• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Pengembangan Usaha

2.3 Strategi Kalbe Farma

a. Pembangunan dan pengembangan fasilitas produksi

PT Kalbe Farma secara bertahap akan menggenjot pasar ekspor seiring dengan

melemahnya pasar domestik akibat perlambatan ekonomi. Perusahaan akan menggenjot pasar Filipina, Myanmar, Thailand, Singapura, Nigeria, dan Afrika Barat. Ekspor Kalbe Farma sendiri memiliki proporsi 11,5 persen dari total ekspor sektor farmasi secara nasional yang tercatat sebesar US$ 532 juta atau sebesar Rp 6,91 triliun pada tahun 2014. Selain itu, angka ekspor Kalbe Farma pada tahun lalu juga terbilang meningkat 21,4 persen dari angka ekspor tahun sebelumnya yang mencapai Rp 656,35 miliar. Saat ini, pasar ekspor hanya menyumbangkan 5% dari nilai total penjualan, dimana 95% penjualan masih berasal dari pasar domestik. Perusahaan menargetkan pertumbuhan ekspor dapat mencapai 15%.

Salah satu langkah menggenjot pasar ekspor adalah dengan bekerja sama dengan Blackmores Ltd Australia untuk mendirikan joint venture Kalbe Blackmores Nutrition melalui anak usaha masing-masing, yaitu Blackmores International Pte. Ltd dan PT Sanghiang Perkasa. Kerja sama dilakukan untuk mengembangkan produk herbal dan alami, karena kekayaan herbal Indonesia sebenarnya dapat lebih dikembangkan dan lebih dikenal di luar negeri. Joint Venture ini berencana membangun pabrik di area Jabodetabek hingga tahun 2017 dengan modal awal sebesar US$ 8-10 juta atau setara dengan Rp 110-137 miliar. Menyasar segmen pasar premium Indonesia, produk yang nantinya akan dikembangkan adalah multivitamin, suplemen, dan nutrisi untuk kebutuhan sehari-hari dengan target penjualan minimal Rp100 miliar di tahun 2016.

merupakan fasilitas produksi obat kanker yang pertama di Indonesia. Di tahun 2014, perusahaan juga memulai persiapan untuk memasuki produksi biosimilar. Perusahaan telah mengumumkan akan membangun pabrik yang memproduksi biosimilar product (versi yang mirip dengan obat-obatan biologis) di luar Jakarta dan berencana

berkolaborasi dengan perusahaan Tiongkok, Shandong Kexing Bioproducts dan perusahaan Jepang, Daiichi Sanky. Kedua inisiatif di atas merupakan bagian dari strategi jangka panjang Kalbe untuk melayani terapi-terapi khusus sebagai pendorong pertumbuhan perusahaan ke depan.

Dengan selesainya proses pembangunan fasilitas produksi baru untuk produk nutrisi cair oleh Joint Venture PT Kalbe Milko Indonesia di tahun 2015, fasilitas baru ini akan mendukung pengembangan produk Kalbe memasuki segmen siap saji, yang saat ini mencatat pertumbuhan tertinggi dalam industri susu. Kapasitas produksi tambahan di Cikampek untuk produk susu bubuk juga telah

diselesaikan, untuk mendukung pertumbuhan penjualan. Hal ini tercermin dari rasio peningkatan kapasitas produksi susu bubuk dan makanan lain dari susu yang mencapai 72% dan peningkatan kapasitas produksi makanan bayi dan biskuit yang mencapai 317%.

Kalbe Farma juga berencana membangun pabrik obat dalam bentuk joint venture di Thailand untuk memperkuat penetrasi pasar dan menjaga akselerasi

pertumbuhan ekspor obat di Asia Tenggara. Akan tetapi, pembangunan pabrik di Thailand bukanlah strategi utama perusahaan. Kalbe Farma akan tetap

menggunakan fasilitas di Indonesia untuk menghasilkan produk-produk bagi pangsa ekspor maupun domestik.

Pada tahun 2014, Perseroan menginvestasikan dana sejumlah Rp751 miliar untuk kebutuhan akuisisi aset tetap, termasuk investasi untuk finalisasi pembangunan pabrik obat kanker, pembangunan pabrik minuman susu cair dan susu bubuk, peningkatan kapasitas obat resep dan obat bebas, serta perluasan infrastruktur distribusi dan logistik Perseroan. Pengeluaran barang modal tahun 2014 juga dipergunakan untuk proses pemeliharaan dan peremajaan mesin-mesin produksi, pembelian mesin produksi dan peralatan laboratorium baru untuk kebutuhan unit penelitian dan pengembangan, peremajaan perangkat TI, perluasan aplikasi bisnis dan infrastruktur TI terpadu.

