• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi dan Prospek Usaha

Dalam dokumen Penafsiran. Tentang Laporan ini (Halaman 89-94)

Minyak Kelapa Sawit

Prospek: Pasokan minyak kelapa sawit Indonesia diperkirakan akan pulih pada tahun 2021, dengan potensi peningkatan sebesar 2 juta ton1. Pola cuaca yang menguntungkan dan pemeliharaan perkebunan yang lebih baik akan meningkatkan

Kami tetap berhati-hati pada tahun 2021, karena diperkirakan konsumsi minyak kelapa sawit global akan turun sebesar 2 juta ton. Dampak pandemi terhadap permintaan masih belum terlihat. Perlambatan ekonomi yang meluas dan pengangguran yang lebih tinggi akan mempengaruhi permintaan minyak nabati untuk makanan maupun biofuel. Beberapa negara kemungkinan akan mengurangi dukungannya untuk

berkepanjangan dari situasi harga rendah pada tahun 2019 dan mengantisipasi dampak potensial dari pandemi COVID-19, prioritas kami adalah menjaga kas, mendorong produktivitas dan efisiensi biaya, serta meminimalkan pengeluaran modal yang tidak penting, setidaknya sampai terjadi penguatan harga CPO yang stabil.

Setelah mulai melihat peningkatan efisiensi dari penerapan sistem EPMS (E-Plantation Mobile Solution) di tiga perkebunan kami, kami terus melanjutkan peluncuran EPMS di perkebunan SMM dan menyelesaikan peluncuran pada tahun 2020. Kami juga telah meningkatkan proyek ketelusuran kami di lebih banyak perkebunan selama tahun ini. Hal ini adalah langkah penting untuk meningkatkan keberlanjutan operasi kami secara keseluruhan, bukan hanya karena tekanan yang semakin kuat dari pembeli minyak kelapa sawit dan LSM untuk meningkatkan transparansi rantai pasokan, tetapi juga sejalan dengan komitmen kami untuk mendukung praktik berkelanjutan di antara petani kecil sebagai sarana mengurangi insentif untuk pembukaan hutan ilegal.

Saat memasuki tahun pertama produksi CPO dari perkebunan di Papua Barat, kami akan menyelesaikan pembangunan infrastruktur sebagaimana yang telah direncanakan, termasuk perumahan karyawan dan jalan. Perbaikan jembatan yang menghubungkan perkebunan PMP dan PPM telah selesai pada November 2020. Di Kalimantan Barat, kami telah menggandakan kapasitas pabrik CPO KAL menjadi 90 ton TBS per jam dengan menambahkan lini pemrosesan kedua. Kami juga berencana untuk menerapkan langkah-langkah pengendalian banjir di perkebunan ANJAS di Sumatera Utara guna mencegah kerusakan di masa depan.

Program penanaman kembali di perkebunan ANJA dilanjutkan seluas 765 hektare sedangkan program penanaman kembali di kebun SMM akan ditunda untuk menjaga tingkat produksi dan mengelola arus kas.

Sagu

Tantangan utamanya adalah terus meningkatkan volume produksi tepung sagu seraya mengembangkan pasar yang masih dalam tahap pertumbuhan.

Strategi: Kami telah mulai mengoptimalkan proses ekstraksi untuk meningkatkan tingkat ekstraksi, yang berhubungan dengan otomatisasi operasi saat ini dan operasi bertenaga 100% biomassa, yang akan mengurangi biaya saat kami berusaha mencapai titik impas. Sebagai bagian dari strategi ini, kami meningkatkan kapasitas penyimpanan di pabrik untuk mengurangi biaya transportasi per unit dan meningkatkan kontinuitas pasokan. Di sisi agronomi, kami akan terus menerapkan praktik pengelolaan hutan berkelanjutan, termasuk pemanenan selektif, penanaman kembali area yang dipanen, memulihkan jalur hutan dan mengelola ketinggian air, serta mengembangkan pembibitan kami untuk memastikan kecukupan benih berkualitas tinggi dengan produksi tinggi pula untuk penanaman. Kami sedang dalam tahap uji coba untuk menggunakan aplikasi yang memungkinkan penggunaan survei pesawat tanpa awak guna mengidentifikasi pohon kelapa sawit yang siap panen.

Kami akan terus bekerja erat dengan masyarakat dalam mengelola hutan sagu secara berkelanjutan. Memperoleh sertifikasi untuk praktik pengelolaan hutan tetap merupakan sasaran penting dan kami bekerja sama dengan berbagai organisasi untuk menggunakan kerangka kerja hutan kayu yang ada saat ini dalam pengelolaan hutan sagu.

