• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi komunikasi pemasaran sosial merupakan sebuah usaha dalam penyampaian pesan dalam sebuah usaha kampanye sosial. Strategi komunikasi pemasaran terdiri dari sumber pesan, pesan, dan media komunikasi.

Sumber pesan

Sumber pesan adalah sumber pesan yang pernah memberikan informasi mengenai Kampanye Sustainable Seafood. Kategori sumber pesan terdiri atas tiga kategori, yakni rendah, sedang, dan tinggi.

Tabel 6 Jumlah dan persentase responden Kampanye Sustainable Seafood, WWF berdasarkan kategori sumber pesan

Sumber Pesan Konsumen Produsen Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Rendah 8 30.8 11 61.1 19 43.2

Sedang 18 69.2 7 38.9 25 56.8

Tinggi 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Total 26 100.0 18 100.0 44 100.0

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa sumber pesan pada responden kategori konsumen berada dalam kategori rendah yakni sebesar 30.8 persen, sementara 69.2 persen berada dalam kategori sedang. Sementara responden dalam kategori produsen, berada dalam kategori rendah yakni sebesar 61.1 persen, sementara 38.9 persen berada dalam kategori sedang. Mayoritas responden kategori produsen mengaku bahwa komunikator yang menyampaikan informasi mengenai Kampanye Sustainable Seafood didominasi oleh pengurus WWF dan LSM aliansi WWF.

“...saya hanya mendapatkan informasi mengenai kampanye lewat Mas Miko (salah seorang pengurus LSM aliansi WWF) dan WWF saja, tetapi lebih sering

dari Mas Miko...” (TO, laki-laki 42 tahun)

Sementara responden kategori konsumen menyatakan bahwa komunikator yang menyampaikan informasi mengenai Kampanye Sustainable Seafood tidak hanya berasal dari pihak WWF dan LSM aliansi WWF saja, melainkan teman dan media sosial.

“...aku sering mendapatkan infromasi mengenai Sustainable Seafood dari teman

yang ikut serta komunitas nyelam dan lebih seringnya sih lewat Twitter...” (LMS,

Perempuan 21 tahun)

Tabel 6 menunjukkan bahwa responden baik kategori konsumen dan produsen berada dalam kategori sedang yakni sebesar 56.8 persen secara

keseluruhan. Dapat disimpulkan bahwa responden mendapatkan informasi mengenai Kampanye Sustainable Seafood berasal dari empat sampai enam sumber.

Pesan

Pesan adalah materi mengenai Kampanye Sustainable Seafood yang disampaikan kepada responden baik responden kategori konsumen maupun produsen dan kesesuaian materi dengan tujuan kampanye yang disampaikan dan kebiasaan responden dalam mengonsumsi makanan laut. Kategori pesan terdiri atas tiga kategori, yakni rendah, sedang, dan tinggi.

Tabel 7 Jumlah dan persentase responden Kampanye Sustainable Seafood, WWF berdasarkan pesan

Pesan Konsumen Produsen Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Rendah 4 15.4 1 5.6 5 11.4

Sedang 22 84.6 13 72.2 35 79.5

Tinggi 0 0.0 4 22.2 4 9.1

Total 26 100.0 18 100.0 44 100.0

Berdasarkan tabel 7 terlihat bahwa kejelasan pesan yang disampaikan pada responden kategori konsumen berada dalam kategori sedang yakni sebesar 84.6 persen, sementara 15.4 persen berada dalam kategori rendah. Mayoritas responden kategori konsumen mengaku bahwa mereka dapat memahami pesan yang disampaikan dan penggunaan bahasa yang digunakan juga dapat dimengerti.

“...saya ngerti ketika WWF menjelaskan mengenai sustainable seafood, bahasa

yang digunakan mudah dimengerti dan bahasa yang ada di media sosial seperti Twitter juga mudah dimengerti, tetapi ada beberapa informasi dari WWF yang baru saya dengar khususnya mengenai eksploitasi ikan dan beberapa jenis ikan yang dihindari untuk dikonsumsi...” (MDAM, laki-laki 19 tahun)

Responden kategori produsen menyatakan bahwa mereka dapat mengerti pesan yang disampaikan dan penggunaan bahasa sesuai dengan penggunaan bahasa sehari-hari mereka.

