• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Pengembangan Usaha

2.1 Strategi Kimia Farma

Ada beberapa strategi pengembangan usaha yang digunakan oleh PT Kimia Farma Tbk untuk menangkap peluang di industri industri farmasi Indonesia. Beberapa strategi pengembangan usaha yang dilakukan oleh PT Kimia Farma Tbk, yaitu akuisisi perusahaan asuransi, pembangunan pabrik, pembangunan apotek, pembangunan hotel, dan pembangunan rumah sakit.

a. Akuisisi Perusahaan Asuransi

Pada tahun 2014 PT Kimia Farma Tbk mengembangkan usaha mereka dengan cara membeli saham PT Asuransi Jiwa InHealth Indonesia sebesar 10%. Ini salah satu pengembangan usaha yang dilakukan dari hulu ke hilir. Investasi ini dilakukan perseroan agar produk – produk perseroan dapat masuk ke dalam daftar obat-obatan (formularium) yang dikeluarkan oleh PT Asuransi Jiwa InHealth Indonesia dan juga sebagai top up asuransi bagi karyawan Perseroan dari fasilitas yang diberikan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Dengan demikian, dapat meningkatkan penjualan obat PT Kimia Farma Tbk. Jenis strategi pengembangan usaha yang dilakukan oleh PT Kimia Farma Tbk ini merupakan forward integration.

Analisis keuangan

8.56 pada tahun 2014. Ketika average fixed asset meningkat, maka hal ini juga mempengaruhi average total asset yang juga

terlalu membuat total asset turnover PT Kalbe Farma Tbk mengalami penurunan yang signifikan. Dengan PT Kimia Farma Tbk mengakuisis perusahaan asuransi ini diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan dimana penjualan obat – obatan meningkat.

b. Pembangunan Pabrik

Melemahnya mata uang rupiah berpengaruh secara signifikan terhadap laba perseroan, karena impor bahan baku PT Kimia Farma Tbk mencapai 95%. Dalam rangka menangkap peluang JKN dan meminimalkan impor, PT Kimia Farma Tbk membangun beberapa pabrik untuk mengembangkan usahanya. Presiden Direktur PT Kimia Farma Tbk menyatakan bahwa pada saat ini perseroan akan membangun pabrik yang memproduksi 6 jenis bahan baku, dan 8 fungsi kimia tinggi yang dibutuhkan oleh industri farmasi. Dengan pembangunan pabrik tersebut, maka PT Kimia Farma Tbk dapat memenuhi kebutuhan bahan bakunya hingga 100%. Proyek pembangunan pabrik yang memproduksi bahan baku ini membutuhkan waktu 1.5 tahun untuk selesai. Kemudian, PT Kimia Farma Tbk juga sedang mengembangkan pabrik di Jombang dengan biaya investasi Rp 28,8 Miliar. Pabrik ini akan mampu memproduksi 2000 ton garam (medicinal salt) setiap tahun dan akan beroperasi setelah mendapatkan izin dari BPOM. Selain itu, perseroan juga akan membangun pabrik yang memproduksi garam (medicinal salt) dengan kapasits produksi 4000 ton per tahun.

Analisis keuangan

Dengan keberadaan 2 pabrik tersebut, maka kebutuhan garam industri farmasi nasional akan terpenuhi sebesar 6000 ton per tahun. Strategi pengembangan usaha yang dilakukan oleh PT Kimia Farma Tbk ini merupakan backward integration dimana perusahaan mengambil alih fungsi supplier untuk efisisiensi biaya produksi. Pembangunan pabrik ini juga akan meningkatkan fixed asset turnover dan total asset turnover perusahaan.

