• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI DESAIN

Dalam dokumen Resume buku terjemahan dari jalasutra de (Halaman 45-51)

BAGIAN 3: CARA PERFIKIR DALAM DESAIN 7 TIPE DAN CARA BERFIKIR

10. STRATEGI DESAIN

Pada dasarnya pesan yang di sampaikan ahli metodologi tampaknya pesan mengenai keumuman dan standarisasi. Di bab 3 misalnya, kita menelaah beberapa peta proses desain yang bermaksud menunjukan rute dari awal hingga akhir proses, yang di asumsikan akan di ambil oleh semua desainer. Tulisan para praktisi mengukuhkan pandangan bahwa rute melalui proses desain bukan hanya satu, tetapi banyak. Ahli metodologi telah memberikan kita konsep dan sistem untuk di pakai menganalisis dan mempelajari strategi desain, tetapi kita harus selalu ingat bahwa praktisilah yang sebenarnya mendesain.

Di sini kita tidak memperlihatkan mekanisme mendetail dalam menangani pelbagai bagan dari proses desain, melainkan metodologi

atau strategi keseluruhan. Di awal buku kita melihat bagaimana desain sering di golongkan menurut solusi atau produk akhir, dan bagaimana desainer terkekang dari teknologi terbatas yang di miliki oleh mereka. Baik klien maupun desainer biasanya memiliki setidaknya kerangka pendapat mengenai solusi sejak awal. Desainer sering memiliki minat berkelanjutan yang mereka terapkan pada setiap masalah desain, sampai terkadang desain tertentu dapat di pandang hanya sebagai “kendaraan” untuk mengembangkan gagasan mereka. Lantas, strategi macam apa yang harus dilakukan.

Sebagai contoh, ada tiga mahasiswa arsitektur atas sebuah kompetisi mendesain bangunan kantor yang besar dan baru untuk pemerintah daerah. Setelah priode kerja yang sangat singka, ke tiga kelompok mempresentaksikan gagasan dan pemikiran mereka sejauh ini. Kelompok pertama, mulai mendeskripsikan pendapat mereka bahwa persyaratan lingkungan yang berhubungan dengan ruang dalam kantor merupakan faktor yang penting.

Seketsa tersebut , menunjukan sistem struktural dan pengayaan penyedian tempat berteduh, daya, kenyamanan, dan cahaya, sampai menyisihkan sepetak lantai yang relatif kosong yang relatif kosong untuk memberikan fleksibilitas tata letak.

Sebaliknya, menurut pandangan kelompok kedua, ruang dan kantor itu sendiri tidak sukar untuk di desain, dan mereka memusatkan perhatian pada beberapa ciri situs yang tidak lazim. Kelompok ini memperhatikan bahwatugas kerjha pada kompetisi ini menekankan pentingnya untuk tidak memberikan kesan menjaga jarak atau angker di mata pembayar pajak.

Kelompok kedua memutuskanuntuk membangun kantor di sekeliling kompleks ertutup yang mengikuti jalur jalan setapak, dan karnanya masyarakat akan berjalan langsung melintasi bangunan. Di padu dengan gerombolan pohon, tanah landai yang menghadap ke selatan dan pertimbangan mengenai penyaringan kebisingan dari jalanan yang sibuk, hasilnya kelompok dua mampu menyusun proposal peletakan dan pendirian bangunan mereka.

Kelompok tiga pun lebih emusatkan perhatian pada tamu daripada penghuni reguler bangunan. Kelompok ini ingin sekali menghindari apa yang bagi mereka merupakan kekurangan yang lazim terjadi pada bangunan semacam itu. Kekurangan di sini artinya bangian bangunan depan luas dan tidak tertembus, dan interior memiliki struktur tidak jelas di mana orang mudah tersesat.