“...saya ngerti kok mbak pas mas-nya menjelaskan mengenai cara penangkapan ikan malah menjelaskannya lebih banyak menggunakan bahasa jawa jadi saya lebih bisa ngerti ...” (SAR, Laki-laki 20 tahun)

Pada responden kategori produsen berada dalam kategori sedang yakni sebesar 72.2 persen, sementara 5.6 persen berada dalam kategori rendah dan 22.2 persen berada dalam kategori tinggi. Tabel 7 menunjukkan bahwa kejelasan pesan baik pada responden kategori konsumen maupun produsen berada dalam kategori sedang yakni sebesar 79.5 persen secara keseluruhan. Dapat disimpulkan, bahwa pesan yang disampaikan kepada responden sudah cukup jelas dan sesuai dengan tujuan kampanye dan kebiasaan yang kerap dilakukan oleh responden.

29

Ragam Media Komunikasi

Ragam media komunikasi adalah ragam media yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan. Kategori ragam media komunikator terdiri atas tiga kategori, yakni rendah, sedang, dan tinggi.

Tabel 8 Jumlah dan persentase responden Kampanye Sustainable Seafood, WWF berdasarkan ragam media komunikasi

Ragam Media Komunikasi

Konsumen Produsen Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Rendah 10 26.9 11 61.1 21 47,7

Sedang 14 65.4 7 38.8 21 47,7

Tinggi 2 7.7 0 0.0 2 4.5

Total 26 100.0 18 100.0 44 100.0

Berdasarkan tabel 8 terlihat bahwa ragam media komunikasi pada responden kategori konsumen berada dalam kategori sedang yakni 65.4 persen, sementara terdapat 26.9 persen pada kategori rendah dan 7.7 pada kategori tinggi. Berbeda dengan responden kategori konsumen, responden kategori produsen berada dalam kategori rendah yakni 61.1 persen, sementara 38.8 persen pada kategori sedang. Mayoritas responden kategori produsen mengaku bahwa mereka jarang menggunakan media untuk mendapatkan informasi mengenai Kampanye Sustainable Seafood.

“...kalau saya mbak jarang dapat informasi mengenai kampanye dari media atau

internet...” (KTI, Laki-laki 40 tahun)

Sementara responden kategori konsumen menyatakan bahwa mereka cukup sering mendapatkan informasi mengenai Kampanye Sustainable Seafood baik dari media sosial maupun pameran yang diadakan oleh WWF atau LSM aliansi WWF

“...saya lumayan sering lihat informasi mengenai Kampanye Sustainable Seafood di Twitter atau website WWF. Saya juga sering datang ke acara-acara yang diselenggarakan oleh WWF terutama mengenai Kampanye Sustainable Seafood yang diadakan sama Yayasan TAKA (LSM aliansi WWF), soalnya kakak kelas

saya pengurus di sana...” (AGA, Laki-laki 20 tahun)

Tabel 8 menunjukkan bahwa ragam media komunikasi berada dalam kategori rendah dan kategori sedang yakni 47.7 persen secara keseluruhan. Dapat disimpulkan, bahwa jumlah responden yang jarang dan cukup sering menggunakan media komunikasi untuk memperoleh informasi mengenai Kampanye Sustainable Seafood seimbang.

Jenis media yang digunakan dalam kampanye terbagi menjadi empat kategori yakni media umum; surat menyurat, telepon, facsmile, dan telegraf, media massa; media cetak dan media elektronik, media internal; majalah bulanan, buletin, tabloid, booklet, pamphlet, dan leaflet, audio visual, slide film, radio, dan televisi, dan media pertemuan; seminar, pameran, diskusi, presentasi, dan gathering meet.