Analisis Keuangan

Seiring dengan besarnya kebutuhan modal kerja dan modal pembangunan berbagai fasilitas produksi, rata-rata saldo utang bank mengalami peningkatan; utang bank jangka panjang, misalnya, mengalami kenaikan Rp 44 miliar rupiah. Liabilitas jangka panjang meningkat sebesar 27,0% mencapai Rp221 miliar pada tahun 2014 dibandingkan Rp175 miliar pada tahun sebelumnya yang kemudian berakibat pada peningkatan beban bunga dan keuangan sebesar 81,6%, sehingga mencapai beban Rp52 miliar pada tahun 2014. Selain itu, peningkatan

pembangunan fasilitas produksi juga berpengaruh pada jumlah Aset tidak lancar, yang meningkat 12,7% dari Rp3.818 miliar tahun 2013 menjadi Rp4.304 miliar di tahun 2014. Perseroan mempertahankan rasio utang terhadap ekuitas yang rendah pada tahun 2014 yaitu sebesar 3,2%, termasuk utang bank jangka panjang,

dibandingkan 7,2% pada tahun 2013. Kas neto yang digunakan untuk aktivitas pendanaan meningkat 92,0% dari Rp613 miliar di tahun 2013 menjadi Rp1.177 miliar tahun 2014, yang terutama berasal dari pembayaran utang bank.

Pembayaran utang bank di tahun 2014 meningkat sebesar 84,4% menjadi Rp2.431 miliar dari Rp1.318 miliar.

b. Membangun fasilitas riset dan pengembangan

Selama tahun 2014, kegiatan riset dan pengembangan bagi Divisi Obat Resep mendukung peluncuran produk-produk obat resep baru termasuk di antaranya adalah produk onkologi. Salah satu produk onkologi yang diluncurkan yang memiliki pasar yang signifikan adalah Paclitaxel Injeksi, Carboplatin, dan Cisplatin. Untuk produk onkologi, selain untuk mendukung peluncuran produk perdana, kegiatan riset dan pengembangan di tahun 2014 juga difokuskan dalam persiapan dokumen registrasi produk-produk yang akan diluncurkan berikutnya.

Pada bulan Oktober 2015 ini, PT Kalbe Farma juga telah membentuk joint venture PT Kalbe-Genexine Biologics dengan perusahaan biofarma Korea, Genexine Inc. Dengan nilai investasi awal sekitar 130 miliar rupiah, 60% saham akan dimiliki oleh PT Kalbe Farma Tbk. Joint Venture ini akan membangun fasilitas riset dan pengembangan di Indonesia untuk melakukan riset dasar terkait erythropoietin, hormone yang meningkatkan produksi sel darah merah. Genexine

menyumbangkan teknologi, sedangkan Kalbe Farma akan menyiapkan pasarnya, seperti clinical trial. Riset ini akan berjalan selama 4 sampai 5 tahun.

Kegiatan Kalbe di bidang riset sel punca dan kanker dilaksanakan oleh Stem Cell and Cancer Institute (SCI). Sepanjang tahun 2014, SCI telah mengembangkan dua biomarker prototype kit untuk kanker payudara dan paru-paru, yang direncanakan akan mulai diproduksi di tahun 2015. Di tahun 2014, SCI juga sedang dalam proses menyiapkan studi klinis untuk sel punca alogenik.

