menjaga dan memelihara kesatuan komando dan leadership dari pusat hingga daerah.
4. Strategi Dasar
Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran Rediasin sistem pengelolaan nasional pendidikan Indonesia diperlukan strategi Dasar yang mengarahkan keseluruhan kegiatan redisain dengan tepat dan dalam koridor pengelolaan pendidikan nasional Indonesia berbasis otonomi daerah sebagai satu sistem pengelalolaan nasional yang andal dan profesional. Strategi dasar ini mencakup beberapa langkah sebagaimana berikut ini.
a. Melakukan Need assessment untuk mengetahui lebih detail ketidak berfungsian sistem secara total dan ketidak berfungsian subsistem, mengkaji ulang fungsi‐fungsi, distribusi kewenangan dan tanggung jawab serta requirements yang diperlukan, melalui proses diagnostic system secara total dan rinci.
b. Mendesian sebuah kerangka sistem atas dasar hasil need assessment secara total dari pusat hingga daerah dan satuan pendidikan tanpa ada potongan‐ potongan sistem dengan berpegang kepada sistem pengelolaan yang disentralistik terpadu.
c. Menyusun struktur organisasi yang ramping, lentur dan memiliki daya respond tinggi dan kapasitas besar secara proporsional dari pusat hingga daerah dan satuan pendidikan
d. Menetapkan kewenangan, tanggung jawab dan fungsi‐fungsi yang tepat antara berbagai subsistem tersebut dalam kerangka keutuhan sistem,keutuhan leadership dan keutuhan proses sistem
e. Merevisi perundangan yang ada sebagai dasar legal yang menjadi pegangan secara nasional dari pusat hingga daerah termasuk merevisi undang‐undang otonomi daerah dengan segala peraturan yang merupakan turunannya.
f. Memepersipakan SDM yang profesional untuk melaksanakan sistem pengelolaan nasional pendidikan Indonesia dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
g. Menyiapkan berbagai sumberdaya untuk mendukung implementasi sistem secara penuh baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat daerah. 5. Bentuk Kerangka Sistem Pengelolaan Nasional Pendidikan Berbasis Otonomi Daerah Sistem Pengelolaan Nasional Pendidikan ini terdiri dari tingkat Pusat, Tingkat Propinsi dan Tingkat Kabupaten/Kota. a. Tingkat Pusat Pada tingkat pusat unsur‐unsur sistem terdiri dari Menteri, Sesjen dan sejumlah Unit utama dengan unit‐unit sesuai kebutuhan untuk setiap unit utama, yang ramping ,lentur dan memiliki daya respond managerial tinggi.
Pada tingkat pusat ini juga dibentuk line of coordination and consultation dengan berbagai kementrian lain yang menyelengarakan pendidikan sesuai UU Sisdiknas b. Tingkat Propinsi
Susunan Organisasi tingkat propinsi merupakan perpanjangan susunan organisasi tingkat pusat. Pada tingkat Propinsi terdapat seorang kepala yang dibantu oleh seorang wakil kepala dan sekretaris , dengan berbagai unit sesuai kebutuhan masing‐ masing unsur. Menteri Pendidikan memiliki line of command yang jelas dengan Disdik Propinsi dan Disdik Propinsi bertanggung jawab kepada Menteri dalam melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin pengelolaan pendidikan tingkat propinsi disamping secara organisatoris juga bertanggun jawab kepada Gubernur. Kepala Disdik Propinsi secara fungsional merupakan atasan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota, sehingga pada tingkat propinsi terdapat satu kesatuan leadership dalam pengelolaan pendidikan ditingkat propinsi.
c. Tingkat Kabupaten/Kota
Pada tingkat Kabupaten/Kota terdapat seorang Kepala Disdik dibantu oleh seoran wakil kepala dan seorang sekretaris. Setiap unit terdiri dari sejumlah sub unit sesuai kebutuhan, sehingga membentuk satu organiasi yang ramping,lentur dan memiliki kemampuan management tinggi dalam melaksanakan tugas dalam pengelolaan pendidikan pada tingkat Kabupaten/Kota.
Kepala Disdik Kabupaten /Kota secara fungsional merupakan bawahan dari Disdik tingkat Propinsi. Secara organisatoris Kepala Disdik Kabupaten/Kota bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota, sehingga semua kabupaten dan kota didalam setiap propinsi memiliki jalur vertikal dan horizontal dalam pengelolaan pendidikan di tingkat propinsi. Pada tingkat Kabupaten/Kota inilah terdapat banyak sekali satuan pendidikan dengan berbagai jenis dan jenjang yang menjadi tanggung jawab Dinas Kabupaten dan Kota untuk mengelola secara profesional.
Pengendalian dan Pengawasan dilakukan secara hirakis. Pada tingkat propinsi pengendalian dan pengawasan dilakukan oleh propinsi terhadap seluruh pengelolaan pendidikan di Kabuapten/Kota di propinsi itu. Pengawasan dan pengendalian terhadap pengelolaan tingkat propinsi menjadi tanggung jawab tingkat pusat. Dengan demikian line of control terbina dan berfungsi secara terus menerus. Kerangka Sistem Pengelolaan Nasional Pendidikan Indonesia secara visual disajikan terpisah.
KESIMPULAN
1. Sistem pengelolaan pendidikan Indonesia yang berbasis otonomi daerah seperti yang berlaku saat ini memunculkan begitu banyak permasalahan yang berakibat kepada melemahnya kemampuan pendidikan nasional dalam membangun kualitas bangsa dan dalam mewujudkan amanat konstitusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa secara menyeluruh.
2. Karena permasalahan yang mengemuka begitu serius dan mendasar dan menghambat penyelenggaraan pendidikan nasional Indonesia, maka diperlukan adanya perancangan ulang dalam upaya menata ulang sistem pengelolaan pendidikan secara nasional yang andal, pofesional dan terpercaya serta memiliki kemampuan untuk membangun dan mencerdaskan kehidupan bangsa secara optimal, adil dan merata.
3. Didalam perancangan dan penataan ulang terebut perlu dibangun sebuah sistem pengelolaan nasional pendidikan yang memiliki line of command jelas dari pusat hingga daerah tanpa terputus dan tanpa dihambat oleh brirokrasi pemerintahan daerah, sehingga terciptalah satu kesatuan manajemen nasional dari pusat hingga daerah yang utuh dan kokoh.
4. Dengan terbentuknya satu sistem dan satu kesatuan manajemen yang utuh, maka harus diwujudkan satu kesatuan leadership dari pusat hingga daerah yang didukung oleh SDM profesional dengan kemampuan leadership yang andal dan dapat dipercaya.
5. Dengan kerangka sistem pengelolaan nasional pendidikan Indonesia seperti diuraikan diatas, maka pengelolaan pendidikan nasional Indonesia untuk masa mendatang diharapkan akan berfungsi lebih andal, dan memiliki kamampuan untuk mewujudkan cita‐cita dan harapan bangsa yaitu terwujudnya kesempatan pendidikan yang berkualitas, adil dan merata di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.