Gambar 7 Persentase responden kategori konsumen terhadap jenis media Berdasarkan gambar 7 terlihat bahwa jenis media komunikasi yang digunakan oleh responden kategori konsumen adalah media pertemuan dengan jumlah persantase sebesar 58 persen, sementara sebanyak 23 persen menggunakan media massa dan 19.2 persen menggunakan media internal.

Gambar 8 Persentase responden kategori produsen terhadap jenis media Tidak berbeda dengan responden kategori konsumen, responden kategori produsen juga memiliki jumlah persentase penggunaan media pertemuan yang besar yakni 78 persen, sementara 17 persen pada menggunakan media massa dan

31

5 persen menggunakan media internal. Pengurus WWF menngakui bahwa WWF jarang menggunakan media internal karena WWF memiliki meminimalisir penggunaan kertas.

“...WWF lebih menekankan pada pameran atau pelatihan-pelatihan langsung yang diberikan baik kepada masyarakat selaku konsumen dan nelayan. Kami sangat jarang menggunakan pamphlet atau booklet karena kami meminimalisir penggunaan kertas dan lebih mengupayakan promosi acara melalui media sosia seperti Twitter. Jikalau kami menggunakan kertas hanya untuk poster ketika acara saja, tidak membagi-bagikan kepada peserta, sebagian besar materi yang kami jabarkan kami masukkan ke website WWF sehingga publik dapat mengaksesnya...” (MMA, Pengurus WWF)

Gambar 9 Persentase responden terhadap jenis media

Gambar 9 menunjukkan bahwa jenis media komunikasi yang digunakan oleh responden adalah media pertemuan dengan jumlah persentase sebesar 65.9 persen secara keseluruhan. Dapat disimpulkan, bahwa responden menggunakan media pertemuan seperti seminar, pameran, diskusi, presentasi, dan gathering meet untuk mendapatkan pesan mengenai Kampanye Sustainable Seafood.

Tingkat keterdedahan responden Kampanye Sustainable Seafood, WWF dalam pelaksanaan Kampanye Sustainable Seafood, WWF adalah intensitas responden dalam menenerima bentuk pelaksanaan komunikasi pemasaran sosial melalui media. Tingkat keterdedahan pengunjung dapat dilihat dari frekuensi keterdedahan dan bentuk komunikasi pemasaran sosial yang diterima oleh responden.

Frekuensi Keterdedahan Media

Frekuensi keterdedahan adalah tingkat keseringan responden menerima bentuk pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh WWF mengenai Kampanye Sustainable Seafood dalam kurun waktu satu bulan. Kategori frekuensi keterdedahan media terdiri atas tiga kategori, yakni rendah, sedang, dan tinggi. Tabel 9 Jumlah dan persentase responden Kampanye Sustainable Seafood,

WWF berdasarkan frekuensi keterdedahan media

Frekuensi Keterdedahan

Media

Konsumen Produsen Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Rendah 11 42.3 9 50.0 20 45.5

Sedang 12 46.2 9 50.0 21 47.7

Tinggi 3 11.5 0 0.0 3 6.8

Total 26 100.0 18 100.0 44 100.0

Berdasarkan tabel 9 terlihat bahwa frekuensi keterdedahan pada responden kategori konsumen berada dalam kategori rendah yakni 42.3 persen, sementara terdapat 46.2 persen pada kategori sedang dan 11.5 persen pada kategori tinggi. Responden kategori produsen berada dalam kategori rendah yakni 50.0 persen, sementara 50.0 persen pada kategori sedang. Mayoritas responden kategori produsen mengaku bahwa mereka tidak sering mendapatkan informasi mengenai Kampanye Sustainable Seafood melalui media. Beberapa responden kategori produsen mengaku kerap mendapatkan informasi mengenai Kampanye Sustainable Seafood melalui leaflet yang diberikan oleh LSM aliansi WWF

“...saya sering mbak dapat informasi mengenai Kampanye Sustainable Seafood

dari kertas yang dibagikan oleh Yayasan TAKA...” (WRN, laki-laki 19 tahun)

Sementara responden kategori konsumen menyatakan bahwa mereka cukup sering mendapatkan informasi mengenai Kampanye Sustainable Seafood dari media sosial, majalah, leaflet, dan lain sebagainya.