Dimana pada tahun 2014 ini fixed asset turnover perseroan sebesar 8.56 dari tahun 2013 sebesar 17.41. Jumlah tersebut mengalami penurunan yang signifikan karena kenaikan penjualan yang terjadi tidak sebesar kenaikan average fixed asset yang terjadi. Sementara

pada fixed asset turnover perseroan. Oleh karena itu, diharapkan dengan selesainya pembangunan proyek pabrik bahan baku dan garam (medicinal salt) tersebut dapat meningkatkan fixed asset turnover, total asset turn over dan profitabilitas perseroan.

c. Pembangunan Apotek dan Klinik

PT Kimia Farma Tbk merupakan perusahaan farmasi yang memiliki jumlah apotek dan klinik yang terbesar di Indonesia. Hal ini menjadikan perseroan sebagai pemimpin di pasar retail farmasi jumlah apotek pada tahun 2014 sebanyak 617 apotek yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam pengembangan pasar, salah satu strategi KFA adalah

mengembangkan jumlah apotek dan pada tahun 2014 telah dibuka 105 apotek baru atau rata-rata 1 apotek baru setiap 3 hari. Presiden direktur PT Kimia Farma Tbk menyatakan bahwa perseroan memiliki target pada tahun 2018 jumlah kinik dan apoteknya sejumlah 1.000 unit. Oleh karena itu, perseroan tetap melakukan pembangunan apotek dan klinik dengan konsep One Stop Health Care Service (OSHCS). Dengan konsep ini, apotek tidak hanya menjual obat – obatan, namun juga menyediakan fasilitas kesehatan bagi

masyarakat.

Analisis Keuangan

Pembangunan apotek dan klinik ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan average fixed asset perseroan meningkat signifikan pada tahun 2014. Diharapkan dengan pembangunan apotek dengan konsep OSHCS ini dapat meningkatkan profitabilitas perseroan yang pada tahun 2014 ini mengalami penurunan dari tahun 2013. Strategi pengembangan usaha yang dilakukan oleh PT Kimia Farma Tbk ini merupakan jenis strategi forward integration dimana perseroan memperbanyak fungsi distribusi dan related diversification dimana diversifikasi usaha yang dilakukan masih berkaitan dengan layanan kesehatan yaitu berupa klinik kesehatan.

PT Kimia Farma Tbk mulai mengembangkan usahanya dengan melakukan optimalisasi aset yang dimilikinya melalui pembangunan hotel. Hal ini dikarenakan

Untuk pembangunan hotel ini, PT Kimia Farma Tbk menggandeng PT Primiera Anggada untuk mendirikan hotel bintang tiga yang terintegrasi dengan ruang apotek, ruang praktik dokter, dan fasilitas penunjang lainnya. Pembangunan hotel pertama yaitu di Bandung. Hotel sembilan lantai tersebut akan memiliki fasilitas apotek di lantai satu dan klinik yang terletak di lantai dua. Perjanjian dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu PT Kimia Farma Tbk dan PT Primiera Anggada yang menyatakan bahwa PT Primiera Anggada merupakan pihak yang mengoperasikan hotel tersebut dalam jangka waktu 25 tahun. Kemudian, setelah 25 tahun, kegiatan operasi

diberikan kepada PT Kimia Farma Tbk. Perseroan akan mendapatkan kompensasi dalam pembayaran tunai, pada tahun pertama Rp 997,57 juta dan akan naik 2% setiap tahun.

Analisis Keuangan

Dengan adanya kompensasi pembangunan hotel sebesar Rp 997,57 juta dan akan naik 2% setiap tahunnya yang diterima oleh PT Kimia Farma Tbk selama 25 tahun dan setelah 25 tahun mendapatkan kegiatan operasi atas pembangunan hotel. Maka, diharapkan akan meningkatkan profitabilitas perseroan. Strategi pengembangan usaha yang dilakukan oleh perseroan merupakan unrelated diversification karena PT Kimia Farma Tbk merupakan perseroan yang bergerak di bidang farmasi

mengembangkan usaha dengan cara membangun hotel yang merupakan tidak berkaitan dengan industry farmasi. Walaupun tetap saja pada hotel bintang 3 yang dibangun oleh perseroan dan PT Primiera Anggada tetap menyediakan layanan kesehatan seperti ruang apotek, ruang praktik dokter, dan fasilitas penunjang lainnya.