Kami akan meningkatkan upaya kami untuk mendorong konsumen menjadikan tepung sagu alami sebagai bagian dari kebutuhan pangan sehari-hari. Komponen utama dari strategi ini adalah mengembangkan dan mempromosikan penggunaan sagu yang inovatif, baik untuk industri rumah tangga maupun konsumen. Peningkatan pemahaman konsumen juga akan mendorong industri modern untuk menyertakan tepung sagu sebagai bagian dari portofolio bahan baku.

Sayuran

Prospek: Meskipun Jepang adalah pasar utama edamame beku, kami terus mencatat peningkatan permintaan dari Singapura, Malaysia, Thailand, Timur Tengah, serta Amerika Serikat dan Australia.

Iklim di Indonesia memungkinkan para petani untuk panen dua hingga tiga kali setiap tahunnya, sehingga memberikan keunggulan produksi relatif dibandingkan negara-negara penghasil utama lainnya seperti Cina, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.

Strategi: Dengan diperolehnya sertifikasi keselamatan dan agama, commissioning mesin, serta ekspektasi situasi global yang membaik, kami berharap dapat mulai mengekspor edamame beku pada awal 2021. Sebagian besar produksi akan diserap oleh grup Asia Foods, yang pada awalnya diekspor ke pasar selain Jepang yang memiliki proses pra-kualifikasi yang lebih pendek; kami juga akan terus menjajaki pasar potensial lainnya, seperti Amerika Utara, Eropa, dan Timur Tengah. Dengan peluncuran Edashi, merek domestik untuk edamame beku, kami akan terus mempromosikan manfaat edamame sebagai sumber protein dengan harga terjangkau dan bergizi tinggi kepada konsumen lokal. Sebagai bagian dari pembuatan produk yang lebih bernilai tambah, kami akan mengeksplorasi potensi dan kemungkinan pengembangan bubuk edamame dari kelas edamame yang tidak ditujukan untuk edamame beku. Di luar operasi pabrik, prioritas utama kami adalah peningkatan berkesinambungan operasi lapangan untuk mendorong produktivitas dan kualitas.

Penanaman komersial dan ekspor okra, produk sayuran dengan marjin tertinggi kedua kami, diharapkan akan terjadi pada paruh kedua tahun 2021. Akses ke pasar ekspor akan difasilitasi oleh Asia Foods.

Energi Terbarukan

Prospek: Kami tidak berencana melanjutkan pengembangan komersial bisnis energi terbarukan, terutama karena harga jual listrik ke PLN terlalu rendah agar layak secara komersial. Selain itu, persyaratan bagi IPP untuk mengalihkan kepemilikan pembangkit listrik pada akhir kontrak akan sulit dipenuhi, mengingat pembangkit tersebut ada di lokasi perkebunan kami. Namun, untuk jangka panjang, kami terus melihat peran biogas untuk penggunaan internal sebagai bagian dari strategi keberlanjutan kami, menargetkan pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil, emisi gas rumah kaca yang lebih rendah dan optimalisasi penggunaan produk limbah.

Minyak kelapa sawit berkontribusi sebesar 98,6% dari pendapatan konsolidasian Perseroan pada tahun

2020. Volume penjualan CPO turun sebesar 0,6% tahun ke tahun, dari 239.800 ton pada tahun 2019 menjadi

238.484 ton pada tahun 2020. Hal ini disebabkan oleh penurunan produksi Tandan Buah Segar (TBS) internal

di perkebunan kami di Belitung dan Sumatera Utara I, akibat masa penanaman kembali dan istirahat setelah

produksi buah yang cukup tinggi pada semester pertama tahun lalu, setelah El Niño.

Pembelian TBS dari pihak ketiga meningkat menjadi 0,7% untuk memaksimalkan utilisasi pabrik. Harga jual rata-rata CPO naik 21.2% dari USD479 per ton pada tahun 2019 menjadi rata-rata USD581 per ton pada tahun 2020.

Kenaikan harga ini mendorong peningkatan jumlah pendapatan sebesar 25,9% dari USD130,4 juta pada tahun 2019 menjadi USD164,1 juta pada tahun 2020. Akibatnya, Perseroan membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar USD2,2 juta, dibandingkan dengan rugi bersih sebesar USD4,6 juta pada tahun 2019. Termasuk pada tahun 2019 adalah keuntungan non-rutin sebesar USD8,6 juta (setelah dikurangi pajak) dari penjualan sejumlah entitas asosiasi dan investasi minoritas di agribisnis, yaitu PT Pangkatan Indonesia, PT Aceh Timur Indonesia, PT Surya Makmur, PT Evans Lestari , PT Sembada Sennah Maju, PT Simpang Kiri Plantation Indonesia, PT Bilah Plantindo, PT Prima Mitrajaya Mandiri dan PT Teguh Jayaprima Abadi, serta investasi minoritas di PT Puncakjaya Power. Laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik Perseroan untuk

tahun 2020 adalah sebesar USD2,3 juta, dibandingkan dengan rugi bersih sebesar USD4,2 juta yang diatribusikan kepada pemilik Perseroan pada tahun 2019.