33

“...saya sering lihat informasi mengenai Kampanye Sustainable Seafood di Twitter atau website WWF. Saya juga sering dapat leaflet mengenai Kampanye Sustainable Seafood kalau datang ke pameran-pameran mengenai Kampanye Sustainable Seafood mbak. Saya juga terkadang mendengar mengenai Kampanye

Sustainable Seafood melalui radio...” (NEJ, Perempuan 18 tahun)

Tabel 9 menunjukkan bahwa frekuensi keterdedahan berada dalam kategori sedang yakni sebesar 47.7 persen secara keseluruhan. Dapat disimpulkan, bahwa responden cukup sering menerima bentuk pelaksanaan komunikasi pemasaran sosial dalam kurun waktu satu bulan.

Efektivitas strategi komunikasi pemasaran sosial adalah keberhasilan pelaksanaan strategi komunikasi pemasaran sosial dalam mencapai tujuan-tujuan komunikasi pemasaran sosial. Efektivitas strategi komunikasi pemasaran sosial dapat diketahui dari tiga aspek, yakni aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif.

Aspek Kognitif

Aspek kognitif adalah pengetahuan responden mengenai Kampanye Sustainable Seafood. Aspek kognitif terdiri atas tiga kategori, yakni rendah, sedang, dan tinggi.

Tabel 10 Jumlah dan persentase responden Kampanye Sustainable Seafood, WWF berdasarkan aspek kognitif responden

Aspek Kognitif Konsumen Produsen Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Rendah 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Sedang 10 38.5 9 50.0 19 43.2

Tinggi 16 61.5 9 50.0 25 56.8

Total 26 100.0 18 100.0 44 100.0

Tabel 10 memperlihatkan bahwa sebanyak 61.5 persen responden termasuk dalam kategori konsumen termasuk dalam kategori tinggi, sementara 38.5 persen termasuk dalam kategori sedang. Sementara pada responden kategori produsen sebanyak 50.0 persen responden termasuk dalam kategori rendah dan 50.0 persen termasuk dalam kategori sedang. Hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya sumber pesan dan media dalam menyampaikan informasi mengenai Kampanye Sustainable Seafood kepada responden. Berdasarkan tabel 10 menunjukkan bahwa aspek kognitif responden berada dalam kategori tinggi yakni 56.8 persen secara keseluruhan. Aspek kognitif dalam penelitian ini diperoleh responden melalui informasi dari besumber pesan dan media.

Aspek Afektif

Aspek kognitif adalah perasaan emosi, keinginan, maupun rasa suka dan rasa tidak suka yang dimiliki responden. Aspek kognitif terdiri atas tiga kategori, yakni rendah, sedang, dan tinggi.

Efektivitas strategi komunikasi pemasaran pada aspek konatif dapat dilihat pada tabel. Efektivitas strategi komunikasi pemasaran sosial dilihat dari aspek afektif baik pada responden kategori konsumen maupun kategori produsen termasuk dalam kategori tinggi yakni sebesar 100.0 (untuk kategori konsumen) dan 72.2 (untuk kategori produsen). Tabel 11 menunjukkan bahwa aspek afektif responden berada dalam kategori tinggi yakni 88.6 persen secara keseluruhan.

35

Hasil yang diperoleh pada tabel 11 memperlihatkan bahwa mayoritas responden menyukai dan tertarik terhadap informasi mengenai Kampanye Sustainable Seafood melalui sumber pesan dan media. Pelaksanaan strategi komunikasi pemasaran sosial yang dilakukan oleh pihak WWF dapat dikatakan sudah cukup baik karena berhasil menarik perhatian responden. Hal ini disebabkan oleh responden sudah tertarik untuk ikut serta dalam Kampanye Sustainable Seafood, tertarik dengan informasi melalui besumber pesan dan media.