e. Pembangunan Rumah Sakit

PT Kimia Farma Tbk juga mulai mengembangkan usahanya dengan membangun rumah sakit dengan mitra kontruksi swasta. Rumah sakit ini rencananya dibangun di daerah Tebet, Jakarta Selatan. Rencana pembangunan rumah sakit ini sudah mulai terdengar ke publik dari tahun lalu. Namun, belum ada mitra yang cocok dengan persyaratan PT Kimia Farma Tbk, misalnya keharusan menggadaikan sertifikat ke perbankan untuk

piutang persero juga telah menjadi jaminan atas utangnya di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk serta tanah yang dimiliki dijadikan sebagai jaminan atas utangnya di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Central Asia Tbk dan PT Bank Bukopin Tbk. Apabila pembangunan hotel ini menggadaikan sertifikat ke perbankan, maka akan semakin banyak aset perseroan yang dijadikan sebagai jaminan. Kemudian, jika pembangunan rumah sakit tersebut mengalami hambatan. Maka, hal tersebut akan memungkinkan jika aset PT Kimia Farma Tbk akan disita oleh bank. Oleh karena itu, perseroan mulai tertarik untuk bekerja dengan mitra kontruksi swasta. Adapun bentuk kerja sama dalam pembangunan rumah sakit ini nantinya bukan joint venture,

melainkan dengan menerapkan model bisnis build operate transfer (BOT). Hal ini berarti, aset lahan yang dimiliki PT Kimia Farma Tbk akan dioperasikan oleh mitra strategis tersebut, sedangkan kepemilikan sepenuhnya akan dipegang perseroan setelah kurun waktu tertentu pasca rumah sakit beroperasi. Presiden Direktur PT Kimia Farma Tbk Rusdi Rosman mengatakan nilai investasi rumah sakit mencapai Rp 250 - 300 miliar. Namun, rencana pembangunan rumah sakit ini masih dalam proses penjajakan dan belum final.

Analisis keuangan

Ketika rencana pembangunan rumah sakit ini benar – benar direalisasikan maka hal ini akan meningkatkan average fixed asset perseroan dan total asset

perusahaan. Ketika peningkatan penjulan lebih besar dibandingkan dengan peningkatan average fixed asset perusahaan, maka hal tersebut akan

meningkatkan fixed asset turnover yang pada tahun 2014 sebesar 8.56 dan total asset turnover perseroan yang pada tahun 2014 sebesae 1.66. Diharapkan dengan pembangunan rumah sakit ini, maka penjualan PT Kimia Farma Tbk akan

meningkat dan akibatnya akan meningkatkan profitabilitas perseroan.

Strategi Pembiayaan Pengembangan Usaha Kimia Farma

Untuk membiayai capital expenditure sejumlah Rp 1 Triliun yang digunakan untuk pengembangan usaha, PT Kimia Farma Tbk akan menjual 1,1 juta saham atau 20% dari PIC dengan harga sekitar Rp 1000 per saham sesuai dengan harga saat ini (2015). Diprediksikan dari hasil penjualan saham tersebut, PT Kimia Farma Tbk akan mendapatkan dana sebesar Rp 1,1 Triliun. Pada tahun 2014, PT Kimia

Farma Tbk sudah menerbitkan Surat Utang Jangka Menengah (Medium Term Notes/MTN) sejumlah Rp 200.000.000.000,00 dengan jangka waktu 18 bulan dan bunga 10% serta tidak dijamin dengan jaminan khusus. Dana hasil penerbitan MTN ini juga digunakan untuk pengembangan usaha yaitu untuk memperkuat 5 (lima) pabrik yang telah ada dan mengembangkan jumlah apotek, klinik dan laboratorium klinik. Penerbitan MTN ini membuat debt to equity ratio perseroan naik dari 1.53 pada tahun 2013 menjadi 2.08 pada tahun 2014. Capital expenditure yang dilakukan oleh PT Kimia Farma Tbk disebabkan karena perseroan ingin menangkap peluang dari BPJS karena dengan adanya JKN maka permintaan obat generik akan meningkat.

Dokumen terkait