Bagi mereka, keseluruahan struktur organisasi pemerintah daerah mempengaruhi bentuk bangunan. Setiap seksi dan departemen akan di tampilkan dengan jelas dengan menggunakan hierarki bangunan terbuka, yang saling terhubung dengan rute yang terdefinisi dengan baik menuju sebuah halaman masuk di tengah.

Kelompok pertama dan terakhir berkonsentrasi pada cara bangunan seharusnya di tata dengan memusatkan perhatian pada batasan internal, sementara kelompok ke dua melihat batasan-batasan external yang berasal dari situs. Tiga contoh strategi desain ini berasal dari proses kolektif atau kelompok, dan patut di catat bahwa pengerjaan desain oleh individu atau kelompok merupakan persoalan perencanaan strategis.

Jelas bahwa desainer harus belajar menyesuaikan prosesnya menurut situasi. Sebagai penghasil desain, batasan batasan ini dapat menolong desainer yang ingin menciptakan sebuah wujud fisik karna dua alasan. Pertama, batasan praktis itu sendiri tidaklah abstrak, tapi sebagian bersifat konkret dan tiga dimensi, dan karna itu menyiratkan sebuah bentuk. Hal kedua yang menarik bagi desainer yang berkonsentrasi pada batasan praktis adalah sifat batasan tersebut yang konstan. Kemajuan teknologi abad dua satu yang baru telah memberikan dampak membebaskan dan ilham bagi desainer.

Kita telah melihat bahwa bagaimana lingkup kemungkinan dapat di batasi bila dari awal kita memutuskan perhatian pada pilihan

batasan yang sempit. Dari contoh contoh yang telah di tinjau sejauh ini. Batasan-Batasan tersebut terutama memiliki fungsi radikal. Ini berarti batasan batasan itu merupakan pertimbangan atas tujuan utama dari objek yang sedan di desain.kelompok kelompok mahasiswa arsitektur yang sedang mendesain bangunan kantor pemerintahan daerah tadi memusatkan perhatian mereka pada tersedianya kondisi kerja dan komunikasi internal yang memuaskan.

Jelas bahwa desainer produk harus belajar menyesuaikan prosesnya menurut situasi. Sebagai penghasil desain, batasan batasan ini dapat menolong desainer yang inin menciptakan sebuah wujud fisik karna dua alasan. Pertama, batasan praktis itu sendiri tidaklah abstrak, tetapi sebagian besar bersifat konkret dan tiga dimensi, dan karna itu menyiratkan bentuk. Karna batasan praktis terkait dengan pembuatan solusi, batasan tersebut menyiratkan bukan hanya bentuk secara keseluruhan, tapi juga ciri-ciri lain seperti metode penyambungan dan pemasangan.

Hal ke dua yang menarik bagi desainer yang berkontrasi pada batasan tersebut yang konstan. Prinsip struktur atau tahan cuaca tidak akan berbeda dari suatu masalah ke masalah lain, dan karnanya dapat di uji melalui studi jangka panjang dan pengembangan respons standar. Batasan praktis yang di gunakan sebagai penghasil bentuk dapat di peroleh bukan saja dari meterial tertentu, tetapi dari pandangan yang lebih umum terhadap metode struktural dan kontruksi.

Batasan simbolis mungkin memiliki pengaruh terbesar pada bidang desain yang nyata-nyata expresif dan komunikatif, seperti desain

grafis dan panggung. Sifat-sifat simbolis dan meterial, gumpalan, warna, tektur, proporsi dan seterusnya sangat bersifat formal dan visual.

Kita telah melihat bahwa semua batasan, apapun fungsinya, baik radikal, praktis, formal maupun simbolis dapat digunakan dalam menghasilkan bentuk. Cara penggunaannya secara nyata, dalam urutan yang bagaimanadan dengan penekanan seperti apa, adalah hal yang membedakan seseorang desainer dari desainer lain.

Dalam dokumen Resume buku terjemahan dari jalasutra de (Halaman 45-51)

Dokumen terkait