Tabel 11 Jumlah dan persentase responden Kampanye Sustainable Seafood, WWF berdasarkan aspek kognitif responden

Aspek Afektif Konsumen Produsen Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Rendah 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Sedang 12 46.2 12 66.7 24 54.5

Tinggi 14 53.8 6 33.3 20 45.5

Total 26 100.0 18 100.0 44 100.0

Aspek Konatif

Aspek afektif merupakan tindakan nyata atau perilaku responden untuk melakukan kegiatan sesuai dengan tujuan Kampanye Sustainable Seafood. Aspek konatif terdiri atas tiga kategori yakni rendah, sedang, dan tinggi.

Tabel 12 Jumlah dan persentase responden Kampanye Sustainable Seafood, WWF berdasarkan aspek kognitif responden

Aspek Konatif Konsumen Produsen Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Rendah 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Sedang 8 30.8 9 50.0 17 38.6

Tinggi 18 69.2 9 50.0 27 61.4

Total 26 100.0 18 100.0 44 100.0

Efektivitas strategi komunikasi pemasaran sosial dilihat dari aspek konatif termasuk dalam kategori tinggi baik pada responden kategori konsumen maupun produsen yakni sebesar 88.5 persen (untuk responden kategori konsumen) dan 86.4 persen (untuk responden kategori produsen). Tabel 12 menunjukkan bahwa aspek konatif responden berada dalam kategori tinggi yakni 86.4 persen secara keseluruhan, karena mayoritas responden Kampanye Sustainable Seafood, WWF yang menjadi responden sudah pernah ikut serta dalam Kampanye Sustainable Seafood, WWF atau melakukan tindakan nyata sesuia dengan yang diinginkan oleh pihak perusahaan.

Hubungan strategi komunikasi pemasaran sosial terhadap efektivitas strategi komunikasi pemasaran adalah hubungan sumber pesan, pesan, dan ragam media yang digunakan dalam menyebarkan informasi mengenai Kampanye Sustainable Seafood, WWF dengan efektivitas strategi komunikasi pemasaran yang dilihat dari tiga aspke yakni aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Berdasarkan kerangka penelitian yang peneliti gambarkan sebelumnya (Gambar 2) dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara strategi komunikasi pemasaran sosial dengan efektivitas komunikasi pemasaran dalam Tabel 13 pada responden kategori konsumen.

Tabel 13 Hubungan strategi komunikasi pemasaran sosial dengan efektivitas komunikasi pemasaran sosial pada responden kategori konsumen, 2014

Strategi komunikasi pemasaran sosial

Efektivitas komunikasi pemasaran sosial

Aspek kognitif Aspek afektif Aspek konatif

Ragam sumber pesan

0,757 0,553 0,639

Pesan 0,539 0,247 0,178

Ragam media 0,665 0,417 0,655

Tabel 13 memperlihatkan hubungan antara strategi komunikasi pemasaran sosial dengan efektivitas komunikasi pemasaran sosial. Pada tabel tersebut terlihat bahwa terdapat hubungan yang kuat antara ragam sumber pesan, pesan, dan ragam media terhadap aspek kognitif pada responden kategori konsumen dan ragam sumber pesan dengan aspek konatif. Selain itu terdapat hubungan yang kuat pula antara ragam sumber pesan dengan aspek konatif dan ragam sumber media dengan aspek konatif. Hal tersebut disebabkan oleh responden kategori konsumen yang sudah cukup mendapatkan pesan dengan jelas dari beragam sumber dan beragam media.

“…kalau saya ngerti mengenai kampanye Sustainable Seafood dari ikutan pameran gitu mbak. Saya juga sering lihat info mengenai Kampanye Sustaineble Seafood dari Twitter mbak, walau kadang jarang muncul di timeline saya. Tapi

twitter juga membantu buat tahu mengenai kampanye ini…” (MMA, Laki-laki

21 tahun)

Beragamnya media dan sumber yang diterima oleh responden kategori konsumen menjadikan konsumen menjadi lebih mengetahui mengenai Kampanye Sustianable Seafood. Hal tersebut mengakibatkan timbulnya dorongan untuk merubah sikap sesuai dengan pesan yang disampaikan ketika mengikuti Kampanye Sustainable Seafood.