Analisis Keuangan

Sejalan dengan peningkatan inisiatif pengembangan produk dan kegiatan riset dan pengembangan, beban penelitian dan pengembangan meningkat 5,8% dari Rp135 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp143 miliar pada tahun 2014. Namun, secara persentase terhadap penjualan neto, beban penelitian dan pengembangan stabil sebesar 0,8% di tahun 2013 dan 2014. Hal ini menunjukkan bahwa usaha riset dan pengembangan memiliki hasil yang positif terhadap penjualan.

c. Melakukan diversifikasi produk

Di tahun 2014 Divisi Obat Resep telah meluncurkan produk-produk baru, termasuk produk onkologi yang diproduksi secara lokal. Divisi Produk Kesehatan

memperkenalkan beberapa produk baru, diantaranya Extra Joss Blend, Cerebrofort Marine Gummy, Promag Fruity, Sakatonik ABC Antariksa, Hydro Coco, Original Love Juice, dan Tipco Fruit Juice. Divisi Nutrisi juga meluncurkan produk minuman bernama Diva dan varian-varian baru dari produk yang sudah ada seperti Milna Organic, susu cair Entrasol, Morinaga Chilgo, Zee Up&Go, Entrasol Pro-fit, Nutrive Benecol rasa leci. Upaya memperkuat kedudukan perusahaan dalam pasar susu bubuk di Indonesia didukung oleh inisiatif memperkuat portfolio produk melalui peluncuran produk baru, serta upaya memperdalam penetrasi untuk meningkatkan ketersediaan produk. Kalbe secara konsisten mengembangkan ragam pilihan produknya dengan 15 produk generik bermerek dan 13 produk

tertentu seperti terapi kanker, ginjal dan diabetes, yang angka kejadiannya terus

meningkat di Indonesia. Untuk itu, di tahun 2014, perusahaan telah mulai

mengoperasikan secara komersial fasilitas produksi yang didedikasikan untuk obat

kanker dan juga memulai persiapan untuk memasuki segmen biosimilar, yang direncanakan akan selesai di tahun 2018. Guna memenuhi terus bertumbuhnya pasar produk-produk nutrisi, perusahaan telah memperluas kapasitas produksi untuk produk susu bubuk, serta sedang membangun fasilitas produksi baru untuk produk susu cair melalui joint venture PT Kalbe Milko Indonesia.

Analisis Keuangan

Di tahun 2014, penjualan neto mencapai sebesar Rp17.369 miliar, tumbuh 8,5% dibandingkan pencapaian tahun 2013 sebesar Rp16.002 miliar. Pertumbuhan tahun 2014 terutama didukung oleh pertumbuhan volume, sedangkan peningkatan harga memberi sumbangan yang lebih rendah. Divisi Obat Resep berhasil meraih penjualan neto sebesar Rp4.329 miliar, menyumbang 24,9% terhadap total penjualan neto konsolidasian. Dibandingkan kontribusinya terhadap kinerja Perseroan tahun 2013, penjualan Divisi ini meningkat sebesar 11,9%. Dibandingkan tahun 2013, penjualan Divisi Produk Kesehatan mengalami

pertumbuhan sebesar 16,7%. Divisi Nutrisi berhasil menyumbang 26,4% terhadap total penjualan neto konsolidasian. Dibandingkan dengan tahun 2013, penjualan mengalami pertumbuhan sebesar 20,8%. Pertumbuhan penjualan ini salah satunya didukung oleh peluncuran produk-produk baru.

Sejalan dengan pertumbuhan penjualan, piutang usaha mengalami peningkatan sebesar 9,4% dari Rp2.145 miliar tahun 2013 menjadi Rp2.347 miliar di tahun 2014, masingmasing setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai sebesar Rp15 miliar pada tahun 2014 dan Rp11 miliar pada tahun 2013.

Walaupun penjualan neto meningkat, persediaan relatif stabil pada tahun 2014 sebesar Rp3.091 miliar dibandingkan Rp3.053 di tahun 2013. Perseroan terus mengelola perputaran persediaan dan berhasil menurunkan perputaran persediaan menjadi 125 hari di akhir tahun 2014 dari 132 hari di akhir tahun 2013, terutama disebabkan oleh penurunan persediaan bahan baku

d. Melakukan strategi Market Development melalui bisnis online dan

dan adanya peluang untuk menjalankan usaha di bidang perdagangan online, PT Kalbe Farma meluncurkan situs belanja online Kalbe e-Store (www.

kalbestore.com) sebagai situs nutrisi online pertama di Indonesia. Selain itu, perusahaan juga meluncurkan Mommychi (www.mommychi.co.id) dengan target para ibu yang ingin memonitor kehamilan dan pertumbuhan bayinya. Di tahun 2014, perusahaan mulai melakukan integrasi dan reorientasi bisnis online Kalbe menjadi platform solusi kesehatan yang menggabungkan layanan

konten-perawatan-produk dengan jangkauan 37 kota-kota besar di Indonesia.