Analisis dan pembahasan kinerja keuangan Perseroan pada tahun 2020 berikut ini disusun berdasarkan pada Laporan Keuangan Konsolidasian dan Catatan atas Laporan Keuangan per tanggal dan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2020 dan 2019.

Laporan Keuangan per tanggal dan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2020 dan 2019 diaudit oleh Siddharta Widjaja & Rekan (Akuntan Publik Terdaftar) yang memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian yang menyatakan bahwa posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas Perseroan telah disajikan secara wajar.

Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian

Ribuan USD 2020 2019 Perubahan (%)

Aset lancar 66.509 66.837 -0,5%

Aset tidak lancar 569.635 558.871 1,9%

Jumlah aset 636.144 625.708 1,7%

Liabilitas jangka pendek 28.406 31.441 -9,7%

Liabilitas jangka panjang 211.980 205.559 3,1%

Jumlah liabilitas 240.386 237.000 1,4%

Ekuitas diatribusikan kepada pemilik entitas Induk 393.764 387.919 1,5%

utang lain-lain, khususnya disebabkan oleh pembayaran pada tahun 2020. Pada tanggal 31 Desember 2020, total utang bank jangka pendek mencapai USD3,1 juta, dibandingkan dengan USD2,5 juta pada akhir tahun 2019.

Liabilitas jangka panjang naik 3,1% dari USD205,6 juta pada akhir tahun 2019 menjadi USD212,0 juta pada akhir tahun 2020, terutama karena adanya penarikan utang bank jangka panjang dan pembentukan akrual untuk kewajiban imbalan pasca-kerja. Total utang bank jangka panjang, bersih setelah dikurangi biaya pembiayaan yang ditangguhkan, sejumlah USD192,8 juta pada 31 Desember 2020, dibandingkan dengan USD188,0 juta pada 31 Desember 2019. Jumlah liabilitas naik 1,4% dari USD237,0

juta pada tahun 2019 menjadi USD240,4 juta pada tahun 2020, sebagian besar disebabkan oleh peningkatan liabilitas jangka panjang.

Ekuitas

Jumlah ekuitas tercatat sebesar USD395,8 juta pada tahun 2020, naik 1,8% dari USD388,7 juta pada tahun 2019. Hal ini disebabkan oleh laba bersih pada tahun berjalan dan peningkatan penyesuaian penjabaran kumulatif pada penghasilan komprehensif lain dari penyesuaian penjabaran aset bersih entitas anak.

Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain Konsolidasian

Ribuan USD kecuali dinyatakan lain 2020 2019 Perubahan (%)

Jumlah Pendapatan 164.100 130.355 25,9%

Jumlah beban pokok pendapatan (124.011) (106.590) 16,3%

Laba bruto 40.089 23.765 68,7%

Jumlah penghasilan (beban) lain-lain (22.506) (16.960) 32,7%

Laba usaha 17.583 6.805 158,4%

Jumlah penghasilan (beban) lain-lain (2.560) 672 -481,1%

Laba sebelum pajak 15.024 7.477 100,9%

Laba (rugi) bersih tahun berjalan 2.211 (4.558) 148,5%

Laba (rugi) bersih diatribuskan kepada kepentingan

non-pengendali (137) (361) -62,1%

Laba (rugi) bersih diatribusikan kepada pemilik entitas induk 2.348 (4.197) 155,9%

Jumlah penghasilan (rugi) komprehensif 5.840 2.197 165,8%

EBITDA 34.306 22.875 50,0%

Marjin EBITDA (%) 20,9% 17,6% 19,1%

Pendapatan

Kami membukukan jumlah pendapatan sebesar USD164,1 juta pada tahun 2020, meningkat dari USD130,4 juta pada tahun 2019. Pendapatan ini terdiri dari USD163,5 juta dari penjualan dan USD0,6 juta dari pendapatan konsesi jasa. Pendapatan dari penjualan minyak kelapa sawit berkontribusi 98,6% dari jumlah pendapatan pada tahun 2020, sedangkan 1,4% dikontribusikan

ton dari USD261 per ton pada tahun 2019, sementara volume penjualan PK menurun sebesar 6,6% menjadi 48.660 ton dari 52.115 ton pada tahun 2019. Pendapatan kami pada tahun 2020 juga mencakup penjualan PKO sebesar USD0,4 juta, setelah deklarasi baru area yang menghasilkan di perkebunan Papua Barat.

Pendapatan dari penjualan produk non-minyak kelapa sawit meningkat 22,8%, dari USD1,3 juta pada tahun 2019 menjadi

Dalam dokumen Penafsiran. Tentang Laporan ini (Halaman 89-94)