Pada tabel 14 memperlihatkan hubungan antara strategi komunikasi pemasaran sosial dengan efektivitas komunikasi pemasaran sosial pada responden kategori produsen. Pada tabel tersebut memperlihatkan adanya hubungan kuat

37

antara ragam sumber pesan, pesan, dan ragam media dengan aspek kognitif dan terdapat hubungan yang kuat antara pesan dengan aspek konatif.

Tabel 14 Hubungan strategi komunikasi pemasaran sosial dengan efektivitas komunikasi pemasaran sosial pada responden kategori produsen, 2014

Strategi komunikasi pemasaran sosial

Efektivitas komunikasi pemasaran sosial

Aspek kognitif Aspek afektif Aspek konatif

Ragam sumber pesan

0,843 0,439 0,471

Pesan 0,678 0,442 0,560

Ragam media 0,775 0,240 0,240

Berdasarkan tabel 14 hubungan antara ragam sumber pesan, pesan, dan ragam media dengan aspek kognitif disebabkan oleh adanya diskusi yang diadakan rutin antara pihak WWF dan atau pihak LSM aliansi WWF dengan responden kategori produsen mengenai Kampanye Sustainable Seafood yang mengakibatkan responden kategori produsen menjadi memahami mengenai materi-materi yang diberikan terkait dengan Kampanye Sustainable Seafood. Hal tersebut mengakibatkan timbulnya dorongan untuk merubah sikap sesuai dengan pesan yang disampaikan.

Hubungan Ragam Sumber Pesan dengan Aspek Kognitif

Hasil penelitian melalui uji korelasi spearman antara sumber pesan dengan aspek kognitif pada responden kategori konsumen menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0.757. Nilai tersebut menyatakan bahwa terdapat korelasi yang cukup kuat. Nilai hitung tersebut berada diantara nilai 0.75-0.99. Sarwono (2009) menjelaskan bahwa jika hasil uji berada di antara nilai tersebut maka terdapat korelasi atau hubungan yang sangat kuat. Sedangkan untuk niai signifikasi ialah sebesar 0.000, di mana nilai tersebut lebih kecil dari taraf nyata

atau α sebesar 0.01.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan kedua variabel ignifikan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa antara variabel sumber pesan dengan aspek kognitif terdapat hubungan yang sangat kuat dan signifikan pada responden kategori produsen. Berdasarkan hasil uji statistik dapat dikatakan bahwa hipotesis uji kedua variabel dapat diterima, yaitu semakin tinggi ragam sumber pesan yang diterima oleh responden maka makin tinggi pula aspek kognitif responden.

Pada responden kategori produsen, hasil penelitian melalui uji korelasi spearman menunjukkan antara sumber pesan pesan dengan aspek kognitif pada responden kategori produsen menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0.843. Nilai tersebut menyatakan bahwa terdapat korelasi yang cukup kuat. Nilai hitung tersebut berada diantara nilai 0.75-0.99. Sarwono (2009) menjelaskan bahwa jika hasil uji berada di antara nilai tersebut maka terdapat korelasi atau hubungan yang sangat kuat. Sedangkan untuk niai signifikasi ialah sebesar 0.000, di mana nilai tersebut lebih kecil dari taraf nyata atau α sebesar 0.01.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan kedua variabel signifikan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa antara variabel sumber pesan dengan aspek kognitif terdapat hubungan yang sangat kuat dan signifikan pada responden

kategori produsen. Berdasarkan hasil uji statistik dapat dikatakan bahwa hipotesis uji kedua variabel dapat diterima, yaitu semakin tinggi ragam sumber pesan yang diterima oleh responden maka makin tinggi pula aspek kognitif responden.