Bidang usaha internasional juga terus berkembang dengan pertumbuhan penjualan sebesar 21,4% di tahun 2014. Dalam beberapa tahun terakhir, Kalbe secara aktif melakukan pemasaran produk nutrisi dan kesehatannya ke pasar internasional, dengan mentargetkan negara-negara dengan karakteristik pasar yang sama dengan Indonesia, seperti Filipina, Singapura,Vietnam, Myanmar dan Nigeria dan Afrika Selatan. Kegiatan bisnis internasional ini berhasil meraih pertumbuhan usaha yang menggembirakan dalam beberapa tahun terakhir, sebagai pendorong utama total penjualan ekspor Kalbe. Produk minuman energi Extra Joss, misalnya terjual dengan baik di pasar Filipina dan Nigeria. Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir tahun 2015 akan lebih banyak lagi membuka peluang bagi Kalbe untuk melakukan ekspansi internasional.

Analisis Keuangan

Peningkatan biaya pemasaran akibat strategi pemasaran internasional dan

pengenalan akan bisnis online tercermin pada meningkatnya beban penjualan dan pemasaran. Beban penjualan dan pemasaran merupakan komponen biaya kedua terbesar setelah biaya bahan baku dan kemasan. Beban penjualan dan pemasaran mencapai Rp4.670 miliar dan secara rasio mencapai 26,9% dari total penjualan neto. Beban penjualan dan pemasaran meningkat 10,4% di tahun 2014 dari sebesar Rp4.230 miliar di tahun 2013.

e. Memperluas Jaringan Distribusi

Dua cabang baru di Banyuwangi dan Bandung telah dioperasikan, sedangkan cabang-cabang di kota Surabaya, Tangerang, Bandar Lampung, Balikpapan, dan Jambi, telah ditingkatkan kapasitasnya di tahun 2014. Hal ini merupakan salah satu strategi ekspansi market development.

Analisis Keuangan

Perluasan jaringan distribusi tercermin dalam rasio peningkatan kapasitas

distribusi cabang sebesar 16%. Akan tetapi, rasio peningkatan kapasitas distribusi pusat mengalami penurunan, yang besarnya tidak terlalu signifikan, yaitu sebesar 3%. Luasnya area kepulauan Indonesia dan kondisi infrastruktur yang belum memadai akan tetap menjadi tantangan bagi usaha distribusi perusahaan. Akan tetapi, kecenderungan pertumbuhan ekonomi yang lebih berimbang di luar daerah Jabodetabek dan pulau Jawa dapat meningkatkan nilai strategis dari bidang usaha distribusi Kalbe.

Strategi Pembiayaan Pembangunan Usaha Kalbe Farma

Kalbe Farma tetap memprioritaskan pembiayaan internal untuk mendanai kebutuhan usaha dan pengembangan. Perusahaan mempertahankan rasio pinjaman terhadap ekuitas yang rendah (sebesar 3,2%, dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 7,2%). Rasio beban bunga pinjaman (mencerminkan

kemmapuan Perseroan dalam membayar kewajiban bunga pinjamannya) tercatat sebesar 59 kali, lebih rendah dari pencapaian tahun 2013 sebesar 98 kali. Dengan jumlah pinjaman yang rendah serta arus kas yang solid, Kalbe mempertahankan posisi kas netonya di akhir tahun 2014 sebesar Rp1.598 miliar. Kas dan setara kas meningkat sebesar 32,8%, seiring dengan pertumbuhan penjualan dan

pengelolaan modal kerja yang lebih baik.

Walaupun perusahaan memiliki saldo kas yang kuat, jika terdapat kebutuhan untuk meningkatkan pendanaan, Kalbe dapat memperoleh pembiayaan dari sektor perbankan, institusi keuangan dan pasar modal. Selama tahun 2014, perusahaan memiliki utang bank, baik utang jangka pendek dan utang jangka panjang, untuk mendukung kebutuhan modal kerja perusahaan. Kas neto yang digunakan untuk aktivitas pendanaan meningkat 92,0% dari Rp613 miliar di tahun 2013 menjadi Rp1.177 miliar tahun 2014, yang terutama berasal dari pembayaran utang bank. Pembayaran utang bank di tahun 2014 meningkat sebesar 84,4% menjadi Rp2.431 miliar dari Rp1.318 miliar.

Dokumen terkait