Hubungan Sumber Pesan dengan Aspek Afektif

Hasil penelitian melalui uji korelasi spearman antara sumber pesan pesan dengan aspek afektif pada responden kategori konsumen menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0.553. Nilai tersebut menyatakan bahwa terdapat korelasi yang cukup kuat. Nilai hitung tersebut berada diantara nilai 0.50-0.75. Sarwono (2009) menjelaskan bahwa jika hasil uji berada di antara nilai tersebut maka terdapat korelasi atau hubungan kuat. Sedangkan untuk nilai signifikasi ialah sebesar 0.003, di mana nilai tersebut lebih kecil dari taraf nyata atau α

sebesar 0.01.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan kedua variabel signifikan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa antara variabel sumber pesan dengan aspek afektif terdapat korelasi kuat dan signifikan pada responden kategori produsen. Berdasarkan hasil uji statistik dapat dikatakan bahwa hipotesis uji kedua variabel dapat diterima, yaitu semakin tinggi sumber pesan yang diterima oleh responden maka makin tinggi pula aspek afektif responden.

Pada responden kategori produsen, hasil penelitian melalui uji korelasi spearman menunjukkan antara ragam sumber pesan dengan aspek kognitif pada responden kategori produsen menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0.439. Nilai tersebut menyatakan bahwa terdapat korelasi yang cukup kuat. Nilai hitung tersebut berada diantara nilai 0.25-0.50. Sarwono (2009) menjelaskan bahwa jika hasil uji berada di antara nilai tersebut maka terdapat korelasi atau hubungan yang cukup kuat. Sedangkan untuk niai signifikasi ialah sebesar 0.069,

di mana nilai tersebut lebih kecil dari taraf nyata atau α sebesar 0.1.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan kedua variabel signifikan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa antara variabel sumber pesan dengan aspek afektif terdapat hubungan yang cukup kuat dan signifikan pada responden kategori produsen. Berdasarkan hasil uji statistik dapat dikatakan bahwa hipotesis uji kedua variabel dapat diterima, yaitu semakin tinggi sumber pesan yang diterima oleh responden maka makin tinggi pula aspek afektif responden.

Hubungan Sumber Pesan dengan Aspek Konatif

Hasil penelitian melalui uji korelasi spearman antara sumber pesan pesan dengan aspek konatif pada responden kategori konsumen menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0.639. Nilai tersebut menyatakan bahwa terdapat korelasi yang cukup kuat. Nilai hitung tersebut berada diantara nilai 0.50-0.75. Sarwono (2009) menjelaskan bahwa jika hasil uji berada di antara nilai tersebut maka terdapat korelasi atau hubungan kuat. Sedangkan untuk nilai signifikasi

ialah sebesar 0.000, di mana nilai tersebut lebih kecil dari taraf nyata atau α

39

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan kedua variabel signifikan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa antara variabel sumber pesan dengan aspek konatif terdapat korelasi kuat dan signifikan pada responden kategori produsen. Berdasarkan hasil uji statistik dapat dikatakan bahwa hipotesis uji kedua variabel dapat diterima, yaitu semakin tinggi sumber pesan yang diterima oleh responden maka makin tinggi pula aspek konatif responden.

Pada responden kategori produsen, hasil penelitian melalui uji korelasi spearman menunjukkan antara ragam sumber pesan dengan aspek kognitif pada responden kategori produsen menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0.471. Nilai tersebut menyatakan bahwa terdapat korelasi yang cukup kuat. Nilai hitung tersebut berada diantara nilai 0.25-0.50. Sarwono (2009) menjelaskan bahwa jika hasil uji berada di antara nilai tersebut maka terdapat korelasi atau hubungan yang cukup kuat. Sedangkan untuk niai signifikasi ialah sebesar 0.048, di mana nilai tersebut lebih kecil dari taraf nyata atau α sebesar 0.05.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan kedua variabel signifikan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa antara variabel sumber pesan dengan aspek konatif terdapat hubungan yang cukup kuat dan signifikan pada responden

Dokumen terkait